Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil
dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik,
tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil
ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui
sejauh mana proses pembelajaran yang dia lakukan dapat mengembangkan
potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya
mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses
pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam
proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran.      Dalam makalah ini hanya dibicarakan
masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan
tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar
evaluasi pembelajaran. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap
saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-
hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar evaluasi?
2. Apakah definisi evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes?
3. Bagaimana tujuan evaluasi hasil belajar menurut para ahli?
4. Bagaimana konsep lingkup evaluasi pembelajaran?
5. Bagaimana model-model evaluasi?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi.
2. Untuk mengetahui definisi evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes.
3. Untuk mengetahui tujuan evaluasi hasil belajar menurut para ahli.
4. Untuk mengetahui konsep lingkup evaluasi pembelajaran.
5. Untuk mengetahui model-model evaluasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn mengatakan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi
pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Untuk
memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui
kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau
angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan
tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran
(measurment) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan pengukuran merupakan
dasar dalam kegiatan evaluasi.
1. Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana
di dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia.
Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk
membudayakan dan memberadabkan siswa. Unsur-unsur transformasi
proses pendidikan, meliputi :
a. Pendidik dan personal lainnya
b. Isi pendidikan
c. Teknik

3
d. Sistem evaluasi
e. Sarana pendidikan, dan
f. Sistem administrasi
Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin
berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Umpan
balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang berhasil
diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam
proses.
2. Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan
kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan terurai berikut ini:
a. Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat
diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya
dievaluasi. Dapat diterjemahkan pula sebagai kelayakan interpretasi
terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan tidak
terhadap instrument itu sendiri. Kesahihan juga dapat dikatakan lebih
menekankan pada hasil/ perolehan evaluasi, bukan pada kegiatan
evaluasinya.
Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil
pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat macam kesahihan
yang terdiri dari:
1) Kesahihan isi (content validation)
2) Kepentingan konstruksi (construction validity)
3) Kesahihan ada sekarang (concurrent validity), dan
4) kesahihan prediksi (prediction validity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan hasil evaluasi
meliputi:Faktor instrumen evaluasi itu sendiri Faktor-faktor
administrasi evaluasi dan penskoran juga merupakan faktor-faktor yang
mempunyai suatu pengaruh yang menganggu kesahihan interpretasi

4
hasil evaluasi. Faktor-faktor dalam respons-respons siswa merupakan
faktor-faktor yang lebih banyak mempengaruhi kesahihan daripada
faktor yang ada instrumental evaluasi atau pengadministrasiannya.
b. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan,
yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu
memberikan hasil yang tepat. Keterandalan menunjukan kepada
konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah keajegan skor
tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke
pengukuran yang lain. Juga berhubungan erat dengan kesahihan, karena
keterandalan menyediakan. Tidak selalu menjamin bahwa hasil evaluasi
yang andal (reliable) akan selalu menjawab bahawa hasil evaluasi sahih
(valid).Untuk memperjelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keterandalan akan diuraikan berikut ini:
1) Panjang tes (length of test)
Tes ini dilakukan dengan tidak banyak menebak, maka
keterandalan hasil evaluasi semakin tinggi.
2) Sebaran skor (spread of scores)
Karena koefisien keterlandan yang lebih besar dihasilkan
pada saat orang perorang tetap pada posisi yang relative sama
dalam satu kelompok dari satu pengujian ke pengujian lainnya, itu
berarti selisih yang dimungkinkan dari perubahan posisi dalam
kelompok juga menyumbang memperbesar koefisien
keterandalan.
3) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes)
Tes acuan norma (norm reference test). Tingkat kesulitan tes yang
ideal untuk meningkatkan koefisien keterandalan adalah tes yang
menghasilkan sebaran skor berbentuk atau kurva normal.

5
4) Objektivitas (objectivity)
Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan
yang sama (yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain)
memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes
Uraian faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang
disadur dari Groundlund mencakup juga faktor-faktor yang
mempengaruhi keterandalan yang dikemukakan oleh Arikunto.
c. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-
kemudahan yanga da pada instrument evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh hasil,
maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepraktisan instrument evaluasi meliputi:
1) Kemudahan mengadministrasi
2) Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi
3) Kemudahan menskor
4) Kemudahan interpretasi dan aplikasi
5) Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen

B. Definisi Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Dan Tes

1. Definisi Evaluasi
Evaluasi evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Lebih spesifik Grondlund dan Linn
mendefinisikan evaluasi pembelajran adalah suatu proses mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk
menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang

6
dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan
pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru.
Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan
atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila
ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas
evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi
dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan.
Evaluasi pembelajaran diartikan sebagai penentuan kesesuaian
antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak
ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup
kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif
(pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan
psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan).
Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan
nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan
pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di
sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran
dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara
kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses
pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses,
orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi mencakup
sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun
dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi
merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan
kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk

7
mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang
dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Definisi Penilaian
Pengukuran pembelajaran, merupakan proses yang
mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala
kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka.
Menurut Ign. Masidjo pengukuran sifat suatu objek adalah suatu
kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu
sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu
objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi, pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai
pengukuran dikemukakan oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran
adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur
menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan
sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta
satuan tertentu. Sedangkan menurut Endang Purwanti, pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil
pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran pembelajaran, adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran, diperlukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang
akan diukur.
3. Definisi Penilaian
Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assessment
yang berarti menilai sesuatu. Menilai itu sendiri bararti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu seperti

8
menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, tinggi atau
rendah, dan sebagainya. Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh
Stiggins sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa
(outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano sebagai “ The
process of Collecting data which shows the development of learning”.
Menurut Endang Purwanti, secara umum, asesment dapat diartikan
sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang
dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik
yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah
maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Pendapat yang serupa juga
disampaikan oleh Akhmad sudrajat. Penilaian atau asesment adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa penilaian dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan
membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk memberikan
nilai terhadap objek penilaian dalam kontens pembelajaran, adalah
memberikan nilai terhadap siswa.
4. Definisi Tes
Tes adalah alat atau cara yang sistematis untuk mengukur suatu
sampel perilaku. Sebagai suatu alat ukur, maka di dalam tes terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi persyaratan
validitas (ketepatan/kesahihan) dan reliabilitas (ketetapan/ keajegan).
C. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar Menurut Para Ahli

9
Tujuan evaluasi dalam pembelajaran Chittenden (1994), mengemukakan
(assessment purpose) adalah “keeping track, checking-up, finding-out, and
summing-up”.
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelaj aran yang telah
ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam
kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang
sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum
dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan
kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran,
sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai
pihak yang berkepentingan.
D. Konsep Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa,
nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau
pengukuran. Pembahasan evaluasi pembelajaran dalam uraian berikut ini akan
dibatasi pada fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran, sasaran evaluasi
pembelajaran, dan prosedur evaluasi pembelajaran.
1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi
pembelajaran inilah yang kemudian difungsikan dan ditujukan untuk
pengembangan pembelajaran dan akreditasi.

10
2. Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan
Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan
pembelajaran dilaksanakan apabila hasil kegiatan evaluasi pembelajaran
digunakan sebagai dasar pengembangan pembelajaran.
3. Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk akreditasi
Pengertian akreditasi sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sekolah swasta untuk menentukan peringkat pengakuan
pemerintah pengakuan pemerintah terhadap sekolah tersebut juga dapat
diartikan sebagai suatu proses dengan mana suatu program atau institusi
(lembaga) diakui sebagai badan yang sesuai dengan beberapa standar yang
telah disetujui.
Ada berbagai aspek yang dinilai dalam menentukan akreditasi suatu
lembaga pendidikan, salah satu aspek/komponen yang dinilai sebagai
pembelajaran.
4. Sasaran Evaluasi Pembelajaran
Sasaran evaluasi pembelajaran adalah aspek-aspek yang terkandung
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian sasaran evaluasi
pembelajaran meliputi tujuan pengajaran, unsur dinamis pembelajaran,
pelaksanan pembelajaran, dan kurikulum.
a) Tujuan pembelajaran
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tujuan pengajaran adalah
penjabaran tujuan pengajaran, rumusan tujuan pengajaran, dan unsure-
unsur-unsur tujuan pengajaran.
Penjabaran dimulai dari tujuan pengajaran tertinggi sampai tujuan
pengajaran yang terendah seringkali disebut hieraki tujuan. Tujuan
pengajaran yang tertinggi adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan
kelembagaan, tujuan kurikuler, tujuan umum pengajaran, dan terakhir
tujuan khusus pengajaran, semakin kebawah semakin rinci unsur-unsur
yang ada dirumusan tersebut.
b) Unsur dinamis pembelajaran

11
Unsur dinamis pembelajaran adalah sumber belajar atau komponen
sistem instruksional yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar meliputi: pesan orang, bahan, alat, teknik, dan latar
Sumber-sumber belajar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber
belajar yang dirancang (by design) yakni sumber belajar yang secara
khusus telah dikembangkan sebagai komponen pembelajaran untuk
memberikan kemudahan /fasilitas belajar yang terarah dan bersifat
normal, dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization) yakni
sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan
pembelajaran namun dapat ditemukan diterapkan, dan digunakan untuk
keperluan belajar.
Sumber belajar disebut unsur dinamis pembelajaran karena setiap
perubahan yang terjadi pada salah satu sumber belajar akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada kegiatan pembelajaran. Pesan
dapat diartikan sebagai informasi yang disampaikan oleh sumber belajar
atau komponen sistem instruksional yang lain dan berbentuk gagasan,
fakta, ,makna dan data.
Orang sebagai sumber belajar adalah orang bertindak sebagai
penyimpanan dan atau penyalur pesan. Bahan adalah barang-barang
(lazim disebut perangkat lunak) yang biasanya berisikan pesan untuk
disampaikan dengan menggunakan peralatan, kadang-kadang bahan itu
sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Alat merupakan barang-
barang (lazim disebut perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan.
Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam
menggunakan bahan, alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan
pesan. Latar merupakan sumber belajar berupa lingkungan tempat pesan
diterima oleh siswa. Adanya interaksi antara sumber sebagai unsur
dinamis pembelajaran dengan siswa akan mewujudkan pelaksanaan
pembelajaran.
c) Pelaksanaan pembelajaran

12
Pelaksanaan pembelajaran diartikan sebagai interaksi antara
sumber belajar dengan siswa. Sasarn evaluasi pembelajaran dalam
pelaksanaan pembelajaran secara lebih terperinci diantaranya adalah:
1) Kesesuaian pesan dengan tujuan pengajaran
2) Kesesuaian sekuensi penyajian pesan kepada siswa
3) Kesesuaian bahan dan alat dengan pesan dan tujuan pengajaran
4) Kemampuan guru menggunakan teknik pembelajaran
5) Kesesuaian teknik pembelajaran dengan pesan dan tujuan pengajaran
6) Interaksi siswa dengan siswa lain
7) Interaksi guru dengan siswa.
d) Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai rencana tertulis yakni seperangkat
komponen pembelajaran yang diuraikan secara tertulis pada bahan
tercetak atau buku. Kurikulum sebagai sasaran evaluasi pembelajaran
akan meliputi:
1) Tersedianya dan sekaligus kelengkapan komponen kurikulum
2) Pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum
3) Pemahaman terhadap tujuan kelembagaan atau tujuan institusional
sekolah
4) Pemahaman terhadap strukur program kurikulum
5) Pemahaman terhadap GBPP
6) Pemahaman terhadap teknik pembelajaran
7) Pemahaman terhadap sistem evaluasi
8) Pemahaman terhadap pembinaan guru
9) Pemahaman terhadap bimbingan siswa.
5. Prosedur Evaluasi Pembelajaran
Evaluator dalam evaluasi pembelajaran adalah suatu tim yang
mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai
keberhasilan pembelajaran (Arikunto, 1988:7) yang berhak menjadi
evaluator adalah orang-orang yang telah memenuhi berbagai pesyaratan

13
yang ditentukan. Adapun lima tahapan prosedur evaluasi pembelajaran
sebagai berikut:
a) Penyusunan Rancangan
Desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan
yang tertera dalam desain penelitian yakni meliputi latar belakang,
problematika, tujuan evaluasi, populasi, dan sampel, instrument dan
sumber data serta teknik analisis data. Ada beberapa langkah-langkah
kegiatannya:
1) Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau
rasional penyelenggara evaluasi
2) Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang
akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terperinci
3) Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika
evaluasi pembelajaran
4) Populasi dan sampel
5) Instrumen
6) Teknik analisis data
b) Penyusunan Instrumen.
Menurut Arikunto langkah-langkah penyusunan instrumen adalah:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan
disusun
2) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel
dan jenis yang akan digunakan untuk mengukur bagian variebel yang
bersangkutan.
3) Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat
berdasarkan kisi-kisi
4) Menyunting instrument evaluasi pembelajaran.
c) Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik
pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut :

14
1) Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada seseorang untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan
yang ada pada diri orang tersebut maupun diluar dirinya.
2) Wawancara yakni suatu teknik pengumpulan data yang menuntut
adanya pertemuan langsung atau komunikasi langsung antara
evaluator dengan sumber data.
3) Pengamatan yakni teknik pengumpulan data melalui kegiatan
mengamati yang dilakukan oleh evaluator terhadap kegiatan
pembelajaran.
4) Studi kasus yakni teknik pengumpulan data berdasarkan kasus-
kasus yang ada dan didokumentasikan.
d) Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan secara individual dan berkelompok.
Apabila data diolah dan dianalisis secara individual maka hasilnya
menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan. Sedangkan pengolahan
dan penganalisisan secara kelompok , hasilnyta menunjuk kepada suatu
bagian data atau keseluruhan.
e) Penyusunan Laporan
Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok
berikut:
1) Tujuan evaluasi, yakni didahului dengan latar belakang dan alasan
dilaksanakannya evaluasi
2) Problematika berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari
jawabnya melalui pengetahuan evaluasi pembelajaran
3) Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan di
sini adalah unsur-unsur yang dinilai dan hubungan antarvariabel,
metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik
analisis data
4) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
5) Hasil evaluasi pembelajaran yakni berisi tujuan pengajaran, tolak
ukur, data diperoleh, dan dilengkapi dengan sejumlah informasi yang

15
mendorong penemuan evaluasi pembelajaran sehingga dengan mudah
pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan
pembelajaran
5. Kegunaan Evaluasi Pembelajaran
Kegunaan yang akan diperoleh dari kegiatan evaluasi pembelajaran,
antara lain:
a. Terbentuknya kemungkinan untuk dapat dihimpunnya informasi,
baik yang bersifat kuantitatif, maupun kualitatif tengtang hasil atau
kemajuan pembelajaran yang telah dicapai, dalam rangka
pencapaian program pembelajaran pada khususnya, dan program
pendidikan pada umumnya.
b. Terbuatnya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi
antara program pembelajaran dengan program pendidikan secara
umum yang telah dirumuskan, disatu pihak dengan tujuan yang
hendak dicapai di pihak lain.
c. Terbuatnya kemungkinan untuk dapat dilakukan usaha-usaha
perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan-
penyempurnaanprogram pembelajaran yang dipandang perlu dan
lebih berdaya guna, sehingga tujuan yang diinginkan atau cita-cita
akan dapat di capai dengan sebaik-baiknya.
E. Model-Model Evaluasi
Dalam studi tentang evaluasi banyak sekali dijumpai model-model
evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam
beberapa model ada juga yang sama. Misalnya saja, Said Hamid Hasan (2009),
mengelompokkan model pendekatan evaluasi sebagai berikut:
1. Model Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif adalah penggunaan prosedur kuantitatif untuk
mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma
positivisme. Sehingga model-model evaluasi kuantitatif yang ada
menekankan peran penting metodologi kuantitatif dan penggunaan tes.

16
Ciri berikutnya dari model-model kuantitatif adalah tidak
digunakannya pendekatan proses dalam mengembangkan criteria evaluasi.
Adapun diantara model-model evaluasi kurikulum yang terkategori sebagai
model evaluasi kuantitatif adalah sebagai berikut:
a) Model Black Box Tyler
Model evaluasi Tyler di bangun atas dua dasar, yaitu: evaluasi
yang ditujukan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus
dilakukan pada tingkah laku awal peseta didik sebelum suatu
pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan
kurikulum tersebut.
Berdasarkan pada dua prinsip ini maka Tyler ingin mengatakan
bahwa evaluasi kurikulum yang sebenarnya hanya berhubungan dengan
dimensi hasil belajar.
Prosedur pelaksanaan dari model evaluasi Tyler adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan kurikulum yang akan dievaluasi. Tujuan
kurikulum yang dimaksud disini adalah model tujuan behavioral.
Dan model ini di Indonesia sudah dikembangkan sejak kurikulum
1975. Adapun untuk kurikulum KTSP saat ini maka harus
mengembangkan tujuan behavioral ini jika berkenaan dengan model
kurikulum berbasis kompetensi.
2) Menentukan situasi dimana peserta didik mendapatkan kesempatan
untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan
tujuan. Dari langkah ini diharapkan evaluator memberikan perhatian
dengan seksama supaya proses pembelajaran yang terjadi
mengungkapkan hasil belajar yang dirancang kurikulum.
3) Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk megukur
tingkah laku peserta didik. Alat evaluasi ini dapat berbentuk tes,
observasi, kuisioner, panduan wawancara dan sebagainya. Adapun
instrument evaluasi ini harus teruji validitas dan reliabilitasnya.
Inilah tiga prosedur dalam evaluasi model Tyler.

17
Kelemahan dari model Tyler ini adalah tidak sejalan dengan
pendidikan karena focus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi
proses. Padahal hasil belajar adalah produk dari proses belajar.
Sehingga evaluasi yang mengabaikan proses berarti mengabaikan
komponen penting dari kurikulum.
4) Adapun kelebihan dari model Tyler ini adalah kesederhanaanya.
Evaluator dapat memfokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu
dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Sedang dimensi
dokumen dan proses tidak menjadi focus evaluasi.
b) Model Teoritik Taylor dan Maguire
Model evaluasi kurikulum Taylor dan Maguire ini lebih
mendasarkan pada pertimbangan teoritik. Model ini melibatkan variabel dan
langkah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum. Dalam
melaksanakan evaluasi kurikulum sesuai model teoritik Taylor dan Maguire
meliputi dua hal, yaitu: pertama, mengumpulkan data objektif yang
dihasilkan dari berbagai sumber mengenai komponen tujuan, lingkungan,
personalia, metode, konten, hasil belajar langsung maupun hasil belajar
dalam jangka panjang. Dikatakan data objektif karena mereka berasal dari
luar pertimbangan evaluator. Kedua, pengumpulan data yang merupakan
hasil pertimbangan individual terutama mengenai kualitas tujuan, masukan
dan hasil belajar.
c) Model Pendekatan Sistem Alkin
Model Alkin ini sedikit unik karena selalu memasukkan unsure
pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Pendekatan yang
digunakan disebut Alkin dengan pendekatan Sistem. Dua hal yang harus
diperhatikan oleh evaluator dalam model ini adalah pengukuran dan control.
Kelebihan dari model ini adalah keterikatannya dengan system. Dengan
model pendekatan system ini kegiatan sekolah dapat diikuti dengan seksama
mulai dari variable-variable yang ada dalam komponen masukan, proses dan
keluaran.

18
Komponen masukan yang dimaksudkan adalah semua informasi yang
berhubungan dengan karakteristik peserta didik, kemampuan intelektual,
hasil belajar sebelumnya, kepribadian, kebiasaan, latar belakang keluarga,
latar belakang lingkungan dan sebagainya. Kelemahan dari model Alkin
adalah keterbatasannya dalam focus kajian yaitu yang hanya focus pada
kegiatan persekolahan. Sehingga model ini hanya dapat digunakan untuk
mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan disekolah.
d) Model Countenance Stake
Model countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang
dikembangkan oleh Stake. Stake mendasarkan modelnya ini pada evaluasi
formal. Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar
yang tidak terlibat dengan evaluan.
Model countenance Stake terdiri atas dua matriks. Matrik pertama
dinamakan matriks Deskripsi dan yang kedua dinamakan matriks
Pertimbangan.
1) Matrik Deskripsi
Kategori pertama dari matrik deskripsi adalah sesuatu yang
direncanakan (intent) pengembang kurikulum dan program. Dalam
konteks KTSP maka kurikulum tersebut adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sedangkan program adalah
silabus dan RPP yang dikembangkan guru.
2) Matrik Pertimbangan
Dalam matrik ini terdapat kategori standar, pertimbangan dan
focus antecendent, transaksi, autocamo (hasil yang diperoleh). Standar
adalah criteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau
program yang dijadikan evaluan.
Berikutnya adalah evaluator hendaknya melakukan
pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan
matrik deskriptif. Kelebihan dari model ini adalah adanya analisis
yang rinci. Setiap aspek dicoba dikaji kesesuainnya. Misalkan, analisis
apakah persyaratan awal yang direncanakan dengan yang terjadi

19
sesuai apa tidak? Hasil belajar peserta didik sesuai tidak dengan
harapan.
e) Model CIPP
Model ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh
Stufflebeam. Sehingga sesuai dengan namanya, model CIPP ini memiliki
empat jenis evaluasi yaitu: Evaluasi Context (konteks), Evaluasi Input
(masukan), Evaluasi Process (proses), dan Evaluasi Product (hasil).
f) Model Ekonomi
Mikro Model ekonomi mikro adalah model yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sebagaimana model kuantitatif lainnya, maka
model ekonomi mikro ini focus pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil
belajar dan hasil yang diperkirakan). Adapun pertanyaan besar dalam
ekonomi mikro adalah apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik
adalah sesuai dengan dana yang dikeluarkan?
Model dilingkungan ekonomi mikro ada empat, adapun yang tepat
digunakan dalam evaluasi kurikulum adalah model cost effectiveness.
Dalam model cost effectiveness ini seseorang evaluator harus dapat
membandingkan dua program atau lebih, baik dalam pengertian dana yang
digunakan untuk masing-masing program maupun hasil yang diakibatkan
oleh setiap program.
Perbandingan hasil ini akan memberikan masukan bagi pembuat
keputusan mengenai program mana yang lebih menguntungkan dilihat dari
hubungan antara dana dan hasil. Dalam mengukur hasil di gunakan
instrument yang sudah di standarisasi. Pengunaan instrument standar
penting karena dengan demikian perbandingan antara biaya dan hasil dapat
dilakukan secara berimbang.
2. Model Evaluasi Kualitatif
Model evaluasi kualitatif selalu menempatkan proses pelaksanaan
kurikulum sebagai focus utama evaluasi. Oleh karena itulah dimensi
kegiatan dan proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi
lain. Terdapat tiga model evaluasi kualitatif, yaitu sebagai berikut:

20
a) Model studi kasus
Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam
evaluasi kualitatif. Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya
pada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Unit
tersebut dapat berupa satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang
guru atau kepala sekolah. Selain observasi, pengumpulan data dapat
dilakukan dengan kuisioner dan wawancara. Setelah data selesai
dikumpulkan maka pengolahan data langsung dilakukan, sebaiknya
ketika masih dilapangan.
Hal ini memudahkan evaluator apabila ada persoalan baru masih
memiliki kesempatan untuk menelusuri secara langsung. Selain itu juga
efisiensi waktu. Dari pengolahan data ini dilakukan dengan tindakan
evaluator yaitu mengklasifikasi data dan segera membuat laporan hasil
evaluasi.
b) Model Responsif
Model responsif sangat menekankan terutama sekali pada
kedudukan-kedudukan, pertanyaan-pertanyaan, dan masalah-masalah
yang ditemui oleh perhatian para pendengar yang berbeda oleh di bawah
program evaluasi.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan
oleh guru selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa, selain untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu,
kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep dasar evaluasi yang
berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi yang
harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah
pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik evaluasi,
teknik- teknik evaluasi, dan terakhir macam-macam alat evaluasi yang telah
diuraikan di atas. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik
(guru) tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan
pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.
B. Saran
Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi
pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun
semua guru. Untuk itu, pemahaman tentang konsep dasar evaluasi dan
pembalajaran sangat diperlukan oleg guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang baik, efektif, dan efisisien.

22
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Dimyati, Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Farida, Ida. 2017. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Kuoestoro, Budi, ddk. 2015. Evaluasi Pembelajaran Matematika Model Blended
Learning. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi: Universitas
Lampung.
Muhirah. 2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Idaarah: UIN Alauddin
Makassar.
Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. PT Budi Utama.
Sriyanti, Ika. 2019. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Ponorogi: Uwais
Inspirasi Indoneasia.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasionalnya. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Trynamansyah, Sutaryat. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pusaka Setia.

23

Anda mungkin juga menyukai