ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu model integrasi lean manufacturing dan lean
service pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Banyuwangi. Agar masyarakat dapat
menikmati air bersih yang terjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya maka PDAM harus
meningkatkan performansinya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan efisiensi dengan
aplikasi konsep lean. Konsep lean bertujuan menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value
Added yang merupakan pemborosan. PDAM Banyuwangi merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang proses produksi maupun proses pelayanan, sehingga diperlukan
pendekatan lean manufacturing dan lean service yang terintegrasi. Penelitian diawali dengan
pembuatan Big Picture Mapping untuk mengidentifikasi waste baik di proses produksi
maupun proses pelayanan. Dilanjutkan dengan penentuan waste kritis melalui kuisioner
terhadap pihak PDAM. Waste kritis pada proses produksi adalah waste Inappropriate
Processing, Excessive Transportation, dan Waiting. Sedangkan Waste kritis pada proses
pelayanan adalah Waste Waiting, Defect dan Inappropriate Processing. Setelah diketahui
waste kritisnya, tahap berikutnya adalah Root Cause Analysis (RCA) untuk tiap waste kritis
yang diikuti dengan pemetaan hubungan keterkaitan antar waste proses produksi dengan
waste pelayanan. Berdasarkan dari hubungan keterkaitan dihasilkan model konseptual
integrasi antar waste proses produksi dan proses pelayanan PDAM Banyuwangi.
Kata kunci: Big Picture Mapping, , Konsep lean, Root Cause Analysis, Waste.
PENDAHULUAN
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah sebuah perusahaan daerah yang
mempunyai konsentrasi pada bidang penyediaan air bersih. Kehadiran PDAM diatur melalui
Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. PDAM
dibentuk sebagai kesatuan usaha milik pemerintah daerah yang memberikan jasa pelayanan,
menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum dan memupuk pendapatan.
Dalam upayanya untuk mencapai visi dan misi, PDAM Banyuwangi mempunyai
permasalahan yang sama seperti yang dihadapi PDAM di kota-kota lain di Indonesia yaitu
tingkat pelayanan (coverage level) yang rendah dan tingkat kehilangan air (uncounted water)
yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan layanan penyambungan baru kurang maksimal.
PDAM Banyuwangi sampai dengan tahun 2011 baru mampu melayani hanya 14,76 persen
dan itu berarti 85,24 persen belum mampu dilayani oleh PDAM Banyuwangi. Permasalahan-
permasalahan pada PDAM Banyuwangi di atas berdampak pada kinerja sehingga memerlukan
pendekatan yang pada akhirnya bisa meningkatkan kinerja PDAM Banyuwangi. Salah satu
metode untuk meningkatkan kinerja adalah pengaplikasian konsep lean pada PDAM
Banyuwangi. Konsep lean melakukan pendekatan secara sistemik dan sistematik untuk
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
METODE PENELITIAN
Tahap Pengumpulan Data
Data yang diperlukan antara lain data aliran fisik dan aliran informasi proses layanan
jasa. Metode pengumpulan data terdiri atas : 1) Wawancara, digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang proses yang terjadi, penyebab dari waste yang terjadi, crosscheck terhadap
hasil pengolahan data waste kritis. Dalam pelaksanaan wawancara, narasumber adalah orang-
orang yang bertanggung jawab dan kompeten dalam bidangnya masing-masing. 2)
Pengamatan lapangan. 3) Data historis, digunakan untuk menunjang pengolahan data.
Membuat Big Picture Mapping
Dari big picture mapping akan diperoleh informasi dimana terjadinya waste dan
seluruh aktivitas yang tergolong aktivitas value added, non value added, necessary but non
value added. Dari big picture mapping akan dapat di identifikasi aktivitas-aktivitas yang
tergolong waste dari segi produksi maupun dari segi servis.
Identifikasi waste
Mengidentifikasi dan mengelompokan aktivitas-aktivitas kerja di PDAM
berdasarakan jenis wastenya (pengelompokan seven waste). Dari observasi awal, waste yang
dihasilkan PDAM waste yang bekaitan dengan aktivitas sebagai perusahaan di segi produksi
maupun dari segi servis.
Menentukan waste kritis
Penentuaan waste kritis dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner terhadap pihak
yang terkait di PDAM Banyuwangi. Dari hasil kuisioer ini bisa diketahui waste yang sering
terjadi.
Root Cause Analysis (RCA)
RCA digunakan untuk menelusuri penyebab dan dampak dari sebuah permasalahan
yang terjadi. Dengan RCA ini bisa diketahui penyebab waste yang terjadi yang merupakan
dampak dari proses yang terjadi di segi produksi maupun di segi servis.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Selain big picture mapping pada proses produksi, big picture mapping juga digunakan pada
proses pelayanan sambung baru yang dapat mengidentifikasi pemborosan-pemborosan yang
terjadi pada proses pelayanan sambung baru. Hasil big picture mapping pada proses
pelayanan sambung baru, bisa dilihat pada Gambar 2.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
BOBOT
0.14 0.08
0.2
0
WASTE
0.2 0.09
0.02
0.1
0
WASTE
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Analisa Model Konseptual Integrasi Antar Waste Proses Produksi dan Proses Pelayanan
1. Kontinuitas air : Debit air pada pelanggan kecil atau mati
Pada waktu pemakaian air berada di jam puncak, adakalanya debit air kecil bahkan mati,
keadaan ini juga mempengaruhi pelayanan sambung baru. Untuk daerah dengan keluhan
kondisi air yang sering mati, tidak memungkinkan diadakan penyambungan baru, kecuali
setelah diadakan perbaikan yang menyangkut kebocoran pipa, memperbesar kapasitas pipa
dan penambahan debit air yang melalui daerah tersebut. Disini bisa dilihat bahwa
kontinuitas air yang ada pada proses pelayanan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berasal dari proses produksi. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Kebocoran distribusi
b. Reservoir
c. Kapasitas Distribusi
d. Pemeliharaan pipa distribusi berpengaruh terhadap debit air yang diterima oleh
pelanggan.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
sebesar 22.5 m3. Sehingga secara teoritis kebocoran distribusi tersebut mampu untuk
melayani sebanyak 2313 sambungan rumah.
b. Reservoir.
Reservoir yang berfungsi sebagai tempat penampungan air pada proses produksi juga
berpengaruh pada proses pelayanan sambung baru, dimana salah satu faktor yang
mempengaruhi reservoir adalah kapasitas produksi. Selama ini kapasitas produksi belum
bisa digunakan secara optimal karena masih terjadi kebocoran.
c. Kapasitas distribusi
Kapasitas distribusi juga berpengaruh terhadap proses pelayanan sambung baru. Semakin
besar kapasitas distribusi, maka pelayanan sambung baru juga bisa ditingkatkan. Selama
ini permintaan sambung baru ada yang tidak bisa direalisasi karena terbatasnya kapasitas
distribusi untuk area tertentu.
d. Kapasitas pompa air
Permintaan sambung baru yang meningkat mengakibatkan penggantian pompa air baku
ada dengan pompa air baku yang kapasitasnya lebih besar. Debit air yang dapat diangkat
ke permukaan oleh sebuah sumur bor sangat bergantung pada kapasitas pompa dan
diameter pipa bor yang digunakan. Dalam tahap pompa sudah mengalami penurunan
kinerja akibat faktor usia pompa ataupun karena dirasakan pompa sudah tidak mampu lagi
memenuhi tingkat debit kebutuhan distribusi, maka pompa harus diperbaiki atau diganti
unuk mendapatkan kinerja pompa yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Kuantitas pipa distribusi
Permintaan sambung baru dipengaruhi oleh faktor jaringan distribusi, yang terkait dengan
kuantitas pipa distribusi dimana apabila jaringan distribusi semakin luas maka permintaan
sambung baru juga mengalami peningkatan.
3. Administrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pelayanan sambung
baru. Proses administrasi untuk layanan sambung baru diawali dengan adanya aliran
informasi dari CSC ke bagian perencanaan. Selanjutnya bagian perencanaan akan
melaksanakan perintah yang berkaitan dengan proses fisik yaitu survei lokasi, penyediaan
dan pemasangan material instalasi, penyediaan tenaga mekanik untuk memasang instalasi.
Waste dan Rekomendasi Perbaikannya
Pada tahap ini akan dilakukan rekomendasi perbaikan pada tiap waste yang
ditemukan, baik itu waste yang ada pada proses produksi maupun waste pada proses
pelayanan.
Waste Pada Proses Produksi
Waste kritis pada proses produksi terdiri dari waste inappropriate proccessing, waste
transportation, dan waste waiting, Berikut adalah daftar dari waste proses produksi dan
rekomendasi perbaikannya.
Waste Inappropriate Proccessing
Waste Inappropriate Proccessing yang sering terjadi pada proses produksi air adalah
sebagai berikut:
a. Pemasangan pipa paralel atau penggantian pipa distribusi.
b. Penggantian pompa air baku
c. Pengurasan reservoir secara manual
d. Kebocoran produksi dan distribusi
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Waste Waiting
Waste waiting pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut:
a. Delay survey lokasi.
b. Delay formulir data pelanggan di CSC.
c. Delay kedatangan calon pelanggan untuk persetujuan RAB
d. Delay persetujuan BPP ( Bukti permintaan dan pengeluaran)
e. Delay pemasangan instalasi pipa distribusi
Waste Defect
Waste defect yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut :
a. Debit air pada pelanggan kecil atau mati
b. Permintaan sambung baru yang tidak bisa direalisasikan.
Waste Inappropriate Processing
Waste inappropriate processing yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru adalah
sebagai berikut :
1. Pengaduan yang tidak segera tertangani.
2. Prosedur pengajuan sambung baru yang terlalu panjang.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Saran
A. Bagi perusahaan
1. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan baik dari segi pelayanan sambung baru dan dari
segi kontinuitas air, sebaiknya PDAM melakukan langkah –langkah yang dianggap perlu
untuk manekan angka kebocoran air, baik itu kebocoran produksi dan kebocoran
distribusi.Langkah-langkah tersebut bisa bersifat teknis seperti perawatan pipa,
penggantian pipa yang sudah keropos, peggantian meter air yang tidak akurat dan lain-
lain.Sedangkan yang bersifat non teknis, bisa berupa pemberian sangsi hukum yan lebih
tegas bagi yang melakukan pencurian air, peningkatan disiplin pada petugas pencatat
meter dan lain-lain.
2. Perlu dipikirkan untuk pengembangan jaringan pipa distribusi terkait dengan peningkatan
populasi penduduk yang pada akhirnya juga peningkatan konsumsi air bersih.
B. Bagi penelitian berikutnya:
Melakukan analisa biaya yang lebih detil terkait dengan resiko-resiko yang harus
dihadapi akibat dari setiap jenis pemborosan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarnis, Rosie (2011), Pengukuran dan peningkatan sistem pemeliharaan pada PT.
Maspion dengan menggunakan konsep lean Maintenance, Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Bappenas (2010), Laporan Pencapaian MDGs Indonesia 2010.
Bayou and Korvin (2008), Measuring the leaness of Manufacturing System – A case study of
Ford Motor Company and General Motors, Journal of Engineering and Tecnology
Management 25, hal. 287-304.
Bowen, D. and Youngdahl, W. (1998), ‘lean’ service : in defence of a production line
approach, International Journal of Service Industry Management 9, hal. 207-225.
Daellenbach, H.G. and Mc Nicle, D.C. (2005), Management science : Decision making
Through system thinking, Palgrave Macmillan.
Fanani, Z. dan Singgih, M.L. ( ), Implementasi Lean Manufacturing untuk peningkatan
produktivitas (studi kasus pada PT. Ekamas Fortuna Malang), Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi MMT ITS, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Febriyani, D. (2010), Analisis Produktivitas Dan Aplikasi Lean Manufacturing Pada Divisi
Produksi Pengecoran (Workshop I) PT. Barata Indonesia, Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Francesca, M. (2009/2010), Upaya perbaikan kualitas unit pelayanan teknik dengan
pendekatan lean service (studi kasus PT. PLN APJ Surabaya Selatan), Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Industri ITS , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Gaspers, V. (2006), Continous Cost Reduction Trought Lean Six Sigma, Bogor, Gramedia
Pustaka Utama.
Gaspers, V. (2007), Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industri, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Gurumurthy, A. and Kodali, R. (2009), Application of benchmarking for assessing the lean
manufacturing implementation, An International Journal 16, hal. 274-308.
Hapsari, R.I. (2011), Penerapan metode Lean Project Management dalam perencanaan
proyek konstruksi pada pembangunan gedung SDN Bektiharjo II Semanding Tuban,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Hicks, B.J. (2007), Lean Information Management : Understanding and Eliminating Waste,
International Journal of Information Management 27, hal. 233-249.
Hines, P. and Rich, N. (1997), The Seven Value Stream Mapping Tools, International Journal
of Operating and Production Management vol 17 No. 1 hal. 46-04. Cardiff, uk : Lean
Interprise Research Centre, Cardiff Business School.
Hines, P. and Taylor, D. (2000), Going lean. Cardiff, uk : Lean Exterprise Research Centre,
Cardiff Business School.
Hines, P., Silvi, R., and Bartolini, M. (2002), Lean Profit Potential : Lean Enterprise Research
Centre, Cardiff Business School.
Jan Jonker (2011), Model Konseptual, http:// teorionline.wordpress.com/ service/theoretical-
framework-and-hypotheses.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 th. 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
PDAM.
Maleyeff, J. (2006), Exploration of International Service System Using Lean Principles,
ManagementDecisions 44, hal. 674-689.
Marlayana, N. (2009), Upaya peningkatan kinerja melalui penerapan metode lean six sigma
guna mengurangi non Value Added Activities, Tugas Akhir, Unissula, Semarang.
Peraturan Pemerintah No. 58 th. 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 75.
Piercy, N. and Rich, N. (2009), Lean Transformation in the pure service environment : the
case of the call service centre, International journal of Operations and Production
Management 29, hal. 54-76.
Radnor, J., Holweg, M., and Waring, J. (2011), Lean in healthcare : The Unfilled Promise ?,
Journal social science and Medicine, XXX, hal. 1-8.
Rembulan, G. (2011), Implementasi Lean Healthcare untuk meminimalkan waste dalam
rumah sakit (Siloam Hospital Surabaya), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Simatupang, T.B. (1995), Teori sistem, Suatu perspektif Teknik Industri : PT.
Suprijotomo (2007), Estimasi Pengurangan Biaya Dan Waktu Dengan Lean Manufacturing
Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Bagian Fabrikasi Mesin PT. Varia
Usaha – Gresik), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Taqwanur (2011), Penerapan lean thinking untuk meningkatkan kinerja divisi trucking PT.
JPEK, Thesis, Jurusan Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi ITS,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Taylor, D and Brut, D (2001), Manufacturing Operations and Supply Chain Management :
The lean Aproach. Thomson Learning, London.
ISBN : 978-602-97491-9-9
A-20-14