Anda di halaman 1dari 7

Yusran Darmawan

timurangin@yahoo.com
Search

Virus yang Membuka Search


Banyak Aib Sosial Kita Search

By Yusran Darmawan March 18, 2020


6 comments
Pengunjung Blog
5,436,167

...

Jared Diamond sudah memberi warning tentang virus Tentang Saya


sebagai penanda peradaban. Michel Foucault telah
mengingatkan kita tentang biopower dan rezim medis hari blogger l researcher l
ethnographer l anthropologist l
ini. Di negeri +62, kita masih saja terjebak pada retorika
historian wanna be l citizen
cebong versus kampret saat warga negara perlahan
journalist l amateur
tumbang dan tidak tertampung di rumah sakit.
photographer l traveler l a
prolific author l media
Virus Corona telah membuka banyak lubang dalam sistem specialist l political consultant l
sosial kita. writerpreneur l analyst l ghost
writer l loves to read and write l
*** father l Kompasianer of the
Year 2013 l The Best Citizen
Reporter at Kompasiana 2013 l
Sejarah manusia memang tak bisa lepas dari virus. Profesor
The 1st Winner of XL Writing
Jared Diamond dalam buku yang meraih Pulitzer yakni
Competition Awards 2014 l The
Guns, Germs, and Steel (Bedil, Kuman, dan Baja),
1st Winner of Indonesian
menyebutkan virus dan kuman sebagai penanda peradaban Economic Essay Competition
manusia. Setiap kali virus menyerang manusia, maka selalu 2014 l
terjadi perubahan lanskap sosial hingga jatuhnya rezim.

Diamond menuturkan, saat wabah Black Death hadir di Arsip Blog


abad ke-14, diperkirakan ada 200 juta populasi orang Eropa
yang tewas mengenaskan. Wabah yang dipicu oleh kuman ▼ 2020 (27)
Xenopsylla Cheopis itu datang dari hewan yang mengalami ▼ March (6)
proses domestikasi agar dikonsumsi manusia. Virus yang Membuka
Banyak Aib Sosial Kita
Wabah ini menyebabkan sosiologi orang Eropa berubah Apakah Bahasa Inggris
drastis. Ada perubahan cara pandang dari mereka yang Segala-galanya?
berhasil selamat dan kebal pada virus ini. Kepercayaan Bahasa Tinggi
pada gereja dan otoritas Roma berkurang. Bahkan Cerita tentang "Pork
masyarakat menjadi lebih pragmatis dan sekuler. Barrel Project"
Tujuh Tafsir CORONA di
Saat hasrat untuk menjelajah Dunia Baru menyeruak, orang Media Sosial Kita
Eropa datang untuk menjajah ke Amerika Latin hingga Antologi Rasa Kuliner
Afrika, lalu Asia. Mereka membawa hewan-hewan yang MINANG
sudah didomestikasi yakni ayam, itik, anjing, dan kuda. ► February (8)
Kuman yang ada pada hewan ini lalu bermutasi ke manusia ► January (13)
sehingga menewaskan lebih separuh populasi bumi.
► 2019 (156)
► 2018 (117)
BACA: Saat Corona Menyerang HOMO DEUS ► 2017 (103)
► 2016 (140)
► 2015 (134)
► 2014 (162)
Peradaban Eropa menjadi lebih unggul karena banyaknya ► 2013 (237)
populasi benua lain yang lenyap. Selanjutnya, berbagai ► 2012 (262)
wabah lain hadir dan selalu mengubah tatanan kehidupan ► 2011 (258)
manusia.
► 2010 (343)
Kini, di abad modern, manusia kembali berhadapan dengan ► 2009 (340)
wabah. Bedanya, manusia hari ini lebih siap ► 2008 (160)
menghadapinya sebab telah memiliki senjata sains dan ► 2007 (51)
teknologi. Namun wabah juga kian canggih dan perkasa ► 2006 (34)
dalam menyerang manusia.
► 2005 (36)

Virus Corona hadir di mana-mana, tanpa memandang rasa,


agama, etnik, serta kebangsaan. Bahkan virus ini bisa
Facebook
membuat manusia harus menjauh dari semua aktivitas
massal, termasuk menjalankan ritual keagamaan. Fanpage
Virus ini memaksa manusia untuk mengosongkan masjid- Yusran Darmawan
11,611 likes
masjid suci, gereja-gereja dan katedral besar. Manusia
hanya bisa berdoa di rumah berkarib dengan keheningan.
Like Page
Masing-masing negara merespon virus ini dengan cara
berbeda. Ada negara yang mengunci wilayahnya dan Be the first of your friends to like this

memaksa warganya untuk tidak bepergian. Ada pula yang


memilih opsi berbeda. Semuanya tergantung pada kesiapan Yusran Darmawan
6 hours ago
dan kemampuan negara itu.
Jared Diamond sudah member
tentang virus sebagai penanda
Indonesia pun menjadi bagian dari negara yang dihantam Michel Foucault telah menging
pandemi itu. Dalam pertempuran melawan virus ini, tentang biopower dan rezim me
negeri +62, kita masih saja terj
Indonesia akan menghadapi situasi yang jauh lebih pelik
retorika cebong versus kampre
dari negara-negara lain. Indonesia berpotensi menjadi negara perlahan tumbang dan
negara paling parah terkena dampak. tertampung di rumah sakit.
Virus Corona telah membuka b
dalam sistem sosial kita.
Baru pertama diumumkan, kepanikan segera terasa. Virus
ini tidak saja menyerang fisik, tetapi juga membuka banyak
hal yang selama ini tersembunyi.

Pertama, virus ini menunjukkan bobroknya komunikasi


para pejabat publik kita pada saat krisis. Awalnya, pejabat Kotak Twitter
kita memandang enteng virus ini. Kita kehilangan dua
bulan yang harusnya bisa digunakan untuk membangun
benteng pertahanan  yang lebih kuat.

Para pejabat kita seakan tidak punya sense of crisis. Mereka


melontarkan banyak guyon yang kemudian dimuat secara
vulgar oleh media-media kita sehingga menimbulkan
kepanikan. Meskipun belakangan sudah ada semacam
Tweets by
protokol komunikasi, tetap saja tidak bisa memadamkan @yusrandarmawan

kegenitan pejabat kita saat berkomunikasi dengan publik.


Yusran Darmawan
@yusrandarmawan
Kedua, virus ini bukan saja menghantam warga negara, Yusran Darmawan: Virus yang
tetapi juga menghantam sistem kesehatan nasional kita. Membuka Banyak Aib Sosial
Kita timur-
Kita harus menghitung ulang sejauh mana benteng angin.com/2020/03/virus-…
pelayanan kesehatan kita bisa melindungi dan memberi
rasa aman kepada warganya. 5h

Kita harus menghitung rasio rumah sakit dan pasien, Yusran Darmawan
Retweeted
kelengkapan alat, serta standar pelayanan kesehatan yang
#Merdeka100%!
masih di bawah negara lain. Kita tidak sedang menguji @IndraJPiliang

kekuatan rezim hari ini dalam memberikan pelayanan Gimana sih mikirnya? Melipir
kemana mana? Nyalahin topik
kesehatan, melainkan menguji sistem pelayanan kesehatan
Embed View on Twitter
yang fundasinya dibangun sejak republik ini berdiri.

Kita sedang bertarung dan menyandarkan harapan pada


senjata kesehatan yang fundasinya rapuh sejak lama dan
Berlangganan
harus selalu siaga untuk melayani 200 juta lebih warga.
Email address... Submi

Di atas kertas, kita punya rumah sakit, tenaga dokter dan


perawat. Tapi belum tentu semua bisa beroperasi untuk
melawan virus Corona. Belum tentu semua bersedia untuk
Followers
terlibat dalam perang global ini demi melindungi segenap
anak bangsa.

Di satu lini masa Twitter, seorang jurnalis bercerita


bagaimana dirinya ditolak saat hendak tes virus di satu
rumah sakit swasta. Bahkan Jubir Pemerintah untuk
Penanganan Corona, Achmad Yurianto, mengakui tidak
semua rumah sakit bersedia untuk memberikan pelayanan
kepada pasien yang diduga Corona.

Beberapa rumah sakit, khususnya rumah sakit besar dan


mewah, melihat kasus ini secara untung rugi. Ketika
mereka merawat pasien Corona, maka pasien lain akan
menolak datang berobat ke rumah sakit itu. Mereka
memilih menyelamatkan bisnisnya ketimbang
menyelamatkan umat manusia.
Pengikut (517) Berikutnya

Di sini, kita teringat pada konsep bio-power dan bio-politics


dari Michel Foucault, filsuf asal Perancis, yang melihat
kesehatan sebagai instrumen rezim untuk mendisiplinkan
warganya. Kita melihat bagaimana kuasa dan kapital telah Ikuti

lama menguasai dunia kesehatan kita sehingga seakan bisa


menentukan kehidupan seseorang (bio-power).

Kita bisa melihat rumah sakit didirikan untuk melayani


siapa, siapa yang diuntungkan dengan layanan kesehatan
kita, serta di mana posisi warga biasa dalam sistem
pelayanan kesehatan yang dikuasai oleh rezim medis ini.

Ketiga, virus ini membuka betapa lemahnya dunia riset


kita. Dalam situasi ini, kekuatan pertahanan semua bangsa
akan ditentukan pada sejauh mana kemajuan riset dan ilmu
pengetahuan. Di saat manusia berpacu menghadapi pasien
yang terus berdatangan, para ilmuwan juga berpacu di
laboratorium untuk sesegera mungkin menemukan
penangkal.

Di masa kini, ilmu pengetahuan adalah mercusuar yang


memandu terang gelapnya satu bangsa. Bangsa yang maju
adalah bangsa yang punya riset hebat serta banyak capaian
mengesankan di kapangan ilmu pengetahuan. Sekian abad
republik berdiri, ilmu pengetahuan kita jalan di tempat
sehingga kita hanya bisa melongo melihat bagaimana
negara lain memaksimalkan ilmu pengetahuan untuk
mengatasi Corona.

Kita masih bergelut dengan hal-hal mendasar, misalnya


bagaimana proses memeriksakan diri di rumah sakit,
bagaimana menyediakan tes-pack Corona, bagaimana
mengidentifikasi seseorang yang terjangkit virus,
bagaimana mengontrol agar virus tidak menyebar.

Pemerintah kita sempat menentang peneliti Harvard yang


meragukan kesiapan kita untuk mendeteksi virus. Kini, tak
ada lagi bahasa menentang. Pemerintah harus siap
Proteksi
menghadapi kenyataan yang sebelumnya gagal
diprediksinya. Seiring waktu, virus itu menyerang warga
kita hingga memenuhi bangsal rumah sakit.

BACA: Tujuh Tafsir Corona di Media Sosial Kita

Di era Jokowi, riset kita diarahkan menjadi sesuatu yang


lebih pragmatis. Pemerintah hanya fokus pada startup, lalu
mengabaikan riset-riset di berbagai litbang kementerian
kita. Pemerintahan ini hanya fokus pada riset yang segera
menjadi uang. Para milenial yang pandai mencetak uang
menjadi stafsus pemerintah. Bahkan pemerintah
mengampanyekan juga menggelontorkan dana untuk para
pelaku startup.

Padahal dalam situasi seperti ini, kita hanya bisa berpaling


pada para periset kita yang dengan sabar telah
mengembangkan benih-benih ilmu pengetahuan. Ketika
kita tidak menjadi pemain dunia itu, maka kita hanya bisa
menunggu kerja-kerja peneliti di negara lain agar hasilnya
bisa kita impor demi warga sendiri.

Keempat, virus ini membuka banyak konflik yang belum


usai di masyarakat kita. Semasa pilpres, kita melihat konflik
antara cebong versus kampret. Kini, konflik yang sama
kembali memuncak dan memenuhi ruang media sosial kita. 
Para cebong telah bertransformasi menjadi die hard
pemerintah. Sedangkan kampret telah menjadi oposisi
yang mengkritik semua kebijakan pemerintah.

Di sisi lain, kita pun melihat bagaimana elite politik saling


berebut panggung. Mereka seakan berebut untuk
mengumumkan korban, bergerak cepat agar tampil di
media demi menunjukkan perhatian.

Kita melihat bagaimana kesehatan warga menjadi wacana


yang diperebutkan oleh politisi demi menaikkan citra.
Pihak rezim ingin menampilkan kepedulian, sementara
pihak lain ingin merebut panggung.

Di tengah semua rebutan itu, warga kita satu demi satu


menjadi pasien di rumah sakit sembari berharap akan ada
keajaiban yang bisa membuat mereka segera sembuh dan
beraktivitas kembali seperti sedia kala.

Di atas semua sengkarut kepentingan dan masalah itu, kita


berharap negeri ini tetap kuat dan selalu bangkit. Kita
berharap Ibu Pertiwi tetap berdiri tegar demi membasuh
lara hati dan duka anak bangsa. Dan kita tetap setia
berdendang:

“Kulihat ibu pertiwi


Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang”

Home Older Post

6 comments:

1. Unknown 12:14 PM
realitanya seperti itu, selaku masyarakat
hanya bisa sabar, semoga pemerintah bisa
tegas, cerdas, tanggap agar kita tidak
kehilangan tumpuan harapan
Reply

Replies

Anda mungkin juga menyukai