Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 4

SAP & PRE-PLANNING PROMKES


“HEALTHY FOOD FOR HEALTHY LIFE”

Oleh:
KELOMPOK 3

Riyadhatul Jinan (70300117003)


Fatiha Izza Tuslamia (70300117010)
Adriana Febriani (70300117016)
Mia Maulydia (70300117022)
Indriyanti Arimurti Putri (70300117029)
Israwati (70300117036)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


PENYULUHAN KESEHATAN

A. Topik
Pola Makan Sehat

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pendidikan kesehatan yang diberikan
mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang pola makan sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan remaja mengetahui dan memahami serta
mampu menjalankan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

C. Sasaran
Remaja di SMA Guppi Samata kelas XI (30 orang) dengan target 80%.

D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : Metode ceramah dan tanya jawab
2. Media : Pemutaran Video, Booklet, Kuesioner, dan Games
3. Materi : a. Pengertian pola makan

b. Pola makan yang sehat bagi remaja


c. Kebutuhan zat gizi seimbang pada remaja
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja
e. Masalah gizi pada remaja

4. Hari / Tanggal : Rabu, 13 Maret 2018


5. Waktu : 09.00 WITA - selesai
6. Tempat : Ruang Kelas
E. Setting Tempat
P
M F

AA AA AA
AA AA AA
AA AA AA
AA AA AA
AA AA AA
F O F

Keterangan:
P : Pemateri
M : Moderator
F : Fasilitator
O : Observer
A : Audience

F. Materi
1. Pengertian pola makan
2. Pola makan yang sehat bagi remaja
3. Kebutuhan zat gizi seimbang pada remaja
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja
5. Masalah gizi pada remaja

G. Susunan Acara
KEGIATAN KEGIATAN
N WAKT
TAHAP
O PENYULUHAN U SASARAN
1 Pendahulu  Membuka acara dengan 5 menit  Menjawab
an mengucapkan salam kepada salam
(Pembukaa
sasaran  Memperhatik
n)
 Perkenalan an
 Menyampaikan topik dan  Mendengarka
tujuan penyuluhan n penyuluh
kesehatan kepada sasaran menyampaik
 Kontrak waktu untuk an topik dan
kesepakatan pelaksanaan tujuan
dengan sasaran  Menyetujui
kesepakatan
waktu
pelaksanaan
2 Pelaksana  Membagikan kuesioner 30  Mengisi
an kepada sasaran menit kuesioner
(Penyajia
 Mengkaji ulang sesuai
n)
pengetahuan sasaran tentang dengan
materi penyuluhan pengetahuan
 Menjelaskan materi dan sikap
penyuluhan kepada sasaran sasaran
dengan menggunakan  Menyampaik
pemutaran video dan an
booklet pengetahuann
 Memberikan kesempatan ya tentang
kepada sasaran untuk materi
menanyakan hal-hal yang penyuluhan
belum dimengerti dari  Mendengarka
materi yang dijelaskan n penyuluh
penyuluh menyampaik
an materi
 Menanyakan
hal-hal yang
tidak
dimengerti
dari materi
penyuluhan
3 Evaluasi  Memberikan kuesioner 10  Menjawab/m
kepada sasaran untuk menit engisi
mengevaluasi perubahan
pengetahuan seputar pola kuesioner
makan sehat yang
 Menyimpulkan materi diajukan
penyuluhan yang telah
penyuluh
disampaikan pada sasaran
 Mengadakan games  Mendengarka
n
penyampaian
kesimpulan
 Berpartisipasi
dalam
mengikuti
permainan
4 Terminasi  Memberikan 5 menit  Mengapresias
pujian/penghargaan positif i kegiatan
 Memberikan ucapan terima penyuluhan
kasih dan salam penutup  Memberi
salam
sebagai
bentuk
respon
terhadap
penyuluh

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur

a. Lebih dari 75% peserta menghadiri promosi kesehatan sampai akhir acara
b. Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana
c. Setting sesuai dengan kegiatan
d. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik

2. Evaluasi proses

a. Peran dan tugas pemateri sesuai rencana


b. Waktu yang direncanakan sesuai dengan yang direncanakan
c. 50% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. 75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan

3. Evaluasi hasil
Peserta memahami dan mengetahui serta mampu menjelaskan kembali tentang
pentingnya pola makan yang sehat dan konsumsi zat gizi seimbang pada remaja,
faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dan masalah gizi yang terjadi pada
remaja.
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Pola Makan


Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Menurut
Handajani, pola makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam
memenuhi makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan, sedangkan
menurut Suhardjo pola makan di artikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan dan mengkonsumsi makanan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial. Dan menurut seorang ahlimengatakan bahwa pola makan di
definisikan sebagai karateristik dari kegiatan yang berulang kali makan individu atau
setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan. (Sulistyoningsih, 2011).  

2. Pola Makan Yang Sehat Bagi Remaja


Pola makan dan gaya hidup yang sesuai akan membantu remaja untuk lebih sehat
dan jauh dari penyakit. Kemajuan gaya hidup dari sederhana menjadi instan menyebabkan
banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi masa kini. Pemikiran yang serba instan
ini menyebabkan banyak orang terutama remaja mengonsumsi fast food ataupun junkfood.
Perubahan ini dapat dengan mudah menimbulkan berbagai penyakit degeneratif di usia
muda. Penyakit degeneratif merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang
umumnya terjadi pada usia tua. Namun, penyakit ini dapat terjadi pada usia muda, akibat
pola makan dan gaya hidup yang salah.
Pola makan yang sehat dapat menjadikan tubuh kita sehat, sementara pola makan
yang buruk akan menyebakan tubuh rentan berbagai penyakit. Jenis makanan yang
dikonsumsi hendaknya mempunyai proporsi yang seimbang dengan komposisi yang
disarankan yaitu 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak. Jadwal makan yang
ideal untuk dilakukan agar mempunyai pola makan yang baik adalah 4 sampai 5 kali
sehari, yaitu sarapan pagi, snack, makan siang, snack sore dan makan malam.
Pola makan sehat yang baik untuk remaja dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya: (1) Makan sesuai waktunya; (2) Biasakan membawa bekal makan siang dari
rumah; (3) Pilih makanan yang dipanggang atau direbus, bukan digoreng; (4) Kurangi fast
food; (5) Mengemil dengan sehat; (6) Makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang; (7)
Hindari soft drink.

3. Kebutuhan Zat Gizi Seimbang Pada Remaja


Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan
yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat
pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada
satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain.
a. Energi
Energi untuk tubuh di ukur dengan kalori di perlukan untuk melakukan aktifitas sehari-
hari dan dihasilkan dari karbohidrat, protein, lemak. Pada remaja kebutuhan energi
menurun karena basal metabolisme dan kegiatan fisik meningkat. Sumber bahan
makanannya yaitu : beras, singkong, mie dan lain-lain (KH), ikan, daging, minyak,
keju,(lemak).
b. Protein
Peranan protein yang utama adalah memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak,
pengatur fungsi fisiologis organ tubuh. Kebutuhan protein bagi remaja yaitu 14-16%
dari kalori total (0,8-1gr/kg.BB/hari).Sumber protein utama adalah
ikan,daging,ayam,tempe,tahu, dan kacang-kacangan.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dapat di simpan di dalam tubuh sebagai
cadangan energi. Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia remaja tidak di anjurkan
karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol
darah, yaitu 20-25% dari kalori total. Sumber minyak, mentega.
d. Serat
Pada manusia usia remaja serat di perlukan untuk memungkinkan proses buang air
besar menjadi teratur dan menghindari penyakit.Serat dapat memberi rasa kenyang
pdalam waktu lama. Sumber : sayuran-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat.
e. Mineral
Mineral dibutuhkan remaja di perlukan dalam jumlah sedikit,sungguhpun demikian
peranannya sangat penting dalam berbagai proses metabolisme di dalam tubuh.
Kebutuhan mineral usia Remaja
 Calsium : 800-1000 mg/hr (pria)
                      1000-1500mg/hr (wanita)
 Zat Besi : 10mg
 Na : 2,8-7,8gr/org/hr
 Air : 6-8 gls/org/hr
f. Kebutuhan Vitamin
Vitamin dibutuhkan untuk mengatur berbagai proses metabolisme dalam
tubuh,mempertahankan fungsi berbagai jaringan serta mempengaruhi dalam
pembentukan sel-sel baru. Kebutuhan vitamin usia Remaja
 Vitamin A   : 3500-4000 mg/org/hr
 Vitamin B1    : 10-1,2 mg/hr
 Vitamim B     :  6 2,0-2,2 mg/org/hr
 Vitamin B1     : 2 3,0mg/org/hr
 Vitamin C      : 60mg
 Vitamin D       : 200-400IU
 Vitamin E       : 8-10 mg/org/hr

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Remaja


Sebagaimana diketahui bahwa pola makan adalah perilaku yang ditempuh
seseorang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap
hari meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang berdasarkan
pada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Perilaku sangat mempengaruhi
seseorang dalam bertingkah laku. Menurut teori Lawrence Green (2010), pola makan
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang didapat setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan memang peranan penting
dalam hal pembentukan tindakan seseorang (over behavior), jika didasari oleh
pengetahuan akan lebih lenggeng bila dibandingkan tanpa disadari pengetahuan
(Notoatmojo, 2007). Menurut Notoatmojo (2007) mendefinisikan bahwa perilaku
manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, kehendak,
pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan
manusia baik positif maupun yang negatif didasari oleh salah satu faktor tersebut.
Pada remaja pengetahuan yang baik dapat tertutup oleh gejala kejiwaan yang lain
seperti keinginan, kehendak, minat, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi.
Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga
apabila seorang dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan
perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan
apa yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007). Dengan adanya
pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan
zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam
melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal (Paul, 2001). Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam
Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan
gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan melalui suatu
proses belajar mengajar tentang pola makan, bagaimana tubuh menggunakan zat
besi dan bagaimana zat besi tersebut diperlukan untuk menjaga kesehatan.
2) Sosial Budaya dan Agama
Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk
dikonsumsi. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan,
takhayul, tabu dalam masyarakat menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah
(Supariasa, 2002). Adat istiadat dan kebiasaan makanan ada hubungannya dengan
agama, walaupun dapat berlainan antara agama satu dengan agama yang lainnya.
Kebanyakan kelompok agama juga mempunyai larangan atas penggunaan jenis
makanan tertentu. Karena menganggap makanan yang dilarang tersebut berbahaya
bagi kesehatan (Suhardjo, 1989).

3) Sikap
Sikap merupakan suatu yang masih bersifat abstrak, dapat didasarkan pada
keyakinan yang ada pada setiap individu (yang berkaitan dengan kognitif) dan
sering kali sikap dipengaruhi oleh perasaan (yang merupakan komponen
emosional) sehingga dapat membawa atau menentukan perilaku tertentu
(Oppenheim, 2011). Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang
terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam Notoadmojo (2007) perilaku
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
masalahnya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak,
kepentingan, emosi, motivasi, reaksi dan presepsi.Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tapi sebaliknya makanan dan
minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat bergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut (Notoadmojo, 2007). Kebutuhan akan makan
bukan hanya untuk menumbuhkan badan secara fisik, tetapi juga mempunyai
pengaruh terhadap sanubari, kecerdasan, dan kebijaksanaan serta naluri.
b. Faktor Pendukung (enabling factor)
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya pola makan, seperti uang saku dan aktivitas.
1) Uang Saku
Pada Endromono (2006) menyatakan bahwa pemberian uang saku terhadap
remaja juga bisa menjadi pemicu mereka untuk membeli makanan cepat saji,
karena semakin besar uang saku yang mereka peroleh maka semakin besar
kemungkinan mereka untuk membeli atau mengkonsumsi makanan cepat saji,
karena harga makanan cepat saji di pasaran cenderung tinggi. Besarnya uang saku
yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan
siswa sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat berdampak tidak baik
terhadap kesehatan mereka pada masa yang akan datang.
2) Aktivitas
Aktivitas remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam
meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada di rumah
kurang lebih 5-6 jam meliputi: mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua
dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan
pangan mengandung zat gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap
baik.Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan perempuan sangat berbeda, untuk
remaja laki-laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi daripada perempuan.
c. Faktor Pendorong (reinforcing factor)
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong seseorang untuk berperilaku.
1) Teman
Teman sebaya mempunyai pengaruh yang sangat besar pada remaja dalam
hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat
menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaan dirinya. (Arisman,
2004).
2) Iklan
Selain dari orangtua, guru, dan teman, konsumen yang masih muda
(remaja) biasanya akan dipengaruhi oleh iklan. Iklan di media massa dapat
mempengaruhi pilihan makanan pada remaja dan dapat mendorong konsumsi
makanan tidak sehat. Iklan di media masa juga dapat mendorong remaja untuk
menekan orangtua mereka untuk membeli makanan yang tidak sehat (Kelly et al,
2006). Melalui penggunaan tokoh kartun dan animasi yang popular makanan yang
diiklankan ditujukan pada remaja memberikan kesan bahwa konsumsi makanan
tersebut menyenangkan, hal ini mempengaruhi preferensi dan perilaku makan
remaja. Ditemukan juga hubungan yang signifikan antara jumlah jenis iklan
makanan yang diingat dengan jumlah makanan yang dimakan oleh remaja (Young,
2003). Semakin banyak jumlah jenis iklan makanan yang diingat semakin besar
pula jumlah makanan yang dimakan oleh remaja. Iklan merupakan setiap bentuk
komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang agar melakukan
pembelian terhadap produk atau jasa (Belch, 2007 dalam Mery Decker, 2011).
Pendekatan daya tarik yang digunakan dalam iklan dirancang untuk menciptakan
motivasi pada seseorang untuk melakukan pembelian atas produk atau jasa yang
diiklankan atau memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu seperti yang ada
dalam iklan tersebut.

5. Masalah Gizi Pada Remaja


a. Kekurangan zat besi
Kondisi ini merupakan hal yang paling umum dijumpai. Pertumbuhan yang
cepat ditambah dengan gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk bisa
mengakibatkan remaja mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, terutama pada
remaja putri ketika ia sudah mengalami menstruasi. Sumber makanan utama yang
mengandung zat besi adalah daging merah, sereal, buah kering, roti dan sayuran
berdaun hijau. Sumber zat besi yang berasal dari non-daging membutuhkan asupan
nutrisi lain untuk meningkatkan penyerapannya seperti makanan kaya vitamin C
(jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau), sedangkan zat tanin yang terkandung
dalam teh bisa mengurangi penyerapan zat besi.
b. Kekurangan kalsium
Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih
rendah dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan tulangnya
di masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang rapuh dan
mudah patah. Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa
remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi yang
diperlukan seperti vitamin D, kalsium dan fosfor. Sumber kaya kalsium yang
sebaiknya dikonsumsi adalah susu dan produk susu, misalnya segelas susu, 150 gram
yogurt dan sepotong keju ukuran kecil. Jika tidak bisa mengonsumsi produk susu,
maka konsumsilah susu kedelai yang sudah difortifikasi, atau jika takut dengan
kandungan lemak pilihlah susu yang rendah lemak (low fat).

c. Kekurangan gizi akibat salah diet


Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang
tidak puas dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah
seperti melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi
makanan ringan dan bergula. Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada
usia tersebut tubuh mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya
peningkatan nutrisi. Jika diet yang dilakukan salah maka tubuh akan mendapatkan
nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali. Sebaiknya konsumsilah
makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi makanan bergula dan
banyak lemak untuk mengurangi kelebihan kalori sambil tetap mempertahankan nutrisi
yang masuk. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu yang banyak
menyebabkan perkembangan gangguan makan.
d. Remaja Kurus atau Kurang Energi Kronis (KEK)
Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa disebabkan karena kurang
asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti
misalnya penampilan. Kondisi remaja KEK meningkatkan risiko berbagai penyakit
infeksi dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan. KEK sebenarnya
dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
e. Kegemukan atau Obesitas
Pola makan remaja yang tergambar dari data Global School Health Survey
tahun 2015, antara lain: Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang
mengonsumsi serat sayur buah (93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan
berpenyedap (75,7%). Selain itu, remaja juga cenderung menerapkan pola sedentary
life, sehingga kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Hal-hal ini meningkatkan
risiko seseorang menjadi gemuk, overweight, bahkan obesitas. Obesitas meningkatkan
risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus, kanker, osteoporosis dan lain-lain yang berimplikasi pada penurunan
produktifitas dan usia harapan hidup. Pada prinsipnya, sebenarnya obesitas remaja
dapat dicegah dengan mengatur pola dan porsi makan dan minum, perbanyak
konsumsi buah dan sayur, banyak melakukan aktivitas fisik, hindari stres dan cukup
tidur. Dalam paparannya, Menkes menegaskan bahwa seluruh masyarakat perlu
memahami pentingnya gizi untuk kesehatan dalam setiap siklus kehidupan, karena gizi
adalah investasi bangsa.
REFERENSI
Jurnal Abdul Kadir A. (FIP UNM) tahun 2016 tentang Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola

Makan serta Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Remaja.

Jurnal Ertha Cahyaputra (FIK Universitas Yogyakarta) tahun 2016 tentang Hubungan Antara Pola

Makan, Status Gizi, dan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Remaja.

Jurnal Leny Budhi Harti, Inggita Kusumastuty, dan Irwan Hariadi yang dirilis oleh Indonesian

Journal Of Human Nutrition,Vol. 3 No. 1 Suplemen: 54-62 tahun 2016 tentang Hubungan Status

Gizi dan Pola Makan Terhadap Penambahan Berat Badan..

Keumalasari, Kartini Hasballah, dan Imran tahun 2017 tentang Promosi Kesehatan Pola Makan

Sehat Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja.

Jurnal Ilma Anidya Kusuma, Saifuddin Sirajuddin, Nurhaedar Jafar (FKM UNHAS) tahun 2017

tentang Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Remaja.

Nurhayati Dewi Mursida (Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta) tahun 2016 tentang Pengaruh

Media Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Pola Makan Sehat Pada Remaja..

Rulliyati Nurjanah dan Wika Rinawati tahun 2017 tentang Faktor-Faktor Pola Makan pada
Remaja di SMKN 4 Yogyakarta.
Abdul Ridha dan Andri Dwi Hernawan tahun 2016 tentang Efektifitas Booklet pada Perilaku Pola

Makan Remaja.
PRE PLANNING
PENYULUHAN KESEHATAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada masa atau
usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa remaja akan
mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja tersebut (Sulistyoningsih, 2012).
Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi sehingga berisiko terhadap
kesehatan. Pada usia remaja percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh
memerlukan energi lebih banyak selain itu, pada remaja terjadi perubahan gaya hidup
dan kebiasaan yang suka mencoba-coba makanan sehingga terjadi ketidaksesuaian
asupan energi (Marmi, 2013).

Permasalahan gizi akibat pola makan yang tidak sehat banyak dijumpai pada
usia remaja, diantaranya gizi lebih, obesitas, gizi kurang, anemia, pola makan yang
salah dan sebagainya. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2018)
menyatakan prevalensi gizi buruk tak berkurang banyak, dari 19,6 % menjadi 17,6% .
kemudian angkaa sunting dari 37,2% menjadi 30,8% selama lima tahun. Disisi lain,
angka obesitas justru mengalami peningkatan dari 14,8% menjadi 21,8%. Menurut
penelitian Arimurti (2012), menyatakan prevalensi kurangnya mengkonsumsi buah dan
sayur pada usia remaja masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 93,6% dan aktifitas fisik
pada remaja masih tergolong rendah sebesar 66,9%. Pada usia remaja lebih suka
mengkonsumsi jajanan fastfood dengan frekuensi lebih dari 7 kali per minggu
(Oktaviani, 2012). Kristianti dkk (2009), menyatakan pada remaja di Surakarta dari
keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 75 responden lebih banyak mengkonsumsi
jajanan fastfood sebesar 54,7%.

Masalah pola makan yang tidak sehat yang timbul pada usia sekolah khususnya
remaja dipicu oleh beberapa faktor seperti kebiasaan makan yang buruk, pemahaman
gizi yang salah, kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan, promosi yang
berlebihan tentang produk makanan di media masa dan maraknya produk impor
makanan. Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang menentukan mudah
tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan yang
baik sehingga mencapai status gizi yang baik.

Penyuluhan pola makan sehat pada remaja sangat penting untuk menambah
pengetahuan gizi remaja agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah dan tidak
menimbulkan masalah gizi (Sediaoetama, 2000). Upaya untuk meningkatkan
pengetahuan tentang pola makan sehat pada remaja memerlukan cara pendekatan yang
strategis agar tercapai secara efektif dan efisien sehingga diperlukan strategi atau
metode yang tepat untuk menyampaikan. Metode penyuluhan kesehatan merupakan
salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik
oleh audien. Berbagai media yang digunakan sebagai penunjang dan alat bantu untuk
metode penyuluhan salah satunya adalah media audiovisual yang dapat memberikan
stimulasi secara nyata berisi gambar gerak dan unsur suara dengan durasi waktu relatif
pendek yang ditayangkan dalam bentuk video (Notoatmodjo, 2007), media lain yang
dapat digunakan untuk penyuluhan adalah media booklet. Penelitian Erviana dkk
(2012), menyatakan bahwa responden yang diberikan penyuluhan dengan video
memiliki pengetahuan baik karena informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


tentang pola makan sehat pada remaja dengan menggunakan media video dan booklet.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pendidikan kesehatan yang diberikan
mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang pola makan sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan remaja mengetahui dan memahami serta
mampu menjalankan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pelaksanaan Kegiatan
Cabang Ilmu : Keperawatan (Health Promotion)
Topik : Pola Makan Sehat
Hari/ tanggal : Rabu/13 Maret 2019
Waktu : 09.00 WITA - selesai
Tempat : Ruang Kelas
Sasaran : Remaja di SMA Guppi Samata kelas XI (30 orang) dengan target
80%
Metode : Metode ceramah dan tanya jawab
Media : Pemutaran Video, Booklet, Kuesioner, dan Games
Materi : 1. Pengertian pola makan
2. Pola makan yang sehat bagi remaja
3. Kebutuhan zat gizi seimbang pada remaja
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja
5. Masalah gizi pada remaja

D. Pengorganisasian
1. Moderator : Riyadhatul Jinan
Tugas :
a. Membuka acara.
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
c. Menjelaskan tujuan dan topik.
d. Menjelaskan kontrak waktu.
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri.
f. Mengarahkan alur diskusi.
g. Memimpin jalannya diskusi.
h. Menutup acara.
2. Pemateri: Fatiha Izza Tuslamia
Tugas:
a. Menjelaskan materi
b. Menjawab pertanyaan
c. Mengevaluasi pengetahuan remaja
3. Fasilitator : Mia Maulydia, Adriana Febriani, Indriyanti Arimurti Putri
Tugas:
a. Mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Mempersiapkan dan menyediakan alat dan media penyuluhan
c. Memfasilitasi kebutuhan saat penyuluhan berlangsung
d. Memotifasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
4. Observer: Israwati
Tugas :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal peserta selama kegiatan
berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
A., Abdul Kadir. 2016. Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola Makan serta Pengaruhnya

Terhadap Status Gizi Remaja. Publikan Journals UNM FIP UNM.

Cahyaputra, Ertha. 2016. Hubungan Antara Pola Makan, Status Gizi, dan Tingkat Kebugaran

Jasmani pada Remaja. FIK Universitas Yogyakarta.

Harti, Leny Budhi dkk. 2016. Hubungan Status Gizi dan Pola Makan Terhadap Penambahan

Berat Badan. Indonesian Journal Of Human Nutrition, Vol. 3 No. 1 Suplemen: 54-62.

Keumalasari, dkk. 2017. Promosi Kesehatan Pola Makan Sehat Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Kusuma, Ilma Anindya dkk. 2017. Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Remaja. FKM

UNHAS.

Mursida, Nurhayati Dewi. 2016. Pengaruh Media Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap

Tentang Pola Makan Sehat Pada Remaja. Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

Nurjanah, Rulliyati dan Wika Rinawati. 2017. Faktor-Faktor Pola Makan pada Remaja di SMKN
4 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Boga.
Ridha, Abdul dan Andri Dwi Hernawan. 2016. Efektifitas Booklet pada Perilaku Pola Makan

Remaja. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai