Anda di halaman 1dari 14

SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 57

SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Halal Certificate in the Agricultural Products Processing Industry


Sulistyo Prabowo1*, Azmawani Abd Rahman2
1
Laboratorium Pengolahan dan Pengawasan Mutu Hasil Pertanian
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman
Samarinda 75119, Kalimantan Timur, Indonesia
2
Institut Penyelidikan Produk Halal dan Fakulti Ekonomi dan Kepengurusan, Universiti Putra Malaysia
Serdang 43300, Selangor, Malaysia
*Korespondensi penulis E-mail: sulprab@gmail.com

Naskah diterima: 22 April 2016 Direvisi: 13 Mei 2016 Disetujui terbit: 15 Juli 2016

ABSTRACT

Halal agriculture-based commodities have been growing rapidly in the world market, but Indonesia’s role is still
limited. People think that halal certificate is a religious issue. This paper aims to assess positive sides of the halal
certification in order to strengthen the agriculture-based industrial sector. This is a literature review and an
observation of practice implementation of halal assurance system in Indonesia. Information was obtained from
journals, books, magazines, newspapers and electronic media, such as official webs of certification bodies as well
as personal communication with competent sources. The results indicate that issues on halal products become a
significant opportunity to improve agribusiness economic power by strengthening agriculture-based industries.
Keywords: agribusiness, agricultural products, certification, halal, processing industry

ABSTRAK

Komoditas halal berbasis pertanian telah berkembang pesat di pasar dunia, namun peranan Indonesia masih
sangat rendah. Hal tersebut tidak terlepas dari rendahnya kesadaran masyarakat yang masih menganggap halal
hanya sebagai isu agama semata. Tulisan ini berupaya untuk melihat sisi positif sertifikasi halal dalam
memperkuat sektor industri berbasis pertanian. Metode yang dilakukan adalah melalui peninjauan pustaka-
pustaka yang relevan dan pengamatan praktik pelaksanaan sistem jaminan halal di Indonesia. Informasi
didapatkan melalui sumber-sumber dari jurnal, buku, majalah, koran, dan media elektronik seperti halaman resmi
organisasi lembaga sertifikasi serta komunikasi pribadi dengan narasumber yang kompeten. Hasil kajian ini
menunjukkan bahwa isu halal menjadi peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kekuatan perekonomian
agribisnis melalui penguatan industri berbasis pertanian. Selain itu, tulisan ini juga memberikan gagasan yang
dapat dijadikan sebagai landasan dalam menentukan strategi dan kebijakan di bidang pertanian.
Kata kunci: agribisnis, halal, hasil pertanian, industri pengolahan, sertifikasi

PENDAHULUAN ditimbulkan dari globalisasi sektor industri


berbasis hasil pertanian tersebut (Okezie 2006).
Dewasa ini perkembangan sektor industri Dalam jangka panjang, semua peraturan dan
berbasis hasil pertanian seperti industri pangan kebijakan kualitas bahan pangan harus
semakin mendunia dan hampir seperti tanpa berkesesuaian dengan International Codex
batas. Kebutuhan pasar tidak lagi terbatas pada Alimentarius dan standar ISO seri 9000.
pasar domestik, namun sudah merupakan suatu Pengendalian kualitas makanan harus
keharusan untuk bisa memasuki pasar global. menyeluruh sejak dari proses produksi di
Industri pangan mulai mengambil bahan baku ladang, pengolahan, pemasaran, sampai siap
dari negara lain di seluruh belahan dunia untuk dikonsumsi. Hal ini untuk menjamin agar
(Trienekens dan Zuurbier 2008). Sebagai konsumen selalu mendapatkan bahan yang
konsekuensinya, tuntutan masyarakat global aman, sehat, produk akhir berkualitas prima dan
terhadap kualitas dan keamanan pangan juga memungkinkan deteksi dini adanya penyim-
semakin meningkat. Setiap negara melakukan pangan kualitas. International Codex
berbagai penyesuaian dengan mengeluarkan Alimentarius adalah program standar keamanan
kebijakan untuk melindungi warga negaranya pangan yang dibuat oleh Codex Alimentarius
dari berbagai dampak negatif yang mungkin Commission, sebuah komisi kerja sama Badan
58 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

Perserikatan Bangsa-Bangsa antara Organisasi menjadi faktor penting yang menentukan


Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi apakah sesuatu boleh dimakan atau tidak,
Pangan dan Pertanian (FAO). Tujuannya adalah kapan ia boleh dan tidak, serta jenis apa saja
untuk melindungi kesehatan masyarakat dan yang boleh dan tidak boleh digunakan (Bon dan
menjamin hubungan perdagangan antarnegara Hussain 2010). Semakin banyak pemeluk
yang saling menguntungkan. Codex standar agama tersebut, maka semakin besar
saat ini digunakan oleh 183 negara anggota pengaruhnya terhadap pola konsumsi
yang mewakili 98% populasi dunia (Trienekens masyarakat luas. Berkenaan dengan hal
dan Zuurbier 2008). Dalam pelaksanaannya, di tersebut, perkembangan umat Islam yang cukup
beberapa negara terutama negara berkembang pesat di dunia ternyata juga memengaruhi sikap
masih banyak ditemukan hambatan sehingga dan perilakunya sebagai konsumen (Schneider
beberapa negara masih menggunakan et al. 2011)
penyesuaian kebijakan berdasarkan kondisi Semua agama mempunyai peraturan-
masing-masing negara (Post 2005). peraturan yang khusus dalam masalah
Salah satu capaian yang dapat dikatakan makanan, demikian juga dengan agama Islam.
penting bagi negara-negara yang berpenduduk Islam mewajibkan setiap penganutnya untuk
muslim adalah masuknya rumusan the Codex mengakui dan meyakini adanya dua sumber
General Guidelines for Use of the Term Halal hukum utama yang dipercayai kebenarannya,
(CAC/GL 24-1997) oleh Codex Alimentarius yaitu Al Quran dan As Sunah. Al Quran
Commission pada sesi pertemuan ke-22 tahun merupakan wahyu yang diturunkan oleh Sang
1997. Keputusan ini telah disebarkan ke semua Pencipta kepada manusia melalui perantara
anggota sebagai rujukan untuk menyusun Nabi dan Rasul Muhammad SAW, sedangkan
panduan penggunaan halal dalam pengolahan sunah merupakan teladan dari Nabi Muhammad
pangan (Abdul-Latif 2011). SAW berupa ucapan, tindakan, dan tingkah
laku. Karena itu, penetapan hukum halal dan
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan haram juga berdasarkan pada dua sumber
gambaran mengenai pentingnya topik halal dan tersebut yang menghasilkan ijma’ dan qiyas
sertifikasi halal sebagai upaya untuk (kesepakatan ulama).
memperkuat pengembangan industri nasional
yang berbasis pertanian dalam arti luas. Untuk Bagi umat Islam, landasan dari setiap
tujuan tersebut, maka perlu disampaikan tindakan haruslah bermakna ibadah, yaitu
mengenai filosofi halal dalam agama Islam dan penghambaan kepada Allah (Quran Surah (QS)
latar belakang yang menyebabkan umat Islam Adh-Dhariyaat: 56). Dengan demikian, setiap
memerlukan jaminan halal. Selain itu, data-data muslim akan menjadikan aktivitas makan pun
mengenai potensi pasar halal juga diungkapkan sebagai ibadah yang ada aturan dan tata
untuk menunjukkan besarnya peluang yang caranya. Dengan landasan tersebut di atas,
terbuka lebar untuk bahan baku industri maka ada beberapa dalil yang dianut oleh
berbasis pertanian. Metode yang dilakukan muslim berkaitan dengan masalah halal.
adalah melalui peninjauan pustaka-pustaka
1. Setiap muslim harus memperhatikan apa
yang relevan dan pengamatan praktik
yang dimakannya (QS Abasa: 24).
pelaksanaan sistem jaminan halal di Indonesia.
Informasi didapatkan melalui sumber-sumber 2. Mencari yang halal adalah perintah langsung
dari jurnal, buku, majalah, koran, dan media dari Sang Pencipta sehingga hukumnya
elektronik seperti halaman resmi organisasi wajib, artinya jika tidak dilaksanakan akan
lembaga sertifikasi. berakibat dosa (QS Al Maidah: 88, QS An
Nahl: 114).
3. Makanan merupakan sarana efektif yang
FILOSOFI HALAL DALAM PANDANGAN digunakan oleh syaitan sebagai musuh
AGAMA DAN PEMAHAMAN YANG utama manusia, untuk mengganggu dan
BERKEMBANG menggoda manusia agar tergelincir berbuat
dosa (QS Al Baqarah: 35, 168; QS Thaaha:
Masalah pangan sebenarnya sudah lama 121).
menjadi bahasan khusus dalam setiap agama di 4. Kesempurnaan agama seseorang ditentukan
dunia ini. Pangan tidak hanya menjadi penanda oleh apa yang dimakannya (QS Al Maidah: 3)
terhadap tradisi yang sudah berjalan namun
juga menjadi alat dalam berbagai ritual 5. Apa yang ditetapkan halal itu pasti baik dan
peribadatan beragama. Karena merupakan yang haram itu pasti mengandung keburukan
bagian dari ritual kepercayaan, maka agama (QS Al A’raf: 157).
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 59

6. Makanan haram akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi syariah seperti


pelakunya masuk neraka (Hadis Riwayat perbankan dan pariwisata (Ab Rahman et al.
(HR) Tirmidzi dari Ka'ab bin Ajazah r.a.) 2009; Evans dan Evans 2012).
7. Makanan haram menyebabkan tidak diterima
darinya amal ibadah dan amal baiknya (HR
Dailami dalam Musnad Firdaus dari Ibnu BAHAN PANGAN DAN POTENSI PASAR
Mas'ud r.a.). HALAL

Sementara itu, Qardhawi (2003) menetapkan


beberapa prinsip berkenaan dengan halal dan Dalam kaidah ushul fikih (ilmu hukum dalam
haram dalam Islam: (1) pada dasarnya, segala Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-
sesuatu hukumnya halal, kecuali ada larangan teori dan sumber-sumber secara terperinci
yang mengharamkannya; (2) penghalalan dan dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang
pengharaman hanyalah wewenang Allah; (3) diambil dari sumber hukum utama dalam agama
mengharamkan yang halal dan menghalalkan Islam yaitu Al Quran, Al Hadist, Ijma’, dan
yang haram adalah termasuk kemusyrikan; (4) Qiyas) disebutkan bahwa asal segala sesuatu
sesuatu diharamkan karena buruk dan (benda) yang diciptakan Allah adalah halal dan
berbahaya; (5) dalam sesuatu yang halal ada mubah, kecuali ada keterangan yang sah dan
hal yang menjadikan kita tidak memerlukan lagi tegas tentang keharaman bahan tersebut.
yang haram; (6) sesuatu yang mengantarkan Dengan demikian, jumlah bahan yang halal jauh
kepada yang haram adalah haram; (7) lebih banyak daripada yang haram. Menurut QS
menyiasati yang haram adalah haram Al-Maidah ayat 3 dan Al Baqarah ayat 173,
hukumnya; (8) niat baik tidak menghalalkan maka bahan yang jelas keharamannya adalah
yang haram; (9) hindari yang tidak jelas (1) bangkai, (2) darah, (3) daging babi, (4)
(syubhat) supaya tidak terjerumus dalam yang binatang yang disembelih bukan karena Allah,
haram; (10) yang haram adalah haram untuk (5) yang (mati) karena dicekik, (6) yang (mati)
semua; (11) situasi darurat membuat yang karena dipukul, (7) yang (mati) karena jatuh dari
haram jadi boleh. atas, (8) yang (mati) karena ditanduk, (9) yang
(mati) karena dimakan oleh binatang buas
Dari dalil-dalil di atas, maka Islam (kecuali yang sempat disembelih secara benar),
mengenalkan konsep halalan thayyiban dalam dan (10) yang disembelih untuk berhala.
menetapkan standar kualitas untuk makanan. Bahan-bahan yang disebutkan di atas
Konsep ini belakangan diterjemahkan menjadi semuanya bersumber dari hewan.
Sistem Jaminan Halal (SJH) yang banyak
dikembangkan oleh negara-negara yang Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan
berpenduduk mayoritas muslim. Persoalan dan teknologi makanan yang sekarang
utama yang membedakan sistem jaminan halal digunakan di Indonesia sebagian besar berasal
dengan sistem kualitas yang lain adalah titik dari negara-negara yang mayoritas penduduk-
tolak dari sistem kualitas itu sendiri. Dalam nya nonmuslim, maka besar kemungkinan
sistem kualitas yang konvensional, kualitas bahan haram yang sedikit disebutkan di atas
didefinisikan berdasarkan pada konsensus dapat menjelma menjadi produk-produk yang
manusia, sebaliknya dalam sistem jaminan halal beraneka ragam. Sebagai ilustrasi betapa
didasarkan pada ajaran Al Quran dan undang- kompleksnya industri pangan dapat dilihat dari
undang lain dalam agama Islam yang hasil penelitian Meindertsma (2008) yang
menerangkannya. menelusuri pemanfaatan seekor babi sampai ke
industri hilirnya. Hasil penelitiannya mencatat
Bagi masyarakat awam yang tidak menggu- ada 185 jenis produk yang memanfaatkan babi
nakan bahasa Arab sebagai bahasa keseharian, sebagai bahan produksi. Produk-produk
makna halal seringkali hanya dipahami sebatas tersebut beragam mulai dari farmasi, sabun,
masalah makanan dan minuman yang bahan makanan, bahan bangunan, onderdil
diperbolehkan dalam agama Islam. Padahal,
mesin, sampai ke amunisi senjata.
sebagai konsep yang sangat mendasar dalam
agama Islam, halal sesungguhnya mencakup Dalam standar Majelis Ulama Indonesia
makna yang lebih luas meliputi tingkah laku, (MUI) yang dimaksud produk halal adalah
tindakan, ucapan, sikap, pakaian, kosmetika, produk yang memenuhi persyaratan halal
obat-obatan, dan sebagainya (Al Jallad 2008). sesuai dengan syariat Islam, yaitu (1) tidak
Dalam perkembangannya sekarang, halal tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari
hanya menjadi domain agama Islam, namun babi; (2) tidak mengandung bahan-bahan yang
sudah merambah menjadi bahasa perdagangan diharamkan seperti bahan-bahan yang berasal
dan bisnis. Hal ini bisa dilihat dari pesatnya dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan
60 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

sebagainya; (3) semua bahan yang berasal dari akan menentukan jenis barang yang beredar di
hewan halal yang disembelih menurut tata cara pasar dunia.
syariat Islam; (4) semua tempat penyimpanan,
Menurut laporan Farook et al. (2013), secara
tempat penjualan, pengolahan, tempat
keseluruhan belanja konsumen muslim global
pengelolaan, dan transportasinya tidak boleh
untuk makanan dan gaya hidup diperkirakan
digunakan untuk babi, jika digunakan untuk babi
mencapai US$1,62 miliar di tahun 2012 dan
atau barang yang tidak halal lainnya terlebih
diperkirakan akan mencapai US$2,47 miliar
dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang
pada tahun 2018. Tabel 1 memperlihatkan
diatur sesuai syariat Islam; (5) semua makanan
dan minuman yang tidak mengandung khamar potensi produk halal tahun 2012 dan proyeksi
(LPPOM MUI 2012). tahun 2018. Angka ini merupakan pasar inti
yang potensial untuk makanan dan gaya hidup
Di Malaysia yang dimaksud bahan halal halal. Sebagai tambahan, aset produk finansial
adalah bahan yang diperbolehkan untuk Islami diperkirakan US$1,35 miliar di tahun 2012
dikonsumsi menurut hukum syariah dan dan tumbuh 15–20% per tahun.
memenuhi beberapa persyaratan, seperti bahan
tidak berasal dari najis atau mengandung najis Ada banyak faktor yang ikut berperan dalam
menurut syariah, bahan harus aman dan tidak meningkatnya intensitas perdagangan halal
mengandung bahaya (hazard), tidak diolah atau dunia (Adams 2011), di antaranya adalah
dibuat menggunakan alat yang terkontaminasi meningkatnya permintaan impor dari negara-
najis atau bahan haram, demikian juga selama negara dengan penduduk mayoritas muslim
pengemasan, penyimpanan, dan distribusi yang sebagian besar mengalami peningkatan
harus bebas dari kontaminasi silang barang pendapatan dan populasi, berkembangnya
haram atau najis (Malaysian Standard 2004). jumlah muslim di negara-negara barat dan
munculnya lembaga-lembaga halal di seluruh
Jumlah populasi penduduk Indonesia dunia untuk memfasilitasi kebutuhan ekspor dan
menurut data sensus tahun 2010 adalah 237,64 impor produk halal. Faktor yang lain adalah
juta jiwa, dengan 207,18 juta (87,18%) adalah pengembangan aturan, kebijakan, dan prosedur
pemeluk agama Islam (BPS 2010). Fakta ini oleh negara pengimpor dan pengekspor untuk
menempatkan Indonesia sebagai pasar memastikan kehalalan produk. Perpindahan
potensial dan juga produsen produk-produk penduduk yang semakin cepat antarnegara dan
halal terpenting di dunia. Sebenarnya potensi antarbenua menyebabkan terjadinya multi-
konsumen tidak terbatas pada muslim saja, kulturalisme dan penyebaran populasi muslim
namun juga pada agama lain yang memiliki dunia berikut budaya dan adat mereka.
nilai-nilai kepercayaan yang sama (Farook et al. Meningkatnya kesadaran beragama dan
2013). identitas budaya serta globalisasi produk
Menurut data yang disampaikan Bon dan industri juga diyakini ikut berperan dalam
Hussain (2010), Asia menjadi pasar terbesar menyebarkan isu-isu halal.
dari produk halal dunia yang mencapai 63%.
Berbagai negara mulai menggarap secara
Dari angka tersebut Indonesia menyumbang
serius pasar halal global ini (Spiegel et al.
potensi 19% diikuti negara-negara Teluk (11%),
2012). Malaysia bertekad untuk menjadi pusat
India (6%), dan China (5%).
halal dunia (halal hub) baik dari sisi industri
Pertumbuhan pasar halal dunia diperkirakan maupun perdagangan dan hal lain yang
mencapai US$2,3 triliun per tahun, sementara berkenaan dengan halal. Langkah tersebut
industri pangan halal mencapai laju dibuktikan dengan investasi besar-besaran dan
pertumbuhan 7% per tahun (Azis dan Chok pembangunan berbagai halal park, suatu
2013). Menurut data tahun 2012 dari Ministry of kawasan yang dikhususkan untuk layanan
International Trade and Industry Malaysia (MITI) bisnis dan manufaktur yang mengonsolidasikan
untuk industri makanan mencapai sekitar rantai pasokan indutri dalam satu wilayah untuk
US$693 miliar per tahun (Saida et al. 2014). menjamin kehalalan produk (Abdullah et al.
Kondisi ini didukung dengan pesatnya 2011). Terdapat sekitar 24 halal park di seluruh
pertumbuhan pemeluk agama Islam selama Malaysia dengan fokus masing-masing kawasan
sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010 pada satu jenis industri seperti pangan, farmasi
populasi muslim dunia sekitar 1,6 miliar dan atau bioteknologi. Pada tahun 2013 terdapat
diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar pada lebih dari 140 perusahaan kecil dan menengah
tahun 2030 (Pew Research Center 2011). Islam dan 15 perusahaan multinasional yang telah
saat ini merupakan agama dengan memanfaatkan fasilitas halal park di Malaysia
perkembangan yang paling cepat. Sebagai (Farook et al. 2013).
konsekuensinya, jumlah populasi yang besar ini
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 61

Tabel 1. Potensi global belanja konsumen muslim (miliar US$)


Proyeksi tahun Lima negara
Produk Tahun 2012 Volume perdagangan
2018 teratas
Perawatan 26 39 Turki 4,4
pribadi dan Uni Emirat Arab 4,3
kosmetik Perancis 1,7
Rusia 1,6
Mesir 1,6
Farmasi 70 97 Turki 10,4
Saudi Arabia 5,2
Indonesia 5,0
Iran 3,7
Amerika Serikat 3,6
Makanan dan 1.088 1.626 Indonesia 147
minuman Turki 100
Pakistan 93
Mesir 88
Iran 77
Sumber: Farook et al. (2013)

Tidak hanya terbatas pada negara-negara Meskipun potensi sektor ekonomi Islam
dengan penduduk mayoritas muslim, negara- sangat besar, peluang sinergis untuk
negara nonmuslim pun banyak yang ingin pertumbuhan dan investasi jauh lebih besar dan
menguasai pasar halal dunia. Sebagai bahkan bisa menjadi suatu keharusan dalam
gambaran, produk daging halal dunia saat ini mewujudkan potensi sebenarnya dari masing-
justru dikuasai oleh negara-negara dengan masing sektor. Namun demikian, banyak
penduduk muslim minoritas seperti Australia, tantangan yang harus dihadapi dalam
Selandia Baru, Amerika, Belanda, Jerman, dan menangkap peluang ini di antaranya adalah
Brasil (Daganghalal 2013; Farook et al. 2013), masalah sekitar standardisasi dan
sementara produk perawatan pribadi dan pemenuhannya, integritas rantai pasokan,
kosmetik dikuasai oleh Perancis, Jerman, kurangnya sumber daya manusia yang
Amerika Serikat, Irlandia, dan Inggris (Farook et mumpuni, pendidikan konsumen, letak strategis
al. 2013). Thailand secara jelas bahkan telah di kancah global, pembiayaan usaha, dan
menetapkan Indonesia sebagai target utama keunggulan operasional (Farook et al. 2013).
pasar halal mereka (Khaosod 2014).
Perkembangan situasi perdagangan halal
dunia ini semestinya menjadi berita yang sangat KEBIJAKAN MENGENAI ASPEK
menggembirakan bagi negara yang mayoritas KEHALALAN DI INDONESIA
penduduknya beragama Islam seperti Indone-
sia. Namun, kenyataan di lapangan menunjuk- Indonesia mulai mengantisipasi perkem-
kan fakta yang kurang menggembirakan. bangan isu halal ini dengan pengesahan
Banyak pelaku agribisnis di bidang industri yang Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 (UU No.
berbasis pada hasil pertanian seperti pangan 33/2014) tentang Jaminan Produk Halal. Selain
siap saji dan manufaktur di negara muslim justru bertujuan untuk memberikan kenyamanan,
belum siap menghadapi tantangan tersebut. keamanan, keselamatan, dan kepastian
Henderson (2010) bahkan menganggap ketersediaan produk halal bagi masyarakat
Indonesia tidak ambil peduli dengan potensi dalam mengonsumsi dan menggunakannya,
perdagangan halal ini, padahal Wilson et al. produk halal sudah terbukti dapat meningkatkan
(2013) menyebutkan Indonesia sebagai “the nilai tambah dan daya saing bagi pelaku usaha
hidden treasure” dalam konteks perkembangan dalam berusaha (Wahid 2012). Meskipun sudah
ekonomi Islam global. Hal ini dilihat dari hampir dua tahun disahkan, namun pelaksa-
perkembangan Islam dalam bidang sosial dan naan UU No. 33/2014 tersebut dirasakan belum
politik yang cukup signifikan dalam dua dekade banyak mengalami kemajuan yang berarti.
terakhir (Hasan 2009).
62 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

Selain UUNo. 33/2014, sebenarnya sudah Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan
banyak payung hukum pelaksanaan pangan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada
halal di Indonesia dibuat sebelumnya yang Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional,
menyatakan perlunya jaminan halal bagi produk Suplemen Makanan dan Pangan (Rahayu
barang gunaan yang berasal dari hasil pertanian 2012).
(Rahayu 2012). Sumber pangan segar hasil
Di Indonesia, upaya sertifikasi halal sudah
pertanian yang terkait dengan regulasi halal
memasuki masa seperempat abad lebih.
adalah rumah potong hewan dan produknya
Namun, dalam rentang waktu yang cukup
serta produk susu dan olahannya. Regulasi
panjang tersebut perkembangannya dirasakan
halal yang digunakan pada kelompok bisnis
masih kurang gencar dibandingkan dengan
pangan segar ini adalah UU No. 18/2009
Malaysia dan Thailand. Menurut Purnomo
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2011), posisi daya saing Indonesia dalam
pasal 58 ayat 1 dan Pasal 62 ayat 1, Permentan
pengembangan agroindustri halal ASEAN
No. 13/2010 tentang Persyaratan Rumah
menempati posisi kelima, hanya lebih tinggi dari
Potong Hewan (RPH) Ruminansia dan Unit
Filipina. Pada faktor-faktor ekstrinsik atau
Penanganan Daging, pasal 38 dan 39, serta
kelembagaan, Indonesia hanya unggul pada
Permentan No. 50/2011 tentang Rekomendasi
faktor potensi pasar, sistem sertifikasi halal,
Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging,
lembaga sertifikasi serta ketersediaan bahan
Jeroan dan/atau Olahannya ke Dalam Negara
baku, sedangkan untuk infrastruktur logistik,
Republik Indonesia pasal 2 ayat 2.
komitmen dan kebijakan pemerintah, serta
Regulasi tersebut menyampaikan bahwa kemampuan advokasi internasional dan
keberadaan RPH dan usaha pemotongan domestik, Indonesia berada di bawah negara-
daging dan atau penanganan daging harus negara lainnya. Soesilowati (2010), Wahid
mampu menyediakan produk daging yang (2012) dan Prabowo (2015) melihat bahwa
memenuhi ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan kendala penerapan sertifikasi halal di Indonesia
Halal). Sementara, Permentan No. 50/2011 lebih banyak diakibatkan oleh kurangnya peran
lebih menekankan pada aspek perizinan pemerintah. Peraturan-peraturan sebagai
pemasukan produk daging dari luar Indonesia payung hukum tidak terintegrasi dan berjalan
berupa rekomendasi persetujuan pemasukan tanpa kendali, lemah pengawasan, serta
(pasal 2). Pada tataran produksi dan pelabelan, rendahnya penegakan hukum. Saifullah (2008)
PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat bahkan menyimpulkan, meskipun kebijakan
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan pasal 8 pemerintah terkait masalah halal sudah ada,
menyampaikan cara yang baik (good practices) namun efektivitas penerapan kebijakan tersebut
di RPH. Permentan No. 13/2010, pasal 4, 6, dan masih tergolong rendah. Implementasi kebijakan
41 menyampaikan bahwa lokasi produksi harus penanganan kehalalan pangan belum
terpisah dengan RPH babi dan harus memiliki tersosialisasikan dengan baik ke masyarakat
juru sembelih halal di RPH. Untuk distribusi dan terutama kepada industri pangan sebagai
peredaran, PP No. 95/2012 pasal 18 dan 21 pelaku utama (produsen). Dalam penerapan di
menyampaikan tempat penjualan dan tingkat operasional, gerak tim gabungan
pengumpulan yang harus terpisah antara (instansi terkait yang menjadi pelaksana) belum
produk halal dan yang tidak halal. Permentan terpadu dan cenderung menimbulkan hambatan
No. 50/2011 pasal 19 ayat 2 mengatur tentang aksesibilitas (terutama dari sisi biaya) bagi
daging yang bersertifikat halal dan yang tidak industri pangan. Hal lain yang sangat penting
halal harus ditempatkan pada kontainer yang adalah posisi lembaga sertifikasi halal (MUI)
berbeda. Pengawasan produk pangan segar yang tidak terdapat dalam hierarki hukum positif
dapat dilakukan terhadap keberadaan sertifikat dan perundangan di Indonesia, sehingga produk
veteriner dan sertifikat halal. PP No. 95/2012 hukum yang dikeluarkan (fatwa halal) belum
pasal 31 dan 54, Permentan No. 50/2011 pasal memiliki kekuatan hukum yang jelas dan
15 ayat 3 e dan f, serta Keputusan Kepala mengikat.
Badan Karantina Pertanian No. 436/2007
Dari pihak pelaku usaha, pemberlakuan
menyampaikan tentang keberadaan sertifikat
standar halal ternyata menimbulkan beberapa
veteriner dari negara asal dan sertifikat halal
kesulitan dalam penerapannya. Menurut
untuk yang dipersyaratkan (Rahayu 2012).
Prabowo et al. (2015), pelaku usaha
Aturan label kemasan yang terkait halal menghadapi beberapa kendala internal dan
diatur oleh PP No. 69/1999 tentang Label dan eksternal ketika mencoba menerapkan standar
Iklan Pangan pasal 10 ayat 1 dan 2 serta halal. Kendala internal meliputi kurangnya
Peraturan Kepala Badan POM RI No. pengetahuan dan kesadaran pelaku usaha,
HK.03.1.23.06.10.5166 tentang Pencantuman kendala biaya, dan kendala manajemen.
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 63

Sementara, kendala eksternal meliputi bahan mentah (zero limit), bahan tambahan,
kurangnya sosialisasi dan informasi, ketiadaan dan produk pada semua rangkaian produksi,
bimbingan profesional, prosedur sertifikasi yang termasuk juga tidak boleh ada bahan najis yang
dianggap rumit, kurangnya peran pemerintah, mengontaminasi bahan-bahan yang diperlukan
dan keterbatasan bahan mentah yang untuk menghasilkan produk halal. Dengan
memenuhi syarat kehalalan. demikian, tidak boleh ada sama sekali produk
haram yang dihasilkan (zero defect) mengingat
risiko besar yang ditanggung perusahaan
Sistem Jaminan Halal dan Sertifikasi Halal
apabila ada klaim produknya haram dan
Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia ternyata benar. Jika kedua hal ini diterapkan
(MUI) sejak bulan Maret 2012 telah maka tidak ada risiko (zero risk) buruk yang
memperkenalkan Sistem Jaminan Halal dengan akan ditanggung oleh perusahaan.
nama HAS 23000. HAS 23000 merupakan
Sistem jaminan halal merupakan sistem
rangkaian standar halal yang berisi aturan-
kepengurusan yang terintegrasi, disusun,
aturan untuk mendapatkan sertifikat halal dari
diterapkan, dan dipelihara untuk mengatur
MUI (LPPOM MUI 2012). HAS 23000 ini telah
bahan, proses produksi, produk, sumber daya
diakui sebagai referensi secara internasional
manusia, dan prosedur yang menjamin
oleh beberapa negara seperti Kanada, Perancis
keberlangsungan proses produksi halal menurut
(Othman et al. 2016), Australia, Brasil, Belanda,
persyaratan yang diberlakukan oleh lembaga
Selandia Baru, dan Amerika Serikat (Wilson et
sertifikasi melalui dokumen standar jaminan
al. 2013).
halal. Sebagai layaknya sebuah standar, maka
Dibandingkan dengan sistem sertifikasi sistem jaminan halal juga memuat beberapa seri
kualitas yang sudah ada seperti Hazard yang masing-masing seri mengatur cakupan
Analysis of Critical Control Points (HACCP) dan (scope), kriteria (definition), persyaratan
seri ISO (ISO 9001:2000 atau ISO 22000:2005) (requirements), pemenuhan (compliance) dan
yang dikenal sebagai Quality Assurance System sebagainya. Standar tersebut juga disusun
(QAS), maka sistem jaminan halal masih melalui konsensus, transparansi, keterbukaan,
tergolong baru. Sebagai sebuah standar dan mengadopsi standar international yang
kualitas, maka tidak bisa dipungkiri terdapat memungkinkan. Sistem jaminan halal juga
beberapa persamaan dan kemungkinan saling memuat berbagai aturan, pedoman, metode,
adopsi sesuai dengan kepentingan. Menurut dan regulasi yang berlaku (LPPOM MUI 2012).
Apriantono (2011)1, auditor senior dan pakar
Sistem jaminan halal memuat persyaratan
halal di Indonesia, sistem jaminan halal yang
yang dapat diaplikasikan pada semua kategori
berkembang sekarang mengadopsi prinsip-
usaha termasuk industri pengolahan pangan,
prinsip sistem manajemen yang telah
farmasi, dan kosmetika yang berbasis hasil
dikembangkan sebelumnya. Prinsip dalam
pertanian, rumah potong hewan, restoran/
sistem jaminan halal didasarkan atas komitmen,
katering, dan industri jasa (distributor, gudang,
kebutuhan pelanggan, peningkatan mutu tanpa
transportasi, eceran (retailer)). Dalam HAS
meningkatkan biaya dan memproduksi barang
23000 terdapat sebelas kriteria yang harus
dari waktu ke waktu tanpa cacat, tanpa ada
dipenuhi oleh perusahaan untuk dapat
yang didaur ulang, dan tanpa adanya inspeksi
mengajukan permohonan sertifikasi halal
sekalipun. Sistem jaminan halal juga
(LPPOM MUI 2012). Kesebelas kriteria tersebut
mengadopsi prinsip lain dalam Total Quality
adalah sebagai berikut.
Management model Ishikawa di mana
peningkatan pengetahuan harus terjadi setiap
Kebijakan Halal Perusahaan
saat pada setiap orang di seluruh jenjang
organisasi, melalui pembelajaran, praktik dan Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis
partisipasi di dalam manajemen halal dan komitmen manajemen puncak perusahaan
aktivitas untuk meningkatkan produktivitas. untuk senantiasa menghasilkan produk halal
secara konsisten serta menjadi dasar bagi
Sementara itu Riaz dan Chaudry (2004) juga
penyusunan dan penerapan Sistem Jaminan
menegaskan bahwa dalam menghasilkan
Halal. Kebijakan halal harus disosialisasikan
produk yang terjamin kehalalannya maka harus
kepada seluruh pemangku kepentingan
menerapkan Three Zero’s Concept yaitu zero
perusahaan (stakeholder) untuk memastikan
limit, zero defect, dan zero risk. Hal ini berarti
mereka telah memahami bahwa perusahaan
bahan haram tidak boleh terdapat di dalam
menerapkan kebijakan halal. Pemangku
kepentingan yang dimaksud antara lain jajaran
1 manajemen puncak, tim manajemen halal,
Komunikasi pribadi
64 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

karyawan dan pekerja, tempat maklon/fasilitas pendukung. Perusahaan harus menyusun


produksi, dan pemasok (supplier). Sosialisasi prosedur yang dapat menjamin agar setiap
kebijakan halal dapat dilakukan melalui bahan yang akan digunakan untuk produk yang
pelatihan, briefing, memo internal, buku saku, disertifikasi telah disetujui LPPOM MUI.
buletin internal, leaflet, spanduk, banner, poster,
komunikasi email, upload dalam web Produk
perusahaan, ceramah umum atau bentuk
Produk yang disertifikasi tidak boleh
sosialisasi lain yang sesuai dengan kebutuhan
menggunakan nama yang mengarah pada
perusahaan.
sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang
tidak sesuai dengan syariah Islam.
Tim Manajemen Halal
Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh
Tim Manajemen Halal adalah sekelompok memiliki kecenderungan bau atau rasa yang
orang yang ditunjuk oleh manajemen puncak mengarah kepada produk haram atau yang
sebagai penanggung jawab atas perencanaan, telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.
implementasi, evaluasi, dan perbaikan berke-
lanjutan sistem jaminan halal di perusahaan. Fasilitas Produksi
Tim Manajemen Halal harus mencakup semua
Fasilitas produksi yang pernah digunakan
bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis (wakil
untuk menghasilkan produk yang mengandung
dari semua departemen/divisi/bagian yang
bertanggung jawab atas perencanaan, imple- babi atau turunannya, jika akan digunakan untuk
mentasi, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan menghasilkan produk halal, maka harus dicuci
Sistem Jaminan Halal). tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan
tanah atau bahan lain yang mempunyai
Persyaratan Tim Manajemen Halal di kemampuan menghilangkan rasa, bau, dan
antaranya (1) harus merupakan pegawai tetap warna. Fasilitas produksi yang sudah dicuci
perusahaan; (2) harus mengerti dan memahami tersebut tidak boleh digunakan kembali untuk
persyaratan sertifikasi halal (kriteria, kebijakan memproduksi produk yang mengandung babi
dan prosedur pada HAS 23000); (3) Ketua Tim atau turunannya.
Manajemen Halal diutamakan seorang muslim;
(4) diangkat melalui surat penunjukan dari Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
manajemen puncak atau bentuk penunjukan lain
yang berlaku di perusahaan. Tugas, tanggung Prosedur pembelian bahan harus menjamin
jawab, dan wewenang Tim Manajemen Halal semua bahan yang dibeli untuk produk yang
harus dirumuskan dengan jelas, ditetapkan, dan disertifikasi masuk dalam daftar bahan yang
disosialisasikan kepada semua pihak yang telah disetujui LPPOM MUI. Prosedur
terlibat. pemeriksaan bahan dagang harus menjamin
kesesuaian informasi yang tercantum dalam
Pelatihan dan Edukasi dokumen pendukung bahan dengan yang
tercantum di label bahan. Informasi yang
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang dimaksud mencakup nama bahan, nama
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan produsen, negara asal produsen, dan logo halal
(knowledge), keterampilan (skill) dan/atau bila dokumen pendukung bahan mempersyarat-
perilaku (attitude) dari semua personel yang kannya, dan untuk sertifikat halal pengapalan
terlibat dalam aktivitas kritis. Aktivitas kritis biasanya mencakup nomor lot dan tanggal
mencakup seleksi pemasok dan persetujuan produksi. Prosedur harus menjamin tidak terja-
penggunaan bahan baku, formulasi produk, dinya kontaminasi bahan/produk oleh bahan
pembelian, pemeriksaan barang dagang, haram/najis selama penyimpanan dan
produksi, serta penyimpanan bahan dan produk. penanganan bahan/produk.
Pelatihan (internal atau eksternal) harus
dilaksanakan secara terjadwal minimal setahun Kemampuan Telusur
sekali atau lebih sering jika diperlukan.
Yang dimaksud dengan kemampuan telusur
Bahan adalah kemampuan telusur produk yang
disertifikasi berasal dari bahan yang memenuhi
Bahan mencakup bahan baku, bahan kriteria bahan (sudah disetujui LPPOM/
tambahan, dan bahan penolong. Bahan yang tercantum dalam daftar bahan) dan diproduksi di
digunakan untuk produksi mencakup nama fasilitas produksi yang memenuhi kriteria
bahan, kode bahan (bila ada), nama produsen, fasilitas produksi (bebas najis).
negara produsen, dan jenis dokumen
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 65

Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi MUI sebagai dasar dalam menerbitkan sertifikat
Kriteria halal.
Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah
produk yang terlanjur dibuat dari bahan yang Manfaat Sertifikasi Halal
tidak disetujui LPPOM MUI atau di fasilitas yang
Jika dikaji secara menyeluruh, sistem
tidak bebas najis atau haram (tidak memenuhi
kriteria fasilitas halal). jaminan halal dan pemberlakuan sertifikasi halal
ternyata memberikan manfaat yang besar bagi
konsumen, produsen, maupun pemerintah.
Audit Internal
Beberapa manfaat tersebut di antaranya
Audit internal adalah audit yang dilakukan sebagai berikut.
oleh Tim Manajemen Halal untuk menilai
pelaksanaan sistem jaminan halal di Sertifikat Halal Menjamin Keamanan Produk
perusahaan dengan persyaratan sertifikasi yang Dikonsumsi
halal. Ruang lingkup audit internal adalah
implementasi seluruh aspek sistem jaminan Sistem jaminan halal mempersyaratkan
halal (11 kriteria) dan bukti pelaksanaannya. bahwa proses produksi harus menerapkan cara
Audit internal dilakukan secara terjadwal produksi yang halal dan thayyib, artinya benar
setidaknya enam bulan sekali atau lebih sering dan baik sejak dari penyediaan bahan baku
jika diperlukan. Audit internal dilaksanakan oleh sampai siap dikonsumsi oleh konsumen. Untuk
auditor halal internal yang kompeten dan memastikan itu, maka bahan baku harus aman
independen. Hasil audit internal disampaikan ke dari cemaran biologis, kimiawi, fisikawi, dan
pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap bahan haram. Proses produksi harus
kegiatan yang diaudit. Tindakan terhadap menggunakan alat dan tempat yang bersih dan
temuan, koreksi yang diperlukan, dan batas higienis serta terhindar dari najis. Demikian juga
waktunya harus ditentukan. Hasil tindakan penggunaan bahan tambahan dan penolong
koreksi harus dipastikan dapat menyelesaikan dalam produksi harus sesuai dengan ketentuan
kelemahan yang ditemukan pada audit internal yang membolehkannya.
dan menghindari terulangnya kembali di masa Dalam praktiknya, persyaratan-persyaratan
yang akan datang. Hasil audit internal tersebut sering digabungkan pada dokumen
disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk sertifikat lain seperti Good Agriculture Practice
laporan berkala setiap enam bulan sekali, dan (GAP), Good Manufacturing Practice (GMP),
bukti pelaksanaan audit internal harus disimpan. Good Handling Practice (GHP), Cara
Pengolahan Pangan yang Benar (CPPB), Cara
Kaji Ulang Manajemen Pengolahan Obat yang Benar (CPOB), Industri
Kaji ulang adalah evaluasi terhadap Rumah Tangga Pangan/Pangan Industri Rumah
efektivitas penerapan sistem jaminan halal yang Tangga (IRTP/PIRT) dan lain-lain, yang
dilakukan oleh manajemen. Kaji ulang memberikan jaminan keamanan dari segi
manajemen harus dilakukan setidaknya sekali hygiene dan sanitasi (Othman et al. 2016). Di
dalam setahun atau lebih sering jika diperlukan. industri besar implementasi Sistem Jaminan
Hasil evaluasi harus disampaikan kepada pihak Halal juga sering digabung dengan sistem
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas. HACCP dengan menambahkan item haram
Tindak lanjut penyelesaian hasil evaluasi harus sebagai komponen hazard yang harus
menetapkan batas waktu. Bukti dari kaji ulang diwaspadai. Dengan penerapan SJH, maka
manajemen harus dipelihara. produsen dipastikan hanya akan menghasilkan
produk yang aman (halal dan thayyib) untuk
Perusahaan yang sudah menerapkan sistem dikonsumsi oleh konsumen.
jaminan halal dan setelah melakukan audit
internal berhasil mendapatkan nilai yang baik, Sertifikat Halal Menjamin Pelaksanaan
dapat mengajukan proses sertifikasi untuk Kesrawan
mendapatkan sertifikat halal. Di Indonesia,
proses pengajuan ditujukan kepada MUI. MUI Salah satu hal terpenting dalam penetapan
telah membentuk Lembaga Pengkajian Pangan, kehalalan produk adalah bahan yang bersumber
Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama dari hewan. Undang-Undang No. 18 Tahun
Indonesia (LPPOM MUI) yang merupakan 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
badan otonom di bawah MUI yang bertugas Hewan serta beberapa peraturan pemerintah di
melakukan pengkajian teknis terhadap bawahnya telah mengamanatkan bahwa
permohonan sertifikasi halal. Hasil kajian pemerintah bertanggung jawab dalam menjamin
LPPOM MUI disampaikan kepada Komisi Fatwa pangan asal hewan (PAH) yang beredar untuk
66 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

konsumsi masyarakat harus memenuhi ketika jumlah produk yang beredar menjadi tidak
persyaratan aman, sehat, utuh, dan halal terkendali. Pada situasi tersebut penjualan
(ASUH). Untuk mendapatkan PAH yang ASUH, produk makanan dan minuman turun sampai
maka proses pengadaan bahan hewani sebagai 80% sehingga menekan pertumbuhan ekonomi
sumber bahan baku harus sesuai dengan nasional dan menimbulkan amarah kaum
kaidah dalam agama Islam. Islam mengajarkan muslim di Indonesia (Girindra 2008). Kasus ini
proses penyembelihan hewan harus dapat diredakan setelah pemerintah
memperhatikan kesejahteraan hewan. Ini memberlakukan sertifikasi halal melalui Majelis
berdasarkan pada sebuah hadis yang Ulama Indonesia.
diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi
Pada tahun 2001 terulang kasus perusahaan
“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan pada
besar yang memproduksi penyedap rasa
segala sesuatu. Maka jika kamu membunuh,
terindikasi menggunakan produk terkontaminasi
lakukanlah dengan cara terbaik (ihsan); jika
dengan babi. Pencabutan sertifikat halal
kamu menyembelih binatang, sembelihlah
terhadap perusahaan tersebut memberikan
dengan cara terbaik (ihsan), tajamkanlah
dampak yang hebat bagi pasar. Hal ini semakin
pisaunya dan senangkanlah dia.” Dalam
meyakinkan bahwa perusahaan multinasional
Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 juga
sekalipun dapat menghadapi masalah yang
disebutkan bahwa kesejahteraan hewan adalah
serius jika tidak memperhatikan hak-hak
segala urusan yang berhubungan dengan
konsumen muslim (Fischer 2008).
keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu Dalam skala lokal, tidak jarang kasus bakso
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi yang menggunakan daging babi, celeng, kucing,
hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak tikus, dan sebagainya bisa diredam dengan
layak terhadap hewan yang dimanfaatkan penerapan sistem jaminan halal (Prasetya
manusia. 2015). Isu ini akan lebih berat jika pemilik
usahanya adalah nonmuslim. Banyak kejadian
Karena itu, proses penyembelihan yang halal
bahwa pemohon sertifikat halal yang nonmuslim
setidaknya melibatkan beberapa aturan yang
akan lebih bersungguh-sungguh dalam
memastikan bahwa hewan yang akan
mengupayakan sistem jaminan halal
disembelih adalah hewan halal dalam keadaan
(Sumarsongko 2016)2. Dengan fakta-fakta
sehat, bebas dari rasa lapar, haus dan
tersebut, sertifikasi halal terbukti mampu
malnutrisi, bebas dari rasa tidak nyaman fisik
membantu pemerintah menjaga kestabilan
dan suhu udara, bebas dari rasa sakit, cedera,
sosial ekonomi.
dan penyakit, bebas dari rasa takut dan
tertekan, serta bebas untuk menampilkan
perilaku alaminya. Peraturan pemerintah Sertifikat Halal Memberi Keunggulan
bahkan mencegah penyembelihan terhadap Komparatif
hewan ternak betina produktif (Sumarsongko Meskipun istilah halal sekarang ini tidak lagi
2013). Sebagaimana halnya proses pengolahan menjadi isu agama semata dan sudah
pangan yang lain, maka penanganan PAH juga berkembang menjadi bahasa perdagangan
harus memperhatikan aspek hygiene dan global, namun nilai-nilai halal sesungguhnya
sanitasi tempat kerja. Terlebih lagi PAH melingkupi makna yang suci, bersih, murni,
merupakan sumber protein tinggi yang mudah etika kerja, tanggung jawab, dan kejujuran.
terkontaminasi mikroorganisme. Penerapan SJH Produk halal bahkan telah memunculkan nilai
memastikan bahwa PAH yang diproduksi memenuhi aspek hukum syariah, aman, bergizi,
senantiasa memenuhi standar ASUH. sehat, perikemanusiaan, pantas, dan ramah
lingkungan (Evans dan Evans 2012).
Sertifikat Halal Mampu Menenteramkan
Fungsi utama label halal adalah membantu
Masyarakat dari Isu Sensitif
konsumen memilih produk tanpa keraguan.
Sertifikasi halal memberikan ketenteraman Umumnya, setiap muslim akan melihat produk
dan keamanan lahir dan batin bagi konsumen. dengan label halal adalah jaminan aman untuk
Munculnya sertifikasi halal tidak terlepas dari dikonsumsi. Dengan jaminan ini, maka pasar
maraknya isu lemak babi tahun 1988. Bermula tidak hanya terbatas di dalam negeri, namun
dari penelitian Tri Susanto, yang menemukan pangsa pasar muslim di luar negeri yang sangat
adanya turunan produk babi dalam beberapa luas menjadi terbuka lebar. Dengan kata lain
produk makanan dan minuman. Penemuan halal dapat digunakan sebagai alat dan strategi
tersebut dipublikasikan dalam bulletin Canopy pemasaran global (Evans dan Evans 2012).
bulan Januari 1988 dan menjadi rumor ketika
dikutip oleh media massa. Situasi memburuk 2
Komunikasi pribadi
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 67

Menurut Sumarsongko (2016)3, beberapa Sertifikat Halal Melindungi Produk Dalam


produk industri berbasis hasil pertanian seperti Negeri dari Persaingan Global
sektor perikanan dan perkebunan telah
Memasuki era pasar bebas, Indonesia
mengajukan permohonan untuk disertifikasi
dipastikan menjadi pasar yang paling
halal karena untuk memenuhi persyaratan
menjanjikan. Jumlah penduduk dan wilayah
ekspor ke negara tertentu seperti Malaysia dan
geografis yang membentang dari Sabang
Timur Tengah. Bahkan, industri metanol yang
sampai Merauke sudah pasti akan memerlukan
merupakan hasil tambang alam juga
berbagai kebutuhan konsumsi. Pasar ini
mengajukan sertifikat halal karena tuntutan
menjadi kekuatan luar biasa jika dapat dipenuhi
pembeli dari negara Islam.
oleh produk-produk lokal. Namun, jika produk
Salah satu sektor yang mempunyai peran lokal tidak mampu memberikan jaminan kualitas
besar dalam memperkuat ekonomi nasional maka produk luar negeri yang sejenis akan
adalah industri kecil dan menengah (IKM) segera mengambil alih pasar tersebut. Salah
makanan dan minuman. Menurut data satu contoh adalah produk daging ayam.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Kewajiban sertifikasi halal produk asal hewan
sektor makanan dan minuman menopang untuk masuk Indonesia sedikit banyak dapat
pertumbuhan industri pengolahan nonmigas meredam banjirnya daging impor (Putra 2014).
sampai 7,55% pada kuartal I/2016. Industri ini Kasus impor paha ayam dari Amerika yang tidak
merupakan industri strategis dan berkontribusi dapat masuk ke Indonesia karena tidak disertai
terhadap industri pengolahan nonmigas sebesar jaminan kehalalan sempat menjadi alat
31,51% (Tempo 2016). Sayangnya, sejauh ini pelindung bagi peternak ayam lokal. Dengan
produk IKM yang merupakan konsumsi utama selisih harga yang sangat jauh, maka impor
masyarakat Indonesia masih minim label halal paha ayam tersebut dapat mematikan ribuan
yang benar. Dengan berlakunya pasar bebas usaha peternak ayam lokal.
ASEAN dan berlangsungnya harmonisasi halal
ASEAN, maka produk makanan dan minuman Sertifikat Halal Memperbaiki Kemampuan
halal dari negara-negara luar akan mudah Dokumentasi dan Administrasi Perusahaan
masuk ke Indonesia. Hal ini akan berdampak Kelemahan industri kecil dan menengah
pada persaingan produk halal yang semakin berbasis hasil pertanian terutama adalah
besar dan berpotensi menggeser produk lokal masalah administrasi dan manajemen usaha.
Indonesia (Zuraya 2014). Jika tidak mampu Usaha yang bermula dari usaha sampingan
memenuhi standar yang berlaku, maka IKM rumah tangga seringkali menerapkan pola
yang bergerak dalam bisnis makanan dan pengelolaan rumah tangga yang tidak tercatat
minuman dinilai rapuh untuk menghadapi rapi. Dengan kondisi ini seringkali tidak ada
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang pengarsipan dan ketertelusuran dokumen jika
dimulai pada akhir 2015 (Maskur 2015). diperlukan. Penerapan sistem jaminan halal
Hasil survei yang dilakukan oleh Rahayu et mempersyaratkan adanya penerapan sistem
al. (2012) terhadap industri rumah tangga dokumentasi sehingga pelaku usaha dapat
pangan (IRTP) di 18 provinsi di Indonesia terbantu meningkatkan pengelolaan usaha
menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen
IKM pangan masih memerlukan pendampingan yang moderen.
dan pembinaan secara berkelanjutan,
mencakup seluruh mata rantai di sepanjang
rantai produksi pangan dengan fokus pada PENUTUP
empat intervensi peningkatan aksesibilitas, yaitu
akses keamanan pangan, akses teknologi, Definisi kualitas dalam rantai pasok pangan
akses modal, dan akses pasar. Akses dan hasil-hasil pertanian sangat dinamis dan
keamanan pangan dan teknologi dapat berkembang sesuai dengan tuntutan dari
dilakukan melalui sertifikasi halal, sehingga konsumen. Tuntutan jaminan kualitas akan
pada akhirnya dapat membantu kemandirian memaksa pemasok dan produsen untuk
IKM dan meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi standar yang diperlukan dalam
memproduksi pangan yang aman dan proses produksi dan distribusi. Sertifikasi halal
peningkatan daya saing, yang berimplikasi pada sebagai sistem jaminan kualitas yang
penguatan ekonomi nasional. menyeluruh dapat digunakan untuk
memenangkan persaingan pasar dengan
memenuhi kebutuhan konsumen yang terjamin
3
Komunikasi pribadi
kehalalannya.
68 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

Masih sedikitnya pasokan produk hasil Hashim P, Ismail A, Sazili AQ, Mohd Zaki NN,
pertanian yang terjamin kehalalannya Arshad S, Mokhtar NF, editors. Proceedings of
merupakan peluang pasar halal yang masih 3rd IMT-GS International Symposium on Halal
sangat terbuka lebar yang dapat dimanfaatkan Science and Management 2009. Serdang (MY):
HPRI UPM. p. 176-180.
oleh industri kecil maupun besar. Dengan kata
lain, produk yang sudah bersertifikat halal akan Adams IA. 2011. Globalization: explaining the
lebih mudah untuk memasuki pasar dynamics and challenges of the halal food surge.
internasional yang makin akomodatif dengan Intellect Discourse. 19(1):123-145.
nilai-nilai yang diyakini umat Islam. Al Jallad N. 2008. The concepts of al-halal and al-
haram in the Arab muslim culture: a translational
Berbagai kebijakan mengenai aspek
and lexicographical study. Lang Des. 10:77-86.
kehalalan yang sudah dimiliki pemerintah
Indonesia seharusnya semakin memperkuat Azis YA, Chok NV. 2013. The role of halal
sektor industri agribisnis dengan melakukan awareness, halal certification, and marketing
pendekatan yang komprehensif dan lintas components in determining halal purchase
intention among non-muslims in Malaysia: a
sektoral. Jika selama ini halal di Indonesia
structural equation modeling approach. J Int Food
selalu ditanggapi dengan sentimen hegemoni Agribus Mark. 25(1):1-23.
agama, maka melalui tulisan ini diharapkan
dapat membuka wawasan semua pihak yang [BPS] Badan Pusat Statistik. c2016. Penduduk
selama ini berbeda pendapat dalam menurut wilayah dan agama yang dianut
[Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik;
memandang setiap kebijakan yang berkaitan
[diunduh 2016 Feb 23]. Tersedia dari:
dengan halal. Sertifikasi halal tidak merugikan http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=32
agama lain, bahkan dapat memberikan jaminan 1
agar produk mereka dapat diterima dengan
mudah oleh konsumen muslim di seluruh dunia. Bon M, Hussain M. 2010. Chapter 4, Halal. In: Jafari
J, Scott N, editors. Tourism in the muslim world.
Book series: Bridging tourism theory and practice.
Vol. 2. Sommerville (US): Emerald Group
UCAPAN TERIMA KASIH Publishing Limited. p. 47-59.
Daganghalal. 2013. Info halal [Internet]. [cited 2013
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Jan 14]. Available from: http://www.daganghalal.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan com/HalalInfo/HalalInfo.aspx
Kemenristekdikti yang telah memberikan Evans AD, Evans S. 2012. Halal market dynamic: an
kesempatan tugas belajar tingkat doktoral di analysis. London (UK): Imarat Consultants.
Universiti Putra Malaysia melalui beasiswa
Farook S, Shikoh R, Dur F, Adil M, Hasan S, Goud B,
Kaltim Cemerlang sehingga kolaborasi
Evans S, Jazzareen F, Fitriati A, El-Shafaki R, Liu
penulisan naskah ini dapat terlaksana. Ucapan KP. 2013. State of the global Islamic economy
terima kasih juga kami sampaikan kepada 2013 report. New York (US): Thomson Reuters
Bapak Ashari, SP, MP, kandidat doktor, rekan and Dinar Standard.
seperjuangan di rantau yang telah mengenalkan
Fischer J. 2008. Religion, science and market. EMBO
penulis dengan publikasi PSEKP.
Reports. 9(9):828-831.
Girindra A. 2008. LPPOM MUI, dari sertifikasi menuju
DAFTAR PUSTAKA labelisasi halal. Jakarta (ID): Pustaka Jurnal Halal.
Hasan N. 2009. The making of public Islam: piety,
Abdullah MA, Afkari R, Ibrahim S. 2011. Strategi agency, and commodification on the landscape of
pengembangan usaha kecil dan menengah dalam the Indonesian public sphere. Cont Islam. 3:229–
250. doi:10.1007/s11562-009-0096-9
menghadapi serangan ACFTA [Internet]. Kertas
kerja dibentangkan di Seminar Internasional Henderson JC. 2010. Islam and tourism: Brunei,
Universitas Islam Indragiri dengan kerja sama Indonesia, Malaysia and Singapore. In: Scott N,
Pemkab Indragiri Hilir; 2011 Jun 15; Indragiri Hilir, Jafari J, editors. Tourism in the muslim world.
Indonesia. [diunduh 2016 Agu 1]. Tersedia dari: Book series: Bridging tourism theory and practice.
http://eprints.uthm.edu.my/1715/1/Dr._Rafiuddin_ Vol. 2. New York (US): Emerald Group Publishing
3.pdf. Limited. p. 75-89.
Abdul-Latif M. 2011. Laws and regulations in halal Khaosod. 2014 Jul 12. Thai halal food industry eyes
certification. Kuliah Halal Philosophy pada Halal Indonesian market [Internet]. [cited 2014 Nov 7].
Products Research Institute, Universiti Putra Available from: http://www.khaosodenglish.com.
Malaysia; 2011 Sep 30; Serdang, Malaysia.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
Ab Rahman S, Che Man Y, Zulkifli WW. 2009. Halal Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.
friendly tourism: Capturing the muslim market. In:
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 69

2012. Halal assurance system 23000 series. Purnomo D. 2011. Strategi pengembangan
Jakarta (ID): LPPOM MUI. agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis
halal global [Disertasi]. [Bogor (ID)]: Institut
Malaysian Standard. 2004. MS 1500:2004 halal food
Pertanian Bogor.
– production, preparation, and storage – general
guidelines. Putra IR. 2014 Mei 12. Label halal agar ayam impor
tak seenaknya masuk Indonesia [Internet].
Maskur F. 2015. IKM pangan dinilai rapuh hadapi
MEA [Internet]. [diunduh 2016 Agu 2]. Tersedia [diunduh 2015 Nov 12]. Tersedia dari: http://www.
dari: http://industri.bisnis.com/read/20151210/87/ merdeka.com/uang/label-halal-agar-ayam-impor-t
500554/. ak-seenaknya-masuk-indonesia.html.

Meindertsma C. 2008. Pig 05049 [Internet]. [cited Qardhawi Y. 2003. Halal dan haram dalam Islam.
2015 Nov 11]. Available from: http://www. Dalam: Ahmadi W, Badawi W, Saptorini, editors.
christienmeindertsma.com/index.php?/books/pig- Surakarta (ID): Era Intermedia.
05049/. Rahayu EA. 2012. Jaminan kehalalan berdasarkan
Okezie IA. 2006. The impact of food regulation on the kelompok bisnis pangan di Indonesia dan
food supply chain. Toxicology. 221:119-127. perbandingan dengan beberapa negara [Tesis],
[Bogor (ID)]: Institut Pertanian Bogor.
Othman B, Shaarani SM, Bahron A, 2016. The
potential of ASEAN in halal certification Rahayu WP, Nababan H, Hariyadi P, Novinar. 2012.
implementation: a review. Pertanika J Soc Sci Keamanan pangan dalam rangka peningkatan
Hum. 24(1):1-24. daya saing usaha mikro, kecil dan menengah
untuk penguatan ekonomi nasional. Makalah
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian nomor disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan
13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang persya- dan Gizi X; 2012 Nov 20-21; Jakarta, Indonesia.
ratan rumah potong hewan ruminansia dan unit
penanganan daging (meat cutting plant). 2010. Riaz NM, Chaudry MM. 2004. Halal food production.
Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Florida (US): CRC Press LLC.
Manusia RI.
Saida M, Hassan F, Musa R, Rahman NA. 2014.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian nomor: Assessing consumers’ perception, knowledge and
50/Permentan/OT.140/9/2011 tentang rekomen- religiosity on Malaysia’s halal food products.
dasi persetujuan pemasukan karkas, daging, Procedia. 130:120-128.
jeroan, dan/atau olahannya ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia. 2011. Jakarta (ID): Saifullah R. 2008. Studi kebijakan pangan halal di
Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia RI. Indonesia [Skripsi]. [Bogor (ID)]: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor Ilmu dan Teknologi Pangan.
69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan.
1999. Jakarta (ID): Kementerian Sekretariat Schneider H, Krieger J, Bayraktar A. 2011. The
Negara RI. impact of intrinsic religiosity on consumers’ ethical
beliefs: does it depend on the type of religion? A
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor comparison of Christian and Moslem consumers
95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat in Germany and Turkey. J Bus Ethics. 102:319-
veteriner dan kesejahteraan hewan. 2012. Jakarta 332.
(ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI. Soesilowati ES. 2010. Business opportunities for halal
products in the global market: muslim consumer
Pew Research Center. 2011. The future of the global behaviour and halal food consumption. JISSH.
muslim population, projections for 2010-2030. 3:151-160.
Washington, DC (US): Pew Research Center’s
Forum on Religion dan Public Life. Spiegel MV, van der Fels-Klerx HJ, Sterrenburg P,
van Ruth SM, Scholtens-Toma IMJ, Kok EJ. 2012,
Post DL. 2005. Standards and regulatory capitalism:
Halal assurance in food supply chains: verification
the diffusion of food safety standards in
of halal certificates using audits and laboratory
developing countries. Ann Am Acad Pol Soc Sci.
analysis. Trends Food Sci Technol. 27(2):109-
598:168-183.
119.
Prabowo S, Abd Rahman A, Ab Rahman S, Abu
Samah A. 2015. Revealing factors hindering halal Sumarsongko. 2013. Penerapan sistem jaminan halal
certification in East Kalimantan Indonesia. J untuk mendapatkan PAH yang ASUH. Presentasi
Islamic Mark. 6(2):268-291. Direktur LPPOM MUI Kaltim dalam Rakorwil IV
MUI; 2013 Nov 6; Samarinda, Indonesia.
Prasetya E. 2015 Mei 2. Cegah daging celeng,
pedagang bakso wajib bersertifikat halal [Internet]. Tempo. 2016. Industri makanan dan minuman
[diunduh 2015 Nov 12]. Tersedia dari: http: diprediksi tumbuh 7% [Internet]. [diunduh 2016
//www.merdeka.com/peristiwa/cegah-daging-celen Agu 2]. Tersedia dari https://m.tempo.co/read/
g-pedagang-bakso-wajib-bersertifikat-halal.html. news/2016/06/03/092776703/
70 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70

Trienekens J, Zuurbier P, 2008. Quality and safety Wahid N. 2012. Melihat produk halal dari perspektif
standards in the food industry, developments and keunggulan komparatif. J Halal. 98:30-31.
challenges. Int J Prod Econ. 113:107-122.
Wilson JAJ, Belk RW, Bamossy GJ, Sandikci Ö,
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 Kertajaya H, Sobh R, Liu J, Scott L, 2013. Crecent
tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan marketing, muslim geographies and brand Islam.
hewan. 2009. Jakarta (ID): Sekretariat Negara RI. Reflections from the JIMA Senior Advisory Board.
J Islamic Mark. 4(1):22-5
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
tahun 2014 tentang jaminan produk halal. 2014. Zuraya N. 2014 Jan 1. Produk IKM minim label halal
Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi [Internet]. [diunduh 2016 Agu 2]. Tersedia dari
Manusia RI. http://www.republika.co.id/berita/koran/industri/14/
12/22/.

Anda mungkin juga menyukai