Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA II
TRANSPIRASI

NAMA : Muhammad Ilham Jasir


NIM : 24020118120028
KELOMPOK :2
KELAS :B

LABORATORIUM BSFT
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui, Semarang, 8 September 2019

Asisten Praktikan

Ahmad Arfi Setiadi Muhammad Ilham Jasir


NIM. 24020115120042 NIM. 24020118120028
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Radiasi dari sinar matahari diserap oleh daun sebagai sumber panas

alami dan dominan di alam. Suhu daun dipengaruhi oleh proses disipasi panas

fisiologis dan non-fisiologis. Proses fisiologis meliputi fotosintesis, respirasi, dan

transpirasi sedangkan proses non-fisiologis berupa radiatif dan konvektif

perpindahan panas antara daun dan lingkungan sekitar [ CITATION YeH15 \l

1057 ]. Berdasarkan model ini, efek radiatif, konvektif dan perpindahan panas

transpiratif pada suhu daun dianalisis dengan penekanan khusus pada proses

transpirasi dapat mempengaruhi proses tersebut.

Proses transpirasi berkaitan erat dengan proses membuka dan

menutupnya stomata. Membuka dan menutupnya stomata sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan dan hormon. Terjadinya peningkatan laju tranpirasi

akan merugikan tanaman karena banyaknya kehilangan air yang

ditranspirasikan ke atmosfer. potensial air akan meningkat konsentrasi abscisic

acid (ABA) dalam daun dan buah. Penimbunan abscisic acid (ABA) merangsang

penutupan stomata yang menyebabkan berkurangnya asimilasi CO2. [ CITATION

Sal16 \l 1057 ]. Melihat dampak pemanasan global yang menyebabkan

peningkatan laju transpirasi tanaman yang dapat merugikan tanaman karena

banyaknya kehilangan air yang ditranspirasikan ke atmosfer, oleh karena itu


laporan praktikum ini berisi tipe transpirasi, mekanism, faktor internal dan

eksternal, serta metode pengukuran laju transpirasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan praktikum mengenai

transpirasi tanaman…. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan

praktikum fisiologi tumbuhan tentang transpirasi.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana proses transpirasi pada daun?

2. Bagaimana pengaruh angin terhadap transpirasi pada daun ?

1.3. Tujuan
1. Membuktikan terjadinya transpirasi melalui daun dan pengaruh angin

terhadap kecepatan transpirasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Pengertian dan Peranan Transpirasi pada Tumbuhan


Transpirasi adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian
dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman,
dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian
dilepaskan melalui daun ke atmosfir. Sebagian air mengguap melalui
batang, tetapi kehilangan air umumnya berlangsung melalu daun. . Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun. Proses
transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi
penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman.
Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus
mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar
kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Purba, 2011).
Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung
sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman yang sedang tumbuh menentukan banyak air jauh
lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan
hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif
dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke
daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan
transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan
tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya
seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya
transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun
hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu
lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Haryanti,
2009).

I.2 Tipe Transpirasi


Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk
uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung
melalui kutikula epidermis; dan transpirasi stomata, yang dalam hal ini
kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif
tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi
kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui
daun-daun (Purba, 2011).
Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan) tetapi pada
umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada
dua tipe transpirasi yaitu transpirasi kutikula dan stomata. Transpirasi
kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air
berlangsung melalui stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang
melalui transpirasi stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air
dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar
10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Hanum,
2008).

I.3 Mekanisme Transpirasi


Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang
terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah
yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan
penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar
daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air
yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah
yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan
kehilangan air (Hanum, 2008).
Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air-
dalam melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Banyak air yang harus
hilang melalui transpirasi untuk membesarkan tumbuhan karena rangka
molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon
yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai
karbon dioksida melaui pori stomata, yanag paling banyak terdapat pada
permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama saat
stomata terbuka (Hanum, 2008).

I.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi


Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam
maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya
daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu
pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak
stomata (Ai, 2011).
I.4.1 Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi transpirasi adalah penutupan
Stomata, dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih
banyak tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-
masing satuan penambahan pelebaran stomata. Jumlah dan Ukuran
Stomata mempengaruhi transpirasi tanaman, Kebanyakan daun tanaman
yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi daunnya.
Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
(Papuangan, 2014).
Jumlah Daun mempengaruhi proses transpirasi karena semakin luas
daerah permukaan daun, makin besar transpirasi. Penggulungan atau
Pelipatan Daun juga mempengaruhi transpirasi, banyak tanaman yang
mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila perairan terbatas. Faktor terakhir yang mempengaruhi
transpirasi adalah kedalaman dan Proliferasi Akar, perakaran yang lebih
dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan
tanaman (Papuangan, 2014).

I.4.2 Faktor Eksternal


Kelembaban udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara
yang kering melancarkan transpirasi. Kenaikan temperatur menambah
tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah barang tentu
juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di
luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas maka tekanan uap tidak
akan setinggi tekanan uap yang terkurung di dalam daun. Akibat dari pada
perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas. Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk
meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat
mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi
pembukaan stomata (Aprilia, 2013).
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua
cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Angin
mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan
kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan
mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi (Aprilia, 2013).

I.5 Metode Pengukuran Laju Transpirasi


Pengukuran laju transpirasi tidak terlalu mudah dilakukan.
Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi
mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang
mempengaruhi laju transpirasi. Kertas korbal klorida, Pada dasarnya cara
ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal
klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru
pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air.
Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan
ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun.
Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi
merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun
yang ditutup kertas. Kemudian cara lain untuk menaksir laju transpirasi
adalah dengan potometer. Alat ini mengukur pengambilan air oleh
sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan
bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air
yang dikeluarkan oleh transpirasi (Mahfudz,2010).
Metode penghitungan laju transpirasi dapat dilakukan dengan cara
pengumpulan uap air. Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian
tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap
air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan. Penimbangan lagsung
merupakan Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan
diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur
sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan
tanah dapat dicegah. Kehilagan air dari tumbuhan ini dapatditaksir
untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung (Mahfudz,
2010).
BAB III
METODE

A. ALAT
1. Alat Tulis
2. Buku Laporan Sementara
3. Buku Panduan Praktikum
4. Kamera
5. Klip Kertas
6. Oven
7. Cawan Petri
8. Kertas Saring
9. Stopwatch

B. BAHAN
1. Larutan Kobalt Klorit
2. Begonia sp.

C. CARA KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Kertas saring dipotong hingga menjadi potongan potongan kecil
berukuran sekitar 5 × 2 cm
3. Potongan kertas saring direndam dalam larutan kobalt klorit
(cobalt chloride)
4. Kertas saring yang telah direndam dalam larutan kobalt klorit,
dipanaskan didalam oven dengan berwadahkan cawan petri
5. Kertas saring tersebut dikeluarkan dari oven
6. Kertas saring tersebut diambil dengan cepat dan dipasangkan
melingkar serta dijepoit menggunakan klip kertas pada daun
Begonia sp. Yang ditumbuhkan dalam keadaan ternaungi maupun
tidak tenaungi
7. Reaksi yang terjadi diamati, dicatat, dan di dokumentasikan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1. GELAP

ULANGAN WAKTU
5 2 menit 27 detik
6 1 menit 30 detik
7 2 menit 10 detik
8 3 menit 32 detik
RATA-RATA ?

2. TERANG

ULANGAN WAKTU
1 4 detik
2 6 detik
3 4 detik
4 6 detik
RATA-RATA ?
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum Fisiologi Tumbuhan Acara II yang berjudul“ Transpirasi”


dilaksanakan pada tanggal 12 September 2019 di laboratorium Ekologi dan
Biosistematika Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro. Acara kali bertujuan Mampu membuktikan terjadinya transpirasi
pada daun tanaman Begonia sp dan Mampu mengetahui pengaruh angin terhadap
kecepatan transpirasi. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat
tulis, buku laporan sementara, panduan praktikum, stopwatch,dan handphone.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanaman Begonia sp, kobal
klorit, dan kertas saring.

5.1 Hasil Uji Transpirasi


Praktikum uji transpirasi yang dilakukan pada tanaman Begonia sp
di tempat gelap dan terang. Uji dilakukan dengan cara menghitung
transpirasi dengan kertas kobalt. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfudz
(2010) yang menyatakan bahwa pada dasarnya cara ini adalah pengukuran
uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran
uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering.
Uji transpirasi di tempat teduh dilakukan 4 pengulangan. Data yang
digunakan adalah pada pengulangan pertama dengan waktu 2 menit 27
detik dan pengulangan kedua 1 menit 30 detik, sedangkan pada
pengulangan ketiga dengan waktu 2 menit 10 detik dan pengulangan
keempat 3 menit 32 detik. Uji transpirasi ditempat terang dilakukan
dengan 4 kali pengulangan. Pada pengulangan pertama dihasilkan waktu 4
detik, pada pengulangan kedua 6 detik, pada pengulangan ketiga 4 detik,
dan pada pengulangan keempat 6 detik. Keempat data tersebut digunakan
pada praktikum.
5.2 Lajur Transportasi di gelap dan Terang

Tanaman Beginia sp yang diletakan pada tempat terang lebih cepat


melakukan transpirasi dibandingkan dengan tanaman Begonia sp yang
diletakan ditempat gelap. Dari praktikum yang sudah dilakukan diperoleh
data dari uji ditempat terang dan gelap dengan rata-rata waktu yaitu pada
tempat gelap rataan waktunya adalah 2 menit 24 detik, sedangkan pada uji
ditempat terang rataan waktunya adalah 30 detik. ini menunjukan bahwa
laju transpirasi transpirasi lebih cepat di tempat terang dibandingkan
dengan tempat gelap. Transpirasi akan bekerja lebih optimal bila terkena
sinar dibandingkan dengan ditempat gelap tanpa atau minimnya sinar yang
ada. Pada tanaman begonia sp yang diletakan pada tempat terang akan
mendapatkan temperatur yang lebih tinggi dan kelembaban yang lebih
kecil sehingga mempengaruhi transpirasi tanaman tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prijono (2016) yang menyatakan bahwa tingkat curah
hujan dan temperature merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor
karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Dalam proses transpirasi, air bergerak dari daun yang mempunyai tingkat
menjuju atmosfir yang lebih kering sehingga temperature udara
mempunyai pengaruh terhadap laju transpirasi. Temprature tanah juga
merupakan faktor pembatas transpirasi dimana pada suhu dibawah 8 o C
cunductance stomata rendah dan permeabilitas akar menurun sehingga
menghambat laju transpirasi tanaman.
Transpirasi sebagian besar terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikitt transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tertapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Hal ini sesuai dengan
pendapat Prijono (2016) yang menyatakan bahwa laju transpirasi tiap
tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang meliputi luas
daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleeh perilaku
membuka dan menutupnya stomata, dimana perilaku stomata bervarias
menurut jenis tanaman.
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata. Jumlah
daun.juga mempengaruhi transpirasi, makin luas daerah permukaan daun,
makin besar evapotranspirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijono
(2016) yang menyatakan bahwa Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat
dari perbedaan struktur batang serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana
semakin tinggi indeks luas daun tanaman maka semakin tinggi laju
transpirasi tanaman. Perbedaan kumulasi water loss dan laju transpirasi
tiap tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang meliputi
luas daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh
perilaku membuka dan menutupnya stomata, dimana perilaku stomata
bervariasi menurut jenis tanaman.
Proses transpirasi dapat diterangkan dengan mengacu sifat fisik air .
Molekul air akan melakukan tarik menarik dengan molekul air lainnya
melalui proses kohesi. Selain itu molekul air juga dapat melakukan tarik
menarik dengan dinding xilem melalui proses adhesi. Penguapan air
melalui stomata akan menarik kolom air yang ada di dalam xilem, dan
molekul air baru akan masuk ke dalam rambut akar. Teori kehilangan air
melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan kohesi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Papuangan (2014) yang menyatakan bahwa pada
tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang
membawa garam-garam mineral dari dalam tanah.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum uji transpirasi yang sudah dilakukan pada tanaman
Begonia sp adalah:

6.1 Transpirasi yang terjadi pada uji dengan tanaman Begonia sp mendapatkan
hasil berupa tanaman lebih cepat melakukan transpirasi saat diletakan di tempat
terang yang terkena sinar langsung dibandingkan dengan tanaman yang diletakan
ditempat teduh tanpa terkena sinar langsung. Dari 4 pengulangan yang dilakukan
masing-masing di tempat gelap dan terang, rata-rata waktu yang diperlukan untuk
transpirasi lebih cepat ditempat yang terang yaitu dengan rataan waktu 30 detik.
Sedangkan uji ditempat teduh dihasilkan rata-rata waktu 2 menit 24 detik.

6.2 Pada uji yang dilakukan, angin merupakan faktor yang mempengaruhi
transpirasi. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi
sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga
meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan
mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fatonah, s. (2014). Penentuan waktu pembukaan stomata pada gulma melastoma
malabathricum L. diperkebunan gambir kapar Riau. Jurnal Bio species, 6(2): 15-
22.

Loveless., A. (2014). Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk DaerahTropik. Jakarta:


Gramedia.

Prijono, S. d. (2016). Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachisdanGliricidia


sepiumpada Sistem Budidaya Tanaman Pagar serta Pengaruhnya terhadap
Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal, 7(1): 15-24.

Salim, M. Y. (2016). Hubungan Kandungan Hara Tanah dengan Produksi Senyawa


Metabolit Sekunder pada Tanaman Duku (Lansium domesticumCorr var Duku)
dan Potensinya sebagai Larvasida. J. Vektor Penyakit. , 10(1): 11-18.

Sugiarto, A. (2019). Pemanasan Global di Sumatera Selatan dan Peningkatan suhu udara
yang terjadi: pemodelan pengaruhnya terhadap tranpirasi. Jurnal Penelitian
Ilmiah, 13-15.

Ye H, G. Y. (2015). Bionic leaves imitating the transpiration and solar spectrum reflection
characteristics of natural leaves. J Bionic Eng , 12: 109–116.

Yuan Z, Y. H. (2014). Bionic leaf simulating the thermal effect of natural leaf
transpiration. J Bionic Eng , 11:90–97.

Ai, Nio song., Banyo, yunia. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal ilmiah sains. Vol. 11 No.2

Aprilia, Dita Dwi., Purwani, Kristanti Indah. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza
Glomus fasciculatum Terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada
Tanaman Euphorbia milii. Jurnal sains dan seni pomits. Vol.2, No.1

Hanum, C . 2008 . Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Haryanti, Sri. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai


(Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Bioma. Vol. 11(1): 18-
23.
Haryanti, Sri. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata
dan Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. Vol. XVII, No.1

Mahfudz . 2010.Pengaruh Kehilangan Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit


Pulai (Alstonia sp). Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Bioteknologi
dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian (INTAN)

Papuangan, Nurmaya., Nurhasanah., Djurumudi, Mudmainah. 2014. Jumlah Dan


Distribusi Stomata Pada Tanaman Penghijauan Di Kota Ternate. Jurnal
bioetika. Vol. 3, No. 1

Projono, Sugeng., Laksmana, T. S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum


dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar
Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Jurnal-
PAL. Vol.7, No. 1

Purba H J. 2011. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi untuk Tanaman Padi
Sawah. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 10(3):145-150

Rindyastuti, Ridesti., Hapsari, Lia. 2017. Adaptasi Ekofisiologi Terhadap Iklim


Tropis Kering: Studi Anatomi Daun Sepuluh Jenis Tumbuhan Berkayu.
Jurnal biologi Indonesia. Vol.13, No.1: 1-14

Anda mungkin juga menyukai