Anda di halaman 1dari 23

“MANEJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 1”

1.K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


2.PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)

KELOMPOK VII : DOSEN : Dr.Moh.Sutoro,SE.MM.MH


1. Siswanto (181010550764)
2. Restu Aji (181010550763)
3. Muhammad Pakihudin (181010550786)
4.Ayat Hidayatullah (181010551304)
5. Nurul Aropah (181010551306)
6. Pety Tanjung Sari (181010551491)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417

1
BAB I
K3 (KESELAMATAN KERJA)

Pengertian K3
K3 atau yang kepanjangannya adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja sendiri
memiliki pengertian yang yang terbagi dalam 3 bagian, yakni pengertian K3 secara keilmuan,
secara filosofis dan pengertian menurut para ahli.

A.Pengertian K3 Secara Keilmuan


Secara keilmuan, K3 ialah sebuah ilmu pengetahuan serta penerapannya dalam upaya
mencegah terjadinya kecelakaan saat kerja. K3 bisa juga diartikan sebagai suatu bidang yang
berkaitan langsung dengan kesehatan, keselamatan serta kesejahteraan manusia yang bekerja
pada sebuah proyek maupun institusi.

B.Pengertian K3 Secara Filosofis


Sementara secara filosofis K3 bisa diartikan menjadi suatu pemikiran atau usaha
untuk menjamin keutuhan serta kemampuan jasmani ataupun rohani. Adapun upaya atau
usaha ini baik untuk tenaga kerja.
Pada umumnya maupun masyarakat pada umumnya pada hasil karya anak budaya
menuju masyarakat yang makmur dan adil.Selain uraian di atas, secara filosofi pengertian K3
didefinisikan menjadi dua bagian. Berikut adalah penjelasannya:
1. Kesehatan (health)
Kesehatan kerja diuraikan menjadi sebuah tingkat, dimana keadaan fisik serta psikologi
dari satu individu (thedegreeofphysiologicalandpsychologicalwellbeingofthe
individual).Secara umum, pengertian kesehatan ialah sebuah upaya guna mendapatkan
kesehatan yang sebaik-baiknya dengan cara memberantas dan mencegah penyakit yang
terjadi pada para pekerja, menciptakan lingkungan kerja yang sehat serta mencegah kelelahan
kerja.
2. Keselamatan (Safety)
Keselamatan kerja diuraikan dengan upaya yang ditujukan untuk melindungi para pekerja
ataupun keselamatan orang lain, baik itu untuk melindungi tempat kerja, peralatan, ataupun
bahan produksi dan juga menjaga kelestarian lingkungan hidup serta menciptakan proses
produksi yang lancar.

2
C.Pengertian K3 Menurut Para Ahli
1. WHO (World HealthOrganization)
K3 adalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan fisik,mental dan sosial yang setinggi tingginya untuk pekerja di semua jenis
pekerjaan.Selain itu, juga merupakan upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh pekerjaan. K3 dapat juga diartikan sebagai perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.
2. Widodo
Widodo mengemukakan pendapat bahwa K3 adalah bidang yang berhubungan dengan
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek.
3. Ardana
Pengertian K3 oleh Ardana adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap
sumber produksi bisa digunakan secara aman dan efisien.
4. Hadiningrum
Menurut Hadiningrum K3 adalah pengawasan terhadap SDM, mesin, material dan
metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami kecelakaan.
5. Flippo
K3 adalah pendekatan yang spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktekpraktek
perusahaan di tempat kerja dan pelaksanaannya melalui surat panggilan, denda dan santai
lain.
6. Mathis dan Jackson
Mathis dan Jackson menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
7. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
8. Mangkunegara
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,

3
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
9. Ridley, John (1983)
Mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
10. Lalu Husni, 2003: 138
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja.
11. Suma’mur (1981:2)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
12. Johnson
Menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-
kondisi fisiologisfisikal dan psikologis tenaga kerja, yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
yang disediakan oleh perusahaan.

Fungsi K3
Selain memiliki tujuan, penerapan K3 juga memiliki fungsi yang begitu banyak dan
pastinya bermanfaat baik untuk pekerja maupun perusahaan. Di bawah ini adalah beberapa
fungsi K3 secara umum:
a) Menjadi pedoman dalam melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya risiko
serta bahaya bagi kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja
b) Membantu memberi saran untuk perencanaan, desain tempat kerja, proses organisir,
serta pelaksanaan kerja
c) Menjadi pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, prosedur, metode dan
juga program
d) Menjadi pedoman untuk memantau kesehatan serta keselamatan para pekerja di area
lingkungan kerja
e) Memberikan saran tentang informasi, edukasi serta pelatihan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja
f) Sebagai acuan untuk mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya serta
program pengendalian bahaya.

4
Manfaat K3 Bagi Perusaaan
1. Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja Di Perusahaan
K3 merupakan sistem manajemen yang mengatur dan memuat segala persyaratan
terkait kesehatan dan keselamatan pekerja di perusahaan. Setiap perusahaan tentunya
memiliki lingkungan kerja yang berisiko mengakibatkan kecelakaan dan mengancam
kesehatan kerja. Oleh karena itu, sistem manajemen K3 hadir sebagai solusi permasalahan
tersebut.

Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen ini dapat membangun proses yang
sistematis dalam mengurangi angka kecelakaan kerja. Hal tersebut dikarenakan, sistem
manajemen ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperhitungkan risiko dan bahaya
kerja. Dengan demikian, angka kecelakaan kerja bisa terkurangi karena risiko dan bahaya
telah diperhitungkan.

2. Menghilangkan Risiko Dan Bahaya Akibat Kerja


Cara kerjanya adalah sistem manajemen ini akan membantu perusahaan dalam
menentukan bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan kerja. Bahaya dan risiko tersebut
ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan pekerja. Perusahaan yang berhasil
mengindentifikasi bahaya dan risiko kemudian akan menentukan solusi yang tepat untuk
menghilangkan risiko dan bahaya kerja di perusahaan.

3. Meningkatkan Kesadaran Tentang Risiko Dan Bahaya Lingkungan Kerja


K3 yang berisi segala persyaratan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kesadaran terkait risiko dan bahaya kerja.
Perusahaan yang memiliki kesadaran tersebut tentunya akan lebih memperhatikan
pekerjanya, sehingga tidak terkena penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Selain meningkatkan kesadaran pihak perusahaan, sistem manajemen K3 ini juga


meningkatkan kesadaran pekerja tentang bahaya di lingkungan kerja. Dengan demikian,
pekerja akan lebih waspada saat bekerja dan berusaha mematuhi peraturan yang berlaku agar
dirinya tidak dirugikan di kemudian hari.

4. Mengurangi Pengeluaran Biaya Akibat Kecelakaan dan Sakit Akibat Kerja


Penerapan K3 pada perusahaan tentunya akan bermanfaat untuk mengurangi
pengeluaran biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

5. Meningkatkan Reputasi Perusahaan


Manfaat yang terakhir dari penerapan K3 adalah dapat meningkatkan reputasi dari
perusahaan. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen ini akan dianggap peduli dan
mementingkan kesehatan dan keselamatan pekerja. Apalagi standar sistem manajemen ini
merupakan standar yang diatur oleh internasional.

5
Hal tersebut tentunya akan membuat citra perusahaan di dalam dunia perdagangan
menjadi lebih baik. Bahkan, produk perusahaan yang telah menerapkan sistem manajemen
K3 ini akan lebih diminati oleh konsumen. Jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan
jasa, maka perusahaan tersebut akan mampu bersaing dalam menemukan pelanggan.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Training Yang Tidak Memadai


Faktor kurangnya training, termasuk frekuensi training yang terlalu jarang (untuk
refreshing) dan tidak ada evaluasi setelah training menjadi salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan kerja.

Perilaku Tidak Aman


Banyak bercanda sewaktu bekerja, ceroboh atau mengabaikan peraturan K3 adalah
sekedar beberapa diantara sekian banyak perilaku tidak aman. Mengabaikan prosedur kerja
juga termasuk ke dalam kategori perilaku tidak aman.

Prosedur atau SOP


Prosedur kerja yang disusun dengan tidak memperhatikan faktor keselamatan kerja di
dalamnya, dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi. Maka, penting sekali untuk
melakukan evaluasi dan review secara berkala terhadap semua prosedur kerja yang telah
dibuat.

Kondisi Peralatan
Memaksakan bekerja dengan menggunakan peralatan dengan kondisi tidak laik
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Termasuk misalnya
mengoperasikan tanki penyimpanan dengan indikator level yang tidak terkalibrasi.

Bahan Yang Digunakan


Menghindari penggunaan bahan kimia B3 seperti H2O2 atau HNO3 tentu jauh lebih
efektif untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dari pada menggunakan bahan kimia
B3 meskipun dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti kacamata safety
misalnya.Menggunakan bahan atau material yang tidak kompatibel juga bisa memicu
terjadinya masalah K3. Ini karena akan terjadi reaksi yang tidak terkendali.

Desain Tempat Kerja


Idealnya, tempat kerja didesain aman sejak awal. Namun, pada kenyataannya tetap
saja ada lack of design yang membuat tempat kerja tidak 100% aman. Juga, bisa jadi tempat
kerja menjadi tidak lebih aman setelah ada perubahan desain atau modifikasi.

Lokasi Kerja
Bekerja pada ketinggian tentu memiliki resiko tinggi. Bekerja di dalam sebuah
confined space jauh lebih berbahaya daripada bekerja pada ruangan terbuka. Karena itulah
faktor lokasi kerja menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja terjadi.

6
Desain Alat
Alat yang didesain dengan pertimbangan safety di dalamnya akan mampu mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai contoh, motor kompresor atau pompa biasanya didesain
dengan motor cover, untuk menghindari anggota tubuh terkena bagian berputar.  Desain alat
seperti ini aman dari sisi K3. Sebaliknya, alat-alat putar yang tidak memiliki barrier
berpotensi bahaya bagi pekerja.

Budaya Safety
Perusahaan dengan budaya safety yang tidak baik akan memiliki potensi terjadinya
kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Dan yang membuat sulit adalah proses mengubah budaya
safety yang kurang baik menjadi yang lebih baik memerlukan waktu, tenaga dan usaha yang
besar.

Komitmen Manajemen
Komitmen yang kuat serta dukungan penuh manajemen terhadap safety di dalam
perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap angka kecelakaan kerja yang terjadi.
Komitmen yang kuat bisa dilihat salah satunya dari seberapa besar alokasi anggaran yang
disediakan untuk membuat tempat kerja menjadi lebih aman.

Prinsip-Prinsip K3:

Pada umumnya prinsip prinsip K3 sama halnya kita menjawab pertanyaan mengenai
mengapa kita harus sehat, mengapa kita harus selamat, mengapa kita harus aman yaitu:

1. Pembangunan Kesehatan, adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai


hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang
optimal.
2. Mencegah Kecelakaan, adalah upaya untuk mencegah kecelakaan pekerja tergantung
pada unjuk kerja setiap karyawan mengingat kecelakaan dapat mudah terjadi dan ini
diperlukan suatu kerja sama atau kerja tim dengan baik dari karyawan
3. Menjaga/memelihara keamanan, aktivitas pengamanan meliputi pengamanan fisik dan
perlindungan pribadi pekerja dan tentu saja tamu atau pengunjung. Tamu atau
pengunjung juga dilibatkan untuk berperan aktif dalam menjaga/memelihara
keamanan.

7
Ruang Lingkup:

1. Pekerja
Kesehatan para pekerja dalam suatu perusahaan harus dijaga dengan baik, karena hal
ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja pekerja sehingga diperoleh tenaga kerja
yang produktif dan professional yang nantinya dapat membantu dalam mencapai tujuan
perusahaan.

2. Pekerjaan
Para pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan. upaya mengurangi resiko dalam pekerjaan dalam hubungannya dengan
K3 misalnya bisa dilakukan dengan perubahan pada metode kerja apabila ditemui adanya
kesalahan.

3. Tempat Kerja
Tempat kerja secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
suasana yang menyenangkan (Comfortable) dan aman (safe) akan
menimbulkan/meningkatkan gairah kerja karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menjaga hygiene dan sanitasi seperti misalnya :
a. Pengaturan penerangan atau pencahayaan di ruang kerja,
b. Pengawasan terhadap suhu, dan tekanan udara ruangan kerja,
c. Menjaga kebersihan lingkungan tempat kerja.

Jenis Bahaya Dalam K3:


A. Kimia
Bahaya jenis kimia pada K3 umumnya terjadi ketika ada bahan kimia yang digunakan
pada proses produksi. Bahaya jenis kimia ini terjadi ketika terjadi kontak langsung dengan
pekerja ataupun tercium sehingga masuk ke tubuh pekerja.
Ada beberapa jenis bahan kimia yang mudah menguap, parahnya pada ambang batas
tertentu bahan-bahan kimia tersebut bisa memicu munculnya penyakit pada manusia.
Contohnya adalah abu sisa pembakaran bahan kimia semisal plastik yang menghasilkan
senyawa kimia berbahaya ketika terhirup oleh hidung manusia.
B. Biologi
Jenis bahaya biologi ialah bahaya yang berasal dari mikroorganisme yang tak kasat mata
maupun hewan yang ada di area lokasi kerja dan kemudian masuk ke dalam tubuh tanpa
permisi. Karena proses masuknya yang tak terdeteksi, hal ini kerap menjadikan tubuh
mengalami gangguan dan penanganannya pun cenderung lebih sulit.

8
Biasanya dampak yang paling sering dijumpai adalah pekerja terinfeksi. Sebagai contoh
bahaya bisa ular, berbagai macam bakteri dan virus serta masih banyak lainnya.
C. Fisika
Bahaya fisika bisa di contohkan dalam gangguan yang terjadi karena operasi suatu mesin
yang menimbulkan kebisingan. Selain karena mesin, keadaan suhu ruangan yang terlalu
dingin atau panas juga bisa menimbulkan bahaya terhadap pekerja.
Contohnya adalah gangguan pendengaran karena terlalu lama mendengar suara bising dan
kerja di lokasi kerja, penerangan dan pencahayaan yang kurang bisa menyebabkan kerusakan
mata serta bahaya-bahaya lain yang disebabkan peralatan kerja atau mesin.
D. Mekanik
Bahaya mekanik ialah bahaya yang berasal dari benda-benda yang bergerak, benda-benda
yang ukurannya besar dan berat, benda yang tajam sera benda yang bisa menimbulkan risiko
terhadap pekerja. Semisal risiko pekerja terjepit oleh benda-benda di area kerja, risiko
tertusuk, tertabrak, terpotong dan lain sebagainya.
E. Bahaya Ergonomi
Selanjutnya ada bahaya ergonomi, yakni bahaya yang berasal dari ketidaksesuaian desain
alat atau fasilitas kerja yang kapasitasnya tubuh pekerja. Dalam kasus ini pekerja bisa merasa
tidak nyaman pada tubuhnya, semisal sakit pada otot, pegal-pegal, nyeri tulang dan juga
sendi.Contohnya ketika adanya gerakan repetitive (berulang-ulang) semisal membungkuk-
berdiri-membungkuk dengan frekuensi dan durasi yang melebihi batas.

Usaha Mencapai Keselamatan Kerja :


1.Pelatihan keselamatan kerja
dilakukan agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya secara baik sesuai dengan standard
operational procedure yang ditetapkan perusahaan.
2.Publikasi keselamatan kerja
dilakukan dengan pemberian informasi sebagai pengingat akan pentingnya keselamatan kerja
bagi pekerja.
3.Kontrol lingkungan kerja
dilakukan dengan pemeriksaan dan pengendalian kondisi lingkungan kerja.
4.Pengawasan dan disiplin
dilakukan dengan pemeriksaan secara seksama mengenai tingkat kepatuhan karyawan dalam
melaksanakan peraturan, tugas, dan sebagainya.
5.Peningkatan kesadaran akan K3

9
dilakukan dengan penjagaan komitmen yang kuat dan perhatian yang besar terhadap aspek
K3 baik dari sisi manajemen perusahaan maupun pekerja
6.Analisis Bahaya Pekerjaan (JobHazardAnalysis)
JobHazardAnalysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis
pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan
bahaya yang mungkin terjadi.

Dalam melakukan JobHazardAnalysis, ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan:


a) Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses jobhazardanalysis.
Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan
informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.
b) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang pernah
terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan indikator utama
dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja.
c) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di
lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide atau gagasan
yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.
d) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat diterima
atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya.

Keterkaitan K3 Dengan Produktifitas Perusahaan

Suatu perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas sumber daya


manusia yang ada. Produktivitas sumber daya manusia ditentukan oleh sejauh mana system
yang ada di perusahaan mampu menunjang dan memuaskan keinginan seluruh pihak.

Apabila suatu perusahaan peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan karyawan,


maka karyawan akan meningkatkan produktivitas kerjanya terhadap perusahaan.

Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan untuk memunculkan rasa
aman dan nyaman bagi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga produktivitas
pekerja dapat meningkat. Keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan produktivitas
kerja karyawan.

10
Produktivitas kerja adalah sikap mental yang berprinsip bahwa hari ini harus lebih
baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. Dari definisi tersebut, perusahaan
seharusnya menjaga mutu kehidupan para karyawan dengan memberikan jaminan terhadap
keselamatan dan kesehatan karyawannya.

Dan apabila karyawan tidak mendapat fasilitas yang aman serta tidak mendapat
jaminan keselamatan akan dirinya maka, sudah dapat dipastikan karyawan/pekerja tidak akan
bekerja dengan maksimal dan pada akhirnya akan mempengaruhi produktifitas perusahaan.

11
BAB II
PEMBERHENTIAN HUBUNGAN KERJA

Pengertian :
.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) memiliki berbagai pengertian, diantaranya :
1. Menurut Mutiara S. Panggabean
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan pengakhiran hubungan kerja antara
pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan, sehingga
berakhir pula hak dan kewajiban di antara mereka.
2. Menurut Malayu S.P. Hasibuan
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen sumberdayamanusia.Dan
istilah ini mempunyai sinonim dengan separation, pemisahan atau pemutusan hubungan kerja
(PHK).
3. Menurut Sondang P. Siagian
Pemutusan hubungan kerja adalah ketika ikatan formal antara organisasi selaku
pemakai tenaga kerja dan karyawannya terputus.
4. Menurut Suwatno
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusahan.
5. Menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 25
Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu
hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau buruh
dan pengusaha.
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang
juga dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian
sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan
berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.

Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Pemutusan Hubungan kerja juga mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

12
1. Mengurangi biaya tenaga kerja
2. Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral dari manajemen adalah
mengidentifikasi kinerja yang buruk dan membantu meningkatkan kinerjanya.
3. Meningkatkan inovasi. PHK meningkatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan ,
yaitu :
a. Pemberian penghargaan melalui promosi atas kinerja individual yang tinggi.
b. Menciptakan kesempatan untuk level posisi yang baru masuk
c. Tenaga kerja dipromosikan untuk mengisi lowongan kerja sebgai sumber daya yang
dapat memberikan inovasi/menawarkan pandangan baru.
4.Kesempatan untuk perbedaan yang lebih besar. Meningkatkan kesempatan untuk
memperkerjakan karyawan dari latar belakang yang berbeda-beda dan mendistribusikan
ulang komposisi budaya dan jenis kelamin tenaga kerja.

Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja


Memiliki kaitan yang erat dengan alasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
namun tujuan lebih menitikberatkan pada jalannya perusahaan (pihak pengusaha). Maka
tujuan PHK diantaranya:
1. Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan dengan baik dan
efektif salah satunya dengan PHK.
2. Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor dari luar seperti kesulitan penjualan
dan mendapatkan kredit, tidak adanya pesanan, tidak adanya bahan baku produktif,
menurunnya permintaan, kekurangan bahan bakar atau listrik, kebijaksanaan pemerintah dan
meningkatnya persaingan.
Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat mencapai sasaran seperti yang
diharapkan dan tidak menimbulkan masalah baru dengan memperhatikan tiga faktor penting,
yaitu faktor kontradiktif, faktor kebutuhan, dan faktor sosial.

Prinsip – Prinsip Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

13
Prinsip-prinsip dalam pemutusan hubungan kerja adalah mengenai alasan dan
mekanisme pemutusan hubungan kerja. Maka alasan pemutusan hubungan kerja (PHK)
antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang :Undang-undang dapat menyebabkan seseorang harus berhenti seperti
karyawan WNA yang sudah habis izinnya.
2. Keinginan Perusahaan : Perusahaan dapat memberhentikan karyawan secara hormat
ataupun tidak apabila karyawan melakukan kesalahan besar
3. Keinginan karyawan :Buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu karena
alasan mendesak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pensiun :Ketika seseorang telah mencapai batas usia tertentu sesuai dengan peraturan
perusahaan yang disepakati.
5. Kontrak kerja berakhir
6. Kesehatan karyawan :Kesehatan karyawan dapat dijadikan alasan pemberhentian
karyawan. Ini bisa berdasarkan keinginan perusahaan atau keinginan karyawan yang juga
telah diatur berdasarkan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
7. Meninggal dunia
8. Perusahaan dilikuidisasi
9. Karyawan dilepas jika perusahaan dilikuidisasi atau ditutup karena bangkrut.

Pihak yang Tidak Boleh Dikenakan Pemutusan Hubungan Kerja


a. Pekerja yang sakit menurut keterangan dokter selama tidak lebih dari 12 bulan secara
terus menerus,
b. Lalu, untuk pekerja yang sedang memenuhi kewajiban terhadap negara.
c. Kemudian, jika pekerja menjalankan ibadah sesuai agamanya.
d. Adanya pekerja yang menikah
e. Terdapat perlakuan khusus untuk pekerja perempuan yang hamil, melahirkan,
menggugurkan kandungan atau menyusui bayi.
f. Kemudian, untuk pekerja yang mempunyai ikatan perkawinan atau pertalian darah
dengan pekerja lain di dalam satu perusahaan. Terkecuali disebutlkan dalam peraturan
perusahaan.
g. Jika ada pekerja yang melakukan kegiatan yang terkait dengan serikat buruh di luar
jam kerja.
h. Perbedaanpaham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin,
kondisi fisik atau satsu perkawinan.
i. Terakhir jika pekerja sakit atau cacat tetap akibat dari kecelakaan kerja.
Jika pemutusan hubungan kerja dilakukan dengan alasan-alasan di atas maka pengusaha
wajib memperkerjakan kembali karena batal demi hukum.

14
Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK):
A.MenurutMangkuprawira
Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada 2 Jenis, yaitu pemutusan hubungan kerja sementara
dan pemutusan hubungan kerja permanen :
1. Pemutusan Hubungan Kerja Sementara, yaitu sementara tidak bekerja dan pemberhentian
sementara.
2. Sementara tidak bekerja
Terkadang para karyawan butuh untuk meninggalkan pekerjaan mereka sementara.
Alasannya bermacam-macam dapat berupa kesehatan, keluarga, melanjutkan pendidikan
rekreasi dan lain sebagainya. Keadaan ini disebut juga dengan cutipendek atau cuti panjang
namun karyawan tersebut masih memiliki ikatan dengan perusahaan dan memiliki aturan
masing-masing.

1. Pemberhentian sementara
Berbeda dengan sementara tidak bekerja pemberhentian sementara memiliki alasan
internal perusahaan, yaitu karena alasan ekonomi dan bisnis, misalnya kondisi moneter dan
krisis ekonomi menyebabkan perusahaan mengalami chaos atau karena siklus bisnis.
Pemberhentian sementara dapat minimumkan di beberapa perusahaan melalui perencanaan
sumber daya manusia yang hati-hati dan teliti.
2.Pemutusan Hubungan Kerja Permanen
Pemberhentian ini ada 3 jenis, yaitu :
a.Atrisi
Atau pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan secara tetap karena alasan pengunduran
diri, pensiun, atau meninggal. Fenomena ini diawali oleh pekerja individual, bukan oleh
perusahaan. Dalam perencanaan sumber daya manusia, perusahaan lebih menekannkan pada
atrisi daripada pemberhentian sementara karena proses perencanaan ini mencoba
memproyeksikan kebutuhan karyawan di masa depan.

15
b.Terminasi
Istilah luas yang mencakup perpisahan permanen karyawan dari perusahaan karena alasan
tertentu. Biasnya istilah ini mengandung arti orang yang dipecat dari perusahaan karena
faktor kedisiplinan. Ketika orang dipecat karena alasan bisnis dan ekonomi. Untuk
mengurangi terminasi karena kinerja yang buruk maka pelatihan dan pengembangan
karyawan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh karena dapat mengajari karyawan
bagaimana dapat bekerja dengan sukses.
c. Kematian
Karyawan yang meninggal dunia secara otomatis hubungan kerjanya dengan perusahaan akan
terputus. Perusahaan tersebut akan memberikan pesangon atau uang pensiun bagi keluarga
yang ditinggalkannya sesuai dengan peraturan yang ada.

B.Menurut Sedarmayanti
Jenis Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) ada 2 jenis, yaitu :
1. Permberhentian Sementara biasanya terjadi pada karyawan tidak tetap yang
hubungan kerjanya bersifat tidak tetap, perusahaan yang bergerak pada produk musiman,
Karyawan yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajibkarenadisangkatelah
berbuat tindak pidana kejahatan.
2. Pemberhentian Permanen sering disebut pemberhentian, yaitu terputusnya ikatan
kerja antara karyawan dengan perusahaan tempat bekerja.

C.Menurut Mutiara S. Panggabean


Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada 4 Jenis, diantaranya :
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak sendiri (Voluntaryturnover) hal ini
terjadi jika karyawan yang memutuskan untuk berhenti dengan alasan pribadi.
2. Pemberhentian Karyawan karena habis masa kontrak atau karena tidak dibutuhkan lagi
oleh organisasi (Lay Off).
3. Pemberhentian karena sudah mencapai umur pensiun (Retirement). Saat berhenti biasanya
antara usia 60 sampai 65 tahun.
4. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas kehendak pengusaha. Dalam hal ini
pengusaha mmutuskan hubungan kerja dengan pekerja mungkin disebabkan adanya
pengurangan aktivitas atau kelalian pegawai atau pelanggaran disiplin yang dilakukan
pekerja.

16
Dari beberapa sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis

 Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara dapat disebabkan karena


keinginan sendiri ataupun karena perusahaan dengan tujuan yang jelas.
 Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu :
1. Keinginan sendiri
2. Kontrak yang Habis
3. Pensiun
4. Kehendak Perusahaan

Proses Dan Prosedur PHK


Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena terkadang
pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka menurut Umar
(2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:

1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.


2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D.
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian hubungan kerja jika


sudah tidak dapat dihindari maka cara yang diatur telah diatur dalam Undang-undang No.12
tahun 1964.
Perusahaan yang ingin memutuskan hubungan kerja harus mendapatkan izin dari P4D
(Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan kerja dengan
lebih dari sembilan karyawan maka harus dapat izin dari P4P (Panitia Penyelesaian
Perburuhan Pusat) selama izin belum didapatkan maka perusahaan tidak dapat memutuskan
hubungan kerja dengan karyawan dan harus menjalankan kewajibannya.

17
Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja harus berusaha untuk meningkatkan
efisiensi dengan:
1. Mengurangi shift kerja
2. Menghapuskan kerja lembur
3. Mengurangi jam kerja
4. Mempercepat pension
5. Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara

Alasan Pemberhentian PHK


Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantum dalam Pasal 153 ayat
(1) Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan
pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan yaitu:
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya Karena memenuhi kewajiban
terhadap Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja/buruh menikah
5. Pekerja/burh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau PKB.
7. Pekeerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh melakukan kegiatan serikat/pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam
kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau PKB.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.
10. Pekerja. Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya
belum dapat dipastikan .

18
Alasan Diperbolehkan PHK
Ada beberapa alasan pengusaha membolehkan pengusaha melakukan pemutusan kerja
dengan karyawan dengan alasan pekerja telah melakukan kesalahan berat seperti :
1.Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan dan/atau uang milik perusahaan.
2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.
3.Mabuk, minum-minuman kerjasmemabukan, memakai atau mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan karja.
4.Melakukan perbuatan asusiala atau perjudian di lingkungan karja.
5.Menyerang menganiaya, mengancam astau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
di lingkungan kerja.
6.Membujuk temasn sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
7.Dengan ceroboh astau sengaja merusak atau mebiarkan dalam keadaan bahaya barng milik
perusahaan yang menimbulkan rugi bagi perusahaan.
8.Dengan ceroboh atau membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di
tempat kerja.
9.Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang harusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan Negara.
10.Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana 5 tahun atau
lebih Semua kegiatan seperti di atas, baru pengusaha memutuskan melakukan pemutusan
hubungan hubungan kerja dengna karyawan, apabila memang benar-benar terbukti dengan
didukung oleh bukti-bukti, atau tertangkap tasngan dan adanya pengakuan dari karyawan.

Kompensasi PHK
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak
(UPH) yang seharusnya diterima.UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan
dan masa kerjanya.
1. Perhitungan Uang Pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut :
Masa Kerja Uang Pesangon
• Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah.
• Masa kerja 1 – 2 tahun, 2 (dua) bulan upah.
• Masa kerja 2 – 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah.
• Masa kerja 3 – 4 tahun 4 (empat) bulan upah.

19
• Masa kerja 4 – 5 tahun 5 (lima) bulan upah.
• Masa kerja 5 – 6 tahun 6 (enam) bulan upah.
• Masa kerja 6 – 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah.
• Masa kerja 7 – 8 tahun 8 (delapan) bulan upah.
• Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK) ditetapkan sebagai berikut :


Masa Kerja UPMK
• Masa kerja 3 – 6 tahun 2 (dua) bulan upah.
• Masa kerja 6 – 9 tahun 3 (tiga) bulan upah.
• Masa kerja 9 – 12 tahun 4 (empat) bulan upah.
• Masa kerja 12 – 15 tahun 5 (lima) bulan upah.
• Masa kerja 15 – 18 tahun 6 (enam) bulan upah.
• Masa kerja 18 – 21 tahun 7 (tujuh) bulan upah.
• Masa kerja 21 – 24 tahun 8 (delapan) bulan upah.
• Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah.
3. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.
b. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan/buruh dan keluarganya ketempatdimana
karyawan/buruh diterima bekerja.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.

Bolehkah Tidak Memberikan Karyawan yang di-PHK Pesangon atas Dasar Peraturan
Perusahaan?
Soal alasan perusahaan yang tidak memberikan Pesangon karena atas dasar peraturan
perusahaan itu tidak dapat dibenarkan menurut hukum. Pasal 111 ayat (2) UUK mengatakan,
“Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Dengan kata lain peraturan perusahaan yang bertentangan dengan UU batal demi
hukum sehingga yang berlaku adalah ketentuan yang ada dalam UU. Jika ada peraturan
perusahaan ataupun ketentuan-ketentuan dalam peraturan perusahaan yang bertentangan

20
dengan UU Ketenagakerjaan maka peraturan perusahaan ataupun ketentuan-ketentuan yang
bertentangan tersebut batal demi hukum.
Sehingga yang dipakai sebagai acuan adalah yang apa yang diatur dalam UUK. Jadi
perusahaan Wajib membayarkan pesangon kepada Anda sebagai akibat PHK sekalipun
peraturan perusahaan mengatur berbeda.
Jika anjuran Disnaker yang menganjurkan perusahaan membayar pesangon tidak
dilaksanakan perusahaan, langkah selanjutnya adalah mengajukan gugatan ke Pengadilan
Hubungan Industrial dalam hal ini Pengadilan Industrial di mana perusahaan berdomisili.

21
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
K3 merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan fisik,mental dan sosial yang setinggi tingginya untuk pekerja di semua jenis
pekerjaan.Selain itu, juga merupakan upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh pekerjaan. K3 dapat juga diartikan sebagai perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.
Sedangkan PHK dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga
dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian sebagai
sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir hak
dan kewajiban pekerja dan perusahaan

Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini, hendaknya dalam pemutusan
hubungan kerja harus sesuai dengan undang undang yang berlaku agar tidak ada perselisihan
dan tidak ada pihak yang merasa di rugikan.
Dan mengenai K3, Bagi pihak perusahaan disarankan untuk menekankan seminimal mungkin
terjadinya ecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dengan baik dan tepat.
Dan Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati.

22
FORMULIR PERMOHONAN CUTI

Yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan untuk menjalankan


seluruh / sebagian hak Cuti ( Lihat Penjelasan di Bawah ) :

Jenis Cuti
Melahirkan Istri Melahirkan Ibadah Haji Khitanan/ Baptis
Pernikahan Anak Menikah Cuti Besar Tahunan Karyawan Tetap
Keluarga Serumah Meninggal Keluarga Serumah Meninggal

NIK : ……………………………………..…( Harus Diisi )


Nama Lengkap : ……………………………………………………….
Jabatan : ……………………………………………………….
Bagian : ……………………………………………………….
Tanggal Tetap : ……………………………………………………….
Sisa Hak Cuti Tahun : ……………………………………………….… hari
Cuti Yang Diambil : …………………………………………………. hari
Sisa Cuti Tahun : …………………………………………………. hari
Cuti Mulai Tanggal : …………………… s/d …………………………….
Masuk Bekerja Lagi Tanggal : ……………………………………………………….
Alasan Cuti : ……………………………………………………….
Pengganti Selama Cuti : ……………………………………………………….

Menyetujui / Tidak Menyetujui Tangerang, ……………………………..


Atasan Yang Bersangkutan Pemohon

( ) ( )

23

Anda mungkin juga menyukai