Anda di halaman 1dari 7

MEMAHAMI MODERISASI BERAGAMA

Kelas :

DIV TM A

Nama Kelompok :

Syahrul Setiawan Budi (19051407010)

Hidayanti Nuzulatul Afifah (19051407017)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami
dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, sebuah cara pandang dan sikap dalam beragama
yang adil dan seimbang dalam berbagai sisi kehidupan. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate
speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama, problem tersebut yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini. Sehingga, adanya moderasi beragama sangat berpengaruh.

Adanya moderasi beragama cara untuk menghindari radikalisme. Oleh karena itu, perlu adanya
pengedukasian terhadap masyarakat tentang keagamaan yang tidak setangah-setengah agar bisa
menghargai perbedaan, toleran, dan menghindari ekstremisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi
keretakan antar pemuluk agama adalah populisme agama yang hadir dengan nada kebencian terhadap
agama, ras, dan suku. Serta kebenaran politik tertentu yang menggiring masyarakat kea rah konservatisme
radikal secara sembarangan. Hal tersebut terjadi karena sempit pandangan terhadap agama.

keadaan ada dua paham yang saling berlawanan, satu pada paham yang kaku dalam beragama,
memahami agama dengan membuang jauh penggunaan akal. Kedua paham yang sangat longgar dan
bebas dalam memahami sumber ajaran islam, kebebasan tersebut tampak pada penggunaan akal yang
sangat berlebihan sehingga menempatkan akal sebagai tolak ukur kebenaran sebuah ajaran.

Pada kelompok satu memberikan sesuatu yang berlebih sehingga menimbulakan pemikiran yang
kritis dan pemahaam beragama yang matang. Dan pada kelompok yang lain menekankan pada relitas dan
memberikan ruang bebas terhadap akal. Dan seharusnya dengan cara beragam yang demikian akan
melahirkan kehidupan beragama yang baik, konsisten, baik dalam lingkup personal,keluarga,dan
masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah makna darri moderasi beragama?


2. Apa saya faktor penunjang moderasi beragama?
BAB 2

KAJIAN TEORI

A. Pengertian moderasi beragama

Kata moderasi berasal dari bahasa latin moderatio yang berarti ke-sedang-an
(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap
sangat kelebihan dan kekuranagan). Dan dalam bahasa inggris kata moderation sering
digunakan dalam pengertian average (rata-rata), corre (inti), standard (baku), dan non-
aligned(tidak berpihak). Secara umum moderat berarti mengedepankan keseimbangan
dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai
individu, maupun ketika berhadapan dengan Negara.

B. Islam dan moderasi beragama

Dikalangan umat islam, moderasi beragama seringkali diungkapkan dengan


istilah wasathiyyah, dimana bentuk kata ini bisa dirujuk kepada kitab suci al-Quran. Kata
wasath dalam berbagai bantuknya ditemukan lima kaki di lima tempat dalam al-Quran
yang menggandung makna ‘berada diantara dua ujung’ atau pertengahan dua kutub.
Dalam kebiasaan sesuatu yang ditengah atau pertengahan dianggapsebagai sesuatu yang
baik karena berada dalam posisi ideal.

Ummatan wasathan (ummat pertengahan, yang adil dan pilihan) dalam ayat
tersebut (al-Qasimi, 1997:416; az-Zuhaili, 1998:15; talimah, 2001:66) kemudian menjadi
titik tolak dan sental kajian konsep moderasi beragama, sehingga moderasi islam tersebut
dengan wasathiyyah. Selain ayat Ummatan wasathan ada beberapa ayat dari al-quran
yang memuat ajaran pertengahan (Qs. An-Nisa:71 tentang larangan ghuluw, Qs. Al-
a’raaf:31 tentang larangan iaraaf, Qs. Al-Furqon:67 tentang tuntunan penggunaan harta
secara wajar, Qs. Al-Isra’:110 tentang kadar suara dalam sholat, Qs. Al-Jumuah :9-10
tentang anjuran bekerja setelah sholat jumat, Qs al-Qasas:77 tentang keseimbangan dunia
dan akhirat).

Karakteristik moderat itu telah melekat dalam semua ajaran islam, baik dalam
aspek akidah, ibadah, mu’amalah, dan akhlak. Sebab, ketika allah menegaskan untuk
menjadikan umat islam sebagai ummat yang moderat, maka tentunya telah merancang
semua syariat-Nya berwatak moderat. Hal-hal yang dilarang oleh agama manusia
diperintahkan untuk menjahuinya seoptimal mungkin sesuai batas dan takaran yang
ditentukan oleh agama.

Dalam kajian spiritual islam muncul beberapa rumusan paduan ruhani seperti
tirakat, mujahadah, wara’, zuhud, dan ‘uzlah. Oleh karena itu, bagi seorang muslim
batas-batas moderatisme tersebut, baik batas maksimal sehingga tidak melampaui batas
(ifrath, ghuluw, tasyaddud), atau batas manimal sehingga mengurangi batas (tafrith,
tasahul, taqhsir) adalah syariat islam itu sendiri karena bersumber dari Allah.

Dalam kenyataannya beberapa perilaku dan peristiwa yang dikesankan bahwa


islam mengajarkan hal tersebut, maka seringkali itu lebih karena kesalahan sebagian umat
muslim dalam memahami dan mempraktikan ajaran agamanya. Sehingga kenyataan
tersebut lebih bersifat kasuitis, persoalan atau mewakili kelompok tertentu saja, dan
bukan mencerminkan ajaran islam yang sesunguhnya, sebagaimana tidak mewakili
orientasi mayoritas umat yang meganut mederasi beragama (wasathiyyah).

Dalam konteks ini pula perlu dinyatakan bahwa moderatisme islam bukan juga
kecondongan pada kutub yang lain, seperti sekularisme, liberalism, prularisme, nihilism,
sinkretisme, apatisme,permisivme dan lain-lain yang sebetulnya tidak mencerminkan
wasathiyyah yang sesunguhnya, karena sudah masuk pada titik melampaui batas dalam
rupa lain. Karena, beragama secra moderat tidak bisa diartikan sebagai sikap berakama
yang netral kurang komitmen, dan kompromisme dalam segala aspek. Segala hal yang
tidak mengandung keutuhan, keseimbangan, dan proporsionalitas, bukan moderatisme
yang dikehendaki islam.

C. Faktor penunjang moderasi beragama


1. Memiliki ilmu yang luas
Dengan bekal yang memadahi seorang bisa memiliki wawasan yang luas dan
membantunya untuk memahami ajaran agama secara lebih utuh serta mengantarkan
pada kebenaran.
2. Memiliki semangat dan komitmen untuk mengamalkan agama secara utuh dan
sungguh-sungguh
Ilmu yang mendalam akan menghindarkan dari pemahaman yang sepotong-
potong maka semangat untuk menjalankan agama akan menghindarkan dari
pengalaman yang sepotong-potong.
3. Menghindari fanatisme yang berlebih
Fanatisme yang berlebih bisa muncul karena adanya perasaan bangga atau kagum
yang amat sangat sehingga membuat merasa paling benar dan sombong. Orang yang
memiliki sifat tersebut boleh jadi akan mengeklaim sebagai pihak yan g paling
sunnah dan kitabullah merasa yang paling kaafah dan paling sesuai dengan salafus
salih.
4. Kearifan dalam menyikapi perbedaan
Seorang muslim seharusnya menyadari bahwa adanya perbedaan adalah
sunnahtullah yang tidak bisa dihindari atau dihilangkan. Perbedaan pendapat adalah
kenyataan yang telah ada dan akan muncul.
5. Faktor lingkungan
Seorang muslim hendaknya memilih berinteraksi dan bergaul dengan kalangan
yang memiliki orientasi pemikiran dan sikap keberagamaan yang moderat, baik
dalam lingkup personal, persahabatan, komunitas, organisasi atau mahzab pemikiran.
6. Sikap kritis
Pendekatan kekerasan bertentangan dengan prinsip dasar dalam berdakwa yang
harus dilakukan dengan kesantunan, kebijaksanaan, dan kebertahapan.
7. Bersikat hati-hati dan waspada terhadap pemikiran dan kelompok yang mengajak
untuk menentang secara frontal kepada pemerintahan yang sah, atau hendak
mengubah dasar dan bentuk Negara yang sudah disepakati oleh pendiri bangsa.

BAB 3
SIMPULAN

Moderasi beragama adalah sebuah model cara beragama yang utuh, seimbang, dan
proporsional dalam menjalankan ajaran-ajaran agama diberbagai lini kehidupan. Moderasi
beragama berusaha untuk menghindari sikap melampaui batas dalam pemikiran maupun amal,
baik itu tathrruf yang bersifat melih-lebihkan (al-ghuluw, al-ifrath, at-tasyaddud) taupun bersifat
mengurangi (at-taqshir, at-tafrith, at-tasahul) yang semuanya adalah gambaran dua kutub
ekstrim yang menyimpang dari ajaran agama yang ideal.

Para ulama berpandangan bahwa islam membawa ajaran yang moderat dan mempunyai
misi unruk membangun umat yang moderat (ummatan wasathan).salah satu aspek penting
moderasi beragam adalah bagaiman menampilkan sikap beragama yang bercorak kasih sayang,
santun dan toleran, khususnya dalam ranah kehidupan social yang majemuk, sehingga bisa
mewujudkan kehidupan beragama yang harmoni dan damai.
BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

https://muslim.okezone.com/read/2019/11/04/614/2125412/pentingnya-penguatan-moderasi-
beragama-untuk-hindari-radikalism

https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/pentingnya-moderasi-bera

buku pendidikan agama islam unesa

Anda mungkin juga menyukai