Anda di halaman 1dari 15

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh

hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari

0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan

perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk

bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan

menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. Habitat ikan air tawar

meliputi danau, sungai, rawa, serta danau atau sawah yang tergenang air.

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung

dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber-sel tunggal maupun ber-sel

banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi

intercellular, baik energenik maupun metabolik. (Windarti et al, 2011).

Darah adalah cairan yang terdiri atas sel-sel darah merah, putih, cairan plasma

dan keeping darah. Berfungsi mengirimkan zat-zat oksigen yang dibutuhkan oleh

jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri .

Haemolisa adalah peristiwa pecahnya sel darah merah sehingga isinya

menyebar. Apabila sel darah merah di masukkan kedalam larutan yang hipotonis,

maka sael darah merah akan mengembang dan pecah. Namun bila darah

dimasukkan kedalam larutan yang hipertonis, maka air dalam sel akan mengalir

keluar, sehingga sel darah menjadi mengkerut.


2

1.2.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukan nya praktikum “Rupa Darah Secara Makroskopis Dan

Mikroskopis Sebelum Dan Sesudah Haemolisis” agar mahasiswa dapat

memahami dan menjelaskan bagaimana proses terjadinya difusi/osmosis pada sel

darah ikan setelah dicampur dengan aquades dan NaCl.

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menambah

pengetahuan tentang peristiwa apa yang terjadi terhadap sel darah merah ikan

ketika diberi aquades dan NaCl 3%.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki bentuk badan

pipih memanjang dan kepala picak atau mendatar, keras dan licin. Mulut inferior

dan tidak dapat disembulkan, bibir tipis dan bergerigi, moncong berukuran pendek

dan tumpul, mempunyai 4 pasang sungut. Sirip ekor, sirip punggung dan sirip

dubur tidak bersatu, kepala relative besar, jari-jari sirip punggung dan sirip dubur

relative sedikit. Batas melalui bagian tengah mata atau bagian depan mata, jarak

antara sirip punggung dan kepala 4,5-5,5 kali lebih pendek dari jarak antara

moncong dan tonjolan keras di kepala. Mempunyai labirin sebagai alat pernafasan

tambahan, 60-70 jari-jari lemah pada sirip punggung dan 47-58 jari-jari lemah

pada sirip dubur dengan panjang total 400 mm (Ridwan, 2013).

Ikan lele lokal (Clarias bathracus) dikenali dari tubuhnya yang licin

memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang,

yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti

sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang

kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat

pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang

gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur

insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip

dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi juga

beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil

tersebut. Ikan lele lokal memiliki sistem peredaran darah seperti pada ikan tawar
4

pada umumnya. Darah pada ikan terdiri atas sel darah merah, sel darah putih dan

plasma darah. (Hendra, 2014).

Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah

menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena

pecahnya membran sel darah merah.Membran sel darah termasuk membran yang

permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh

ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam

amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh

Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma. (Cahyono,

2008).

Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses

fisiologis yang sangat penting. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal

artinya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Mulai dari jantung ,darah

menuju insang untuk melakukan pertukaran gas.Selanjutnya darah dialirkan ke

dorsal aorta dan terbagi kesegenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran

kecil .Selain itu ,sebagian darah dari insang. Pertama, sebelum dihubungkan ke

sistem vena,peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk

seksresi gas kearah cairan mata (Widodo ,2015).

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang

berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,

mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan

tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah

diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima

yang berarti darah (Usman, 2003).


5

Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan

plasma darah. Sel-sel darah terbagi lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit), dan sel pembeku darah atau bitir-butir darah (trombosit),

sedangkan plasma darah disebut juga sebagai cairan darah (Pulungan et al, 2010)

Darah mengangkut oksigen dari insang ke jaringan dan mengankut

CO2 dari jaringan ke insang. Pada kebanyakan sepesies ikan, O2 terikat pada

haemoglobin pada darah sel merah. Tetapi pada sebagian ikan tidak memerlukan

Hb untuk transparans O2 dan Hb darah. Dua tipe peredaran darah dalam Hb

sangat pada respirasi ikan. Ketika darah mencapai jaringan, dimana CO2 tinggi,

afinitas dan kejenuhan menurun dan demikian O2 akan dilepaskan dari Hb dan

berdifusi kedalam jaringan (Windarti et al, 2011).


6

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat

Pada praktikum “Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum

Dan Sesudah Haemolisis” dilaksanakan pada hari kamis, 5 maret 2020 pada pukul

10.30 Wib di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat pratikum adalah mikroskop, tabung reaksi,

objek glass, cover glass, jarum suntik, dan pipet tetes.

Sedangkan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah darah ikan lele

(Clarias gariepinus), aquades, NaCl 3%, EDTA, ethanol murni, pewarna dan

pewarna giemsa.

3.3.Metode Praktikum

Pada praktikum “Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum

Dan Sesudah Haemolisis” dilakukan dengan metode pengamatan secara langsung.

Sampel di ambil di laboratorium dan diamati secara langsung.

3.4.Prosedur Praktikum

3.4.1.Cara Mengambil Darah Ikan

Ikan yang akan dijadikan bahan praktikum dibius dengan minyak cengkeh

dengan cara ember diisi air dan tetesi minyak cengkeh. Kemudian tunggu

beberapa menit sampai ikan tersebut pingsan. Kemudian jarum suntik dibasahi

dengan EDTA 10 % atau heparin guna mencegah pembekuan darah.


7

Ikan yang sudah pingsan diletakkan dalam nampan plastik. Tubuh ikan

ditutup dengan kain basah supaya tidak licin saat dipegang. Jarum suntik

ditusukkan ke vena caudalis. Hentikan tusukan jika sudah terasa keras/menyentuh

tulang dan vena caudalis sudah tertusuk. Tunggu sebentar sampai darah mengalir

ke spuit. Tarik spuit perlahan sampai mendapatkan volume darah yang diinginkan.

Kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung yang sudah dibasahi EDTA 10%

atau heparin.

3.4.2.Cara Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Hemolisis

Yang pertama ambil 3 buah tabung reaksi dan diberi label A,B dan C.

Kemudian 1 ml darah ikan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung. Pada

tabung A ditambahkan 1 ml aquades, pada tabung B ditambahkan 1 ml NaCl 3%

dan pada tabung C tidak diberi larutan apa-apa (Darah kontrol).

Lalu preparat ulas dibuat dari darah yang sudah diperlakukan tersebut. Dari

setiap tabung, ambil 1 tetes darah, teteskan pada bagian ujung dari objek glass.

Kemudian, objek glass yang lain diambil, sentuhkan salah satu ujungnya pada

tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass pada posisi sudut 45o.

Kemudian, angkat objek glass dengan ulasan darah tersebut dan terawang

pada cahaya dating (dasar hitam) dan cahaya tembus (dasar putih ada huruf). Dan

kemudian amati dengan menggunakan mikroskop.

Selanjutnya, darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1 ml larutan NaCl 3%

pada tabung A dan B menjadi sama.

3.4.3.Cara Pembuatan Sampel Untuk Pengamatan Jenis-jenis Darah

Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan murni, preparat dikeringkan

selama 5 menit. Kemudian preparat dicelup pada ethanol murni dan dikeringkan
8

sekitar 5 menit. Preparat dicelup dalam larutan giemsa dan dikeringkan selama 5

menit. Lalu, preparat dicuci dengan air bersih sampai pewarna giemsa bersih dan

preparat dikeringkan kembali lalu diamati dibawah mikroskop.


9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

4.1.1.Ikan Lele (Clarias batracus)

Klasifikasi Ikan lele (Clarias batracus) yaitu sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Ordo : Actinopterygii

Family : Clariade

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

Gambar 1. Ikan lele (Clarias batrachus)


10

4.1.2.Rupa Darah Secara Makroskopis Sampel Ao Bo Ck A1 B1

Gambar 2. Rupa Darah Secara Makroskopis Sampel Ao Bo Ck A1 B1


11

4.1.3.Rupa Darah Secara Makroskopis Sampel Ao Bo Ck A1 B1

Gambar 3. Rupa Darah Secara Makroskopis Sampel Ao Bo Ck A1 B1


12

4.2.Pembahasan

Darah merupakan cairan intraseluler yang terdapat dalam tubuh, darah biasa

tidak tembus cahaya, ini dikarenakan sifat-sifat optik eritrosit yang terdapat dalam

darah. Jika sel-sel darah dilarutkan dalam suatu cairan yang berbeda konsentrasi

garamnya, atau jika sel-sel ini membengkak karena proses difusi/osmosa, maka

haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya. Darah mengalami

hemolisis yaitu kerusakan sel darah akibat dari perbedaan konsentrasi garam

dalam sel dan di luar sel.

Darah biasa tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan karena sifat-sifat optic

eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dilarutkan dalam suatu cairan

yang berbeda konsentrasi garamnya, atau jika sel-sel ini membengkak karena

proses difusi/osmosis, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus

cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat penutup,

sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat pernis.

Berdasarkan hasil praktikum, darah yang ditambahkan aquades sel-sel darah

merahnya mengembang, tembus cahaya dan tidak ada endapan yang artinya darah

da aquades konsentrasinya sama (isotonis). Sedangkan darah yang ditambahkan

NaCl 3% darah tidak tembus cahaya dan darah mempunyai endapan dibawah dan

sel-sel darahnya mengkerut. Hal ini dikarenakan NaCl 3% bersifat hipotonik dan

menyebabkan sel eritrosit keluar dari darah menuju medium sekitarnya dan

menyebabkan darah mengalami krenasi (pengkerutan).

Apabila darah ditambahkan aquades dan NaCl 3% maka darah akan tembus

cahaya dan ada endapan diatas yang artinya darah dengan larutan garamnya

bersifat hipotonis. Berbeda dengan darah yang ditambahkan NaCl terlebih dahulu
13

lalu ditambahkan aquades darah memiliki sifat tidak tembus cahaya dan tidak ada

endapan atau darah dan larutan garamnya memiliki konsentrasi yang isotonis.

Pada sampel C merupakan darah control yang tidak diberi perlakuan apapun

terhadap sampel.

Pada sampel darah makroskopis, sampel A1 sel darah mengkerut dibagian

tengah, hal ini terjadi karena adanya dominan larutan hipertonis diatas laritan

darah sehingga terjadi proses difusi. Sedangkan pada sampel B 1 darah

mengembang diatas dan mengerut dibawah, terjadi karena dominan larutan

hipotonis dan osmosis.


14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa awalnya

darah ikan lele berwarna merah pekat namun setelah ditambahkan larutan NaCl

3% dan Aquades maka terjadi perubahan warna larutan menjadi semakin encer da

nada endapan. Hal ini disebabkan oleh proses difusi dan osmosis.

5.2.Saran

Pada saat praktikum berlangsung seharusnya mahasiswa/prakyikan lebih

berhati-hati dan lebih memperhatikan asisten saat menjelaskan agar mendapatkan

data yang lebih akurat.


15

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, D.G. 2008. Percobaan Sel Darah Merah Pada Ikan Air Tawar Pada
Perairan Aceh. Journal of fisheries science and technology, 4 (1).

Hendra, eka putra . 2014 . Sistem Peredaran Darah Pada Vertebrata. Jakarta:


Gramedia Pustaka

Pulungan, chaidir.P, Windarti, Ridwan Manda.P, 2010 Penuntun


Praktikum Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau (Tidak diterbitkan).

Ridwan, Iesje, Chaidir, Budijono Dan Windarti, 2013. Penuntun Praktikum


Fisiologi Hewan Air. Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru. 80 halaman.

Windarti, dkk. 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas


Riau, Pekanbaru. 70 hal.

Widodo,Johannes. 2015. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Yogyakarta:


Gajah Mada University

Usman, B. 2003. Pengantar Fisiologi Ikan. Yayasan Abdul Rab. (Tidak


diterbitkan).

Anda mungkin juga menyukai