Memahami Moderisasi Beragama
Memahami Moderisasi Beragama
Kelas :
DIV TM A
Nama Kelompok :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami
dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, sebuah cara pandang dan sikap dalam beragama
yang adil dan seimbang dalam berbagai sisi kehidupan. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate
speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama, problem tersebut yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini. Sehingga, adanya moderasi beragama sangat berpengaruh.
Adanya moderasi beragama cara untuk menghindari radikalisme. Oleh karena itu, perlu adanya
pengedukasian terhadap masyarakat tentang keagamaan yang tidak setangah-setengah agar bisa
menghargai perbedaan, toleran, dan menghindari ekstremisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi
keretakan antar pemuluk agama adalah populisme agama yang hadir dengan nada kebencian terhadap
agama, ras, dan suku. Serta kebenaran politik tertentu yang menggiring masyarakat kea rah konservatisme
radikal secara sembarangan. Hal tersebut terjadi karena sempit pandangan terhadap agama.
keadaan ada dua paham yang saling berlawanan, satu pada paham yang kaku dalam beragama,
memahami agama dengan membuang jauh penggunaan akal. Kedua paham yang sangat longgar dan
bebas dalam memahami sumber ajaran islam, kebebasan tersebut tampak pada penggunaan akal yang
sangat berlebihan sehingga menempatkan akal sebagai tolak ukur kebenaran sebuah ajaran.
Pada kelompok satu memberikan sesuatu yang berlebih sehingga menimbulakan pemikiran yang
kritis dan pemahaam beragama yang matang. Dan pada kelompok yang lain menekankan pada relitas dan
memberikan ruang bebas terhadap akal. Dan seharusnya dengan cara beragam yang demikian akan
melahirkan kehidupan beragama yang baik, konsisten, baik dalam lingkup personal,keluarga,dan
masyarakat.
KAJIAN TEORI
Kata moderasi berasal dari bahasa latin moderatio yang berarti ke-sedang-an
(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap
sangat kelebihan dan kekuranagan). Dan dalam bahasa inggris kata moderation sering
digunakan dalam pengertian average (rata-rata), corre (inti), standard (baku), dan non-
aligned(tidak berpihak). Secara umum moderat berarti mengedepankan keseimbangan
dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai
individu, maupun ketika berhadapan dengan Negara.
Ummatan wasathan (ummat pertengahan, yang adil dan pilihan) dalam ayat
tersebut (al-Qasimi, 1997:416; az-Zuhaili, 1998:15; talimah, 2001:66) kemudian menjadi
titik tolak dan sental kajian konsep moderasi beragama, sehingga moderasi islam tersebut
dengan wasathiyyah. Selain ayat Ummatan wasathan ada beberapa ayat dari al-quran
yang memuat ajaran pertengahan (Qs. An-Nisa:71 tentang larangan ghuluw, Qs. Al-
a’raaf:31 tentang larangan iaraaf, Qs. Al-Furqon:67 tentang tuntunan penggunaan harta
secara wajar, Qs. Al-Isra’:110 tentang kadar suara dalam sholat, Qs. Al-Jumuah :9-10
tentang anjuran bekerja setelah sholat jumat, Qs al-Qasas:77 tentang keseimbangan dunia
dan akhirat).
Karakteristik moderat itu telah melekat dalam semua ajaran islam, baik dalam
aspek akidah, ibadah, mu’amalah, dan akhlak. Sebab, ketika allah menegaskan untuk
menjadikan umat islam sebagai ummat yang moderat, maka tentunya telah merancang
semua syariat-Nya berwatak moderat. Hal-hal yang dilarang oleh agama manusia
diperintahkan untuk menjahuinya seoptimal mungkin sesuai batas dan takaran yang
ditentukan oleh agama.
Dalam kajian spiritual islam muncul beberapa rumusan paduan ruhani seperti
tirakat, mujahadah, wara’, zuhud, dan ‘uzlah. Oleh karena itu, bagi seorang muslim
batas-batas moderatisme tersebut, baik batas maksimal sehingga tidak melampaui batas
(ifrath, ghuluw, tasyaddud), atau batas manimal sehingga mengurangi batas (tafrith,
tasahul, taqhsir) adalah syariat islam itu sendiri karena bersumber dari Allah.
Dalam konteks ini pula perlu dinyatakan bahwa moderatisme islam bukan juga
kecondongan pada kutub yang lain, seperti sekularisme, liberalism, prularisme, nihilism,
sinkretisme, apatisme,permisivme dan lain-lain yang sebetulnya tidak mencerminkan
wasathiyyah yang sesunguhnya, karena sudah masuk pada titik melampaui batas dalam
rupa lain. Karena, beragama secra moderat tidak bisa diartikan sebagai sikap berakama
yang netral kurang komitmen, dan kompromisme dalam segala aspek. Segala hal yang
tidak mengandung keutuhan, keseimbangan, dan proporsionalitas, bukan moderatisme
yang dikehendaki islam.
BAB 3
SIMPULAN
Moderasi beragama adalah sebuah model cara beragama yang utuh, seimbang, dan
proporsional dalam menjalankan ajaran-ajaran agama diberbagai lini kehidupan. Moderasi
beragama berusaha untuk menghindari sikap melampaui batas dalam pemikiran maupun amal,
baik itu tathrruf yang bersifat melih-lebihkan (al-ghuluw, al-ifrath, at-tasyaddud) taupun bersifat
mengurangi (at-taqshir, at-tafrith, at-tasahul) yang semuanya adalah gambaran dua kutub
ekstrim yang menyimpang dari ajaran agama yang ideal.
Para ulama berpandangan bahwa islam membawa ajaran yang moderat dan mempunyai
misi unruk membangun umat yang moderat (ummatan wasathan).salah satu aspek penting
moderasi beragam adalah bagaiman menampilkan sikap beragama yang bercorak kasih sayang,
santun dan toleran, khususnya dalam ranah kehidupan social yang majemuk, sehingga bisa
mewujudkan kehidupan beragama yang harmoni dan damai.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.okezone.com/read/2019/11/04/614/2125412/pentingnya-penguatan-moderasi-
beragama-untuk-hindari-radikalism
https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/pentingnya-moderasi-bera