Anda di halaman 1dari 8

1.

Analisis konsep tentang Nilai JarLatSuh sebagai Pamong Praja Muda


Lembaga pendidikan merupakan wadah yang tepat untuk menanamkan nilai – nilai
integritas, etos kerja dan gotong royong. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
sebagai lembaga pendidikan tinggi kedinasan di bawah naungan Kementerian Dalam
Negeri yang mencetak kader – kader pamong praja menjadi rahim bagi lahirnya para
figur pemerintahan yang berkarakter kebangsaan dengan nilai – nilai tersebut. Sistem
pendidikan IPDN adalah dengan menerapkan pola pengajaran, pelatihan dan pengasuhan
(JarLatSuh) yang diterapkan sekaligus dengan misi untuk melahirkan kader aparatur
pemerintahan yang berwawasan, terampil dan berkepribadian. Seiring dengan
perkembangan zaman, perubahan dan inovasi selalu terjadi dalam penerapan sistem
jarlatsuh ini untuk memenuhi tuntutan dari kondisi pemerintahan sampai dengan saat ini.

Melihat masalah dalam pemerintahan (birokrasi) Indonesia saat ini sekaligus


menjalankan niat kuat Presiden Joko Widodo yaitu dengan revolusi karakter bangsa yang
lazim disebut Revolusi Mental, maka sudah menjadi konsekuensi logis bagi IPDN
sebagai “dapur”nya Kader Pelopor Revolusi Mental untuk melakukan inovasi – inovasi
dalam pola pendidikannya. Salah satunya adalah melalui pola pengasuhan yang
diterapkan oleh IPDN dengan tujuan untuk melahirkan aparatur pemerintahan yang
disiplin, berkepribadian dan bermoral baik.

Sistem JarLatSuh yaitu pengajaran, pelatihan dan pengasuhan dengan komposisi


45%:30%:25%. Format ini kemudian menjadi pedoman bagi pelaksanaan pendidikan di
IPDN/STPDN, dan untuk menunjang pelaksanaan pendidikan di kampus ditetapkan pula
tentang Kode Kehormatan, Tata Krama, serta Peraturan Kehidupan Praja yang mengatur
kewajiban dan hak, cara bersikap, larangan dari mulai ringan sampai berat dan hukuman
disiplin yang ringan sampai berat.

Selanjutnya yang penting dari sistem pengajaran, pelatihan dan pengasuhan atau
JARLATSUH tersebut ialah sistem pendidikan asrama. Konsep pendidikan
JARLATSUH tersebut pada dasarnya menjawab kebutuhan kepemimpinan pamong.
Untuk pamong dibutuhkan konsep kepemimpinan yang melekat sebagai pandangan
hidup, bukan hanya kepemimpinan sebagai cara bertindak dan tidak cukup hanya
kepemimpinan konvensional seperti asta-brata atau konsep kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantoro.

2. Analisis Konsep tentang Model Kepemimpinan Pamong Praja Muda yang Ideal
sesuai dengan Perkembangan Zaman
Generasi yang lahir pada era 1980-an ke atas biasa disebut generasi milenial.
Generasi inilah yang menggerakkan dunia kerja, dunia kreativitas, dunia inovasi, dan
memengaruhi pasar dan industri global yang ada sekarang dan sedang menggelinding di
lapangan kompetisi dunia kerja, dunia kreativitas, dan dunia inovasi. Kepemimpinan
milenial diterjemahkan sebagai kepemimpinan masa kini yang menyesuaikan dengan
gaya generasi baru yang lahir pada era 1980-an. Pola kepemimpinan milenial tidak sama
dengan pola kepemimpinan lama dari generasi sebelumnya.
Kepemimpinan milenial perlu memahami dan memakai pola komunikasi generasi
milenial yang dipimpinnya. Kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi,
kreativitas, dan jiwa entrepreneurship generasi baru itu. Kepemimpinan milenial perlu
mendukung kemandirian dan jiwa entrepreneurship generasi milenial.
Praktek kepemimpinan berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Kepemimpinan pada era milenial memiliki pendekatan yang khas karena digitalisasi yang
merambah dunia kerja tidak lagi memungkinkan pemimpin untuk bertindak secara
konvensional. 
Di samping itu, dibutuhkan karakter kepemimpinan yang mampu mereduksi
berbagai sikap negatif dan mampu mengeluarkan semua potensi positif dari kaum
milenial seperti melek teknologi, cepat, haus ilmu pengetahuan, dan publikasi. 

Di bawah ini terdapat 6 (enam) karakter kepemimpinan yang dibutuhkan pada era generasi
milenial sebagai berikut:
1) Digital Mindset
Dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan smartphone, maka akses
komunikasi antar individu pun sudah tidak bersekat lagi. Ruang pertemuan fisik beralih
ke ruang pertemuan digital. Pemimpin pada era milenial harus bisa memanfaatkan
kemajuan teknologi ini untuk menghadirkan proses kerja yang efisien dan efektif di
lingkungan kerjanya.
2) Observer dan Active Listener
Pemimpin pada era milenial harus bisa menjadi observer dan pendengar aktif yang baik
bagi anggota timnya. Apalagi jika mayoritas timnya adalah kaum milenial.  Hal ini
dikarenakan kaum milenial tumbuh beriringan dengan hadirnya media sosial yang
membuat mereka kecanduan untuk diperhatikan.
3) Agile
Pemimpin yang agile dapat digambarkan sebagai pemimpin yang cerdas melihat peluang,
cepat dalam beradaptasi, dan lincah dalam memfasilitasi perubahan.
4) Inclusive 
Pemimpin yang inclusive dibutuhkan pada era milenial dikarenakan perbedaan cara
pandang antar individu yang semakin kompleks.
5) Brave to be Different 
Pada zaman sekarang, masih banyak orang yang tidak berani untuk mengambil sebuah
langkah atau keputusan penting dalam pencapaian cita-citanya. Ini adalah tantangan bagi
para pemimpin milenial dalam mengubah kondisi tersebut dan menanamkan nilai bahwa
berbeda itu boleh asalkan dengan perencanaan dan tujuan yang jelas.
6) Unbeatable (Pantang Menyerah) 
Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi
memimpin anak-anak pada era milenial yang lekat dengan sikap malas, manja, dan
merasa paling benar sendiri. Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking.
3. Analisis Konsep tentang Cara Mengatasi KKN
KKN adalah suatu tindakan yang sangat merugikan bagi setiap kalangan
masyarakat dan negara, dikarenakan KKN hanya menguntungkun suatu pihak tertentu
yang memiliki kekuasaan berlebih sehingga orang-orang kecil dan jujur akan dirugikan.
Oleh karena setiap hal yang berhubungan dengan KKN harus cepat di hilangkan dan
dihapuskan dari kebiasaan masyarakat, khususnya negara Indonesia. KKN sendiri adalah
gabungan dari kata Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
1) Korupsi
Korupsi dalam bahasa Latin disebut corruptio dari kata kerja corrumpere yang
memiliki banyak makna seperti busuk, merusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyuap. Korupsi sendiri adalah suatu tindakan pejabat publik, baik politisi,
pegawai negeri, yang menyalahgunakan kekuasaannya mengambil atau mengakali
hak milik orang lain demi kepentingannya sepihak sehingga dapat merugikan banyak
kalangan masyarakat. Dalam arti yang luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan
atau kekuasaan resmi untuk keuntungan pribadinya sendiri.
2) Kolusi
Kolusi adalah suatu perbuatan yang tidak jujur atau kecurangan dalam melakukan
kesepakatan khusus secara diam-diam atau tersembunyi dengan melakukan
penyuapan sebagai pelancar atau pelicin agar segala urusannya bisa berjalan lancar
tanpa hambatan.
3) Nepotisme
Nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang memiliki arti "keponakan" atau
"cucu".
Jadi, jika disimpulkan Nepotisme adalah sikap plihkasih dengan lebih mementingkan
anak, kerabat, atau orang terdekat dalam segala urusan sehingga tidak memandang
nilai atau kemampuan seseorang yang tidak dekat dengannya. Biasanya nepotisme
identik dengan orang-orang besar seperti penjabat, direktur dan sebagainya.
Cara mengatasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

Pertama, memperkuat keimanan dan budaya malu. Bagaimanapun juga, keimanan adalah


benteng terbaik untuk mencegah perbuatan menipu. Karena orang yang imannya kuat takut
terhadap adzab Allah dan merasa senantiasa diawasi oleh Allah meski tidak ada manusia yang
melihatnya. Adapun rasa malu adalah bagian dari iman, yang tidak boleh hilang dari diri seorang
mukmin. Jika orang-orang Jepang yang notabene nonmuslim saja memiliki budaya malu yang
kuat, bagaimana mungkin kita di negeri ini yanbg mayoritas muslim justru ’rai gedheg’, ’muka
badak’, dan tidak punya rasa malu?

Kedua, sistem penggajian yang layak. Sebagai manusia biasa, para pejabat/birokrat tentu
memerlukan uang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya. Untuk itu, agar bisa bekerja
dengan tenang dan tak tergoda untuk berbuat curang, mereka harus diberi gaji dan fasilitas yang
layak. Namun ini juga bukan satu-satunya solusi, karena manusia itu cenderung untuk tidak
pernah puas hingga tanah menyumpal mulutnya (yakni mati). Kita lihat sendiri, betapa banyak
para pejabat yang gajinya sudah banyak tapi tetap saja melakukan korupsi.

Ketiga, pembuatan sistem, birokrasi, dan hukum yang antikorupsi dan antikolusi.
Misalnya hukum yang melarang segala bentuk pemberian suap ataupun hadiah (gratifikasi)
kepada pejabat atau hakim.

Keempat, penghitungan kekayaan pejabat dan pembuktian terbalik. Orang yang melakukan


korupsi, tentu jumlah kekayaannya akan bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang
cepat kaya pasti karena telah melakukan korupsi. Bisa saja ia mendapatkan semua kekayaannya
itu dari warisan, keberhasilan bisnis atau cara lain yang halal.

Kelima, hukuman yang berat. Tindak pidana korupsi termasuk dalam kelompok tindak pidana
takzir. Oleh sebab itu, penentuan hukuman, baik jenis, bentuk dan jumlahnya diserahkan kepada
pemerintah, dalam hal ini lembaga hukum dan peradilan.
Keenam, penegakan hukum secara tegas dan tanpa pandang bulu. Percuma saja hukum
dibuat jika hanya untuk dilanggar. Bagaimana mungkin di negeri ini pencuri seekor ayam dan
bahkan satu buah semangka dihukum penjara berbulan-bulan, sementara koruptor milyaran atau
bahkan triliunan rupiah bisa bebas dari jeratan hukum? Hukum baru bisa berfungsi sebagai
hukum jika diterapkan secara tegas dan tanpa pandang bulu.

Ketujuh, teladan dari para pemimpin. Orangtua dulu pernah berpesan ,“Jangan menyapu
lantai, ketika masih membersihkan atap“. Bisa jadi pesan inilah yang perlu diamalkan oleh
pemerintah kita. Pesan ini yang mungkin pas dengan watak masyarakat Indonesia yang masih
cenderung paternalistik, menuntut pemberantasan korupsi dimulai dari atas. Kalau pemimpinnya
memiliki keberanian dan kesungguhan untuk itu, saya yakin, korupsi dapat ditekan atau
dikurangi, bahkan dihilangkan. Ini juga sejalan dengan pepatah bijak yang artinya “manusia itu
mengikuti agama pemimpin mereka”. Jika pemimpinnya bersih, yang dipimpin juga akan bersih
atau setidaknya dapat diharapkan untuk menjadi bersih.

Kedelapan, kesadaran kolektif dan kontrol publik. Bagaimanapun juga, harus ada kesadaran
kolektif seluruh rakyat negeri ini mengenai pemberantasan korupsi, karena penyakit ini sudah
mewabah dengan hebat. Tidak cukup kesadaran ini hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
Demikian pula, masyarakat harus secara aktif dan terus-menerus mengontrol para pejabat agar
tidak melakukan korupsi. Dalam hal ini, peran media sangat penting, tanpa harus terkotori oleh
berbagai manipulasi dan akrobat politik.
4. Analisis Konsep Cara Mengamalkan

HASTA BUDI BHAKTI (KODE KEHORMATAN KORPS PAMONG PRAJA)


1. Korps Pamong Praja sebagai pengamal Pancasila dan pembela Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi pengayom dari seluruh rakyat tanpa membedakan golongan, aliran
dan agama.
2. Korps Pamong Praja berkewajiban memberikan petunjuk dan bimbingan kepada rakyat
dalam pergaulan hidup bersama menuju ketertiban dan ketentraman umum.
3. Korps Pamong Praja merupakan penyuluh dalam gelap dan penolong di dalam
penderitaan bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga tercapai ketenangan dan ketentraman lahir
dan batin.
4. Korps Pamong Praja membina semangat kehidupan masyarakat sehingga terjelma sifat
dan sikap dinamis, konstruktif, korektif.
5. Korps Pamong Praja bertugas menumbuhkan dan memupuk daya cipta rakyat menuju ke
arah kesejahteraan masyarakat.
6. Korps Pamong Praja bertugas menampung dan mencarikan penyelesaian segala persoalan
hidup dan kehidupan rakyat sehari-hari sehingga diperlukan sifat sabar, tekun, ulet dan
bijaksana.
7. Korps Pamong Praja menjadi penggerak segala kegiatan dalam masyarakat menuju
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
8. Korps Pamong Praja harus bertindak tegas, adil dan jujur dalam memberantas kejahatan
dan kemaksiatan tanpa pandang bulu, sebaliknya harus menjadi teladan dalam kebaikan dan
kemaslahatan.

Dilihat secara etimologis, Pamong Praja adalah mereka yang bertugas “mengemong” negara atau
bangsa. Tugas mengemong artinya mencakup aktivitas melayani, mengayomi, mendampingi,
memberdayakan. Apabila cakupan itu yang akan digunakan, maka yang masuk ke dalam Korps
Pamong Praja menjadi sangat luas, karena dapat mencakup pejabat pusat yang ada di pusat,
pejabat pusat yang ada di daerah maupun pejabat daerah yang ada di daerah.

Yang masuk kategori Korps Pamong Praja adalah mereka yang dididik secara khusus untuk
melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang
keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya.
Masuk dalam kategori ini adalah para Lurah, Camat, Polisi Pamong Praja, Asisten Sekda, serta
Sekretaris Daerah, ditambah dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai tindak
lanjut dari PP Nomor 19 Tahun 2010.

Pamong Praja telah memiliki kode etik (code of conduct) yang dinamakan Hasta Budi Bhakti,
yang artinya Delapan Nilai Pegangan UntukBerbakti. Kode Etik ini sebenarnya merupakan
pegangan moral bagi siapapun yang masuk kategori Korps Pamong Praja. Kode etik ini juga
merupakan sebuah komitmen moral.

Anda mungkin juga menyukai