FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA PRAKTIKUM KE 6
ACARA PRAKTIKUM KE: VII
Asisten Praktikan
1.1eLatar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu fenomena yang dapat dinyakatan
dengan data kuantitatif seperti panjang, ukuran, dan berat. Pertumbuhan diatur oleh
mekanisme khusus berupa hormon-hormon. Khusus pada tumbuhan hormon itu disebut
dengan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh memiliki peran tersendiri, diantaranya
auksin yang terletak pada meristem apikal (pucuk) yang dapat mengatur pembentukan
daun, pemanjangan ujung, bunga dan pemanjangan akar.
Menurut Asami dan Nakagawa (2018) tidak seperti hewan, tidak ada kelenjar
penghasil;hormone pada tanaman, tetapi adanya molekul sinyal kecil yang diproduksi di
dalam tanaman dengan jumlah yang sangat sedikit. Molekul itu disebut sebagai hormone
tanaman, dimana mereka meregulasi proses suatu sel dekat dengan mereka diproduksi
atau bergerak ke organ lain dimana mereka dibutuhkan. Sampai saat ini, auksin.
Giberelin, sitokinin. Asam absisat, etilen telah dilaporkan sebagai hormone tanaman.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka praktikum dilaksanakan untuk mengetahui
hormon yang berperan dalam pembentukan akar pada tumbuhan.
1.2eRumusan Masalah
1.3eTujuan
1.Menjelaskan cara kerja auksin terhadap pembentukan akar
2.Menjabarkan pertumbuhan akar dengan pemberian hormon yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan merangsang perpanjangan ruas
batang, terlibat dalam inisiasi pertumbuhan buah setelah penyerbukan (terlebih jika
auksin tidak berperan optimal), giberelin juga meningkatkan besaran daun beberapa jenis
tumbuhan. Respons terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan
pembesaran sel. Pemberian giberelin sebanyak 250 ppm memberikan pertumbuhan dan
hasil terbaik pada tanaman gandum kultivar dewata karena menunjukan bobot biji per
malai dan bobot biji per tanaman tertinggi. Pemberian giberelin memberikan pengaruh
yang nyata pada komponen pertumbuhan, juga memperpanjang umur tanaman, namun
belum memuaskan pada hasil tanaman gandum. Penelitian pada gandum musim dingin
varietas standar dan semi kerdil dengan memberikan GA3, salah satu bentuk giberelin,
sebanyak 0 ppm; 125 ppm; 250 ppm; 500 ppm dan 1000 ppm. (Wicaksono et al, 2016)
Kadar sitokinin secara alami sangat sedikit namun mampu memberikan respon yang
luas. Sitokinin mampu berinteraksi dengan hormon lainnya sehingga mampu
memberikan respon yang berbeda-beda. Beberapa manfaat sitokinin antara lain sitokinin
berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel sehingga memacu partum uhan
tanaman. Sitokinin berfungsi untuk mematah kandormansi pada biji-bijian.Sitokinin
memacu pembentukan tunas baru, dan berperan dalam penundaan penuaan atau
kerusakan pada tanaman. Sitokinin meningkatkan tingkat mobilita sunsur-unsur dalam
tanaman, sitokinin meningkatkan sintesis pembentukan protein dan masih banyak lagi
manfaat sitokinin terutama dalam produksi tanaman budidaya (Hidayati, 2014)
BAB III
METODE
1. Silet/Cutter
2. Kertas Duplex
3. Kapas
4. Vigna radiata
5. Hormon auksin
7. Hormon Sitokinin
8. Aquadest
9. Kamera
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
Hari Deskripsi
Auksin 2,4 D Sitokinin Akuades
ke- 1 2 1 2 1 2 1 2
1 - - - - - - - -
Muncul Muncul
2 - - - - - -
akar akar
Muncu
3 - - - - -
l akar
Muncul Muncul Muncul
4 - -
akar akar akar
Muncul
5 -
akar
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
11 -
Muncu
12
l akar
Praktikum fisiologi tumbuhan dengan acara VII yang berjudul “Pengaruh Hormon
Terhadap Pertumbuhan Akar Pada Tumbuhan” dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2019.
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika, Departemen Biologi,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Semarang. Tujuan dari praktikum ini
adalah mengetahui hormon terhadap pertumbuhan akar pada stek batang tanaman dan mengetahui
akar pada stek batang tanaman. Alat yang digunakan adalah silet/cutter, botol selai, kapas,
kamera, kertas duplex. Bahan yang digunakan adalah Vigna radiatra, hormon auksin, auksin
sintesis (2,4D), sitokinin dan aquadest.
Fungsi dari kertas dupleks adalah untuk membatasi dan menahan tanaman agar tidak
masuk kedalam larutan hormon, kapas untuk menjaga tanaman agar tidak patah, silet/ cutter
untuk memotong akar, sedangkan hormon auksin dan auksin sintesis (2,4 D) berfungsi untuk
pertumbuhan akar, hormon sitokinin untuk pembelahan sel dan aquadest sebagi control uji
hormon. Menurut Advinda (2018) Fungsi utama dari auksin adalah bukan menambah
kegiatan sel pembelahan sel dari jaringan meristem, namun pengembangan sel sel yang
berada di daerah belakang meristem, sedangkan sitokinin merupakan hormone yang berperan
mengontrol pembelahan sel tanaman.
Fungsi perlakuan berupa pembatasan denga kertas dupleks bertujuan untuk mencegah
tanaman masuk ke dalam larutan hormone, menghindari kontaminasi dan menahan
tumbuhan agar akarnya melayang. Perlakuan pemberian hormone yang berbeda untuk
melihat hormon mana yang berperan dalam pembentukan akar pada tumbuhan. Menurut
Advinda (2018) pemberian hormone yang tepat pada pertumbuhan akar akan menyebabkan
akar dapat tumbuh dengan normal, tetapi bila hormone yang diberikan tidak sesuai maka akar
pada tanaman tidak akan tumbuh atau tumbuh tetapi lebih lambat\
Setiap perlakuan hormon memiliki waktu yang berbeda untuk tumbuhnya akar pada
tumbuhan. Pemberian hormon auksin tumbuh akar pada hari ke 2 dan 3, pemberian auksin
sintesis (2,4D) tumbuh akar pada hari ke 2 dan 4 , pemberian sitokinin tumbuh akar pada hari
ke 12 dan 4, serta pemberian aquades sebagai kontrol tumbuh akar pada hari 4 dan 5.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Auksin berperan dalam pembentukan akar lebih spesifiknya pemanjangan sel akar
yang ada di bagian elongasi akar. Sel-sel yang telah diberi auksin menjadi panjang-panjang
dan mengandung banyak air. Dengan kata lain, auksin mempengaruhi permeabilitas dinding
sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan protoplasma terhadap dinding sel.
Potensi ini akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel yang menyebabkan
pengambilan air secara osmosis
Pertumbuhan akar yang dipengaruhi oleh hormon auksin lebih cepat dari pada
hormone sitokinin karena hormone auksin mempengaruhi pemanjangan sel yang menjadi
bagian pembentukan akar, sedang kan sitokinin berperan dalam pembelahan sel bukan untuk
pemanjangan sel. Perlakuan kontrol diberikan untuk membandingkan antara hormon auksin
dan sitokinin.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 7
Kelompok 8