Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan bahan dasar utama pembuatan papan partikel.


Ketersediaan kayu sebagai bahan baku industri pengolahan kayu yang sebagian
besar diperoleh dari hutan alam semakin menurun. Ketidakseimbangan rentang
masa pemanenan dengan masa penanaman menyebabkan tekanan yang besar
terhadap hutan alam. Di sisi lain kebutuhan kayu sebagai bahan baku di industri
pengolahan kayu semakin meningkat, kondisi ini memaksa para pelaku industri
pengolahan kayu untuk mencari sumber alternatif yang potensial sebagai bahan
baku (Vachlepi, 2015).
Direktorat Jendral Perkebunan (2009) menyatakan bahwa luas lahan karet
Indonesia mencapai 3,4 juta hektar. Indonesia merupakan negara dengan luas
lahan karet terbesar di dunia mengungguli areal karet Thailand 2,67 juta hektar
dan Malaysia 1,02 juta hektar sehingga kayu karet merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang sangat berpotensi sebagai bahan baku industri pengolahan kayu
Berdasarkan penelitian Agustina et al (2013) sebanyak 237,000 m³ kayu karet
diolah menjadi berbagai produk kayu olahan seperti veener, MDF, dan sawn
timber. Sekitar 67% atau 158,000 m³ kayu karet dari total tersebut digunakan
sebagai bahan baku pembuatan MDF.
Pada akhir tahun 1980-an industri pengolahan kayu karet skala besar di
Indonesia semakin berkembang, seperti di Sumatera Utara, Jambi, Sumatera
Selatan, Lampung, dan Jawa. Menurut Boerhendly dan Agustina (2006), kayu
karet memiliki sifat fisis, mekanis maupun kimia yang relatif sama dengan kayu
hutan alam. Peningkatan sifat fisis dan mekanis kayu karet diperlukan
pengolahan lebih lanjut, salah satunya dengan mengolah kayu karet menjadi
papan serat MDF yang sesuai dengan standar mutu.
Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 2007 telah menjadi penghasil karet
alam terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Nancy et al (2013) dari
tahun 1988 hingga tahun 2010 menunjukkan bahwa produksi karet di provinsi
Sumatera Selatan terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 produksi karet di
provinsi Sumatera Selatan mencapai 800.000 ton.
Perkembangan produk papan serat MDF sebagai produk panel kayu telah
mendominasi dan beredar luas di pasar. Papan serat banyak digunakan sebagai
untuk keperluan interior, dimana digunakan bahan perekat bukan untuk tujuan
eksterior (antara lain urea formaldehida, polivinil asetat, kasein dan sebagainya
dan proses pembentukan lembaran papan tersebut lazimnya menggunakan proses
kering [ CITATION San10 \l 1057 ]. Papan serat MDF lebih fleksibel dalam
penggunaannya dibandingkan kayu lapis dan papan partikel, sehingga industri
MDF memiliki prospek pemasaran dalam negeri dan ekspor yang cerah. Industri
MDF kayu karet yang telah berkembang di Indonesia salah satunya yaitu PT.
Sumatera Prima Fibreboard di Sumatera Selatan.
Papan serat berkerapatan sedang (Medium Density Fiberboard, MDF)
adalah produk panel kayu yang terbuat dari kayu atau serat berlignoselulosa yang
dikombinasikan dengan perekat buatan atau perekat lainnya yang mempunyai
kerapatan 0,40 g/cm3 sampai 0,80 g/cm3 (Maloney, 1993). MDF sangat fleksibel
sehingga mudah dibentuk. Ukuran dan kekuatannya konsisten, namun karena
memakai bahan kimia resin, MDF lebih berat dari Plywood dan particle board.
Proses pengolahan kayu karet menjadi papan serat berkerapatan sedang
(Medium Density Fibreboard, MDF) meliputi pengolahan bahan mentah berupa
kayu karet menjadi bahan baku berupa chip, kemudian chip tersebut diolah lebih
lanjut menjadi papan MDF yang memiliki ketebalan 2.5 mm hingga 18 mm.
Berdasarkan emisi formaldehid nya, standar mutu MDF dibagi menjadi tiga, yaitu
standar Eropa, standar industri Jepang/JIS dan California Air Regulatory Board
(CARB).
Praktek Lapangan ini akan meninjau proses pengolahan bahan baku yang
telah diolah dengan penambahan bahan perekat menjadi papan serat berkerapatan
sedang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktik lapangan ini adalah untuk mempelajari proses
pengolahan bahan baku dengan penambahan beberapa bahan perekat menjadi
papan berkerapatan sedang.

Anda mungkin juga menyukai