Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA PRAKTIKUM KE 6
ACARA PRAKTIKUM KE: VII

Pengaruh Hormon Terhadap Pertumbuhan

Akar Pada Tumbuhan

Nama : M. Ilham Jasir


NIM : 24020118120028
Kelompok : 2
Hari, Tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019
Asisten : Ahmad Arfi S

LABORATORIUM BIOLOGI STRUKTUR DAN


FUNGSI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, 12 November 2019

Asisten Praktikan

Ahmad Arfi Setiadi Muhammad Ilham Jasir


NIM. 24020115120042 NIM. 24020118120028
BAB I
PENDAHULUAN

1.1eLatar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu fenomena yang dapat dinyakatan
dengan data kuantitatif seperti panjang, ukuran, dan berat. Pertumbuhan diatur oleh
mekanisme khusus berupa hormon-hormon. Khusus pada tumbuhan hormon itu disebut
dengan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh memiliki peran tersendiri, diantaranya
auksin yang terletak pada meristem apikal (pucuk) yang dapat mengatur pembentukan
daun, pemanjangan ujung, bunga dan pemanjangan akar.
Menurut Asami dan Nakagawa (2018) tidak seperti hewan, tidak ada kelenjar
penghasil;hormone pada tanaman, tetapi adanya molekul sinyal kecil yang diproduksi di
dalam tanaman dengan jumlah yang sangat sedikit. Molekul itu disebut sebagai hormone
tanaman, dimana mereka meregulasi proses suatu sel dekat dengan mereka diproduksi
atau bergerak ke organ lain dimana mereka dibutuhkan. Sampai saat ini, auksin.
Giberelin, sitokinin. Asam absisat, etilen telah dilaporkan sebagai hormone tanaman.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka praktikum dilaksanakan untuk mengetahui
hormon yang berperan dalam pembentukan akar pada tumbuhan.

1.2eRumusan Masalah

1.Bagaimana cara kerja auksin terhadap pembentukan akar?


2.Bagaimana pertumbuhan akar dengan pemberian hormon yang berbeda?

1.3eTujuan
1.Menjelaskan cara kerja auksin terhadap pembentukan akar
2.Menjabarkan pertumbuhan akar dengan pemberian hormon yang berbeda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Pengatur Tumbuh


Keberhasilan perbanyakan vegetatif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
bahan tanaman, kondisi lingkungan, media, zat pengatur tumbuh dan teknis pelaksanaan.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, yang
dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan
modifikasi secara kualitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam
kegiatan pembibitan secara vegetatif, ZPT sangat diperlukan untuk merangsang akar agar
cepat tumbuh. Selain jenis ZPT yang ada di pasaran, ada ZPT alami seperti air kelapa
yang juga berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tunas pada stek. Dalam rangka
mendapatkan teknik perbanyakan bidara laut yang mendukung pertumbuhan stek batang
yang lebih baik, maka diperlukan pemberian ZPT yang berfungsi untuk merangsang
akar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis zat
pengatur tumbuh yang terbaik untuk pertumbuhan stek batang.(Rahayu dan
Riendriasari,2016)

2.2 Hormon Auksin

Auksin merupakan regulator yang berpotensi dalam pembentukan bunga pada


meristem apikal. Mirip dengan meristem apikal, auksin lokal juga terakumulasi pada
bagian akar yang berpotensi sangat kuat untuk membentuk morfogenitas dari akar.
Auksin sudah banyak dikenal karena kemampuannya untuk meregulasi proses
pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai pusat dari regulasi proses pertumbuhan dan
perkembangan, respon auksin dimodulasi oleh beberapa jalur sinyal. Faktor lingkungan
biotik juga memodulasi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui
aktifitas auksin. Contoh yang tepat adalah formasi dari nodul leguminaceae yang
bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. (Weijers et al. 2018)

2.3 Hormon Giberelin

Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan merangsang perpanjangan ruas
batang, terlibat dalam inisiasi pertumbuhan buah setelah penyerbukan (terlebih jika
auksin tidak berperan optimal), giberelin juga meningkatkan besaran daun beberapa jenis
tumbuhan. Respons terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan
pembesaran sel. Pemberian giberelin sebanyak 250 ppm memberikan pertumbuhan dan
hasil terbaik pada tanaman gandum kultivar dewata karena menunjukan bobot biji per
malai dan bobot biji per tanaman tertinggi. Pemberian giberelin memberikan pengaruh
yang nyata pada komponen pertumbuhan, juga memperpanjang umur tanaman, namun
belum memuaskan pada hasil tanaman gandum. Penelitian pada gandum musim dingin
varietas standar dan semi kerdil dengan memberikan GA3, salah satu bentuk giberelin,
sebanyak 0 ppm; 125 ppm; 250 ppm; 500 ppm dan 1000 ppm. (Wicaksono et al, 2016)

2.4 Hormon Sitokinin

Kadar sitokinin secara alami sangat sedikit namun mampu memberikan respon yang
luas. Sitokinin mampu berinteraksi dengan hormon lainnya sehingga mampu
memberikan respon yang berbeda-beda. Beberapa manfaat sitokinin antara lain sitokinin
berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel sehingga memacu partum uhan
tanaman. Sitokinin berfungsi untuk mematah kandormansi pada biji-bijian.Sitokinin
memacu pembentukan tunas baru, dan berperan dalam penundaan penuaan atau
kerusakan pada tanaman. Sitokinin meningkatkan tingkat mobilita sunsur-unsur dalam
tanaman, sitokinin meningkatkan sintesis pembentukan protein dan masih banyak lagi
manfaat sitokinin terutama dalam produksi tanaman budidaya (Hidayati, 2014)

BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan

1. Silet/Cutter

2. Kertas Duplex

3. Kapas

4. Vigna radiata

5. Hormon auksin

6. Hormon auksin sintesis (2,4 D)

7. Hormon Sitokinin

8. Aquadest

9. Kamera

10. Botol selai

3.2 Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Bagian akar dari Vigna radiata dipotong

3. Kertas dupleks dibelah dari tengah ke samping, kemudian tanaman dimasukkan ke


bagian tengah

4. Setelah itu, tanaman diberi kapas di bagian tengahnya

5. Setiap botol selai diisi dengan hormon-hormon dan aquadest

6. Tanaman dimasukkan dalam keadaan mengambang, kemudian botol selai ditutupi


dengan kertas. Lalu tanaman diamati dan didokumentasikan hingga tumbuh akar
primernya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Tabel Pertumbuhan Akar

Hari Deskripsi
Auksin 2,4 D Sitokinin Akuades
ke- 1 2 1 2 1 2 1 2
1 - - - - - - - -
Muncul Muncul
2 - - - - - -
akar akar
Muncu
3 - - - - -
l akar
Muncul Muncul Muncul
4 - -
akar akar akar
Muncul
5 -
akar
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
11 -
Muncu
12
l akar

Praktikum fisiologi tumbuhan dengan acara VII yang berjudul “Pengaruh Hormon
Terhadap Pertumbuhan Akar Pada Tumbuhan” dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2019.
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika, Departemen Biologi,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Semarang. Tujuan dari praktikum ini
adalah mengetahui hormon terhadap pertumbuhan akar pada stek batang tanaman dan mengetahui
akar pada stek batang tanaman. Alat yang digunakan adalah silet/cutter, botol selai, kapas,
kamera, kertas duplex. Bahan yang digunakan adalah Vigna radiatra, hormon auksin, auksin
sintesis (2,4D), sitokinin dan aquadest.

Fungsi dari kertas dupleks adalah untuk membatasi dan menahan tanaman agar tidak
masuk kedalam larutan hormon, kapas untuk menjaga tanaman agar tidak patah, silet/ cutter
untuk memotong akar, sedangkan hormon auksin dan auksin sintesis (2,4 D) berfungsi untuk
pertumbuhan akar, hormon sitokinin untuk pembelahan sel dan aquadest sebagi control uji
hormon. Menurut Advinda (2018) Fungsi utama dari auksin adalah bukan menambah
kegiatan sel pembelahan sel dari jaringan meristem, namun pengembangan sel sel yang
berada di daerah belakang meristem, sedangkan sitokinin merupakan hormone yang berperan
mengontrol pembelahan sel tanaman.

Fungsi perlakuan berupa pembatasan denga kertas dupleks bertujuan untuk mencegah
tanaman masuk ke dalam larutan hormone, menghindari kontaminasi dan menahan
tumbuhan agar akarnya melayang. Perlakuan pemberian hormone yang berbeda untuk
melihat hormon mana yang berperan dalam pembentukan akar pada tumbuhan. Menurut
Advinda (2018) pemberian hormone yang tepat pada pertumbuhan akar akan menyebabkan
akar dapat tumbuh dengan normal, tetapi bila hormone yang diberikan tidak sesuai maka akar
pada tanaman tidak akan tumbuh atau tumbuh tetapi lebih lambat\

Setiap perlakuan hormon memiliki waktu yang berbeda untuk tumbuhnya akar pada
tumbuhan. Pemberian hormon auksin tumbuh akar pada hari ke 2 dan 3, pemberian auksin
sintesis (2,4D) tumbuh akar pada hari ke 2 dan 4 , pemberian sitokinin tumbuh akar pada hari
ke 12 dan 4, serta pemberian aquades sebagai kontrol tumbuh akar pada hari 4 dan 5.

Perbandingan yang signifikan terlihat pada perlakuan sitokini dengan auksin,


perlakuan auksin dapat membuat akar tumbuh dengan cepat dengan rentang hari 2-3 hari dari
awal pemberian hormon. Sedangkan perlakuan sitokinin memakan waktu yang cukup lama
dengan rentang 4-12 hari. Perlakuan kontrol yang diberikan menunjukkan bahwa akar
tumbuh dengan kecepatan normal dengan rentang hari 4-5 hari. Hal ini disebabkan hormon
auksin berperan dalam pembentukan akar, sedangkan sitokinin tidak berperan dalam
pembentukan akar. Menurut Advinda (2018) sel-sel yang telah diberi auksin menjadi
panjang-panjang dan mengandung banyak air. Dengan kata lain, auksin mempengaruhi
permeabilitas dinding sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan protoplasma
terhadap dinding sel. Potensi ini akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel yang
menyebabkan pengambilan air secara osmosis. Pengambilan air, bersama dengan
penambahan plastisitas dinding sel, memungkinkan sel untuk memanjang. Potongan daun
maupun potongan batang yang diberi serbuk mengandung auksin, seringkali menyebabkan
terbentuknya akar adventif dekat permukaan potongan. Disamping itu auksin juga berperan
dalam pembentukan percabangan akar
Akar terbentuk dari jaringan meristem akar yang memanjang dan diinduksi oleh
auksin sebagai hormone yang dapat memacu pemanjangan sel pada tumbuhan. Menurut Du
dan Ben (2017) Naxilin, molekul non-auksin yang menstimulasi konversi dari prekursor
auksin Indole-3-butric acid (IBA) menjadi auksin yang aktif Indole-3-acetic acid pada
tudung akar. Analisis jaringan menunjukkan jika jalur perubahan IBA menjadi IAA aktif
pada tudung akar bagian lateral terutama pada bagian luar.

Dalam mempengaruhi pertumbuhan akar, auksin memiliki mekanisme khusus dalam


mempengaruhi kinerja tanaman agar akar dapat terangsang untuk tumbuh. Hal tersebut
sependapat dengan Alpriyani dan Karyawati ( 2019 ) dimana auksin memengaruhi
pertumbuhan akar pada tanaman dengan mengontrol pelenturan pada dinding sel. Auksin
memacu protein tertentu pada membrane plasma, yang dimana mampu memicu membrane
plasma sel tumbuhan untuk menghasilkan ion H+ ke dinding sel. Ion ini nantinya akan
memicu aktivasi dari enzim khusus yang menyebabkan putusnya beberapa ikatan silang
hydrogen rantai molekul selulosa. Ikatan silang hydrogen penyusun rantai molekul selulosa
tersebut merupakan unsur yang menyusun dinding sel. Sel tersebut nantinya akan memanjang
yang di sebabkam karena adanya air yang masuk ke dalam sel secara osmosis. Setelah
pemanjangan tersebut terjadi, sel tersebut akan terus tumbuh dengan menyintesis kembali
material dinding sel dan sitoplasma.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Auksin berperan dalam pembentukan akar lebih spesifiknya pemanjangan sel akar
yang ada di bagian elongasi akar. Sel-sel yang telah diberi auksin menjadi panjang-panjang
dan mengandung banyak air. Dengan kata lain, auksin mempengaruhi permeabilitas dinding
sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan protoplasma terhadap dinding sel.
Potensi ini akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel yang menyebabkan
pengambilan air secara osmosis

Pertumbuhan akar yang dipengaruhi oleh hormon auksin lebih cepat dari pada
hormone sitokinin karena hormone auksin mempengaruhi pemanjangan sel yang menjadi
bagian pembentukan akar, sedang kan sitokinin berperan dalam pembelahan sel bukan untuk
pemanjangan sel. Perlakuan kontrol diberikan untuk membandingkan antara hormon auksin
dan sitokinin.

DAFTAR PUSTAKA

Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Sleman:Deepublish


Alpriyan, Dimas dan Anna Sastyana Karyawati. 2019. Pengaruh Konsentrasi Dan
LamaPerendaman Hormon Auksin Pada Bibit tebu ( Saccahrum Officinarum L. ) .
Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 6 : 1354 – 1362.
Asami, Tadao dan Yoshiaki Nakagawa. 2018. Preface to the Special Issue: Brief review of plant
hormones and their utilization in agriculture. J. Pestic. Sci. Vol 43(3), 154–158
Dolf Weijers, Jennifer Nemhauser, Zhenbiao Yang, Auxin: small molecule, big impact. Journal
of Experimental Botany. Vol 69 (2): 133–136,
Hidayati, Yunin. 2014. KADAR HORMON SITOKININ PADA TANAMAN KENAF (Hibiscus
cannabinus L.) BERCABANG DAN TIDAK BERCABANG. Jurnal Pena Sains Vol.
1, (1): 40-48
Rahayu, A.A.D dan Riendriasari, SD. 2016. PENGARUH BEBERAPA JENIS ZAT PENGATUR
TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG BIDARA LAUT
(Strychnos ligustrina Bl. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 (1): 25-31
Wicaksono et al. 2016. Pengaruh pemberian gibberellin dan sitokinin pada konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivum L.) di dataran medium
Jatinangor. Jurnal Kultivasi .Vol. 15(1):52-58
Du, Yunjuan, Ben Scheres, Lateral root formation and the multiple roles of auxin. Journal of
Experimental Botany. Vol 69 (2): 155–167

LAMPIRAN
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Kelompok 7

Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai