Anda di halaman 1dari 15

Judul Tahun Latbel Identifikasi Tujuan Metode Kajian Pembahasan kesimpula penulis

teori n
4 1 Jjjjj 8 2 J8jj J8jjjjjjj 4

Judul: EFFECTS OF CHARACTER EDUCATION ON THE SELF-ESTEEM OF INTELLECTUALLY ABLE AND LESS
ABLE ELEMENTARY STUDENTS IN KUWAIT

2013

Identidikasi masalah: effects of character education activities on the self-esteem of intellectually able
and less able students in the lower elementary level in Kuwait

Bagaimana Pengaruh aktifitas pendidikan karakter terhadap penghargaan diri siswa?

Bagaimana pendidikan karakter dapat bermanfaat bagi siswa?

Tujuan: The results revealed that the intellectually able students who received character education
showed a higher self-esteem rating than the intellectually less able. The character education program
had benefited the intellectually able more than the intellectually less able students.

Untuk melihat pengaruh pendidikan karakter terhadap penghargaan diri siswa yang mampu dan
kurang mampu secara intelektual.

Untuk membuktikan bahwa pendidikan karakter bermanfaat bagi siswa yang mampu secara
intelektual daripada siswa yang kurang mampu secara intelektual.

Metode: kuantitatif. Dengan 39 responden siswa SMA kelas 3 dengan rata-rata umur 18 tahun.
Respondedn dipisahkan sesuai tingkat intelegensi atau IQ. Menggunakan skala The Rosenberg Self-
Esteem Scale (RSS, 1989). Ada 3 tahap yaitu, pre-treatment, treatment, and post-treatment.

Kajian teori: this review will focus on three main topics: character education and self-esteem, moral
reasoning and gender differences, and character education, self-esteem and intellectual abilities.

Pendidikan karakter dan penghargaan diri. Penelitian oleh Allred (2008), hasilnya mengungkapkan
bahwa kegiatan positif mampu meningkatkan akademik anak dan aspek karakternya. Adanya
pengembangan kurikulum untuk mengajar pendidikan karakter termasuk kedalamnya adalah: konsep
diri, kesehatan tubuh dan pikiran, manajemen diri, hubungan dengan orang lain, berlaku jujur, dan
pengembangan keterampilan sosial dan personal. Melihat dari beberapa penelitian yang dilakukan
(Snyder et al., 2010, allred 2008, pendidikan karakter mempunyai banyak hasil yang positif saat
diterapkan di sekolah dasar.
Pertimbangan moral dan perbedaan gender.

Pendidikan karakter, penghargaan diri dan kemampuan intelektual

Pembahasan:

The mean difference was significant between the ability groups. The mean of the intellectually less able
group decreased in the posttreatment when receiving the traditional instructional program, while it
increased while receiving the character building program.

Rata-rata perbedaan sangat terlihat diantara kelompok berdasarkan kemampuan. Rata2 kelompok yang
kurang mampu secara intelektual menuru saat post treatment saat program instruksional tradisional,
dan meningkat saat program pembangunan karakter.

1. represents the difference between the two experimental groups. It was clear that the mean self-
esteem decreased between pre- and post-treatment in the traditional instructional program. On the
other hand it showed an increase in the mean self-esteem of the character building program.

1. data menunjukkan perbedaan antara dua kelompok percobaan. Terlihat jelas rata-rata penghargaan
diri siswa menurun diantara pre treatmen dan post treatment saat program instruksional tradsional.
Kemudian meningkat saat program pembangunan karakter

2. the effect of character education on students’ selfesteem by their intellectual ability groups. At the
beginning of the implementation, there was a big gap in the mean self-esteem level between the
intellectually able and less able groups

2. efek dari pendidikan karakter terhadap penghargaan diri siswa berdasarkan kelompok kemampuan
intelektual. Pada awalnya, terrdapat jarak yang besar pada rata-rata tingkat harga diri antara siswa
dengan IQ rendah dan IQ tinggi

3. skor pre-survey dari siswa laki-lai yang menerima pendidikan karakter lebih rendah daripada siswa
perempuan. Saat post-survey, siswa laki-laki mengalami peningkatan skor daripada siswa perempuan.

Saat pre survey traditional instruction grup siswa perempuan memiliki skor rata2 lebih tinggi daripada
laki-laki dan pada t traditional instructions group skor self esteem siswa laki-laki meningkat sementara
skor siswa perempuan menurun.

Kesimpulan:

According to the results, less able students showed lower selfesteem during the pre-treatment test than
the able students.

Berdasarkan pada hasil penelitian, siswa dengan IQ rendah atau kurang mampu secara intelektuaal
menunujukkan penghargaarn diri yang lebih rendah daripada siswa dengan IQ normal atau mampu
secara intelektual saat pre-treatment
In contrast this group of students in the traditional instruction group showed a regression after they
were exposed to this program. It suggested that the traditional program was not challenging enough to
their social and emotional skills to build their self-esteem or enhance their confidence.

Kelompok siswa dalam kelompok instruksional tradisional menunjukan kemunduran setelah mereka
mengikuti program ini. Hal ini menunjukkan bahwa program tradisional tidak lagi menarik dan
menantang untuk kemampuan sosial dan emosi siswa dalam membangun harga diri ataupun merasa
nyaman

the character building program was surprisingly not useful for the able students. This may have been
because intellectually able students already have higher self-esteem than intellectually less able
students

ternyata program pembentukan karakter sudah tidak berguna untuk iswa yang mampu. Hal ini munkin
disebabkan oleh kemampuan intelelktual siswa yang sudah memiliki penghargaan terhadap diri sendiri
yang itnggi daripada siswa yang tidak mampu.

gender: Boys receiving character education had an increase in their self-esteem score at the end of the
implementation. On the other hand, girls in the same group noted a decrease in their self-esteem.

dalam perbedaan gender, siswa laki-laki yang meneripa pendidikan karakter telah berhasil
meningkatkan skor penghargaan terhadap diri sendiri di akhir. Di sisi lain, siswa perempuan dari grup
yang sama mengalami penurunan tingkat terhadap penghargaan diri mereka.
JURNAL 2

Teaching Character Education to College Students Using Bildungsromans

2017

Latar belakang:

Identifikasi masalah: The teaching of character education through literature at the level of university has
not gained much interest from scholar

Bagaimana pendidikan karakter dapat dicapai dmelalui litrasi sastra?

Tujuan: reports a study on the teaching of character education in higher education using English
Bildungsroman, Jane Eyre

Menelitu pendidikan karakter di perguruan tinggi menggunakan sastra inggris, Bildungsroman, Jane
eyre.

Metode: kombinasi antara pendekatan kualitatif dengan metode kajian literatur dan analisis respon
partisipan atau siswa dalam bentuk esai, serta wawancara untuk menguatkan hasil.

Kajian teori: Bildungsroman was first established in German Literature, even though one will argue that
the genre existed elsewhere in the world even before it was given a fixed term in germany.

He further explained that the genre has since then been defined as “a novel of formation” (p. 232) or
self-education of the protagonists.

Au (2011) strengthened the idea that Bildungsroman is a novel intended to educate its readers, notably
adolescents, about self-development

In sum, the genre is about a youth as a protagonist venturing in a journey to educate and develop
her/himself, as well as to broaden her/his horizon with new experiences and new values s/he
encounters within the society where s/he lives, in order for find her/his own position in the society as an
adult. In its course of development, the genre has come to include female protagonists and even
minority groups (Braendlin, as cited in Chang et al., 2011). Thus, this genre is very suitable for teaching
character development, especially to college students. More considerations for using the genre will be
given in the next section.

Bildungsroman ..... 4 poin karakteristik dari buku yang tepat dan berguna untuk mengajar pendidikan
karakter melalui literatur anak.

1. buku yang ditulis dengan bak mengandung deilam moral

2. buku dengan bahasan yang cukup dalam untuk allow moving beyond literal comprehension
3. buku mempunyai cakupan budaya yang luas dan dengan karakater utama laki2 dan perempuan

Dalam konteks pendidikan indonesia, Bildungsroman dapat membantu mahasiswa mengidentifikasi dan
merefleksi pada 18 nilai pembentukan karakter by kemendikbud. 18 nilai tersebut yaitu........

Nilai tersebut dapat dianggap sebagai nilai universal, untuk pendidikan karakter, dan terlepas dari letak
geografis . secara umum bertujuan untuk memupuk nilai-nilai diatas. Bildungsroman bertujuan mendidik
pembaca dari latar belakang budaya dan kebangsaan yang berbeda.

Pembahasan:

Terdapat bebrapa faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan pendidikan karakter. Berdasarkan teori
sridhar dan vaughn, arker dan ackerman mengemukakan bahwa ada tiga proses yang dapat dijadikan
sebagai indikator keberhasilan pendidikan karakter melalui literatur atau sastra, yaitu identifikasi,
keterlibatan dan pemahaman, dalam tatanan hirarki, dengan proses identifikasi sebegai laangkah awal
dan pemahaman sebagai level tertinggi.

Dari 35 siswa, hanya 33 yang menyerahkan respon mereka. Dari 33 esai, hampir semuanya atau 30 siswa
bisa mengidentifikasi nilai yang terkandung dengan menyertakan bukti dalam cerita dari setiap nilai.
Namun saat lanjut le tahap keterlibatan dan pemahaman, para siswa terlihat memiliki kesulitan untuk
mendemonstrasikan atau menuangkannya kedalam esai mereka. 17 siswa dan 10 siswa dapat
menunujukkan keterliabatan dan pemahaman mereka secara baik. Sementara itu, dua essai hanya
menceritakan ulang dan meringkas cerita dari novel, dan esai yang lainnya membandingkan novel
dengan adaptasi film.

Sementara saat wawancara langsung dengan parar siswa, baik siswa perempuan atau laki2 bisa
merasakan karakter jane. Mereka berbagi pengalaman yg sama degan tokoh jane terlepas dari
perbedaan gender, kultur, dan religi. Beberapa siswa juga berpendapat bahwa terdapat nilai-nilai
universal, terlepas dari beberapa perbedaan yang ada, shared by human beings, sebagai salah satu
contoh kasus dari novel dan kehidupan mereka. Sebagian besar siswa setuju bahwa dengan membaca
bildungsroman tentang karakter protagonis membantu mereka memahami bagaimana mereka
berkembang sampai sejauh ini. Mereka juga menjadi sadar bahwa diri mereka akan terus berkembang
selama hidup mereka.

Kesimpulan: The results show that most students have successfully identified the virtues in the novel
and can relate to the characters and their events. However, only a few students are able to show their
involvement with and insight of the virtues contained in the novel. It can be inferred then that
Bildungsromans such as Jane Eyre can help the teaching of character education. Nevertheless, character
education should be integrated with all subjects for better results

Bildungsroman, khususnya Jane Eyre, terbukti dapat menjadi genre yang tepat untuk menerapakan
pendidikan karakter kepada mahasiswa yang menjadi partisipan penelitian. Karena tokoh protogonis
Jane memiliki umur yang hampir sama dengan siswa sehingga siswa dapat mengidntifikasi dan
bersimpati atas masalah yang menimpa tokoh, dan kemudian mereka dapat belajar atau memetik
hikmah saat mengalami kesulitan. Genre ini juga mendidik tanpa terkesan menasehati???

Penelitian juga menunjukan meskipun tidak seluruh siswa menunjukkan 3 indikator keberhasilan
pendiidkan karakter dalam esai mereka, sebagian besar siswa secara simultan menemukan kenyamanan
dan pengetahuan.

Literary esai bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif penilaian pendidikan karakter, meskipun hasil
dari pendidikan karakter tentu saja akan muncul dalam kepribadian siswa.
JURNAL 3

Bring Character Education into Classroom

2012

Latar belakang:

Karakter merupakan ukuran dari sikap kita, secara keseluruhan baik perilaku dalam diri atau batiniah
maupun keluar. Pendidikan karakter bukanlah ilmu yang baru, tetapi disiplin ilmu yang berupaya untuk
mengoptimalkan perikalu etik siswa. Prinsip utama dari karakter yang baik adalah menghargai, jujur,
adil, dan bertanggung jawab. Edukasi sudah menjadi bagian dari kehidupan individu bahkan dari awal
kehidupan masing-masing. Pendidikan karakter digambarkan sebagai “”. Perhatian pendidikan karakter
telah meningkat pada sistem sekolam umum karena adanya peningkatan kecenderungan perilaku
negatif pada anak-anak muda atau remaja

Identifikasi masalah: The promotion of character education should not just a leap service but has an
action plan for practice

Apa yang dmaksud dengan pendidikan karakter?

Bagaimana sejarah pendidikan karakter?

Apa saja isu-isu yang terjadi dalam konteks pendidikan karakter dalam dunia oendidikan?

Bagaimana perkemmbangan pendidikan karakter di institusi pendidikan>

Tujuan:

Mengetahui ,.......... up up upup up

Metode: kualitatif

Kajian teori:

Definisi pendidikan karakter

Sejarah pendidikan karakter

Isu dalam konteks pendidikan karakter

Pembahasan:

Kesimpulan:

Karakter dapat digambarkan sebagai cara kita mengekspresikan perilaku diri yang mengandung nilai2
diri dan akan membuat sebagian dari kita menemukan cara untuk mengekspresikan belas kasih,
perhatian, ketulusan, menghargai dan nilai lain yang baik.
Pendidikan karakter mengalami perubahan sepanjang sejarah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi
pembentukan karakter diantaranya keluarga, lingkungan sosial dan kebudayaan. Sekolah masuh harus
turun tangan untuk memfasilitasi pendidikan karakter yang sepaptutnya kepada siswa yang dapat
membantu mereka tumbuh menjadi bagian masyarakat yang baik. Partisipasi dan komitmen dari semua
pihak merukan kunci untuk mencapai tujuan tesebut.

Pendidikan karakter bukan hanya dijadikan sebagai slogan pendidikan atau berupa materi saja tapi
sebuah misi atau tujuan yang dapat ditanamkan setiap harina di sekolah. Maka dari itu, diharapkan
adanya komitmen dan partisaipasi baik dari orang tua, guru, pembuat regulasi sekolah dan seluruh
elemen pendidikan seharusnya memiki rencana untuk terus me ningkatkan semangat siswa untuk
memupuk nilai-nilai yang baik dalam kehidupan mereka.
4

Character Education and Students Social Behavior

2012

Latbel

Identifikasi masalah: pendidikan karakter menunjukkan orientasi dari dua karakter siswa, yaitu karakter
sebagai manusai dan individual learners hallmark institution.

Tujuan: the authors expect the birth of a design patent as early referral to spearhead a character
development program learners. Untuk memunculkan disain paten ..................

Metode: kualitiatif

Kajian teori:

Pendidikan karakter di negara lain

Urgensi dari pendidikan karakter

Definisi karakter

Pembentukan karakter

Perilaku sosial

Proses pembentukan karakter

Pembahasan

Integrasi dari kepribadian dan nilai sosial in subject

Metode pembelajaran pendidikan karakter

Draft pendidikan kar..

Identifikasi karakter siswa

Implementation and Evaluation

Kesimpulan

Pendidikan karakter sangat penting untuk perkembangan individu secara kesuluruhan dan harus
diterapkan sejak dini. Sangat penting bagi sebuah institusi pendidikan untuk tidak hanya memerhatikan
kebutuhan kompetensi akademik siswa tetapi juga pengembangan karakter sehingga para lulusan dapat
menjadi seseorang yang siap secara akademik dengan karakter yang baik.

Hasil dari program ini tidak secara langsung mengubah karakter siswa, tapi diharapkan membveri
sesuatu yang positiif dalam suasana pemblajaran..Perencanaan pendidikan karakter juga seharusnya
diselesaikan dengan penuh komitmen dan peningkatan secara terus menerus. Karena tu. Institusi
pendidikan memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan moral bagi
siswa dan juga membangun komunitas budaya untuk nilai-nilai moral.
5

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJASAMA PADA MATAKULIAH


KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN METODE BERMAIN PERAN

Latbel;

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang terkandung dalam pasal I
UU Sisdiknas tahun 2003. Peran pendidik sangat diperlukan dalam keberhasilan pendidikan karakter,
salhsatunya dengan cara menjadi figur keteladanan bagi anak didik serta mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi prosespembelajaran siswa. Dalam pendidikan karakter terkandung nilai-
nilai individu dan juga sosial yang berguna bagi siswa saat ia terjun ke sebuah masyarakat. Maka dari itu,
pendidikan karakter haruslah mempunyai pondasi yang kuat, yaitu pendidikan moral.

Dalam upaya mendukung pendidikan berkarakter bagi para mahasiswa, penulis mencoba melakukan
tindakan pengelolaan kelas dengan metode bermain peran (Jeu de role). Dalam pembelajaran bermain
peran dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan,
belajar berpikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan menyalurkan kemampuan,
membantu belajar, dan saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain sebuah
pendidikan karakter.

Identifikasi masalah: (a) bagaimana gambaran peningkatan nilai-nilai kepedulian dan kerjasama
mahasiswa melalui implementasi metode bermain peran. (b) bagaimana peningkatan kualitas
keterampilan berbicara mahasiswa melalui implementasi metode bermain peran.

Tujuan:

(1) mengimplemantasikan pendidikan karakter pada matakuliah Keterampilan Berbicara bahasa Prancis
(“Expression Orale I”) dengan fokus pengembangan nilai-nilai kepedulian dan kerjasama pada
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UNY melalui metode pembelajaran bermain peran (jeu
de role), (2) meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa dalam berbahasa Prancis.

Metode: metode penelitian tindakan kelas (PTK)

Kajian teori

Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran, Menurut Depdikbud (1999:171) bermain peran adalah
salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah

laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir

orang lain. Melalui proses belajar seperti ini diharapkan peserta didik

mampu menghayati tokoh yang diperankannya. Sehingga peserta didik akan belajar (1)
mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya;

(3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan

(4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Keberhasilan

dalam penghayatan peran menentukan berkembangnya pemahaman, penghargaan dan

identifikasi diri terhadap nilai. (Endang Komara, 2012). Pengalaman belajar yang diperoleh

dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan

suatu kejadian.

2. Pendidikan Karakter dalam pembelajaran di kelas

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Aspek-aspek karakter atau nilai-nilai target yang dapat diintegrasikan dalam proses

perkuliahan menurut Darmiyati Zuchdi (2009) dalam Panduan Implementasi Pendidikan

Karakter Dalam Perkuliahan Di Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012, antara lain

adalah: (1) ketaatan beribadah, (2) kejujuran, (3) tanggung jawab, (4) kepedulian, (5)

kerjasama, (6) hormat pada orang/pihak lain, dan (7) nilai-nilai lain yang sesuai dengan nilai

nilai religius, humanis, dan keindonesiaan.

Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tahapan knowing (pengetahuan), acting

(pelaksanaan), dan habit (kebiasaan).. Selanjutnya pendidikan karakter di kelas yang menjadi fokus
penelitian ini adalah

kepedulian dan kerjasama yang diimplementasikan dalam kerja kelompok yang dilaksanakan

oleh mahasiswa secara bersama-sama

3. Implementasi Metode Bermain Peran pada Mata Kuliah “Keterampilan Berbicara

Rencana kegiatan pendidikan karakter pada mata kuliah “Keterampilan Berbicara”


diimplementasikan dalam kerja kelompok yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara

bersama-sama. Karakter kepedulian dan kerjasama ditanamkan pada kegiatan kerja

kelompok, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam proses berdiskusi tersebut sangat menuntut
adanya sikap kepedulian untuk

saling membantu sesama anggota kelompok. Selain itu, kerjasama dan peran aktif seluruh

anggota kelompok dituntut agar menghasilkan dialog yang berkualitas secara cepat karena

adanya target waktu penyelesain proyek penyusunan skenario.

4. Peningkatan keterampilan Berbicara Bahasa Prancis dengan Metode bermain Peran

terjadilah proses

interaksi antar anggota kelompok. Peran masing-masing anggota dituntut untuk

menyumbangkan ide dan bertukar ide dengan yang lain

Pembahasan

1. Deskripsi karakter Mahasiswa sebelum dilakukan Tindakan

di ketahui bahwa rasa kepedulian dan kerjasama mahasiswa sangat rendah. Mereka kurang peduli
terhadap lingkungan belajar dan lingkungan pergaulan sesama mahasisw. Sungguh merupakan
fenomena individualisme yang memprihatinkan.

dalam hal kerjasama. Ketika diberi problematika oleh dosen untuk dipecahkan bersama, ada
kecenderungan mereka menganalisis dan mencari jawaban sendiri. mereka lebih percaya pada diri
sendiri atau dengan kata lain kurang mempercayai teman

2. Hasil Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

b. Implementasi Tindakan

c. Refleksi

Meskipun proses kerja kelompok dan praktek bermain peran dapat berjalan dengan

lancar dan menyenangkan, namun Rerata skor

keterampilan berbicara masih sedang.

Oleh karena target keberhasilan proses dan produk belum tercapai, maka peneliti
memutuskan untuk melaksanakan tindakan siklus II peneliti bersama kolaborator berkeliling untuk
membantu jalannya

diskusi dan membantu apabila ada kesulitan kosakata dan pelafalan sambil mencatat hasil

pengamatan selama proses diskusi

Proses kerja kelompok dan praktek bermain peran dapat berjalan dengan lancar dan

menyenangkan, dengan keberhasilan produk memuaskan. Rerata skor keterampilan berbicara

tinggi. Kesadaran mahasiswa akan kepedulian dan kerjasama mulai terlihat

nyata

kesimpuln

(1) penerapan metode bermain peran dalam mata kuliah Expression Orale I mampu meningkatkan nilai-
nilai kepedulian dan kerjasama mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis pada kategori mulai
terlihat (MT). Mahasiswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat
penguatan lingkungan terdekat (tahap Heteronomi), (2) model pembelajaran bermain peran (jeu de
role) yang diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbicara berbahasa
Prancis mahasiswa menjadi semakin baik. Mahasiswa antusias dalam mengikuti kuliah, merasa tidak ada
tekanan, bebas berekspresi, dan kelas yang lebih hidup pada saat pembelajaran, dan rerata skor pretest
62 meningkat menjadi 72,7 pada rerata skor posttestnya.
6

PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA


Kharisma Danang Yuangga

Latbel

Identifikasi masalah:

Bagaimana pengaplikasian pendidika kaarakter pada mahasiswa pendidikan Ekonomi?

Tujuan: akanmengkaji secara mendalam tentang aplikasi pendidikan karakter dalam perilaku
berkarakter mahasiswa pendidikan ekonomisetelah menempuh perkuliahan dalam kurun waktu
enam semester di kampu

Metode: penelitian kualitatif

Kajian teori:

Pembahasan

Pendidikan Karakter Melalui Jalur Mediasinya


Perilaku Berkarakter Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Saat Menempuh Perkuliahan

Kesimpuln:

Beberapa karakter dalam enam pilar pendidikan karakter mahasiswa pendidikan ekonomi terinternalisasi
melalui jalur keluarga/ orang tua berupa doktrin nasehat dan keteladanan, ajaran agama berupa dogma
kepatuhan terhadap ajaran agama, lingkungan sekolah/guru/ dosen yang berupa doktrin nasehat dan
ajaran, teman pergaulan, refleksi individu, praktek berupa pengalaman pribadi yang merupakan jalur
internalisasi yang dominan dalam membentuk karakter mahasiswa pendidikan ekonomi. Perilaku
berkarakter mahasiswa diketahui dari munculnya perilaku-perilaku yang didasari pertimbangan moral
berdasarkan dari karakter-karakter dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku berkarakter mahasiswa
pendidikan ekonomi itu dilandasi oleh keterbukaan dalam perilaku mahasiswa pendidikan ekonomi yang
memiliki kepercayaan diri untuk mau mengemukakan kesulitan-kesulitan dalam proses belajar, kejujuran
dalam perilaku mahasiswa pendidikan ekonomi yang mendorong mahasiswa untuk senantiasa berbuat
jujur pada saat ujian, hingga muncul pertimbangan mahasiswa pendidikan ekonomi untuk mengatasi
bentuk-bentuk ketidak jujuran. Kejujuran diterapkan mahasiswa dalam bentuk nasehat-nasehat akan
kosekuensi dari perbuatan yang didapat apabila tidak jujur, kebenaran dalam perilaku mahasiswa
ekonomi dari mencontohkan diri untuk bersikap benar, sebagai contoh taat akan aturan yang berlaku dan
tanggung jawab dalam perilaku mahasiswa pendidikan ekonomi dari kemauan untuk menjalankan amanat
yang diberikan dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan proses
belajar.

Anda mungkin juga menyukai