Anda di halaman 1dari 143

DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
Daftar Gambar 7
Daftar Tabel 8

1 PENDAHULUAN 9

1.1 LATAR BELAKANG 9


1.2 TUJUAN 9
1.3 MANFAAT 9
1.4 RUANG LINGKUP 10

2 METODOLOGI STUDI KONTRIBUSI INDUSTRI KREATIF 2009 11

2.1 DESAIN STUDI 11


2.2 PENETAPAN KLASIFIKASI SUBSEKTOR-SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF 11
2.3 PENETAPAN INDIKATOR-INDIKATOR YANG AKAN DIGUNAKAN 12
2.3.1 Berbasis Produk Domestik Bruto 12

2.3.1.1 Produk Domestik Bruto Industri Kreatif 12


2.3.1.2 Persentase PDB Industri Kreatif terhadap PDB Nasional 12
2.3.1.3 Pertumbuhan PDB Industri Kreatif 13
2.3.2 Berbasis Ketenagakerjaan 13

2.3.2.1 Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif (JTKC) 14


2.3.2.2 Tingkat Partisipasi Pekerja Industri Kreatif (TPPC) 14
2.3.2.3 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif (PJTKC) 15
2.3.2.4 Produktivitas Tenaga kerja 15
2.3.3 Berbasis Perdagangan Internasional 16

2.3.3.1 Nilai Ekspor 16


2.3.3.2 Persentase Nilai Ekspor terhadap Total Nilai Ekspor 16
2.3.3.3 Pertumbuhan Nilai Ekspor 17
2.3.3.4 Nilai Impor 17
2.3.3.5 Persentase Nilai Impor terhadap Total Nilai Impor 18
2.3.3.6 Pertumbuhan Nilai Impor 18
2.3.3.7 Net Trade Industri Kreatif 18
2.3.3.8 Net Trade Subsektor Industri Kreatif 19
2.3.3.9 Pertumbuhan Net Trade Industri Kreatif 19
2.3.3.10 Pertumbuhan Net Trade Subsektor Industri Kreatif 19
2.3.4 Berbasis Aktivitas Perusahaan 19
2.3.4.1 Jumlah Usaha 19
2.3.4.2 Persentase Jumlah Usaha terhadap Jumlah Usaha Total 20
2.3.4.3 Pertumbuhan Jumlah Usaha 20
2.3.5 Berbasis dampak terhadap sektor lain 21

2.3.5.1 Angka pengganda output subsektor industri kreatif 21


2.3.5.2 Linkage subsektor industri kreatif 21
2.4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 22
2.4.1 Perubahan dari Studi IK 2007 22
2.4.2 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Kontribusi Ekonomi 23

2.4.2.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sekunder 23


2.4.2.2 Metode Estimasi menggunakan Tabel Input Output 23
2.4.2.3 Estimasi-Estimasi yang Dilakukan 23
2.4.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Perkembangan Kualitatif 26
2.4.4 Analisis Data 26

3 PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA 2007-2009 27

3.1 INDUSTRI KREATIF NASIONAL 27


3.1.1 PPBI 2007 27
3.1.2 PPBI 2008 27
3.1.3 PPKI 2009 28
3.1.4 Tahun Indonesia Kreatif 2009 28
3.1.5 Instruksi Presiden No 6 Tahun 2009 mengenai Pengembangan Industri Kreatif 28

3.2 INDUSTRI KREATIF DI DAERAH 29


3.2.1 DKI Jakarta 29
3.2.2 Kota Solo 31
3.2.3 Kota Jogjakarta 31
3.2.4 Kota Denpasar 33
3.2.5 Kota Bandung 34
3.2.6 Kota Berpotensi: Jember, Batam 35

3.2.6.1 Batam 35
3.2.6.2 Jember 36
3.2.7 Festival dan Tradisi Kebudayaan di Berbagai Daerah 36

3.2.7.1 Festival Bengawan Solo 37


3.2.7.2 Borobudur Internasional Festival 37
3.2.7.3 Festival Tabot 37
3.2.7.4 Festival Danau Toba 38
3.2.7.5 Festival Tengger 38
3.2.7.6 Festival Danau Sentani 39
3.3 PUBLIKASI INDUSTRI KREATIF DI MEDIA INFORMASI 39

3
3.3.1 Media Nasional 39
3.3.2 Media Daerah 40

3.4 INDUSTRI KREATIF DI DUNIA MAYA 41


3.4.1 E-Commerce 41
3.4.2 Jumlah Laman Industri Kreatif 45

3.5 GERAKAN KOMUNITAS 47


3.5.1 Common Room Network Foundation 48
3.5.2 Bandung Creative City Forum (BCCF) 48
3.5.3 Kreative Industry Clothing Kommunity (KICK) 49
3.5.4 Komunitas Kreatif Bali 50
3.5.5 Ins-ide 50
3.5.6 Jendela Ide 51
3.5.7 Fashionesedaily 51
3.5.8 Kementerian Desain Republik Indonesia 51
3.5.9 Desain Grafis Indonesia 52
3.5.10 Republik Kreatif 52
3.5.11 Musikator 52
3.5.12 Bentara Budaya 53
3.5.13 Komunitas Utan Kayu 53
3.5.14 Top Ten Komunitas Kreatif di Dunia Maya 54

3.6 SUCCESS AND FAILED STORIES 55


3.6.1 Cerita Sukses Insan Kreatif 55
3.6.2 Lesson Learned Pelaku Kreatif yang Kurang Berhasil 61

3.7 PELUANG INDUSTRI KREATIF DI PASAR LUAR NEGERI 65


3.7.1 Ceko 65

3.7.1.1 Festival Film Ceko 65


3.7.1.2 Program KBRI Ceko dalam memperkenalkan Film Indonesia 66
3.7.1.3 Program-Program KBRI Ceko di luar Subsektor Film 66
3.7.2 China (RRT) 66

3.7.2.1 Televisi 67
3.7.2.2 Film 67
3.7.2.3 Radio 67
3.7.2.4 Musik 67
3.7.2.5 Penerbitan dan Percetakan 68
3.7.2.6 Online Games 68
3.7.2.7 Kerajinan 68
3.7.3 Spanyol 68

3.7.3.1 Film, Video dan Fotografi 68


3.7.3.2 Musik 70
3.7.3.3 Layanan Piranti Lunak dan Permainan Interaktif 70
3.7.3.4 Desain dan Fesyen 72

4
3.7.3.5 Penerbitan dan Percetakan 74
3.7.3.6 Kerajinan 75
3.7.4 Argentina 76

3.7.4.1 Industri Audiovisual: Film, Animasi, Televisi 76


3.7.4.2 Furniture dan Kerajinan 77
3.7.4.3 Kerajinan: Jewellery 78
3.7.4.4 Musik: Alat Musik 78
3.7.4.5 Fesyen: Produk Tekstil 78
3.7.4.6 Tantangan dan Hambatan 78
3.7.5 Afrika Selatan 79

3.7.5.1 Film dan Animasi 79


3.7.5.2 Musik 81
3.7.5.3 Desain dan Piranti Lunak 83
3.7.5.4 Penerbitan dan Percetakan 84
3.7.5.5 Pameran Industri Kreatif di Afrika Selatan 85
3.7.5.6 Kondisi pasar dan peluang ekspor di afrika selatan 86
3.7.6 Maroko 86
3.7.7 Singapura 87

3.8 KOMITMEN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 88


3.8.1 Bisnis 89
3.8.2 Departemen Perindustrian 89
3.8.3 Departemen Pendidikan Nasional 89
3.8.4 Departemen Komunikasi dan Informatika 89
3.8.5 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 90
3.8.6 Departemen Perdagangan 90
3.8.7 Kementerian Negara Koperasi dan UKM 91
3.8.8 Pemerintah – Perbankan 91

3.9 KONSUMSI PRODUK KREATIF LOKAL 91


3.9.1 Endorsement Dari Pemerintah untuk Menggunakan Produk Lokal 91
3.9.2 Contoh Indikasi Positif dalam Penggunaan Produk Kreatif Lokal 93

3.9.2.1 Pemakaian Batik oleh Kaum Muda 93


3.9.2.2 Trend Distro 94
3.9.2.3 Ring Back Tone – Musik Indonesia 94
3.9.2.4 Film Indonesia 95
3.9.2.5 Seni Pertunjukan 96
3.10 INDIKASI GEOGRAFIS PELUANG PELESTARIAN KREATIVITAS LOKAL YANG BERNILAI EKONOMI 97
3.10.1 Konsep dan Peraturan 97
3.10.2 Tantangan Bagi Pengembangan Produk IG 97
3.10.3 Potensi IG yang sedang Diproses 98
3.10.4 Potensi IG yang belum Dikembangkan 100

5
4 HASIL PEMETAAN DAN ANALISIS DAMPAK EKONOMI INDUSTRI KREATIF 104

4.1 BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN 104
4.1.1 PDB Sektor Industri Kreatif 104
4.1.2 Perbandingan terhadap PDB Nasional 106
4.1.3 PDB Subsektor Industri Kreatif 108
4.1.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif 111

4.2 BERBASIS KETENAGAKERJAAN: JUMLAH, TINGKAT PARTISIPASI, PERTUMBUHAN, PRODUKTIVITAS 114


4.2.1 Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif 114
4.2.2 Perbandingan terhadap Tenaga Kerja Nasional 115
4.2.3 Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif 118
4.2.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif 120

4.3 BERBASIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DARI EKSPOR,
IMPOR DAN NET TRADE 123
4.3.1 Perdagangan Internasional Sektor Industri Kreatif 123
4.3.2 Perbandingan terhadap Nasional 125
4.3.3 Perdagangan Internasional Subsektor Industri Kreatif 127
4.3.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif 129

4.4 BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN 132
4.4.1 Jumlah Usaha Sektor Industri Kreatif 132
4.4.2 Perbandingan terhadap Jumlah Usaha Nasional 133
4.4.3 Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 135
4.4.4 Perbandingan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 138

4.5 BERBASIS DAMPAK DAN KETERKAITAN DENGAN SEKTOR LAIN 141


4.5.1 Angka Pengganda Output Industri Kreatif 141
4.5.2 Backward Linkage 141
4.5.3 Forward Linkage 142

5 KESIMPULAN DAN SARAN 143

5.1 KESIMPULAN 143


5.2 SARAN 143

6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Desain Studi ............................................................................................................................................................. 11
Gambar 2-2 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan ........................................................................................................................ 13
Gambar 3-1 Artikel Industri Kreatif di Media Nasional .................................................................................................................. 40
Gambar 3-2 Artikel Industri Kreatif di Media Daerah .................................................................................................................... 41
Gambar 3-3 Jumlah Laman Mengutip Aktor Pemerintah Mengulas Industri Kreatif...................................................................... 45
Gambar 3-4 Jumlah Laman Mengulas Industri Kreatif di Tingkat Provinsi .................................................................................... 46
Gambar 3-5 Jumlah Laman Mengulas Industri Kreatif di Tingkat Kota ......................................................................................... 47
Gambar 4-1 Nilai Tambah Bruto Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah) ............................................................................ 105
Gambar 4-2 Pertumbuhan NTB Konstan Industri Kreatif 2002-2008........................................................................................ 106
Gambar 4-3 Rata-rata Nilai dan % Kontribusi NTB Sektoral Berdasarkan Harga Berlaku, termasuk Industri Kreatif, 2002-2008
107
Gambar 4-4 Rata-Rata Pertumbuhan PDB Sektoral, termasuk Industri Kreatif, 2002-2008 ..................................................... 108
Gambar 4-5 NTB Konstan 14 Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 ............................................................................. 111
Gambar 4-6 Rata-rata Jumlah dan % Kontribusi PDB Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008, Berdasarkan Harga Berlaku
112
Gambar 4-7 Rata-rata Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 .......................................................... 113
Gambar 4-8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif 2002-2008 ....................................................................................... 114
Gambar 4-9 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif 2002-2008 ........................................................ 115
Gambar 4-10 Rata-rata Jumlah dan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008 ............................................ 116
Gambar 4-11 Rata-rata Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008 ................................................... 117
Gambar 4-12 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja 14 Subsektor IK Tahun 2002-2008 ................................................................. 120
Gambar 4-13 Rata-rata Jumlah dan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Subsektor-subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008 121
Gambar 4-14 Rata-rata Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008 ....................... 122
Gambar 4-15 Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 Berdasarkan Harga Konstan (Ribu
Rupiah) 123
Gambar 4-16 Nilai Ekspor, Impor dan Net Trade Sektor Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah) ......................................... 124
Gambar 4-17 Pertumbuhan Ekspor, Impor dan Net Trade Sektor Industri Kreatif 2002-2008 ................................................... 125
Gambar 4-17 Ekspor Nasional dan Ekspor Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah ...................................................... 126
Gambar 4-18 Impor Nasional dan Impor Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah ......................................................... 126
Gambar 4-19 Net Trade Nasional dan Net Trade Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah ............................................ 127
Gambar 4-21 Nilai Ekspor, Impor dan Net Trade 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah) .............................. 129
Gambar 4-21 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Ekspor Subsektor Industri Kreatif 2002-2008.............................................. 131
Gambar 4-22 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Impor Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ............................................... 131
Gambar 4-23 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Net Trade Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ......................................... 132
Gambar 4-24 Jumlah Usaha Sektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008 ....................................................................................... 133
Gambar 4-25 Pertumbuhan Jumlah usaha Sektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008 ................................................................. 133
Gambar 4-26 Perbandingan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2008 ..................................................................................... 134
Gambar 4-27 Perbandingan Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2008 ............................................. 135
Gambar 4-28 Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ....................................................................................... 138
Gambar 4-29 Perbandingan Rata-Rata Jumlah usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ............................................... 139
Gambar 4-30 Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ............................................... 140
DAFTAR TABEL
Tabel 3-1 Kalender TIK 2009 ........................................................................................................................................................... 28
Tabel 3-2 Top Ten Mailing List Kreatif .............................................................................................................................................. 54
Tabel 3-3 Top Ten Komunitas Kreatif di Web.................................................................................................................................... 54
Tabel 3-4 Distribusi Wilayah Subsektor Desain di Spanyol ............................................................................................................... 72
Tabel 3-5 Peringkat Lagu Ring Back Tone ....................................................................................................................................... 95
Tabel 4-1 Profil Kontribusi Ekonomi Sektor Industri Kreatif Indonesia 2002-2008 ....................................................................... 104
Tabel 4-2 Perbandingan Kontribusi PDB Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp) ........................................................... 107
Tabel 4-3 Perbandingan Kontribusi NTB 14 Sektor Industri Kreatif 2002-2008 ........................................................................... 111
Tabel 4-4 Perbandingan Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Nasional 2002-2008 ........................................... 115
Tabel 4-5 Perbandingan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008 Berdasarkan Harga Konstan (Ribu Rupiah) ... 117
Tabel 4-6 Kontribusi Tenaga Kerja 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 .............................................................................. 118
Tabel 4-7 Perbandingan Kontribusi Tenaga Kerja 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 ....................................................... 121
Tabel 4-8 Perbandingan Ekspor Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp) ........................................................................ 129
Tabel 4-9 Perbandingan Impor Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp) .......................................................................... 130
Tabel 4-10 Perbandingan Net Trade Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp) ................................................................... 130
Tabel 4-11 Perbandingan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2007 ............................................................................................. 134
Tabel 4-12 Perbandingan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2007 ............................................................. 138
Tabel 4-13 Angka Pengganda Output 14 Subsektor Industri Kreatif................................................................................................ 141
Tabel 4-14 Backward Linkage 14 Subsektor Industri Kreatif........................................................................................................... 142
Tabel 4-15 Forward Linkage 14 Subsektor Industri Kreatif .............................................................................................................. 142
1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejak peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif 2007, yang dilanjutkan dengan peluncuran Cetak
Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Cetak Biru Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif tahun 2008, posisi
strategis ekonomi kreatif dan industri kreatif dalam pembangunan nasional semakin disadari oleh berbagai pihak.
Berbagai aktivitas kreatif digulirkan di berbagai tempat, baik oleh pemerintah, dunia bisnis maupun oleh kaum intelektual.
Publikasi di media massa dan di dunia maya semakin intensif. Komunitas-komunitas semakin tumbuh dan mulai saling
terhubung. Kota-kota dan daerah semakin antusias untuk menjadi kota/daerah kreatif. Prestasi-prestasi prestisius terus
diraih oleh para pelaku-pelaku kreatif. Kondisi-kondisi di atas merupakan sebagian dari indikasi-indikasi perkembangan
ekonomi kreatif Indonesia. Kondisi-kondisi ini sangat penting untuk dipetakan atau didokumentasikan, selain untuk
memberikan pemahaman mengenai pentingnya industri kreatif, juga untuk dapat menjadi lebih baik dalam dalam
mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan dan dalam penyusunan langkah-langkah pengembangan selanjutnya.
Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang dilakukannya studi pemutakhiran 2009. Pemetaan atau
pendokumentasian kondisi perkembangan juga diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan ‗Sejauh mana Arahan
Presiden Republik Indonesia untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif Nasional dilaksanakan di tingkat nasional maupun
tingkat daerah‘.
Selain indikator-indikator perkembangan yang bersifat kualitatif di atas, perkembangan industri kreatif juga dapat dilihat
melalui kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Kontribusi ekonomi industri kreatif telah dipetakan untuk periode
2002-2006 pada tahun 2007 lalu, baik berbasis Produk Domestik Bruto, Ketenagakerjaan maupun berbasis Aktivitas
Perusahaan. Oleh karena itu, studi pemutakhiran Industri Kreatif 2009 ini juga akan memetakan kontribusi ekonomi
industri kreatif pada tahun 2007 dan 2008, sebagai upaya menunjukkan perkembangan industri kreatif pada 2 tahun
terakhir dan menunjukkan bahwa pemetaan kondisi industri kreatif merupakan kegiatan yang rutin dan
berkesinambungan.

1.2 TUJUAN
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka Studi Pemutakhiran Kondisi Industri Kreatif Indonesia 2009
bertujuan untuk:
1. Memetakan kontribusi ekonomi industri kreatif Indonesia hingga tahun 2008.
2. Memberikan gambaran perkembangan industri kreatif tahun 2007-2009 di tingkat nasional dan daerah, melalui
indikator-indikator yang bersifat kualitatif.
3. Memberikan gambaran perkembangan industri kreatif di media massa
4. Memberikan gambaran perkembangan industri kreatif di dunia maya

1.3 MANFAAT
Studi Pemutakhiran Kondisi Industri Kreatif tahun 2009 diharapkan dapat bermanfaat, setidaknya untuk pihak-pihak
sebagai berikut:
1. Departemen Perdagangan
a. Memperoleh pemahaman mengenai dampak dari aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan Departemen
Perdagangan yang merupakan inisiator pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia.
b. Menjadi referensi pertimbangan dalam penyusunan langkah-langkah pengembangan selanjutnya.
2. Pemerintah Pusat

9
a.Memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kondisi ekonomi kreatif nasional, baik secara sektoral,
maupun regional, sehingga dapat membuat langkah pengembangan dan langkah koordinasi yang sesuai
b. Memperoleh perspektif baru sebagai pertimbangan dalam pemutakhiran klasifikasi baku lapangan usaha di
Indonesia
3. Pemerintah Daerah
a. Menjadi referensi dalam memilih jenis subsektor industri kreatif yang akan dikembangkan
b. Memperoleh pemahaman mengenai langkah-langkah pengembangan yang dilakukan di beberapa kota kreatif,
sehingga dapat menjadi referensi pengembangan di daerahnya masing-masing
4. Intelektual, Studi dan Penelitian Selanjutnya
a. Memperoleh pemahaman mengenai industri kreatif, sehingga dapat melakukan studi atau penelitian selanjutnya
dengan ruang lingkup yang lebih sempit, namun berada dalam suatu kerangka yang saling bersinergi
b. Sebagai pertimbangan dalam pembentukan fakultas, jurusan ataupun penyusunan kurikulum.
5. Dunia Bisnis dan Pelaku Usaha
a. Membantu pelaku usaha dalam hal memperoleh informasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, baik di
sektoral, di beberapa daerah maupun di luar negeri
b. Membantu calon entrepeneur yang ingin memasuki industri kreatif, dalam hal memilih subsektor ataupun
daerah lokasi bisnisnya.

1.4 RUANG LINGKUP


1. Subsektor
Subsektor yang dipetakan adalah 14 subsektor yang telah didefinisikan pada tahun 2007
2. Tahun penelitian
Studi pemutakhiran menitikberatkan pada perkembangan industri kreatif tahun 2007-2009. Sementara itu indikator
kontribusi ekonomi dipetakan untuk periode 2002-2008
3. Kota/Daerah
Perkembangan industri kreatif di kota/daerah dipetakan khususnya pada daerah-daerah yang sudah baik dalam
pengembangan industri kreatif, yaitu DKI Jakarta, Solo, Jogjakarta, Denpasar, Bandung dan beberapa daerah
berpotensi lainnya.
4. Peluang di Pasar Luar Negeri dibatasi pada negara-negara yang diwakili Duta Besar pada Konvensi Pekan Produk
Kreatif Indonesia tahun 2009.

10
2 METODOLOGI STUDI KONTRIBUSI INDUSTRI KREATIF 2009

2.1 DESAIN STUDI


Studi pemetaan industri kreatif 2009 ini dilakukan dengan 4 tahapan utama seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut.

Penetapan Penetapan
Klasifikasi Klasifikasi

Penetapan Indikator Kuantitatif Indikator


Indikator Kontribusi Ekonomi Kualitatif

Pengumpulan dan Data


Estimasi FGD
Data
Pengolahan Sekunder Sekunder

Analisis Analisis Analisis Analisis


Analisis Deskriptif
Deskriptif Deskriptif Deskriptif

Gambar 2-1 Desain Studi

2.2 P E N E T A P A N K L A S I F I K A S I S U B S E K T O R -S U B S E K T O R I N D U S T R I K R E A T I F
Klasifikasi industri kreatif yang digunakan dalam studi mengikuti klasifikasi industri kreatif yang telah dipetakan dalam
Studi Industri Kreatif 2007. Pemetaan industri kreatif terdahulu telah mengklasifikasikan sektor industri kreatif menjadi 14
subsektor industri kreatif. Base study klasifikasi industri kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industri
kreatif yang dilakukan oleh DCMS Inggris, yang disesuikan dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia)
tahun 2005. Ke-14 subsektor tersebut adalah:
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Pasar dan barang seni
4. Kerajinan
5. Desain
6. Fesyen
7. Film, Video, Fotografi
8. Permainan Interaktif
9. Musik
10. Seni Pertunjukan
11. Penerbitan & Percetakan
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak
13. Televisi dan Radio
14. Riset & Pengembangan

11
2.3 PENETAPAN INDIKATOR-INDIKATOR YANG AKAN DIGUNAKAN
Demi menjaga kesinambungan analisis yang telah dilakukan pada Studi Industri Kreatif 2007, maka indikator-indikator
yang digunakan pada Studi Industri Kreatif 2009 disesuaikan dengan studi terdahulu, dengan beberapa perbaikan-
perbaikan. Adapun indikator yang akan digunakan adalah:
1. Indikator kuantitatif kontribusi ekonomi, yaitu:
a. Berbasis Produk Domestik Bruto
b. Berbasis Ketenagakerjaan
c. Berbasis Perdagangan Internasional
d. Berbasis Aktivitas Perusahaan
2. Indikator kualitatif perkembangan industri kreatif, seperti:
a. Kegiatan-kegiatan terkait industri kreatif, di tingkat nasional maupun tingkat daerah
b. Publikasi di media dan di dunia maya
c. Prestasi atau cerita suskes insan kreatif
d. Komunitas dan asosiasi yang sudah terbentuk
e. Peluang di pasar luar negeri
f. Rekomendasi dan komitmen-komitmen yang sudah diberikan oleh pihak-pihak yang terkait dalam
pengembangan industri kreatif
g. Perkembangan Indikasi Geografis, dan lain-lain
2.3.1 Berbasis Produk Domestik Bruto
2.3.1.1 PRODUK DOMESTIK BRUTO INDUSTRI KREATIF
PDB industri kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan 14
subsektor-subsektor industri kreatif. Total nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh ke-14 subsektor industri kreatif
merupakan NTB atau GVA industri kreatif.
n
PDBC NTBKC i
i 1

PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif


NTBKC = Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.1.2 PERSENTASE PDB INDUSTRI KREATIF TERHADAP PDB NASIONAL
Persentase PDBC merupakan persentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Besaran
persentase (%) PDBC ini merupakan indikator yang mengindikasikan besarnya kontribusi industri kreatif terhadap total
PDB nasional. Semakin besar % PDBC, semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional.
Dengan kata lain, peranan industri kreatif dalam perekonomian nasional menjadi semakin signifikan.
PDBC
%PDBC x100%
PDB
PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif
PDB = PDB Nasional (Indonesia)
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap PDBC
industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

12
PDBKC i
% PDBKC i x100%
PDBC
PDBKCi = PDB yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen;, film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif
2.3.1.3 PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI KREATIF
Pertumbuhan tahunan PDB industri kreatif adalah persentase perubahan PDB dalam periode satu tahun terhadap tahun
dasarnya. Perubahan nilai GVA annual growth setidaknya mencerminkan dua hal, yaitu kinerja industri dan potensinya.
Semakin tinggi annual growth semakin baik kinerja industri kreatif dalam perekonomian dan semakin besar potensinya
untuk dikembangkan.
PDBC t PDBC t 1
PPDBC x100%
PDBC t 1
PPDBC = Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
PDBCt = PDB industri kreatif tahun ke-t
PDBCt-1 = PDB industri kreatif tahun ke t-1
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil GVA annual growth ke-14 subsektor industri kreatif, yaitu
dengan perhitungan sebagai berikut:
PDBKC i (t ) PDBKC i (t 1)
PNTBKC i x100%
PDBKC i ( t 1)

PNTBKCi = Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif ke-i


PDBKCi(t) = PDB subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t
PDBCi(t-1) = PDB subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.2 Berbasis Ketenagakerjaan
Struktur klasifikasi ketenagakerjaan umumnya dibagi menjadi:

Pekerja
Angkatan Kerja
Penganggur
Penduduk Usia
Kerja (Usia Bukan Angkatan
Jumlah Total Produktif) Kerja (Usia
Penduduk Produktif, Memilih
Penduduk Bukan Tidak Bekerja; IBu
Usia Kerja RT, Mahasiswa)

Gambar 2-2 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan

13
Angkatan kerja adalah penduduk yang berada pada usia produktif, yang sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan.
Penduduk pada usia produktif tetapi memilih tidak bekerja, seperti Ibu Rumah Tangga dan Mahasiswa, bukan merupakan
angkatan kerja. Penduduk yang berada di luar usia produktif juga bukan merupakan angkatan kerja. Pekerja adalah
penduduk usia produktif yang sudah bekerja di sektor tertentu. Penganggur adalah penduduk usia produktif yang belum
bekerja, sedang mencari pekerjaan.

Ketenagakerjaan Indonesia dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu berdasarkan: lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan
jenis pekerjaan (occupation). Berdasarkan lapangan pekerjaan, pekerja dikelompokkan ke dalam 9 kategori mengikuti
pengkategorian ISIC, yaitu: (1) Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan, (2) Pertambangan (3) Industri Pengolahan,
(4) Listrik, Gas dan Air, (5) Bangunan, (6) Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel, (7) Angkutan,
Pergudangan, Komunikasi, (8) Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa
Kemasyarakatan / Public Services.

Berdasarkan status pekerjaan, pekerja dikategorikan menjadi 7 kategori (setelah tahun 2000), 4 kategori sebelum tahun
2000. Tujuh kategori berdasarkan status pekerjaan utama ini adalah: (1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2)
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, (3) Berusaha dibantu buruh tetap, (4)
Buruh/Karyawan/Pegawai, (5) Pekerja bebas di pertanian, (6) Pekerja bebas di non pertanian, (7) Pekerja tidak dibayar.

Berdasarkan jenis pekerjaan, pekerja dibagi menjadi: tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya (0/1), ketatalaksanaan
atau manajer (2), administrasi (3), usaha penjualan (4), penjual jasa (5), pekerja di sektor pertanian (6), operator alat
pengangkutan (7/8/9), lainnya (X/00). Studi ini akan menggunakan data ketenagakerjaan berdasarkan klasifikasi status
pekerjaan atau disebut SPU (Status Pekerjaan Utama).

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk melihat kontribusi industri kreatif terhadap ketenagakerjaan Indonesia
dijelaskan berikut ini.
2.3.2.1 JUMLAH TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF (JTKC)
Jumlah Tenaga Kerja (Employement Number) adalah angka yang menunjukkan jumlah pekerja tetap yang berada pada
seluruh lapangan pekerjaan/usaha di industri kreatif. Sesuai dengan definisi Badan Pusat Statistik, pekerja tetap adalah
mereka yang bekerja lebih besar dari 35 jam seminggu, sebelum survei ketenagakerjaan dilakukan. Semakin besar
Jumlah Tenaga Kerja, secara relatif dapat mengindikasikan peranan industri kreatif dalam perekonomian semakin
signifikan.
n
JTKC JTKKC i
i 1

JTKC = Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif


JTKKCi = Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.2.2 TINGKAT PARTISIPASI PEKERJA INDUSTRI KREATIF (TPPC)
Untuk melihat kontribusi industri kreatif terhadap kondisi ketenagakerjaan Indonesia digunakan indikator TPPC (Tingkat
Partisipasi Pekerja Industri Kreatif), yaitu rasio jumlah pekerja di subsektor industri kreatif terhadap jumlah pekerja di
seluruh industri. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran signifikan dalam
perekonomian Indonesia.
TPPC ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini:

14
JTKC
TPPC x100%
total pe ker ja
TPPC = Tingkat partisipasi pekerja industri kreatif
Dengan cara yang sama, dapat pula dilihat profil Tingkat Partisipasi Pekerja ke-14 subsektor industri kreatif terhadap
industri kreatif dan terhadap total pekerja, melalui perhitungan rasio pekerja pada masing-masing subsektor terhadap
total pekerja industri kreatif dan terhadap total pekerja seluruh sektor industri.
JTKKC i
TPPKC i x100%
JTKC
TPPKC = Tingkat Partisipasi Pekerja subsektor Industri Kreatif terhadap Total Pekerja Industri Kreatif
JTKKC i
TPPKCT i x100%
JTK
TPPKCT = Tingkat Partisipasi Pekerja subsektor Industri Kreatif terhadap Total Pekerja seluruh sektor Industri.
2.3.2.3 PERTUMBUHAN JUMLAH TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF (PJTKC)
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja (Growth of Employment/GE) industri kreatif adalah besaran yang menunjukkan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tahunan Industri Kreatif. Semakin tinggi growth of employment mengindikasikan
semakin baik pertumbuhan industri dari tahun ke tahun, sehingga memerlukan tambahan penyerapan tenaga kerja.
( JTKC t JTKC t 1 )
PJTKC x100%
JTKC t 1
JTKCt = Jumlah Tenaga Kerja industri kreatif tahun ke-t
JTKCt-1 = Jumlah Tenaga Kerja industri kreatif tahun ke t-1
Dengan cara yang sama, dapat pula dilihat profil Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja ke-14 subsektor industri kreatif
berdasarkan persamaan berikut:
( JTKKC i (t ) JTKKC i (t 1) )
PJTKKC i x100%
JTKKC i (t 1)

JTKKCi(t) = Jumlah Tenaga Kerja subsektor industri kreatif tahun ke-t


JTKKCi(t-1) = Jumlah Tenaga Kerja subsektor industri kreatif tahun ke t-1
2.3.2.4 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Produktivitas per pekerja adalah NTB atau GVA industri dibagi jumlah pekerja di Industri tersebut. Dengan kata lain,
produktivitas adalah nilai tambah yang dihasilkan setiap pekerja. Produktivitas yang kecil identik dengan industri yang
bersifat padat karya. Produktivitas yang besar identik dengan industri yang bersifat padat modal. Peningkatan nilai
produktivitas pada jumlah tenaga kerja yang tetap, mengindikasikan peningkatan pengetahuan atau penguasaan
teknologi teknologi.
Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kreatif dapat dinyatakan dengan indikator PTKC yang dapat diukur dengan cara:
n
NTBKC i
i 1
PTKC x100%
jumlah pe ker ja industrikreatif
PTKC = Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kreatif
NTBKCi = Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif

15
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil Produktivitas Tenaga Kerja ke-14 subsektor industri
kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

NTBKC i
PTKKC i x100%
JTKKC i

PTKKCi = Produktivitas Tenaga Kerja subsektor Industri Kreatif


NTBKCi = Nilai Tambah Bruto Subsektor Industri Kreatif ke-i
JTKKCi = Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.3 Berbasis Perdagangan Internasional
2.3.3.1 NILAI EKSPOR
Nilai Ekspor yang dimaksudkan adalah share gross value added di overseas market atau nilai penjualan produk dan jasa
industri kreatif di pasar internasional. Semakin besar nilai ekspor industri kreatif menunjukkan semakin kompetitifnya
posisi industri kreatif nasional di pasar internasional. Total nilai ekspor yang dihasilkan oleh 14 lapangan usaha
merupakan NEC (Nilai Ekspor industri kreatif).
n
NEC NEKC i
i 1

NEC = Nilai Ekspor yang diperoleh dari industri kreatif


NEKC = Nilai ekspor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.3.2 PERSENTASE NILAI EKSPOR TERHADAP TOTAL NILAI EKSPOR
Persentase NEC merupakan persentase rasio NE (Nilai Ekspor) yang dihasilkan industri kreatif terhadap total nilai ekspor
nasional. Besaran persentase (%) NEC ini merupakan indikator yang mengindikasikan besarnya kontribusi industri kreatif
terhadap total NE nasional. Semakin besar % NEC, semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian
nasional. Dengan kata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur perekonomian nasional.

NEC
% NEC x100%
NE
NEC = Nilai E
NE = Nilai Ekspor Nasional (Indonesia)
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap % NEC
industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

16
NEKC i
% NEKC i x100%
NEC
%NEKCi = Nilai Ekspor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
NEC = Nilai Ekspor yang diperoleh dari industri kreatif
2.3.3.3 PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR
Pertumbuhan tahunan nilai ekspor industri kreatif adalah persentase perubahan nilai ekspor dalam periode satu tahun
terhadap tahun dasarnya. Peningkatan pertumbuhan tahunan nilai ekspor (annual growth) merupakan indikasi bahwa
produk-produk domestik semakin kompetitif di pasar global. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan tahunan nilai
ekspor juga dapat disebabkan nilai tukar domestik yang terdepresiasi, bukan karena produk yang semakin kompetitif di
pasar global, akan tetapi karena harga relatifnya yang semakin murah.

PNEC t PNEC t 1
PNEC x100%
PNEC t 1

PNEC = Pertumbuhan Nilai Ekspor Industri Kreatif


PNECt = PDB industri kreatif tahun ke-t
PDBCt-1 = PDB industri kreatif tahun ke t-1
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil nilai ekspor annual growth ke-14 subsektor industri kreatif,
yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
NEKC i (t ) NEKC i (t 1)
PNEKC i x100%
NEKC i (t 1)

PNEKCi = Pertumbuhan Nilai Ekspor Subsektor Industri Kreatif ke-i


NEKCi(t) = Nilai Ekspor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t
NECi(t-1) = Nilai Ekspor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.3.4 NILAI IMPOR
Nilai Impor yang dimaksudkan adalah share gross value added milik asing di pasar domestik, atau nilai penjualan produk
dan jasa industri kreatif asing di pasar nasional. Semakin besar nilai impor industri kreatif dapat menunjukkan beberapa
hal, seperti: semakin tidak kompetitif posisi industri kreatif nasional di pasar internasional; semakin besar
ketidakmampuan memproduksi industri nasional. Total nilai impor yang dihasilkan oleh 14 lapangan usaha merupakan
NIC (Nilai Impor industri kreatif).

NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif


NIKCi = Nilai impor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif

17
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.3.5 PERSENTASE NILAI IMPOR TERHADAP TOTAL NILAI IMPOR
Persentase NIC merupakan persentase rasio NI (Nilai Impor) industri kreatif terhadap total nilai impor nasional.

NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif


NI = Nilai Impor Nasional (Indonesia)
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi impor ke-14 subsektor industri kreatif terhadap
% NIC industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

%NIKCi = Nilai Impor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif
2.3.3.6 PERTUMBUHAN NILAI IMPOR
Pertumbuhan tahunan nilai impor industri kreatif adalah persentase perubahan nilai impor dalam periode satu tahun
terhadap tahun dasarnya. Perubahan nilai impor annual growth setidaknya mencerminkan dua hal, yaitu kinerja industri
dan potensinya. Semakin tinggi annual growth maka semakin besar ketergantungan terhadap asing, atau semakin
berkurang tingkat kompetitif industri nasional dibanding asing.

PNIC = Pertumbuhan Nilai Impor Industri Kreatif


PNICt = Nilai Impor industri kreatif tahun ke-t
PNICt-1 = Nilai Impor industri kreatif tahun ke t-1
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil nilai impor annual growth ke-14 subsektor industri kreatif,
yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

PNIKCi = Pertumbuhan Nilai Impor Subsektor Industri Kreatif ke-i


NIKCi(t) = Nilai Impor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t
NIKCi(t-1) = Nilai Impor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.3.7 NET TRADE INDUSTRI KREATIF

18
Net Trade Industri Kreatif merupakan selisih dari Nilai Ekspor sektor total industri kreatif dengan Nilai Impor totalnya,
pada suatu periode yang sama. Nilai Net Trade dapat menjadi indikasi ketergantungan terhadap pasar asing, dan juga
merupakan indikator kontribusi industri kreatif terhadap cadangan devisa nasional. Semakin besar nilai Net Trade,
semakin kecil ketergantungan terhadap asing, dan semakin besar kontribusi terhadap cadangan devisa nasional.

NTC = Net Trade Industri Kreatif


2.3.3.8 NET TRADE SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF
Net Trade Subsektor Industri Kreatif merupakan selisih dari total Nilai Ekspor dengan total Nilai Impor masing-masing
subsektor industri kreatif. dengan Nilai Impornya, pada suatu periode yang sama. Nilai Net Trade merupakan indikasi
ketergantungan suatu subsektor terhadap pasar asing, dan juga merupakan indikator kontribusi subsektor industri kreatif
terhadap cadangan devisa nasional. Semakin besar nilai Net Trade subsektor, semakin kecil ketergantungan terhadap
asing, dan semakin besar kontribusi terhadap cadangan devisa nasional.

NTKCi = Net Trade Subsektor Seubsektor Industri Kreatif i.


2.3.3.9 PERTUMBUHAN NET TRADE INDUSTRI KREATIF
Pertumbuhan tahunan nilai Net Trade industri kreatif adalah persentase perubahan nilai Net Trade industri kreatif dalam
periode satu tahun terhadap tahun dasarnya. Perubahan nilai Net Trade annual growth setidaknya mencerminkan potensi
ketergantungan terhadap pasar asing dan potensi tingkat kompetitif industri nasional di pasar internasional.

PTNC = Pertumbuhan tahunan Net Trade Industri Kreatif


NTCt = Net Trade Industri Kreatif Tahun ke-t
NTCt-1 = Net Trade Industri Kreatif Tahun ke-(t-1)
2.3.3.10 PERTUMBUHAN NET TRADE SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF

PNTKCi = Pertumbuhan tahunan Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i.


NTKCi(t) = Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i pada tahun ke-t
NTKCi(t-1) = Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i pada tahun ke-(t-1)
2.3.4 Berbasis Aktivitas Perusahaan
2.3.4.1 JUMLAH USAHA
Jumlah usaha adalah jumlah firm yang ada di setiap subsektor industri kreatif. Misalnya, jumlah usaha periklanan di
industri periklanan Indonesia. Semakin besar nilai indikator jumlah usaha (Number of Firm) dalam suatu industri, maka
semakin dekat karakteristik pasar/industri kepada pasar persaingan sempurna, semakin tinggi intensitas persaingan, dan
kesejahteraan yang terjadi di pasar/industri akan semakin besar.
Total jumlah usaha yang terlibat dalam 14 subsektor industri kreatif dihitung sebagai berikut:
n
JPC JPKCi
i 1

19
JP = Jumlah usaha
JPC = JP yang diperoleh dari industri kreatif
JPKC = Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.4.2 PERSENTASE JUMLAH USAHA TERHADAP JUMLAH USAHA TOTAL
Persentase JPC merupakan persentase rasio JP industri kreatif terhadap JP nasional. Besaran persentase (%) JPC ini
mengindikasikan besarnya kontribusi jumlah perusahaan industri kreatif terhadap perusahaan nasional. Semakin besar
persentase JPC, tidak serta merta menunjukkan posisinya semakin strategis dalam perekonomian. Sebagai contoh,
persentase jumlah UMKM terhadap jumlah total usaha di Sektor Industri Pengolahan tahun 1996 sebesar 99,2%, namun
kontribusinya terhadap tenaga kerja hanya mencapai 59%, dan kontribusi GDP-nya lebih kecil dari industri besar
pengolahan. Dengan kata lain, indikator ini akan semakin bermanfaat, jika digunakan bersama-sama dengan indikator lain
seperti tenaga kerja dan nilai tambah.

JPC
% JPC x100%
JP
JPC = JP industri kreatif
JP = JP Nasional (Indonesia)
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap JPC
industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
JPKCi
% JPKCi x100%
JPC
JPKCi = JP masing-masing subsektor industri kreatif ke-i
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
JPC = JP industri kreatif
2.3.4.3 PERTUMBUHAN JUMLAH USAHA
Pertumbuhan tahunan jumlah usaha di industri kreatif adalah persentase perubahan jumlah usaha dalam periode satu
tahun terhadap tahun dasarnya. Pertumbuhan tahunan jumlah usaha mengindikasikan beberapa hal, misalnya: industri
yang semakin menarik, hambatan masuk yang semakin rendah dan lain-lain.

JPCt JPCt 1
PJPC x100%
JPCt 1
PJPC = Pertumbuhan Jumlah usaha Industri Kreatif
JPCt = JP industri kreatif tahun ke-t
JPCt-1 = JP industri kreatif tahun ke t-1
Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil pertumbuhan tahunan jumlah usaha ke-14 subsektor
industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
JPKC i (t ) JPKC i (t 1)
PJPKC i x100%
JPKC i (t 1)

20
PJPKCi = Pertumbuhan JP Subsektor Industri Kreatif ke-i
JPKCi(t) = JP subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t
JPCi(t-1) = JP subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1
i = 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan;
desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan
percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.
2.3.5 Berbasis dampak terhadap sektor lain
Indikator dampak terhadap sektor lain atau Impact to other Sector dalam studi ini terdiri dari angka pengganda
(multiplier) dan linkage (keterkaitan antar sektor). Angka pengganda yang digunakan khususnya adalah angka
pengganda output. Perhitungan indikator-indikator dilakukan dengan menggunakan Tabel Input Output Indonesia 175
sektor, tahun 2005 (update).
2.3.5.1 ANGKA PENGGANDA OUTPUT SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF
Angka pengganda output suatu subsektor industri kreatif adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh
perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit uang permintaan akhir pada subsektor industri
kreatif tersebut. Nilai angka pengganda ini dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
n
Oj ij
i 1

Oj = Angka pengganda output subsektor industri kreatif j


ij = Inverse matriks Leontief
Matriks Leontief ini diperoleh dengan perhitungan matriks identitas dikurangi matriks koefisien teknologi tabel input
output.
2.3.5.2 LINKAGE SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF
Linkage subsektor industri kreatif terdiri dari backward linkage (ke arah hulu) dan forward linkage (ke arah hilir).
a. Ke arah hulu (backward linkage)
Apabila terjadi peningkatan output suatu subsektor industri kreatif, katakan akibat peningkatan konsumsi, atau investasi,
atau ekspor industri kreatif tersebut, maka akan ada peningkatan penggunaan input produksi subsektor industri kreatif
tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, peningkatan input produksi terjadi pada
input-input produksi subsektor industri kreatif tersebut, dan secara tidak langsung, peningkatan input juga terjadi pada
subsektor industri hulu dari industri kreatif tadi. Total peningkatan output atau yang disebut backward linkage ini dihitung
dengan persamaan:
n
Bj ij
i 1

Bj = Backward linkage subsektor industri kreatif j


ij = Inverse matriks Leontief
b. Ke arah hilir (Forwad Linkage)
Jika output suatu subsektor industri kreatif i meningkat, maka besarnya output industri ini yang akan diberikan kepada
sektor-sektor lainnya juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan ini akan mendorong proses produksi sektor lain
tersebut akibat terjadinya peningkatan input dari industri kreatif i, yang pada akhirnya akan meningkatkan output sektor-

21
sektor lain ke arah hilir industri kreatif i. Total peningkatan output ke arah hilir atau forward linkage ini dihitung dengan
persamaan:
n
Fi ij
j 1

Fi = Forward linkage subsektor industri kreatif i


ij = Inverse matriks Leontief

2.4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Sektor Industri Kreatif yang belum menjadi nomenklatur resmi dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2005,
terdiri dari 14 subsektor industri kreatif. Lapangan-lapangan usaha yang membentuk 14 subsektor tersebar pada KBLI
2005 menurut definisi yang digunakan BPS. Lapangan-lapangan usaha yang tersebar tersebut, dikelompokkan ke dalam
14 subsektor industri kreatif, pada klasifikasi lapangan usaha tingkat 5 digit KBLI 2005. Kontribusi ekonomi untuk setiap
indikator-indikator, selanjutnya dihitung dengan melihat kontribusi ekonomi di tingkat lapangan usaha 5 digit tersebut.
Pengumpulan dan pengolahan data pada dasarnya dilakukan melalui 4 cara, yaitu (i) melalui data sekunder aktual yang
telah dikumpulkan oleh sumber-sumber data seperti Biro Pusat Statistik, Asosiasi-asosiasi dan lain-lain, (ii) melalui data
estimasi menggunakan Tabel Input-Output, (iii) melalui focus group discussion untuk memperoleh pemahaman mendalam
mengenai indikator kualitatif (iv) dan melalui hasil-hasil Konvensi Pekan Produk Kreatif yang telah dilaksanakan pada
tanggal 25-28 Juni 2009 di Jakarta Convention Centre.
Data-data yang telah berhasil di kumpulkan dan diestimasi memiliki beberapa kelemahan, yaitu masih terdapat data-data
yang overvalue ataupun undervalue. Hal ini disebabkan ketersediaan data yang terbatas serta kateogrisasi KBLI dan HS
Code sektor Industri Kreatif yang belum difinalkan dan disepakati bersama sebagai bagian dari Industri Kreatif. Proses
pemetaan kode KBLI dan HS Code Industri Kreatif perlu didiskusikan lebih mendalam dengan pihak yang kompeten,
khususnya BPS, mengingat sebagian besar data estimasi kontribusi ekonomi Industri Kreatif ini diestimasi dengan
menggunakan data-data yang dipublikasikan oleh BPS.
2.4.1 Perubahan dari Studi IK 2007
Studi Pemetaan Industri Kreatif 2007 sudah memperhitungkan kontribusi Industri-Industri Kecil Rumah Tangga yang
tersebar di berbagai sektor perekonomian, kecuali IKRT yang berada pada Sektor Industri Pengolahan. Studi
Pemutakhiran Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2009 menambahkan kontribusi ekonomi dari IKRT kreatif
yang berada di Sektor Industri Pengolahan tersebut.
Statistik industri pengolahan merupakan salah satu data sangat baik yang dimiliki oleh BPS, akan tetapi hanya
memperhitungkan kontribusi perusahaan-perusahaan berukuran menengah besar. Statistik IKRT industri pengolahan
sendiri belum tersedia sebaik statistik industri menengah besar. Kondisi data inilah yang menjadi penyebab tidak
dimasukkannya kontribusi IKRT kreatif sektor pengolahan, di tahun 2007. Dengan kata lain, perhitungan kontribusi
ekonomi tahun 2007 adalah undervalue. Meskipun statistik IKRT belum juga tersedia hingga tahun 2008, namun
mengingat peran IKRT yang semakin penting dalam perekonomian, maka pada studi tahun 2009 ini, kontribusi IKRT
kreatif Sektor Industri Pengolahan ditambahkan ke dalam pemetaan yang dilakukan. Estimasi kontribusi IKRT ini dilakukan
dengan melihat proporsi kontribusinya dibandingkan kontribusi perusahaan menengah besar dan kontribusi total Sektor
Industri Pengolahan.
IKRT kreatif di Sektor Pengolahan ini tersebar di beberapa subsektor industri kreatif, yaitu subsektor:
1. Desain

22
2. Fesyen
3. Film, Video dan Fotografi
4. Kerajinan
5. Musik
6. Penerbitan dan Percetakan
2.4.2 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Kontribusi Ekonomi
Metode pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan terdiri dari:
2.4.2.1 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SEKUNDER
Pengumpulan data sekunder terutama dilakukan terhadap data-data yang sudah dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik.
Pengolahan data dilakukan melalui statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai nilai, share dan
pertumbuhan industri kreatif dalam hal produk domestik bruto, tenaga kerja, dan perdagangan internasional.
2.4.2.2 METODE ESTIMASI MENGGUNAKAN TABEL INPUT OUTPUT
Metode estimasi menggunakan tabel input output digunakan dalam beberapa tahapan, yaitu:
a. Memperoleh data statistik yang belum tersedia atau belum ada dalam publikasi-publikasi data nasional, seperti data-
data statistik nilai tambah yang dihasilkan subsektor-subsektor jasa perdagangan, jasa arsitek, jasa seni dan hiburan,
dan jasa-jasa industri kreatif lainnya. Data-data dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya data dari asosiasi atau
institusi lainnya. Data biasanya diperoleh dalam bentuknilai konsumsi, nilai penjualan, atau nilai output. Koefisien
Tabel IO digunakan untuk mengkonversi data-data tersebut menjadi data nilai tambah.
b. Memperoleh indeks dampak industri kreatif terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya, baik angka pengganda
maupun keterkaitan antar sektor (linkage).
2.4.2.3 ESTIMASI-ESTIMASI YANG DILAKUKAN
1. Estimasi Pada Subsektor Periklanan
Pendekatan Nilai Tambah subsektor periklanan diestimasi dari nilai belanja/konsumsi iklan yaitu data belanja iklan. Data
belanja iklan tahun 2002-2003 diambil dari JC&K Advertising, sedangkan belanja iklan tahun 2004-2008 diambil dari AC
Nielsen. Nilai tambah untuk subsektor ini diestimasi sebesar 50% dari belanja, sesuai dengan estimasi persentase input
primer terhadap total input pada tabel IO untuk subsektor sektor 164.
Berdasarkan data-data tersebut maka nilai tambah subsektor periklanan diestimasi dengan menggunakan koefisien
alokasi final demand terhadap output pada Tabel Input-Output Indonesia 2005 sehingga akan diperoleh nilai output
Periklanan. Karena input sama dengan output, maka Nilai Tambah Bruto Periklanan dapat diestimasi dengan
menggunakan koefisien alokasi input primer terhadap total input untuk sektor 164, yaitu jasa perusahaan, dengan
persentase input primer dengan total input adalah sebesar 50%. Oleh karena itu, estimasi Nilai Tambah Bruto subsektor
periklanan adalah berkisar 50% dari estimasi belanja pada subsektor periklanan ini.
2. Estimasi Pada Subsektor Arsitektur
Data nilai tambah pada subsektor ini menggunakan aturan Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO) sebagai proksi yang
menyatakan bahwa nilai jasa pekerjaan arsitektur adalah sekitar 2-4% dari harga bangunan. Berdasarkan hal ini, maka
secara umum dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi atau nilai tambah subsektor industri arsitektur diestimasi sebesar 3%
dari nilai tambah sektor konstruksi atau bangunan.

23
3. Estimasi Pada Subsektor Desain
Untuk subsektor usaha jasa perusahaan lainnya, yaitu khususnya untuk lapangan usaha subsektor jasa pengepakan
didapat dari harian Dumai Pos Online (27 Juli 2007) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2006 omzet industri
pengepakan mencapai USD 15 juta per tahun. Di berita itu juga disebutkan bahwa pertumbuhan industri ini adalah sekitar
5% per tahun. Berdasarkan data tersebut maka diperoleh total pendapatan kelompok pengepakan. Untuk nilai
tambahnya diestimasi dengan cara mengalikan total pendapatan tiap tahunnya dengan angka 0,5 (ditetapkan
berdasarkan estimasi persentase input primer terhadap total input pada tabel IO Indonesia untuk kelompok sektor jasa
perusahaan). Estimasi Jasa Riset Pemasaran dilakukan dengan menggunakan data Statistik Jasa 2006. Nilai tambah
selain tahun 2006 diestimasi mengikuti pertumbuhan sektor induknya, yaitu Jasa-Jasar Perusahaan.
4. Estimasi Pada Subsektor Film, Video dan Fotografi
Data nilai tambah pada subsektor film, video, dan fotografi diestimasi berdasarkan 3 klasifikasi lapangan usaha, yaitu:
1. Lapangan usaha kategori industri penerbitan, percetakan dan reproduksi yang merupakan bagian dari industri
pengolahan. Untuk lapangan usaha ini, data diperoleh dari statistik industri besar & sedang bagian I yang
dipublikasikan oleh BPS setiap tahunnya. Oleh karena data yang tersedia hanya sampai tahun 2006, maka
perhitungan nilai tambah tahun berikutnya (2007 dan 2008) diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya,
yaitu industri pengolahan.
2. Lapangan usaha kategori jasa perusahaan lainnya khususnya jasa fotografi diestimasi menggunakan Statistik Jasa
2006. Estimasi di tahun-tahun selain 2006 dilakukan mengikuti pertumbuhan sektor induknya, yaitu Sektor Jasa-
Jasar Perusahaan.
3. Lapangan usaha kategori jasa Rekreasi, Kebudayaan dan Olahraga khususnya yang terkait dengan produksi,
distribusi film dan video dan kegiatan bioskop diestimasi dari data yang dikeluarkan oleh Jiffest (Jakarta International
Film Festival) dan kementrian budaya dan pariwisata. Data yang tersedia adalah data jumlah bioskop, jumlah layar,
jumlah penayangan per hari, rata-rata harga tiket masuk, dan rata-rata penonton. Data-data ini digunakan untuk
menghitung pendapatan total bioskop-bioskop. Nilai tambah diperoleh dengan menggunakan koefisien input output
tahun 2005, untuk sektor 171 yaitu Film dan Jasa Distribusi Swasta.
5. Estimasi Pada Subsektor Permainan Interaktif
China dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk mengestimasi nilai ekonomi subsektor permainan interaktif di
Indonesia, hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa daya beli dan karakteristik penduduk China sama dengan
penduduk Indonesia. Pendapatan permainan interaktif di China meningkat drastis sebesar 53% dari tahun 2004 ke tahun
2005. Berdasarkan data tahun 2004 mengenai nilai ekonomi subsektor permainan interaktif di China dan masing-masing
jumlah penduduk, serta pertumbuhan penduduk indonesia yang mencapai 1,34% dari tahun 2000 sampai dengan 2005
dan 1,27% dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Berdasarkan data-data tersebut maka estimasi PDB subsektor
permainan interaktif di Indonesia dapat dihitung.
Estimasi diperoleh dengan asumsi bahwa Jumlah Penduduk di Indonesia adalah 1/5 dari penduduk China sehingga
pendapatan Permainan Interaktif di Indonesia sebesar 20% dari pendapatan permainan interaktif di China. Untuk
memperoleh nilai PDB, maka diestimasi nilai tambah subsektor ini adalah sebesar 75% dari pendapatan subsektor,
berdasarkan estimasi persentase input primer terhadap total input pada IO tabel untuk kelompok sektor 158 (jasa
komunikasi).
Jenis-jenis permainan interaktif yang dimaksudkan adalah: arcade, console, mobile games, internet games dan computer
games.

24
6. Estimasi Pada Subsektor Subsektor Musik
Estimasi PDB Subsektor Musik hanya diperoleh dari survei yang dilakukan oleh BPS, yaitu dari statistik industri besar dan
sedang tahun 2002-2006 bagian I. Pendekatan Estimasi PDB subsektor musik untuk tahun berikutnya (2007 dan 2008)
diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya, yaitu industri pengolahan.
Pada studi ini, nilai tambah yang diperoleh dari Ring Back Tone dimasukkan sebagai bagian dari subsektor musik.
Pendapatan RBT diperkirakan sebesar 2% dari pendapatan penyedia jasa telekomunikasi seluler. Data pendapatan
penyedia jasa telekomunikasi seluler diperoleh dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Nilai tambah RBT
dihitung dengan menggunakan koefisien input output tahun 2005 untuk sektor 158 jasa komunikasi, yaitu sebesar
78,07%.
7. Estimasi Pada Subsektor Seni Pertunjukan
Estimasi pendapatan Subsektor Seni Pertunjukan dilakukan dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan konser dan
pertunjukan tradisional lain yang digelar. Sedangkan nilai tambah dihitung menggunakan koefisien input output tahun
2005 sektor 172 jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, yaitu sebesar 44,41%. Sementara itu pendapatan lapangan
usaha Jasa Impresariat tahun 2006 diperoleh dari Statistik Jasa 2006. Estimasi nilai tambah dilakukan menggunakan
koefisien input output 2005 sektor 172, jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan. Nilai tambah di luar tahun 2006 dihitung
mengikuti pertumbuhan sektor induknya, yaitu Jasa Perusahaan.
8. Estimasi Pada Subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak
Data yang digunakan untuk mengestimasi kelompok lapangan usaha jasa komputer dan kegiatan yang terkait adalah
dengan menggunakan data dari IDC, sedangkan data yang digunakan untuk mengestimasi nilai tambah kelompok
lapangan usaha Jasa portal dan multimedia lainnya diperoleh dari Statistik Jasa dalam Sensus Ekonomi tahun 2006.
Besarnya nilai PDB Subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak diestimasi dari nilai belanja yang dipublikasikan oleh
IDC, yaitu sebesar 57,86%. Persentase diperoleh melalui Tabel IO untuk kelompok sektor 164 (jasa perusahaan).
Sementara itu Jasa Portal dan Jasa Multimedia diestimasi menggunakan Statistik Jasa 2006. Nilai tambah dihitung
menggunakan koefisien IO 2005 sektor 164. Nilai tambah di luar tahun 2006 dihitung mengikuti pertumbuhan sektor
induknya.
9. Estimasi Pada Subsektor Televisi dan Radio
Penentuan nilai PDB subsektor ini diestimasi sebesar 44,41% dari Nilai Belanja, berdasarkan estimasi persentase input
primer terhadap total input pada IO tabel untuk kelompok sektor 172. Nilai belanja diestimasi dari data artikel Warta
Ekonomi 25 September 2007 berjudul ―Industri pertelevisian: Batasi siaran agar hemat energi‖. Artikel ini mengatakan
bahwa aaat ini telah ada 11 stasiun televisi nasional yang bersiaran secara nasional. Kesebelas televisi nasional tersebut
adalah RCTI, Global TV, TPI, Indosiar, SCTV, Trans TV, ANTV, Metro TV, TV7, LATIVI, dan TVRI. Menurut Data Consult,
total pendapatan 10 stasiun TV swasta termasuk TVRI mencapai Rp 5,5 triliun . Dari total pendapatan tahun 2004,
RCTI membukukan perolehan terbesar dengan Rp 1,3 triliun (23,6% pangsa pasar). Berikutnya adalah Indosiar
dengan Rp1,15 triliun atau 20,9% pangsa pasar, dan SCTV senilai Rp 960 miliar (17,5%), serta TPI dengan Rp 690
miliar (12,5%). Selebihnya, Rp1,4 triliun, diperebutkan oleh tujuh stasiun TV lainnya. Informasi ini digunakan untuk
menghitung nilai belanja. Nilai belanja itu sendiri diestimasi tumbuh sebesar 21,1% tiap tahunnya berdasarkan indikator
IT.
10. Estimasi Pada Subsektor Riset dan Pengembangan
Besarnya nilai ekonomi subsektor riset dan pengembangan cukup sulit untuk diestimasi dikarenakan tidak adanya data
statistik tentang kegiatan riset dan pengembangan terutama oleh swasta. Sebagai pendekatan terhadap nilai ekonomi

25
subsektor ini maka digunakan pengeluaran pemerintah untuk kegiatan riset dan pengembangan. Berdasarkan
rekomendasi UNESCO, rasio anggaran riset dan pengembangan yang memadai adalah sebesar 2 persen dari PDB.
Di Indonesia, rasio Anggaran Riset dan Pengembangan terhadap PDB sebesar 0,065% tahun 20031, dan 0,04% tahun
2007 2 . Rata-rata kedua rasio persentase tersebut yaitu sebesar 0,053% digunakan sebagai acuan menentukan
besarnya anggaran Riset dan Pengembangan Indonesia.
11. Estimasi Nilai Tambah Subsektor Industri Kreatif Perdagangan
Estimasi nilai tambah bruto subsektor-subsektor industri kreatif Perdagangan terdiri dari:
1. Estimasi Nilai Tambah Bruto Perdagangan Besar
2. Estimasi Nilai Tambah Bruto Perdagangan Eceran
3. Estimasi Nilai Tambah Bruto Perdagangan Ekspor
Estimasi dilakukan dengan tahapan:
1. Estimasi output masing-masing lapangan usaha
2. Perhitungan proporsi output yang diperdagangkan di Perdagangan Besar, Eceran dan Ekspor
3. Perhitungan Nilai Tambah masing-masing dengan menggunakan Struktur Input Sektor 149 – Jasa Perdagangan.
2.4.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Perkembangan Kualitatif
Pengumpulan dan pengolahan data perkembangan kualitatif dari Industri Kreatif dilakukan dengan cara:
1. Desk Research Berbagai Sumber
Riset dilakukan pada berbagai sumber informasi, baik melalui tulisan-tulisan di berbagai media massa, buku, maupun
di internet.
2. FGD (Focus Group Discussion)
Focus Group Discussion akan dilaksanakan dengan mengundang para pelaku kreatif, unsur pemerintah dan unsur
akademisi sebagai narasumber. FGD yang dilakukan terutama dimaksudkan untuk memperoleh kondisi-kondisi
kualitatif perkembangan industri kreatif, khususnya pada periode 2007 sampai sekarang.
3. Konvensi Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009
Konvensi PPKI 2009 yang terdiri dari Seminar, Lokakarya, Dialog Pemda, Dialog Dubes juga merupakan salah satu
sumber informasi yang penting mengenai perkembangan industri kreatif.
2.4.4 Analisis Data
Analisis yang dilakukan merupakan analisis-analisis deskriptif terhadap share dan growth, seperti: analisis komparatif,
baik antar sektor, subsektor, maupun antar waktu. Analisis juga dilakukan dengan melihat guncangan-guncangan yang
terjadi dalam perekonomian, yang mempengaruhi nilai dari indikator-indikator yang digunakan.

1 “Dana penelitian dari sektor swasta harus dimaksimalkan”, Suara Pembaruan, 8 Juni 2005
2 ”R&D Indonesia Cuma Rp 1,32 T dari PDB”, Investor Indonesia, 25 Juli 2007

26
3 PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA 2007-2009

3.1 INDUSTRI KREATIF NASIONAL


Beberapa milestone penting dalam perkembangan ekonomi kreatif Indonesia antara lain: PPBI (Pekan Produk Budaya
Indonesia) 2007, PPBI 2008, PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia) 2009 dan TIK (Tahun Indonesia Kreatif) 2009.
Selain ketiga milestone tersebut, masih banyak kegiatan-kegiatan kreatif yang sudah dilakukan di tingkat nasional
maupun tingkat daerah hingga saat ini.
3.1.1 PPBI 2007
Pekan Produk Budaya Indonesia 2007 yang diselenggarakan oleh 12 Instansi Pemerintah setingkat Kementerian
bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dengan tema ―Bunga Rampai
Produk Budaya Indonesia‖ merupakan wujud keyakinan yang semakin tinggi terhadap besarnya potensi ekonomi kreatif
Indonesia.
Kegiatan PPBI 2007 meliputi: (i) Konvensi yang terdiri dari Seminar, Lokakarya dan Dialog Pembangunan Ekonomi
Gelombang Keempat. (ii) Pameran yang menampilkan Zona Produk Warisan Budaya, Zona Produk Kerajinan terbaik
Indonesia yang dikembangkan berdasrkan inspirasi warisan budaya, termasuk penampilan produk makanan tradisional
dari seluruh provinsi dan aneka demo. (iii) Gelar Seni Budaya yang menampilkan aneka ragam seni tari, musik, pergaan
busana, permainan rakyat dan pertunjukan film, yang diharapkan menjadi potret kekayaan budaya bangsa dari wilayah
barat sampai ke timur Indonesia.
Wacana ekonomi kreatif secara resmi dimunculkan oleh pemerintah pada salah satu kegiatan PPBI 2007 ini, yaitu
Konvensi dengan tema ――Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif‖. Pembahasan yang dilakukan seputar pada cara kerja
ekonomi kreatif, penelusuran kekayaan intelektual sebagai ―mata uang baru‖ dalam ekonomi kreatif dan sebagainya.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan pelaksanaan pemetaan ekonomi kreatif Indonesia oleh Departemen Perdagangan, yang
secara resmi diluncurkan pada bulan Oktober 2007, dalam event TEI (Trade Expo Indonesia) 2007. Pemetaan Ekonomi
Kreatif tersebut terdiri dari Klasifikasi Subsektor Industri Kreatif Indonesia dan Kontribusi Ekonominya terhadap
Perekonomian Indonesia.
3.1.2 PPBI 2008
PPBI 2008 merupakan kelanjutan PPBI sebelumnya, yang diselenggarakan dengan tema: ‖Warisan Budaya Bangsa
Inspirasi Kebangkitan Ekonomi Kreatif Indonesia‖, dan tema Konvensi adalah: ‖Cetak Biru Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia‖. Seperti PPBI sebelumnya, kegiatan utama tidak berbeda, terdiri dari 3 kegiatan utama yang sama
dengan tahun sebelumnya. Pada kegiatan kali ini, Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia sudah rampung
disusun dan diluncurkan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, agar menjadi acuan bagi Instansi Pemerintah
terkait dalam mengembangkan industri kreatif. Cetak biru pengembangan ekonomi kreatif sendiri disusun oleh
Departemen Perdagangan, bekerja sama dengan instansi pemerintah lain yang terkait, para pelaku usaha, kelompok
intelektual dan perwakilan-perwakilan asosiasi dan lain-lain.
Cetak biru yang disusun terdiri dari 2 bagian, yaitu: (i) Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia, dan (ii)
Cetak Biru Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia. Presiden memberikan arahan agar Cetak Biru yang
diluncurkan ini ditindaklanjuti oleh masing-masing instansi pemerintah yang terkait melalui penyusunan Rencana Aksi
masing-masing. Dokumen cetak biru ini dapat diunduh pada situs resmi Departemen Perdagangan Indonesia
(www.depdag.go.id).

27
3.1.3 PPKI 2009
Tahun 2009, PPBI diselenggarakan dengan mengubah nama kegiatan menjadi PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia).
Hal ini terutama ditujukan untuk lebih menegaskan pentingnya pengembangan ekonomi kreatif. Tiga kegiatan utama
seperti sebelumnya tetap dipertahankan, namun event kali ini yang mengangkat tema ―Menjadikan Budaya dan Teknologi
sebagai Basis Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia‖, memfokuskan pembahasan pada subsektor-subsektor industri
kreatif berbasis teknologi dan budaya seperti film, animasi, desain, layanan piranti lunak, musik, penerbitan dan
percetakan. Pembahasan yang dilakukan terutama bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi dan strategi
pengembangan industri kreatif, sehingga dapat dirumuskan isu-isu kunci yang perlu disolusikan segera. Selain subsektor-
subsektor berbasis teknologi informasi dan budaya di atas, kali ini E-Commerce , baik tangible maupun intangible,
dikupas lebih dalam, dimana E-Commerce merupakan salah satu langkah penting dalam pengembangan industri kreatif di
era digital.
Pada PPKI 2009 yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia ini, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu
menyampaikan hasil sementara (quick count) kontribusi ekonomi industri kreatif tahun 2002-2008. Hasil perhitungan
kontribusi sementara yang disampaikan merupakan pemutakhiran studi pemetaan yang dilakukan pada tahun 2007. Hasil
akhir pemutakhiran kontribusi ekonomi industri kreatif tersebut ditampilkan pada laporan ini.
3.1.4 Tahun Indonesia Kreatif 2009
Bertepatan dengan Hari Ibu, pada tanggal 22 Desember 2008 Presiden secara resmi mencanangkan tahun 2009
sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Berbagai kegiatan kreatif diselenggarakan, baik oleh pemerintah, pelaku usaha,
akademisi, maupun oleh komunitas dan asosiasi. Beberapa agenda kegiatan TIK ditampilkan pada kalender TIK 2009
berikut.
Tabel 3-1 Kalender TIK 2009
Januari Februari Maret April
Festival Tabot Pagelaran drama musikal Pameran Dekranas Creative Entrepreneur
Miss Kadaluarsa Forum
Kampung Pecinan Festival Komik, Animasi & Java Jazz Festival Solo Batik Carnival
Games
Pameran Poster Pameran Industri Film 2009 Cannes Lions International Seni Kriya Wastra, serta
Internasional & The 2nd International Advertising Festival Inacraft 2009
Cultural Festival
Mei Juni Juli Agustus
Jakarta Fashion and Food Pameran Pekan Produk Indonesia Information Helar Festival dan Pinasthika
Festival (JFF Festival) Budaya Indonesia Communication Technology Award
(ICT) Award
Pameran Produksi Indonesia Borobudur International Cita Tenun Indonesia
Festival

September Oktober November Desember


Bengawan Solo Festival Trade Expo Indonesia ke-24 Jazz Goes to Campus Pameran Mutumanikam

Solo International Etnic Jakarta International Film


Music Festival

3.1.5 Instruksi Presiden No 6 Tahun 2009 mengenai Pengembangan Industri Kreatif


Sebagai bentuk dukungan Pemerintah yang lebih nyata terhadap pengembangan Industri Kreatif, Presiden Indonesia
telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, kepada 28 instansi pemerintah pusat dan daerah. Presiden
menginstruksikan agar seluruh instansi yang disebutkan untuk mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif

28
tahun 2009-2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat
individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi.

3.2 INDUSTRI KREATIF DI DAERAH


3.2.1 DKI Jakarta
Dalam rangka pengembangan industri kreatif di DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta menjadikan budaya dan teknologi
sebagai basis pengembangan ekonomi kreatif. Pemprov berencana mengembangkan kawasan Ancol sebagai pusat
kegiatan kreatif dan ekonomi kreatif. Ancol diharapkan menjadi kawasan yang dapat mempersatukan para pelaku dan
komunitas kreatif di Jakarta dan seluruh Indonesia. Seperti diutarakan oleh Ridwan Kamil, komunitas-komunitas kreatif
memang banyak jumlahnya di Jakarta, tetapi komunitas-komunitas ini belum memiliki konektivitas satu sama lain.
Konektivitas antar komunitas merupakan faktor penting dalam pembentukan suatu kota kreatif.
Saat ini 14 subsektor industri kreatif tumbuh dan berkembang di Jakarta, dimana lapangan usaha unggulan terdiri dari 18
jenis, yaitu:
1. Jasa kegiatan drama, musik, film, bioskop dan hiburan lainnya
2. Jasa kegiatan radio dan televisi
3. Jasa impresariat
4. Jasa periklanan
5. Jasa konsultan arsitek
6. Jasa riset dan pengembangan
7. Jasa multimedia dan komputer
8. Jasa museum
9. Jasa riset pemasaran
10. Perdagangan besar fesyen, kerajinan & produk kreatif lainnya
11. Perdagangan eceran fesyen, kerajinan & produk kreatif lainnya
12. Perdagangan eceran barang antik
13. Industri batik
14. Industri barang-barang perhiasan
15. Industri mainan
16. Industri pakaian jadi
17. Industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton
18. Industri wadah dari logam
Gambaran umum kondisi subsektor industri kreatif di Provinsi DKI Jakarta dipaparkan berikut ini:
a. Musik
Jakarta merupakan pusat industri musik nasional. Jakarta secara umum lebih maju dari daerah lain terutama dari sisi
infrastruktur musik dengan adanya berbagai perusahaan musik terkemuka, studio rekaman berkualitas, engineer
musik handal, media massa nasional, dan berbagai pergelaran musik berskala nasional atau pun internasional.
Industri musik di Jakarta menguasai hampir seluruh jalur distribusi penjualan album, menguasai promosi di radio,
media cetak dan televisi seluruh Indonesia, pendaftaran lisensi lagu dan Ring Back Tone (RBT). Selain itu musisi
daerah lain yang berpotensi secara terus-menerus dipantau oleh perusahaan-perusahaan besar di Jakarta lewat
hubungan yang kuat dengan industri musik, event organizer, dan manajamen artis di daerah. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa Jakarta merupakan tempat ideal untuk menjadi musisi yang dikenal secara nasional.
b. Film, Video dan Fotografi

29
Hampir serupa dengan industri musik, industri perfilman di Jakarta memiliki keunggulan dari daerah lain karena
infrastrukturnya yang lebih baik. Jakarta memiliki jumlah layar terbanyak di Indonesia dengan 181 layar bioskop.
c. Seni Pertunjukan
Jakarta memiliki infrastruktur yang cukup baik sebagai sarana mengembangkan dan mengapresiasi seni pertunjukan.
Berbagai organisasi kesenian dapat tumbuh subur di Jakarta dengan adanya berbagai tempat pertunjukan seperti
Graha Bhakti Budaya dan Galeri Cipta serta maraknya berbagai kegiatan rutin seperti Jakarta Internasional Dance
Fastival, Jakarta Bienalle, Pemilihan Abang None Jakarta dan event-event di Museum Teksil. Menurut pemerintah DKI
Jakarta, pada tahun 2007 terdapat 2048 organisasi kesenian
d. Televisi dan Radio
Televisi dan radio merupakan sektor industri kreatif yang sangat penting karena dapat membantu mengangkat
sektor lain dalam industri kreatif dan mengangkat industri kreatif secara keseluruhan. Jumlah Stasiun Televisi dan
radio di Jakarta saat ini berjumlah 84 buah. Jakarta menjadi pusat dari semua stasiun televisi swasta nasional yang
berjumlah 10 buah
e. Periklanan
Bisnis media luar ruang sangat menonjol di Jakarta, baik karena desain dan teknologi menarik dan efektif
membentuk image produk yg dipromosikan. Terdapat berbagai macam kreasi dan inovasi dalam beriklan pada
media luar ruang yang perlu diatur agar tidak merusak arsitektur dan keindahan kota.Menurut data pada tahun
2006, jumlah usaha Jasa Periklanan di DKI Jakarta yang telah terdaftar sebanyak 348 buah
f. Arsitektur
Arsitektur merupakan salah satu industri kreatif yang cukup maju di Jakarta karena pembangunan yang terus
bergulir. Kemajuan ini menarik banyak pekerja arsitek untuk mencari kerja di Jakarta. Jumlah usaha jasa konsultasi
arsitek di DKI Jakarta terdaftar sebanyak 949 buah pada tahun 2008. Selain itu sisi arsitektur kuno Jakarta seperti
Kota Tua dan bangunan Regata menjadi daya tarik tersendiri untuk dijual secara ekonomi.
Hingga saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyelenggarakan beberapa program untuk mengembangkan
pengembangan ekonomi kreatif, antara lain:
1. Penyediaan Public Place and Space
Dengan menggali SDM dan pengembangan industri kreatif maka dikembangkan kawasan kota tua sebagai sentra
industri kreatif (seni budaya), yang secara struktur fisik sudah siap digunakan. Pada kawasan kota tua tersebut
akan dijadikan sentra seni budaya yang akan menjadi pusat kegiatan para mahasiswa seni.
2. Pemetaan 14 sektor industri kreatif untuk mengetahui kondisi di lapangan, khususnya terhadap 18 subsektor
unggulan yang telah diidentifikasi.
3. Perlu pengembangan model industri yang ideal untuk setiap sektor yang potensial
4. Ke depan, DKI Jakarta akan mengembangkan pola fasilitasi yang sesuai untuk masing-masing sektor industri kreatif
dalam mendorong dan meningkatkan dampak ekonomi industri kreatif.
5. Memberikan fasilitasi dan dukungan untuk memperoleh HaKI
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih akan terus melanjutkan pengembangan industri kreatif di Jakarta, akan tetapi
pemerintah daerah provinsi membutuhkan dukungan pemerintah pusat. Beberapa dukungan yang dibutuhkan antara lain:
1. Fasilitasi kerjasama antar daerah, misalnya pembuatan film ke daerah lain termasuk pemasarannya
2. Fasilitasi penguatan karakter Industri Kreatif di daerah
3. Kebijakan permodalan yang mendukung tumbuh kembangnya industri kreatif berskala nasional
4. Membantu dalam hal HaKI, agar dapat diperoleh dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih transparan

30
3.2.2 Kota Solo
Pemerintah Kota Solo yang berkeinginan membentuk ―Solo Kreatif, Solo Sejahtera‖, dan Kota Solo sebagai salah satu
kota MICE (Meeting, Invention, Conference, Exhibition), memiliki 3 Konsep Dasar pengembangan Ekonomi Kreatif yaitu:
1. Ekonomi Kreatif dan Kerakyatan
2. Pendekatan human interest, budaya, dan hubungan manusia
3. Lintas suku, lintas golongan, lintas agama
Hingga saat ini subsektor-subsektor industri kreatif berpotensi di Solo, antara lain adalah: Subsektor Kerajinan, Fesyen
dan Seni Pertunjukkan.
a. Subsektor Kerajinan
Kerajinan Kota Solo cukup diminati pasar internasional, khususnya Eropa. Hal ini terlihat dari penyelenggaraan
International Furniture dan Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2008 di Jakarta International (JI) Expo Kemayoran. Delapan
UKM asal Solo yang mengikuti hampir seluruhnya mendapat buyer dari Eropa. Bahkan sampai ke sejumlah negara
Timur Tengah. Potensi kerajinan Solo sangat beragam, mulai dari blangkon, keris, dan lain-lain.
b. Subsektor Fesyen
Solo identik dengan batik sebagai pakaian khas kebesaran dan kebanggaan masyarakatnya. Batik tulis solo yang
berkualitas halus di ekspor hingga ke mancanegara dan menjadi lambang khas Indonesia. Pedagang batik Jawa
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan tempat tinggal di kawasan Laweyan
(sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke).
c. Subsektor Seni Pertunjukan
Solo merupakan gudang seniman pertunjukan. Di Solo terdapat Konservatori (kini SMK), Institut Seni Indonesia (ISI),
juga banyak sanggar/kelompok-kelompok kerja seni (tari, teater, musik) dan budaya. Pada masa lalu, Solo memiliki
legenda Wayang Orang Sriwedari yang hingga kini masih eksis, juga seni ketoprak di Balekambang.
Dalam percaturan seni pertunjukan kontemporer, Solo masih merupakan salah satu kota utama sebagai penyangga
seni pertunjukan di Indonesia, terutama dalam bidang tari. Banyak koreografer (nasional dan internasional) yang
berkolaborasi atau melibatkan seniman-seniman Solo sebagai artis pendukungnya. Saat ini Solo tengah
mempersiapkan konsep untuk sebuah festival seni pertunjukan dua tahunan dengan tujuan mem branding Solo
sebagai kota festival.
3.2.3 Kota Jogjakarta
Pemerintah Kota Jogjakarta memiliki visi untuk menjadikan Jogjakarta sebagai Kota Seni dan Budaya. Keyakinan untuk
dapat mencapai hal tersebut didasari oleh beberapa kondisi seperti:
a. Jogja memiliki peninggalan karya seni yang adiluhung seperti kraton, karya seni, beksan langen budaya, dan lain-
lain.
b. Pandangan spiritual tentang jalur imajiner yaitu Merapi, Tugu, Kraton dan Laut selatan
c. Munculnya nama kampung yang melegenda sebagai penghasil produk sehingga menjadi nama kampung seperti
Kutogede, Batikan, Gamelan, Kemasan, Gemblakan dan lain-lain
d. Kerajinan lokal seperti batik, wayang kulit, ukir kayu, sudah menjadi bagian dari kegiatan olah seni masyarakat yogya
sejak jaman dulu
Hingga saat ini subsektor-subsektor industri kreatif yang berkembang di Jogja adalah: Subsektor Kerajinan, Fesyen dan
Layanan Komputer dan Piranti Lunak.
a. Subsektor Kerajinan

31
Yogyakarta memiliki banyak desa dengan ciri khas tersendiri, sebagai contoh, di Bantul terdapat desa berbasis
potensi kerajinan kayu seperti Desa Kerebet, kerajinan gerabah di Kasongan, dan kerajinan kulit di Manding. Selain
itu Yogyakarta juga memiliki desa dengan potensi alam, budaya, dan seni. Apabila semua potensi ini disatukan dan
dipromosikan sebagai desa wisata maka kerajinan Yogyakarta akan semakin diakui dan akan meningkatkan
perekonomian dari masing-masing desa.
b. Subsektor Fesyen
Salah satu ciri khas Yogya adalah produk batik yang terkenal di Indonesia maupun di luar negeri selain batik Solo
dan Pekalongan. Tidak kurang dari 400 motif batik khas Yogyakarta yang terdiri dari motif batik klasik maupun motif
batik modern berada di Yogyakarta sehingga Yogya dikenal dengan sebutan Kota Batik. Beberapa contoh motif batik
klasik Yogyakarta antara lain: Parang, Geometri, Banji, Tumbuhan Menjalar, Motif tumbuhan Air, Bunga, Satwa dalam
kehidupan dan lain-lain. Industri Batik terdapat di seluruh Wilayah DIY. Di kota Yogyakarta, industri batik banyak
berada di Tirtodipuran, Panembahan, dan Prawirotaman. Sedang di Kab. Bantul berada di Desa Wijirejo dan
Wukirsari maupun Desa Murtigading. Di Kab Kulon Progo, industri batik ada di desa Hargomulyo, Desa Kulur, dan
Sidorejo. Sedang di Gunung Kidul ada di Desa Nitikan dan Ngalang.
c. Subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak
Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan tingkat pemahaman IT yang cukup baik. Hal ini Teknologi (FMIT)
didirikan pada September 2008 dengan tujuan untuk membangun Yogyakarta sebagai Cyber Province dengan
pendorong utama industri kreatif yang berbasis IT
Dalam pengembangan industri kreatif, Pemerintah Kota Yogyakarta sudah berupaya memberikan fasilitasi-fasilitasi
kepada pelaku usaha. Pemerintah Kota juga masih akan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pengembangan industri
kreatif tersebut.
Fasilitasi-fasilitasi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta antara lain:
a. Mendorong lahirnya YOGYAtic sebagai komunitas produsen kerajinan sekaligus perintis pola pembinaan OVOP
sehingga mendapat penghargaan hiramatsu award
b. Memfasilitasi sekretariat Yogya-IT
c. Dalam RPJMD, salah satu programmnya adalah pengembangan industri kreatif
d. Kebijakan menuju Yogya Cyber Province
e. Penyelenggaraan lomba desain produk kerjasama pusat dan daerah
f. Mendorong kegiatan promosi penerbitan dan percetakan dalam bentuk bursa buku
g. Memberikan apresiasi kepada kreator
h. Melakukan sosialisasi kebijakan pengembangan industri kreatif
i. Menyelenggarakan promosi produk industri kreatif di tingkat lokal maupun nasional
j. Menyelenggarakan kegiatan tahunan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)
k. Penyelenggaraan kegiatan tahunan ―Yogya Fashion Week‖
l. Menyelenggarakan ―Cat Fish Day‖ untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional
m. Menyelenggarakan pameran kuliner menu tradisional melalui dinas pariwisata
Rencana-rencana pengembangan yang akan dilakukan antara lain:
a. Pemetaan potensi industri kreatif‘
b. Meningkatkan program inkubator bagi wirausaha baru di bidang TIK terutama UMKM
c. Pembinaan industri kreatif melalui pendekatan OVOP, klaster dan kompetensi inti daerah
d. Pengadaan sarana pengembangan industri kreatif melalui pembangunan pasar seni, panggung pertunjukan, dan
wisata kuliner secara integrasi
e. Perlindungan karya seni dan budaya lokal

32
f. Pemasyarakatan karya seni batik lewat sarasehan, pameran, peragaan dalam rangka gerakan cinta batik
menyongsong deklarasi UNESCO di Paris tentang batik sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia
g. Pengembangan Yogya Development Center untuk menunjang pengembangan industri kreatif
3.2.4 Kota Denpasar
Pemerintah Kota Denpasar telah mengemas arah dan kebijakan pembangunannya melalui visi dan misi pembangunan
Kota Denpasar yang dapat dianalogkan dengan pengembangan ekonomi kreatif. Visi pembangunan Kota Denpasar
adalah ‗Terciptanya Kota Denpasar berwawasan budaya dengan keharmonisan dalam keseimbangan‘. Implementasi
pengembangan ekonomi kreatif dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan diwujudkan melalui misi Pemberdayaan
Masyarakat yang dilandasi kebudayaan Bali dan kearifan lokal, serta misi mempercepat pertumbuhan dan memperkuat
ketahanan ekonomi melalui sisitem ekonomi kerakyatan.
Misi pengembangan Kota Denpasar terdiri dari 5 yaitu:
1. Menumbuhkembangkan jati diri masyarakat Kota Denpasar berdasarkan kebudayaan Bali.
2. Pemberdayaan Masyarakat dilandasi dengan kebudayaan Bali dan kearifan Lokal.
3. Mewujudkan Pemerintahan yang baik (Good Govermance) melalui penegakan supremasi Hukum (Law Enforcement).
4. Membangun Pelayanan Publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Wallfare Society).
5. Mempercepat Pertumbuhan dan memperkuat ketahanan Ekonomi melalui system Ekonomi Kerakyatan (Economic
Stability).
Ke lima misi tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), selanjutnya menjadi titik
pencapaian Kota Kreatif berbasis budaya unggulan, kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan RPJMD
Kota Denpasar tahun 2010. Dengan perkembangan dan dinamika program pembangunan nasional serta mencermati
potensi dan kecenderungan global, maka dalam mewujudkan konsep Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan, diperlukan
sinkronisasi dan pendalaman arah kebijakan dan target sasaran dalam PJM dengan komponen Kota Kreatif dan budaya
unggulan yang akan dikedepankan, serta penyesuaian dengan nomenklatur sebagaimana tertuang dalam Permendagri
59 tahun 2008.
Sejauh ini subsektor-subsektor industri kreatif berpotensi di Kota Denpasar adalah Subsektor Kerajinan, Musik,
Penerbitan dan Percetakan, dan Subsektor Fesyen.
1. Subsektor Kerajinan
Potensi produk kerajinan Bali sangat beragam, antara lain: kayu, batok kelapa, perak, anyaman bambu, logam, keramik,
furniture, dupa, aroma terapi & lulur. Minat investor asing untuk berinvestasi pada sektor ini cukup tinggi meski pun
realisasinya masih rendah. Sementara itu, pengusaha lokal perlu secara aktif mempelajari pasar karena pasar kerajinan
merupakan barang kebutuhan pendukung. Apabila pengusaha lokal dapat meyakinkan investor terutama mengenai
potensi pasar maka realisasi investasi dapat ditingkatkan.
2. Subsektor Musik
Bali dikenal memiliki cita rasa seni yang tinggi terhadap musik. Geliat musik lokal di Bali cukup kuat dengan banyaknya
ajang seperti Jambore musik Bali dan komunitas musik seperti www.musikator.com. Selain itu, daya tarik musik tradisional
Bali yang khas dan membawa banyak unsur agama memiliki nilai jual tersendiri.
3. Subsektor Penerbitan dan Percetakan
Bali dikenal sebagai tempat diadakannya ajang-ajang seperti Creative Writing Award dan Ubud Writers Festival yang
merupakan ajang writers terkenal di dunia. Hal ini akan memicu pertumbuhan sektor penerbitan dan percetakan di Bali.
Diharapkan dengan pertumbuhan sektor ini maka kualitas penerbitan dan percetakan di Bali akan semakin meningkat

33
4. Subsektor Fesyen
Tenun khas Bali (endek) dan bordir merupakan andalan industri tekstil dan produk tekstil Bali. Namun produksi industri
berskala rumah tangga ini masih kalah bersaing di pasar domestik dibanding dengan produk dari daerah lain. Hanya
beberapa industri garmen dengan orientasi ekspor yang mampu mengembangkan desain dan kualitas endek dan
bordirnya. Hal itupun sebagian besar karena memenuhi tuntutan pembeli asing. Padahal pasar domestik masih
menyimpan potensi yang besar untuk dimasuki produk bordir dan tenun khas Bali. Hal ini muncul dari berbagai pameran
yang diikuti oleh para pengrajin Kota Denpasar di berbagai kesempatan.
Beberapa upaya yang akan dilakukan Pemerintah Kota dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif di Bali antara lain:
1. Mengupayakan adanya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, para pelaku industri kreatif, kalangan akademisi
dalam sebuah blueprint rencana pengembangan ekonomi kreatif.
2. Sosialisasi kepada masyarakat, baik lewat media cetak, elektronik maupun online, serta penyelenggaraan seminar
dan penerbitan buku-buku
3. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) dengan pola pembinaan, pelatihan dan pendampingan
langsung, sehingga akan tercipta pelaku bisnis industri kreatif yang memiliki jiwa entrepreneurship
4. Memfasilitasi pelaku bisnis industri kreatif dengan berbagai kemudahan akses pembiayaan usaha, baik perbankan
maupun non-perbankan.
5. Pemerintah bersama DPR perlu membuat regulasi atau mulai memikirkan penerbitan Rancangan Undang-Undang
(RUU) mengenai ekonomi/industri kreatif.
6. Dalam rangka menyikapi dinamika perkembangan ekonomi global pada era industri kreatif, Kota Denpasar
memolakan pembangunan dengan empat strategi pokok yang saling mendukung dan saling menguatkan yaitu (1)
pemberdayaan Lembaga Adat, budaya dan pemahaman agama, (2) penguatan sistem ekonomi kerakyatan, (3)
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan (4) keamanan lingkungan yang kondusif
3.2.5 Kota Bandung
Kota Bandung adalah salah satu kota yang memiliki potensi sebagai kota kreatif yang cukup besar. Sejak dulu Bandung
sudah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni dan budaya. Bandung juga dikenal sebagai kota pendidikan dan juga
daerah tujuan wisata. Hal-hal ini mendukung misi Bandung sebagai kota kreatif. Kota Bandung dicanangkan sebagai pilot
project kota kreatif se-Asia Timur di Yokohama pada tahun 2007. Dalam hal ini maka slogan yang ingin diciptakan untuk
kota bandung adalah ―Bandung Kota Kreatif‖.
Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan Industri Kreatif antara lain:
1. Memfasilitasi pertemuan dengan komunitas kreatif, antara lain Bandung Creative City Forum (BCCF), Common Room
maupun stakeholder lainnya;
2. Memfasilitasi terselenggaranya Helar Fest pada tanggal 2 Juli 2008 hingga 31 Agustus 2008, dimana kegiatan ini
merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh BCCF sebagai bagian dari strategi jangka panjang
pengembangan platform ekonomi kreatif yang berkelanjutan di kota Bandung;
3. Mengamanatkan pelaksanaan pembangunan ekonomi kreatif dalam dokumen perencanaan RPJP, RPJM dan RKPD
a. Strategi Pembangunan Ekonomi dalam RPJPD Kota Bandung (2005-2025), yaitu: Meningkatkan Pertumbuhan
Riil Sektor Perekonomian Kota Terutama Dari Core Setors (Jasa Wisata dan Perdagangan Berbasis Industri
Kreatif dan IT) Dengan Mempertahankan Industri Pengolahan Yang Ada.
b. Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi dalam RPJMD Kota Bandung (2009-20130), yaitu: Pengembangan SDM
sebagai basis bagi upaya mendorong ekonomi kreatif, bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan.
c. Strategi Pembangunan Ekonomi dalam RKPD (2009-2010), yaitu: (a). Memberdayakan komunitas kreatif
melalui fasilitasi kebutuhan baik infrastruktur maupun suprastruktur pendukung dasar, (b) Mewujudkan

34
Bandung sebagai kota kreatif yang Bermartabat, (c). Memanfaatkan Brand Image, aksesibilitas serta potensi
pasar kota Bandung melalui pengembangan kewirausahaan.
4. Melakukan kajian dalam rangka persiapan penyusunan kebijakan, baik yang dilakukan melalui kerjasama dengan
pihak ketiga (jasa konsultansi) maupun melalui Forum Pemasaran Kota dan Dewan Pengembangan Ekonomi (DPE)
Kota Bandung. Kajian yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga adalah:
a. Pengembangan Brand Image Bandung Kota Kreatif Yang Bermartabat;
b. Perencanaan Pengembangan Kapasitas Mekanisme Iklim Persaingan dan Jejaring Komunitas Kreatif;
c. Penyusunan Analisis Kebutuhan dan Road Map Kota Kreatif;
d. Penyusunan Kajian dan Konsep Pengembangan Kota Kreatif;
e. Penyusunan Perangkat Kebijakan Untuk Pengembangan Kota Kreatif.
5. Kajian yang dilakukan melalui Komisi Forum Pemasaran Kota Untuk Mendukung Bandung Kota Kreatif adalah:
a. City Branding
b. Perencanaan Land Mark Kota Bandung
6. Kajian yang dilakukan melalui Kelompok Kerja DPE Kota Bandung adalah:
Kota Bandung Sebagai Daerah Tujuan Investasi, dimana didalamnya membahas Investasi Bidang Pengembangan
Industri kreatif
7. Pembangunan Taman Kreatif Kota (dibawah jembatan Pasupati) dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 7 Milyar
8. Pembangunan monumen Taman Cikapayang (Huruf DAGO raksasa) sebesar Rp. 100 juta
9. Rencana Pelaksanaan Helar Fest tahun 2009, Kota Bandung mengeluarkan dana Hibah sebesar Rp 500 juta kepada
BCCF
10. Fasilitasi dalam bidang promosi dan pemasaran melalui Dekranasda Kota Bandung, diantaranya pelaksanaan
Pameran Kriya Pesona Bandung (KPB)
11. Penyusunan konsep kegiatan pameran Industri Kreatif 2009
12. Persiapan kerjasama BHTC (persiapan MOU)
13. Menyusun Konsep Penciri kota pada gerbang masuk kota Bandung, kerjasama dengan I Nyoman Nuarte
3.2.6 Kota Berpotensi: Jember, Batam
3.2.6.1 BATAM
Saat ini Pemerintah Batam telah berkomitmen untuk memajukan pariwisata
dengan program ―Visit Batam 2010‖. Merujuk visi tersebut maka tersirat
bahwa pemerintah kota Batam telah menjadikan industri kreatif sebagai
salah satu pokok tujuan meskipun saat ini Batam belum merumuskan cetak
biru industri kreatif untuk beberapa tahun mendatang.
Potensi Batam cukup besar sebagai kota wisata karena lokasinya sebagai
―penghubung‖ antara Indonesia dengan negara Singapura dan Malaysia
yang dikenal pula sebagai negara tujuan wisata. Potensi wisata ini harus
dikombinasikan dengan sektor-sektor industri kreatif yang menonjol di kota Batam. Beberapa sektor industri kreatif yang
berpotensi di Batam antara lain fesyen, seni pertunjukan, dan konservasi budaya.
Batam memiliki gedung eksibisi kelas internasional ―Sumatra promotion center‖, Jembatan Barelang, wisata ke Pulau
galang dan juga ―Surga belanja‖. Sejak beberapa tahun yang lalu, Batam juga telah menetapkan diri sebagai salah satu
tujuan kota ―MICE‖ (Meeting, invention, conference and exhibition), bukan hanya tingkat nasional namun juga
internasional. ―MICE‖ merupakan salah satu implementasi industri kreatif dibidang budaya dan pertunjukan.

35
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik memperkirakan sebanyak 68 persen uang turis mengalir ke industri
kreatif. Kondisi ini membuktikan, sektor pariwisata telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengembangan
industri kecil Indonesia. Salah satu bentuk nyata kombinasi antara pariwisata dan Industri Kreatif ditunjukkan dengan
pemutaran film Ayat-Ayat Cinta di Batam untuk penonton Singapura dan Malaysia. Ternyata orang-orang Singapura dan
Malaysia tertarik untuk datang ke Batam.
3.2.6.2 JEMBER
Menurut data Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jember, pelaku industri
kreatif di Jember saat ini mempunyai omzet rata-rata 1,5 miliar- 5 miliar per tahun.
Kota Jember saat ini semakin dikenal di Indonesia dan bahkan ke manca negara sejak
menggelar Jember Fashion Carnival (JFC) yang sudah berlangsung selama 7 tahun.
Tahun Ekonomi kreatif Indonesia dan Visit Indonesia years 2009, memperkuat
keberadaan JFC ( Jember Fashion Carnaval ) sebagai fenomena global Icon Indonesia
untuk karnaval berkelas dunia ,― World Fashion Carnival‖.
Saat ini JFC akan memasuki tahun penyelenggaran ke 8, diselenggarakan di Jember,
Jawa Timur, Indonesia pada Hari Minggu, 2 Agustus 2009. JFC diliput oleh banyak
media elektronik dan cetak Nasional maupun Internasional dengan peringkat teratas
karena JFC merupakan event unik, fantastik, spectakuler dan amazing dengan tema
yang berbeda setiap tahunnya. Peserta tampil dengan kostum hasil rancangan sendiri
dengan fashion run way dan fashion dance serta ditonton oleh sekitar 300 ribu orang.
Selain itu, Jember juga dengan giat menampilkan berbagai macam kerajinan tangan dan industri kreatif asli Jember
dengan diadakannya Gelar Produk Unggulan Jember 2009 di Taman Jatian Jubung.
Kebanyakan dari kerajinan rakyat yang digelar dalam galeri tersebut merupakan
industri kreatif yang memanfaatkan bahan-bahan bekas. Seperti halnya daun waru,
pelepah pisang, kain perca, kaleng bekas, tempurung kelapa, dan juga beberapa
bahan daur ulang.
Menurut Kepala Disperindag Jember, banyak produk-produk Jember yang sudah
diekspor ke luar negeri. Mutu produk-produk jember dapat disandingkan dengan
kualitas produk daerah lain. Gelaran produk unggulan ini menjadi bagian semangat
BBJ (Bulan Berkunjung ke Jember) 2009 ini, Taman Jatian Jubung ke depannya akan
dijadikan galeri tetap, yang akan mewadahi seluruh kerajinan dan industri kreatif
khas Jember.
3.2.7 Festival dan Tradisi Kebudayaan di Berbagai Daerah
Di daerah-daerah Indonesia, terdapat berbagai jenis tradisi pesta atau festival yang dirayakan atau diselenggarakan
secara periodik.Kegiatan pesta atau festival ini biasanya berkaitan dengan tradisi budaya atau tradisi agama, yang dapat
ditemukan mulai dari daerah di ujung Barat Indonesia hingga ke ujung Timur. Biasanya tingkat keberhasilan pariwisata
daerah setempat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan ini. Tarian, nyanyian, perlombaan dan produk-produk khas daerah
merupakan konten utama setiap kegiatan, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut sangat dekat dengan Industri Kreatif.
Hanya saja, kurangnya pemberitaan dan kurangnya penceritaan makna dari perayaan, menyebabkan potensi ekonomi
yang dimiliki oleh setiap kegiatan, menjadi kurang tergali dengan optimal.
Beberapa tradisi kebudayaan berbentuk festival di berbagai daerah Indonesia dipaparkan berikut ini.

36
3.2.7.1 FESTIVAL BENGAWAN SOLO
Festival ini merupakan kegiatan tahunan Kota Solo yang
menghadirkan tidak hanya seni tari dan musik dari Solo saja,
tetapi dari beberapa daerah di Indonesia seperti Jogjakarta,
Bali, Cirebon, Malang, Makasar, Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Tahun ini, Festival Bengawan Solo direncanakan
diselenggarakan pada Bulan Oktober 2009.
Festival ini bermaksud untuk terus menggali dan melestarikan
kekayaan budaya tanah air di Indonesia, terutama budaya kota
Solo. Penekanan pada budaya dan kesenian in direfleksikan
pada perubahan nama festival ini. Awalnya, festival ini disebut
Bengawan Solo Fair namun nama ini diubah karena dianggap hanya menekankan sisi perdagangan semata.
3.2.7.2 BOROBUDUR INTERNASIONAL FESTIVAL
Borobudur International Festival diselenggarakan pertama kali
enam tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2003. Borobudur
International Festival (BIF) pertama ini terselenggara dengan
sukses. Tahun 2009 BIF kembali diselenggarakan untuk kedua
kalinya. Festival ini menampilkan para pelaku seni dari
berbagai komunitas global untuk menampilkan bakat mereka
dalam suatu tampilan yang mempesona berupa musik
tradisional, kerajinan tangan, dan pertunjukan seni, tepat di
kaki Candi Borobudur yang indah. Pada pelaksanaan festival,
para ahli kebudayaan, akademisi, dan pelajar memiliki kesempatan untuk menyampaikan dan mendiskusikan ide-ide
mereka selama Seminar Internasional tentang warisan budaya dan pariwisata.
Untuk menyemarakkan acara, pengusaha-pengusaha di sektor pariwisata dan perdagangan, dari tingkat kecil hingga
menengah, diundang untuk menampilkan dan menawarkan keunikan dan kekhasan produk-produk serta layanan jasa
mereka pada pengunjung dari berbagai belahan dunia. BIF kedua dilaksanakan pada tanggal 16-20 Juli 2009 lalu, di
area Candi Borobudur.
3.2.7.3 FESTIVAL TABOT
Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat
Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan
Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW,
yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya berkembang di
Bengkulu saja, namun juga sampai ke Painan, Padang,
Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan
Singkil. Dalam perkembangannya, kegiatan Tabot kemudian
menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada dua tempat
yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan
Pariaman Sumatra Barat yang menyebutnya dengan Tabuik.
Upacara yang pada awalnya digunakan oleh orang-orang Syi‗ah untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW
ini, berubah menjadi sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat leluhur mereka, sejak penduduk asli Bengkulu
(orang Sipai) lepas dari pengaruh Syi‗ah. Belakangan, upacara ini juga dijadikan sebagai bentuk partisipasi orang-orang

37
Sipai dalam pelestarian budaya tradisional Bengkulu. Sejak 1990, upacara ini dijadikan agenda wisata Kota Bengkulu,
dan kini lebih dikenal sebagai Festival Tabot.
3.2.7.4 FESTIVAL DANAU TOBA
Festival Danau Toba bertempat di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara. Festival yang biasanya diadakan pada akhir pekan
di bulan Juli setiap tahunnya ini, selalu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Festival ini menampilkan
berbagai kekayaan budaya, berupa nyanyian tradisional masyarakat Toba, tarian tradisional, dan yang paling menarik
perhatian adalah lomba balap kano yang diikuti oleh seluruh desa yang ada di sekeliling Danau Toba. Disajikan pula
berbagai kerajinan dan juga makanan serta minuman tradisional masyarakat setempat.
Festival ini dahulu bernama Pesta Danau Toba dan sempat menjadi acara unggulan dalam menarik wisatawan untuk
berkunjung ke Sumatra Utara. Namun krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1998 menjadi penyebab
terhentinya pesta bergengsi masyarakat Batak ini.
Kini Pemerintah Propinsi Sumatra Utara mencoba
kembali menghidupkan kegiatan ini dengan
mengganti namanya menjadi Festival Danau
Toba. Penyelenggaraan Festival Danau Toba
tahun ini merupakan penyelenggaraan yang
ketiga sejak berganti nama, dimana pada
penyelenggaraan Festival Danau Toba 2008
dibuka oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
3.2.7.5 FESTIVAL TENGGER
Kerap juga disebut Festival Bromo karena lokasi Suku Tengger berada di pegunungan Bromo, Jawa Timur. Festival ini
juga kerap disebut sebagai Festival Kasodo yang merujuk kepada upacara Yadnya Kasada yang dilakukan oleh
masyarakat Tengger. Festival ini biasanya diadakan sebagai sarana penyampaian rasa syukur kepada para Dewa yang
dianut oleh masyarakat Tengger, karena mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat Tengger adalah agama Hindu.
Festival Kasodo dimulai dengan pelaksanaan upacara suci yang bertempat di sebuah pura yang berada tepat di kaki
Gunung Bromo, yang kemudian langsung dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara suci ini diadakan pada tengah
malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (Ke-10) menurut penanggalan
jawa.
Pada festival ini diadakan berbagai macam kesenian khas masyarakat Tengger; antara lain adalah tarian masal kuda
lumping, kesenian reog dan jaranan, tari bale ganjur, sodor, dan pujan, serta seni ludruk dan tayub. Salah satu aktivitas
yang menarik dalam festival ini adalah penyalaan Api Bromo sepanjang jalan protokol sejauh + 15 km, dan juga
penyalaan Api Bromo oleh para pengunjung yang hadir. Penyalaan Api ini terlihat sangat indah karena membentuk
konfigurasi tertentu dan keindahannya bahkan bisa dinikmati hingga wilayah Kabupaten Pasuruan. Festival ini melibatkan
seluruh kecamatan yang
ada di sekitar Gunung
Bromo dan khusus untuk
atraksi sejuta api Bromo,
masing-masing camat
diminta untuk mengerahkan
masyarakatnya untuk ambil
bagian di dalamnya.
Kehadiran masyarakat di

38
sekitar Gunung Bromo ini menambah semarak festival dan masyarakat dengan suka rela terlibat penuh dalam
penyelenggaraan festival.
3.2.7.6 FESTIVAL DANAU SENTANI
Festival yang diselenggarakan setiap tahun
ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-
nilai budaya sebagai aset unik dari Ondoafi
dan dijadikan sebagai satu paket wisata
yang dapat dinikmati oleh para wisatawan
domestik dan asing. Pada festival Danau
Sentani ditampilkan budaya yang sangat
unik sebagai warisan dari nenek moyang
(Ondoafi atau Ondofolo), antara lain seperti
Tari Perang di atas perahu dan tarian-tarian
tradisional lainnya dari berbagai suku yang
ada di Kabupaten Jayapura, ditambah dengan budaya dari daerah-daerah lain di Papua dan juga daerah lainnya di
Indonesia yang mempunyai ciri hampir sama dengan Danau Sentani, seperti masyarakat di sekitar Danau Toba di
Sumatera, Danau Mindanao di Sulawesi Utara, danau Tempe di NTT dan sebagainya.

3.3 PUBLIKASI INDUSTRI KREATIF DI MEDIA INFORMASI


Sejak peluncuran Studi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia tahun 2007, yang dilanjutkan dengan peluncuran Cetak Biru
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2008, Pemerintah, khususnya Departemen Perdagangan mulai melakukan
sosialisasi melalui berbagai media dan melalui berbagai event kreatif. Aktivitas sosialisasi ini mulai memicu pembicaraan,
pembahasan sampai kepada riset mengenai industri kreatif. Di media cetak, baik berkelas nasional maupun berkelas
daerah, industri kreatif semakin jamak menjadi topik pembahasan.
3.3.1 Media Nasional
Gelombang ekonomi kreatif dan industri kreatif memberi imbas kepada media-media nasional, seperti Lintas berita, Suara
Merdeka, Antara News, Republika, Detik, Media Indonesia, Tempo Interaktif, dan Kompas. Media-media ini menyajikan
berita melalui situs internet milik media tersebut. Selain melalui situs internet, beberapa media ini merupakan media cetak
nasional, Statistik topik industri kreatif dibicarakan di media-media nasional di atas ditunjukkan pada gambar berikut.
Statistik ini hanya menyajikan data dimana topik industri kreatif dibicarakan di situs internet masing-masing media, tidak
mencakup pembahasan di media cetak.

39
Artikel Industri Kreatif di Media Nasional
kompas.com 1360
tempointeraktif.com 204
kapanlagi.com 203
mediaindo.co.id 116
detik.com 113
republika.co.id 100
antaranews.com 84
suaramerdeka.com 66
lintasberita.com 53

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Jumlah artikel
Gambar 3-1 Artikel Industri Kreatif di Media Nasional
Kompas merupakan media yang paling banyak membahas mengenai industri kreatif, dengan jumlah artikel yang
membahas industri kreatif sebanyak 1,360 artikel. Sedangkan media nasional yang paling sedikit memiliki artikel industri
kreatif adalah Lintas Berita, dengan 53 artikel.
Pemberitaan dalam media nasional mengenai industri kreatif, sering mengangkat isu atau topik mengenai perkembangan
industri kreatif di Indonesia, mulai dari potensi yang dimiliki hingga perkembangan industri kreatif di berbagai daerah di
Indonesia. Isu atau topik lain yang juga sering diangkat adalah isu-isu yang berkembang mengenai industri kreatif di
berbagai subsektor, seperti potensi subsektor tertentu di daerah, tantangan dan permasalahan yang sering dialami oleh
para pelaku industri kreatif (seperti masalah HaKI, masalah pembiayaan), dan pembahasan suatu event kreatif yang
sedang, akan atau sudah selesai diselenggarakan.
Selain hal-hal di atas, program pemerintah pusat dalam mengembangkan industri kreatif juga disosialisasikan melalui
media nasional ini, seperti Inpres No. 02/ 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),
Pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan (BUMD) agar menyerap produk buatan dalam negeri dalam
pengadaan barang/jasa, usulan insentif khusus baik fiskal maupun nonfiskal untuk produk-produk kreatif dan lain
sebagainya.
Tiga subsektor industri kreatif yang sering diangkat menjadi topik dalam media nasional adalah Subsektor Film, Subsektor
Musik dan Subsektor Layanan Piranti Lunak. Pemberitaan subsektor ini berkisar mengenai potensi industri film, musik
dan piranti lunak di Indonesia, kemudian event-event yang diselenggarakan oleh subsektor tersebut dan juga tantangan
serta masalah yang dihadapi masing-masing subsektor.
3.3.2 Media Daerah
Media-media di daerah juga tidak ketinggalan dalam mengulas industri kreatif. Namun demikian gaung industri kreatif di
media daerah belum sekuat media nasional. Dari jumlah pemberitaan industri kreatif di media daerah, terlihat bahwa
wacana mengenai industri kreatif masih perlu untuk lebih disosialisasikan. Jika dibandingkan dengan jumlah artikel
industri kreatif di media nasional yang paling banyak berjumlah 1,360 artikel, maka jumlah artikel industri kreatif di media
daerah paling banyak berjumlah 17 artikel untuk media di Solo. Statistik pemberitaan mengenai industri kreatif
selengkapnya ditunjukkan pada gambar berikut.

40
Artikel Industri Kreatif di Media Daerah

Solo 17
Bandung 11
Bogor 7
Bali 6
Banjarmasin 6
Surabaya 5
Yogyakarta 2
Makasar 2

0 5 10 15 20
Jumlah Artikel

Gambar 3-2 Artikel Industri Kreatif di Media Daerah


Pemberitaan di media daerah lebih banyak membicarakan mengenai subsektor-subsektor industri kreatif tanpa
mengaitkannya dengan wacana industri kreatif secara khusus. Topik atau isu yang sering ditulis dalam media daerah
adalah mengenai program pemerintah daerah untuk mengembangkan industri kreatif di daerah tersebut seperti
kerjasama riset yang dilakukan oleh Disperindag provinsi dengan institusi-institusi pendidikan untuk membuat cetak biru
pengembangan industri kreatif di daerah tersebut. Pemberitaan di media daerah juga lebih banyak membicarakan
mengenai aktivitas komunitas dan asosiasi industri kreatif di masing-masing subsektor dan juga publikasi event, festival,
atau kompetisi kreatif di daerah tersebut tanpa mengaitkannya secara khusus dengan industri kreatif.
Tiga subsektor industri kreatif yang sering diangkat menjadi topik di media daerah adalah subsektor animasi, musik dan
fesyen. Subsektor animasi di daerah semakin berkembang dan menunjukkan potensinya, seperti daerah Cimahi yang
serius ingin menjadi pusat industri film dan animasi. Musik dalam negeri telah berkembang dengan pesat, ditandai
dengan bermunculannya berbagai musisi baru dengan berbagai warna musik. Musisi-musisi ini banyak yang berasal dari
daerah dan tidak jarang yang melejit sebagai pendatang baru yang sukses. Untuk subsektor fesyen, topik yang sering
diangkat di media daerah adalah mengenai industri batik di berbagai daerah di Indonesia yang sedang berusaha
dikembangkan, dimana batik tidak lagi hanya digunakan sebagai identitas dan ciri khas Indonesia, tetapi juga dapat
berdaya jual tinggi dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

3.4 INDUSTRI KREATIF DI DUNIA MAYA


3.4.1 E-Commerce
E-Commerce didefinisikan berbeda-beda dari berbagai perspektif oleh berbagai pihak. Namun umumnya E-Commerce
diartikan sebagai perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: Electronic commerce, juga E-Commerce) yang
terdiri dari aktivitas penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti
internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-Commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik,
pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. Definisi lain
menyatakan bahwa E-Commerce adalah pertukaran secara online dari suatu nilai (barang, jasa, dan/atau uang) dalam
perusahaan, antar perusahaan, antara perusahan dan pelanggannya, dan antar pelanggan (Turban, 2006). Sementara

41
Kotler (Principle of Marketing) menyatakan bahwa E-Commerce adalah proses jual beli yang didukung oleh perangkat
elektronik.
E-Commerce dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Business to Business (B2B)
E-Commerce tipe ini meliputi transaksi antar organisasi yang dilakukan di Electronic market.
2. Business to Costumer (B2C)
Merupakan transaksi eceran dengan pembeli perorangan.
3. Customer to Customer (C2C)
Konsumen menjual secara langsung ke konsumen lain. Atau mengiklankan jasa pribadi di Internet.
4. Customer to Business (C2B)
Perseorangan yang menjual produk/layanan ke organisasi, perseorangan yang mencari penjual, berinteraksi dan
menyepakati suatu transaksi.
5. Nonbusiness E-Commerce
Lembaga non bisnis seperti akademis, organisasi, orgasnisasi keagamaan, organisasi sosial dan lembaga
pemerintahan yang menggunakan berbagai tipe E-Commerce untuk mengurangi biaya guna meningkatkan operasi
dan layanan publik
6. Intrabusiness (organisational) E-Commerce
Termasuk kategori ini adalah semua aktivitas intern organisasi, biasanya dijalankan di internet yang melibatkan
pertukaran barang, jasa/informasi.
Dalam konteks industri kreatif E-Commerce dapat dikelompokkan menjadi E-Commerce Tangible dan E-Commerce
Intangible. Perbedaan E-Commerce Tangible dan Intangible terutama pada adanya isu logistik pada E-Commerce
Tangible. Transaksi E-Commerce Intangible dapat dilakukan dalam format digital. Subsektor-subsektor industri kreatif
yang dapat dikelompokkan dalam E-Commerce tangible antara lain Subsektor Kerajinan, Subsektor Fesyen, Subsektor
Penerbitan dan Percetakan, Subsektor Pasar Barang Seni dan Subsektor Desain, khususnya desain kemasan. Subsektor
yang dapat dikelompokkan ke dalam E-Commerce Intangible meliputi Subsektor Musik, Subsektor Film, Video dan
Fotografi, Subsektor Layanan Piranti Lunak, sebagian Subsektor Desain, Subsektor Permainan Interaktif, Subsektor Riset
dan Pengembangan, Subsektor Periklanan, Subsektor Arsitektur, Subsektor Seni Pertunjukan, dan Subsektor Televisi dan
Radio. Namun demikian karena berbagai faktor, khususnya keterbatasan kapasitas bandwith jaringan internet, transaksi
E-Commerce Intangible harus dilakukan seperti halnya E-Commerce Tangible, melalui pengiriman atau jasa logistik.
Sejauh ini belum banyak pelaku kreatif yang menjalankan E-Commerce secara lengkap. Biasanya para pelaku kreatif
hanya memiliki halaman situs internet perusahaannya, yang hanya berfungsi memperkenalkan produk atau promosi
produk, tanpa adanya transaksi online. Beberapa permasalahan utama yang menyebabkan kondisi ini antara lain:
1. Kepercayaan antara konsumen dengan penjualnya di Indonesia seringkali kurang terbentuk karena kebiasaan ketika
melakukan transaksi dengan melihat langsung barang yang akan dibeli. Hal ini tidak bisa dilakukan melalui E-
Commerce.
2. Penipuan (cyber fraud) dan pembajakan. Indonesia meskipun dengan penetrasi Internet yang rendah (8%),
memiliki prestasi menakjubkan dalam cyberfraud terutama pencurian kartu kredit (carding). Menduduki urutan 2
setelah Ukraina (ClearCommerce). Selain itu Indonesia menduduki peringkat 4 masalah pembajakan software setelah
China, Vietnam, dan Ukraina (International Data Corp). Hal ini menyebabkan kepercayaan masyarakat internasional
dan masyarakat Indonesia terhadap E-Commerce di Indonesia sangat rendah.
3. Hukum yang kurang berkembang dalam bidang E-Commerce. Indonesia dapat dikatakan tertinggal dalam hal cyber
law. Negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika sudah sejak 10 tahun yang lalu mengembangkan
dan menyempurnakan cyber law mereka. Saat ini Indonesia sudah mengembangkan Undang-Undang Informasi dan

42
Transaksi Elektronik UU ITE meski pun menurut berbagai pihak masih terdapat banyak kekurangan. Pasal-pasal
seperti pasal 27-29 terutama pada bagian pencemaran nama baik masih berupa pasal karet yang bisa ditarik ke
arah tertentu sesuai kepentingan pihak tertentu. Selain itu, ada beberapa hal yang belum diperhatikan dalam UU ITE,
antara lain:
Spamming, baik email spamming mau pun masalah penjualan data pribadi oleh perbankan, asuransi dan
sebagainya
Virus dan worm komputer (masih implicit di Pasal 33), terutama untuk pengembangan dan penyebarannya
Kesiapan aparat dalam implementasi UU ITE
Langkah antisipasi yang dilakukan biasanya adalah bekerja sama dengan E-Commerce yang sudah mapan, baik di dalam
maupun di luar negeri. Bhinneka.com, Alibaba.com adalah beberapa contoh E-Commerce dimana pelaku kreatif menjual
produknya. Beberapa contoh E-Commerce yang sudah dijalankan atau dimanfaatkan oleh para pelaku usaha diberikan
berikut ini.
a. Business to Business
Alibaba Group adalah situs
perdagangan online yang
merupakan penyedia jasa bisnis E-
Commerce. Alibaba Group
merupakan perusahaan E-
Commerce terbesar di Cina yang
bisa disejajarkan dengan eBay. Saat
ini pemerintah Indonesia sudah
bekerja sama dengan
www.alibaba.com guna mendorong
usaha skala kecil dan menengah
untuk memasarkan produknya ke
pasar global melalui dunia maya.
Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan telah menandatangani nota kesepahaman
(MoU) dengan PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMAA) selaku mitra alibaba.com di Indonesia pada Juni 2009. Nota
kesepahaman tersebut untuk mendukung para eksportir di Indonesia bisa melakukan ekspansi usaha dan akses ke pasar
global melalui jalur E-Commerce.
Yahoo! adalah sebuah portal web populer yang dioperasikan perusahaan yang bernama Yahoo! Inc. yang dirintis oleh
oleh David Filo dan Jerry Yang. Yahoo! pada awalnya hanyalah semacam bookmark (petunjuk halaman buku). Namun
lama kelamaan Yahoo! berkembang sehingga menjadi situs bookmark popular yang menyediakan berbagai informasi.
Salah satu layanan Yahoo!
adalah pasar Business to
Business (B2B) seperti yang
terlihat pada gambar.
b. Consumer to Consumer
Salah satu bentuk paling umum
penjualan consumer ke
consumer adalah dengan
menggunakan blog atau situs

43
jejaring sosial seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

c. Business to Consumer
Mahanagari adalah sebuah perusahaan yang berfokus menjual
pakaian untuk dengan tema kebudayaan Bandung. Website
mahanagari bertutur tentang budaya, lokasi bersejarah dan
segala sesuatu tentang Bandung sekaligus menjual produk-produk
mahanagari
Manik Arsa menjual bedcover dan sprei sebagai produk utama sejak tahun 1991.
Selain itu Manik Arsa menjual pula berbagai produk kesenian asal Bali. Manik Arsa
bekerjasama dengan para pengrajin Bali dalam menyediakan berbagai produk
kerajinan
d. Non Business E-Commerce

Dalam
industri kreatif, kreatifitas seringkali muncul dari
sekelompok orang yang membentuk komunitas karena
memiliki kesamaan minat dan kepentingan. Bentuk
komunitas yang fleksibel dan seringkali tidak memiliki
modal besar sehingga sering memanfaatkan dunia maya
sebagai sarana untuk berbagi dan berkreasi. Hal ini dapat
dilihat dari musikator.com yang dibentuk oleh sekelompok
orang yang memiliki kecintaan terhadap seni bermusik
atau komunitaskreatifbali.wordpress.com yang mempunyai
perhatian pada pengembangan industri kreatif di Bali

44
3.4.2 Jumlah Laman Industri Kreatif
Selain pemberitaan-pemberitaan di Media Nasional dan Media Daerah, industri kreatif juga diulas diberbagai situs, baik
situs komunitas, situs pribadi hingga situs blog-blog.
Seperti ditunjukkan pada gambar berikut, sejak 2 tahun terakhir (hingga Juni 2009), jumlah laman industri kreatif di dunia
maya mencapai 708.000, sementara dalam satu tahun terakhir terdapat 231.000 laman. Ini berarti bahwa dalam satu
tahun terakhir ulasan atau pembahasan mengenai industri kreatif sebanyak 632,87 laman per hari. Gambar berikut juga
menunjukkan jumlah kutipan dimana aktor-aktor pemerintah mengulas industri kreatif. Dalam hal ini, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dikutip sebanyak 39.300 kali mengangkat industri kreatif di dunia maya. Peringkat kedua diikuti
oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu sebanyak 10.400 kali, disusul berturut-turut oleh Menbudpar, Menperin,
Mendiknas, dan Menhukham. Jumlah ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran pemerintah dalam mendukung
pengembangan ekonomi kreatif nasional.

Menhukham bicara IK 135

Mendiknas bicara IK 755

Menperin bicara IK 1,570

Menbudpar bicara IK 4,790

Mendag bicara IK 10,400

Presiden SBY bicara IK 39,300

Industri Kreatif 1… 231,000

Industri Kreatif 708,000

Gambar 3-3 Jumlah Laman Mengutip Aktor Pemerintah Mengulas Industri Kreatif

Perkembangan industri kreatif di Indonesia juga dapat dilihat dari keadaan daerah-daerah di Indonesia baik tingkat
provinsi maupun tingkat kota/kabupaten. Melalui penelusuran di dunia maya, maka dapat dilihat seberapa besar
perhatian daerah terhadap industri kreatif. Pada tingkat provinsi, Yogyakarta merupakan provinsi dengan jumlah laman
industri kreatif terbanyak di Indonesia, yaitu sebanyak 326.000. Selanjutnya pada peringkat ke dua adalah Bali dengan
158.000 laman, serta Jawa Barat dan Jawa Tengah pada peringkat ketiga dengan 132.000 laman. Statistik ini
menunjukkan bahwa gaung industri kreatif sangat kuat di Yogyakarta, Bali dan Jawa Barat. Hal ini konsisten terhadap
kondisi dimana Jogja, Bali dan Bandung merupakan kota-kota yang dapat digolongkan sebagai kota kreatif.
Riau 65,900

DKI Jakarta 69,800

Kalimantan Timur 70,200

Lampung 77,000

Aceh 80,600

Jawa Timur 126,000

Jawa Tengah 132,000

Jawa Barat 132,000

Bali 158,000

Yogyakarta 326,000

Gambar 3-4 Jumlah Laman Mengulas Industri Kreatif di Tingkat Provinsi


Pada tingkat kota sebagai klaster yang lebih kecil sebagai bagian dari provinsi, dapat dilihat bahwa kota Bandung di Jawa
Barat merupakan kota dengan jumlah laman industri kreatif terbanyak (199.000). Posisi berikutnya berturut-turut adalah
kota Solo (181.000), Malang (169.000), dan Balikpapan (164.000). Pemaparan jumlah laman industri kreatif pada
tingkat kota ini hanya pada tahun 2007-2009 untuk melihat seberapa besar perhatian kota terhadap industri kreatif
sejak industri kreatif mulai digulirkan di Indonesia pada tahun 2007. Menarik melihat statistik laman industri kreatif di
Kota Malang dan Balikpapan yang sejauh ini belum cukup kuat untuk disebut sebagai kota kreatif. Hal ini menunjukkan
bahwa ada keinginan kuat dari kota-kota di Indonesia untuk berevolusi menjadi kota kreatif.

46
Pekalongan 2,530
Palu 3,160
Garut 2,850
Tasikmalaya 3,160
Samarinda 3,640
Banda Aceh 3,340
Cirebon 5,230
Manado 6,010
Cimahi 5,540
Padang 9,390
Tangerang 9,440
Palembang 9,140
Makassar 14,200
Bogor 12,600
Medan 14,100
Denpasar 162,000
Pontianak 155,000
Banjarmasin 157,000
Batam 159,000
Banyuwangi 162,000
Surabaya 187,000
Balikpapan 164,000
Malang 169,000
Solo 181,000
Bandung 199,000

Gambar 3-5 Jumlah Laman Mengulas Industri Kreatif di Tingkat Kota

3.5 GERAKAN KOMUNITAS


Komunitas kreatif merupakan elemen penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Bentuk dan sifat
komunitas yang cair membuat komunitas menjadi tempat ideal bagi masyarakat untuk saling belajar dan berbagi dengan
bebas. Komunitas dapat didefiniskan sebagai sekumpulan orang dalam ikatan keanggotaan yang cair (fluid boundary),
bersikap sukarela (voluntary), memiliki identitas dan tujuan yang sama, serta membentuk kekuatan dan tanggung jawab
kolektif (Kanter, 2004). Jika dikaitkan dengan kegiatan ekonomi kreatif, maka komunitas kreatif menekankan aktivitasnya
pada penciptaan jasa dan komoditas yang mengedepankan nilai-nilai inovasi dan kreativitas.
Komunitas kreatif memiliki peran besar dalam perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia karena alasan-alasan berikut:
Komunitas kreatif adalah pusat pengembangan potensi kreatif. Di komunitaslah potensi-potensi kreatif diasah untuk
kemudian mampu menghasilkan nilai yang mampu memberdayakan masyarakat.
Tempat berlangsungnya pendidikan informal kreatif. Bentuk komunitas yang cair dan bersifat sukarela (voluntary)
menjadikan proses belajar dan berbagi pengetahuan menjadi tidak kaku dan menyenangkan. Pendidikan kreatif
dianggap lebih tepat dilakukan melalui cara-cara informal seperti ini.
Membentuk Klaster kreatif. Perkembangan ekonomi kreatif yang tidak dapat dipisahkan dari komunitas kreatif
membuat semakin bermunculannya cluster-cluster kreatif di Indonesia. Cluster kreatif inilah yang menjadi motor
penggerak kekuatan ekonomi kreatif.

47
Membentuk budaya kreatif. Budaya terbentuk ketika terdapat sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama dan
membentuk perilaku yang sama yang tercermin dari kehidupan sehari-hari. Di dalam sebuah komunitas kreatif,
masing-masing anggota komunitas secara sukarela membentuk sebuah kebudayaan tersendiri, budaya kreatif.
Membentuk jaringan kreatif tempat pertukaran kreativitas antara pelaku. Jaringan kreatif akan semakin mudah
terbentuk ketika masing-masing komunitas kreatif saling berhubungan satu sama lain, berbagi, dan berkomitmen
mengembangkan ekonomi kreatif bersama-sama.
Pola komunikasi dalam suatu komunitas dapat dilakukan melalui internet, baik melalui situs khusus, blog, milis grup
ataupun jejaring sosial. Komunitas lain melakukan komunikasi dalam suatu pertemuan langsung, baik rutin maupun
insidentil.
Beberapa komunitas kreatif yang dapat teridentifikasi dan telah mampu memberikan kontribusi nyatanya ini antara lain
adalah sebagai berikut:
3.5.1 Common Room Network Foundation
Bertempat di Jalan Kyai Gede Utama No. 8, Bandung - Indonesia, Common Room
dikembangkan oleh Bandung Center for New Media Arts sebagai wahana untuk
mempertemukan beragam individu, komunitas dan organisasi, seiring dengan
berkembangnya berbagai bentuk kerjasama dan kolaborasi. Selanjutnya tempat ini
menjadi semacam wadah dimana berbagai kalangan dapat merancang dan
merealisasikan berbagai kegiatan berdasarkan ketertarikan dan tujuan mereka,
dengan fokus kepada aktivitas riset dan pengembangan di bidang pengetahuan
publik dan kreativitas.
Hingga kini Common Room telah memfasilitasi penyelenggaraan berbagai pameran, pemutaran film, workshop, kuliah
umum, diskusi, konser musik, festival budaya, dan lain-lain. Common Room menjadi tempat untuk menjembatani
kebutuhan dialog dan kerjasama multidisiplin yang bertujuan untuk menghubungkan beragam individu, komunitas dan
organisasi yang memiliki keragaman latar belakang ekonomi, sosial dan ketertarikan politik (mikro) melalui aktivitas
negosiasi, berbagi pengalaman dan pertukaran pengetahuan. Common Room juga merupakan wadah yang terbuka bagi
berbagai aktivitas eksperimentasi dan kolaborasi kreatif untuk mencapai tujuan bersama dan kesempatan bagi siapapun
yang terlibat di dalam bermacam kegiatan dan mengembangan jaringan yang ada.
Saat ini Common Room terus berkembang tidak hanya menjadi sebuah ruang fisik, tetapi juga tempat yang memfasilitasi
inisiatif publik untuk mengembangkan pengetahuan di bidang kreativitas dan budaya kolaborasi. Common Room adalah
wadah bagi keragaman yang memungkinkan berkembangnya ide-ide baru yang mengakomodasi kebutuhan untuk
berdialog, membangun konvensi dan mengembangkan kolaborasi multidisiplin yang diupayakan untuk menembus
batasan-batasan. Kegiatan Common Room mencakup wilayah yang sangat luas, dimulai dari aktivitas dokumentasi dan
eksplorasi fenomena, ide, model dan konsepsi baru yang lahir dari pendekatan multidisiplin di bidang seni visual, desain,
arsitektur ruang urban, musik, fesyen, sastra, media baru dan riset berkelanjutan di bidang budaya urban dan ekologi di
ruang urban.
3.5.2 Bandung Creative City Forum (BCCF)
Bandung Creative City Forum (BCCF) merupakan sebuah forum yang didirikan
pada tanggal 7 Februari 2008 untuk mengumpulkan komunitas-komunitas
kreatif di Kota Bandung sebagai respon atas perubahan ekonomi baru, yaitu
ekonomi kreatif. Kota Bandung dipandang memiliki banyak potensi untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif, diantaranya adalah potensi yang

48
berwujud human capital. Banyak komunitas kreatif yang bermunculan di Bandung dan memiliki andil cukup besar
terhadap pendapatan ekonomi kota Bandung melalui musik, desain, piranti lunak, fesyen, media/teknologi informasi,
arsitektur, dan lain-lain. Karakter masyarakat Bandung yang kosmopolitan dan terbuka terhadap ide-ide baru mendukung
proses kreatif komunitas-komunitas tersebut. Namun selama ini pergerakan komunitas tersebut tercerai berai. Kondisi
inilah yang kemudian mendorong BCCF didirikan sebagai sebuah forum untuk mengumpulkan komunitas-komunitas
kreatif tersebut.
BCCF mewadahi berbagai kegiatan dan keahlian dari beragam disiplin sektor industri kreatif. BCCF menekankan pada
pentingnya komunikasi antar komunitas yang bersifat inklusif, sehingga wacana mengenai pentingnya mengembangkan
ekonomi kreatif tidak hanya menjadi diskusi yang elitis dan dapat mengakomodasi kepentingan para stakeholder yang
beragam. Hal ini terutama ditujukan agar wacana mengenai ekonomi kreatif dapat berdampak bagi masyarakat, terutama
dari sisi penciptaan lapangan kerja dan kesempatan ekonomi bagi masyarakat secara lebih luas; tidak hanya di kota
Bandung tetapi juga di daerah-daerah lain.
Visi yang dimiliki BCCF adalah mewujudkan Bandung menjadi kota kreatif se-Asia dan bisa berkompetisi secara global.
Beberapa cara untuk meraihnya adalah dengan membangun ―Creative Enterpreneur Network‖ dan mengadakan Helar
Festival 2008 di Bandung. Selain itu, BCCF pun memperkenalkan branding ―.bdg‖ untuk memayungi kegiatan komunitas
kreatif di kotanya.
3.5.3 Kreative Industry Clothing Kommunity (KICK)
Kreative Industry Clothing Kommunity (KICK) dibentuk sebagai wadah bagi para
pemilik clothing label untuk berkomunikasi dan berbagi untuk kepentingan industri
clothing. Pertemuan awal dilakukan sekitar bulan Juni 2006 antara sejumlah pemilik
clothing label di kota Bandung. Inti dari pertemuan tersebut adalah bahwa
kebutuhan akan organisasi; baik itu berbentuk asosiasi maupun forum komunikasi
yang dapat mewadahi setiap kepentingan dari industri terkait (dalam hal ini clothing
industry), telah menjadi sebuah kebutuhan yang dirasakan mendesak sifatnya.
Dari beberapa pertemuan awal tersebut, para pemilik label clothing merasakan
perlunya sebuah asosiasi yang tidak membawa kepentingan perusahaan masing-
masing, namun disatukan dalam satu nama, yaitu Kreative Industry Clothing Kommunity (KICK). Pada awalnya, KICK hanya
beranggotakan sekitar 20 clothing yang ada di kota Bandung. Pada perkembangan selanjutnya maka KICK berkembang
terus hingga memiliki sekitar 200 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini KICK telah terbentuk di 7 kota di
Indonesia; yaitu Bandung (Pusat), Jakarta, Yogyakarta, Makasar, Lampung, Surabaya, dan Malang.
Untuk lebih mengenalkan KICK dan industri kreatif clothing khususnya, maka KICK sejak tahun 2007 KICK telah berhasil
menyelenggarakan Kickfest yang merupakan festival industri clothing yang melibatkan para pelaku industri tersebut. Pada
tahun 2007, Kickfest diselenggarakan pada bulan Agustus selama 3 hari dan diikuti oleh 107 clothing dari 9 kota besar
di seluruh Indonesia. Kickfest 2007 sukses menghadirkan transaksi lebih dari Rp 3,5 Milyar dengan total pengunjung
sebanyak 300,000 orang. Selanjutnya pada tahun 2008 Kickfest digelar di 3 kota: Yogya (April 2008) menghadirkan 97
booth dengan total Omzet selama 3 hari mencapai 5 Milyar rupiah dan jumlah pengunjung 64,000 orang, Makassar (Mei
2008) dengan peserta sejumlah 64 booth dan total omzet 3 hari mencapai 5 Milyar rupiah dan dihadiri 42,000
pengunjung.
Sebagai puncak rangkaian Kickfest 08 diselenggarakan di Lapangan Gasibu dan Ruas Jalan Diponegoro, Bandung, pada
1 - 3 Agustus 2008. Diikuti 160 booth clothing lokal dari 9 kota & 8 negara (UK & Asia Timur – British Council), 20 booth
komunitas HelarFest dan 10 booth komunitas KICK. Selama 3 hari perhelatan, Kickfest 2008 di Bandung sukses
menghadirkan 350.000 pengunjung, dan terjadi transaksi penjualan secara fantastis sebesar 15 Milyar Rupiah. Kickfest

49
2009 sementara sudah diadakan di kota Yogyakarta dan akan dilanjutkan di kota Bandung sekitar Oktober dan
November 2009.
3.5.4 Komunitas Kreatif Bali
Komunitas Kreatif Bali adalah kelompok masyarakat dan insan kreatif yang menaruh perhatian terhadap pengembangan
industri kreatif di Bali sebagai penggerak ekonomi kreatif Bali. Didirikan sebagai komunitas sosial yang diharapkan dapat
menjadi forum bagi terciptanya budaya kreatif, munculnya talenta kreatif baru, mendorong inovasi dan tumbuhnya
semangat kewirausahaan. Semangat kewirausahaan dalam dunia kreatif ini perlu dikembangkan agar para pelaku kreatif
di Bali mampu memiliki jiwa kepemimpinan mandiri dan wawasan bisnis yang luas agar siap menghadapi persaingan
global saat ini. Komunitas kreatif juga didirikan untuk mendukung program Tahun Indonesia Kreatif 2009 yang
dicanangkan oleh pemerintah, salah satunya dengan cara bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Denpasar dalam mencanangkan program kreatif untuk tahun 2009 dan 2010.
Di dalam forum ini, didiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan
ekonomi kreatif dan budaya; misalnya: sastra, software,
desain, entrepreneurship, fesyen, hingga kuliner dan
fotografi. Komunitas ini mulai mendapat tanggapan positif dari para
pelaku kreatif, tidak hanya dari Pulau Bali namun juga dari
daerah lain. Komunitas ini juga bahkan dijadikan sumber
referensi para pelaku kreatif untuk mendapatkan informasi
event-event kreatif, knowledge terbaru, maupun aktivitas
keseharian pelaku kreatif di Pulau Bali. Berbagai kegiatan
yang rutin diadakan oleh komunitas ini dapat dilihat di
www.komunitaskreatifbali.wordpress.com.
3.5.5 Ins-ide
Ins-ide merupakan forum informal, underground, indie yang akan
diharapkan bisa menjadi inspirasi dan memberikan ide-ide segar buat insan
kreatif Indonesia. Forum ini berupa Offline Gathering sebulan sekali (tiap
Senin, minggu terakhir) berupa sharing session 5 pembicara dari berbagai
bidang dalam industri kreatif mulai dari Desain, Musik, Film, Games, Fesyen,
Arsitektur, dan lain-lain. Komunitas ini terdiri dari para pakar atau professional yang sudah punya nama di industrinya
masing-masing, juga para fresh graduate bahkan mahasiswa. Seluruh anggota diharapkan dapat memberikan pemikiran-
pemikiran dan ide-ide baru melalui komunitas Ins-ide ini.
Format dari forum ini cukup sederhana, setiap pembicara hanya memiliki waktu 15 menit untuk melakukan presentasi dan
tanya jawab, format dengan model ini bertujuan untuk membiasakan bagaimana mengemas ide-ide dalam waktu hanya
15 menit kepada audience. Pada setiap pertemuannya, maka dari 5 orang pembicara yang hadir akan terdapat 2
pembicara yang merupakan pakar atau sosok terkenal dan 3 pembicara berikutnya adalah individu-individu yang sedang
emerging, berkembang. Forum yang non-profit oriented ini diharapkan mampu memberikan dampak positif yang
signifikan buat insane kreatif di Indonesia, dan diharapkan forum ini user interactive dan menjadi milik bersama bagi
komunitas kreatif. Forum ini dapat dilihat dengan lebih jelas di www.ins-ide.org.

50
3.5.6 Jendela Ide
Jendela Ide merupakan istitusi budaya yang bersifat non-profit, yang berlokasi di Bandung.
Dibentuk pada tahun 1995, Jendela ide didesikasikan untuk menstimulasi pandangan budaya
bagi anak-anak, remaja, melalui workshop, pameran, pertunjukan, pengembangan
perpustakaan, pelatihan dan diskusi mengenai pendidikan dan budaya. Lembaga ini tidak
membatasi keanggotaan pengikutnya, bahkan kisaran anggota Jendela Ide dimulai dari anak
usia 4 tahun hingga orang-orang dewasa yang sudah berkeluarga. Passion terhadap budaya
lebih diutamakan dalam keanggotaan lembaga ini.
Jendela Ide mengakui dan menghargai keunikan yang dimiliki oleh manusia dalam
menghasilkan karya kreatif dan mengekspresikan perbedaan budaya. Lembaga ini bersifat
nirlaba serta didirikan oleh seniman, pendidik, dan ahli media komunikasi yang mempunyai pandangan dalam berbagai
kegiatan anak dan remaja, serta melibatkan konsultan ahli dalam pengolahan materi aktivitasnya. Informasi lebih lengkap
mengenai Jendela Ide dapat dilihat di www.jendelaide.blogspot.com.
3.5.7 Fashionesedaily
Fashionesedaily merupakan website tempat para insan kreatif fesyen melakukan komunikasi.
Berbagai informasi dipertukarkan di website ini, seperti informasi fesyen terbaru, online
shop, dan fasilitas lain. Komunikasi antar anggota dilakukan melalui forum dan blog yang ada
di website tersebut, http://fashionesedaily.com. Fashionese Daily saat ini bahkan termasuk
ke dalam salah satu dari blog fashion terkemuka di dunia menurut beberapa lembaga riset
media dan publikasi. Blog ini menjadi media yang secara rutin memberikan opini dan aplikasi
realistis dari dunia fesyen yang mempengaruhi kaum wanita sehari-hari.
Para pembaca dan pengunjung situs Fashionese Daily terdiri dari para konsumen yang berpengaruh dalam dunia fesyen
di Indonesia, orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi pada dunia mode, kecantikan, dan fesyen. Karena loyalitas dari
para pembacanya yang mayoritas adalah pembentuk opini di dunia fesyen, Fashionese Daily berhasil menarik perhatian
beberapa brand terkemuka untuk menciptakan brand awareness yang dimiliki.
Keunggulan dari Fashionese Daily adalah formatnya yang berupa blog yang lebih spontan dan jujur sehingga menjadi
panduan banyak penggiat fesyen. Blog ini merupakan kontribusi dari para pengelola Fashionese Daily bagi dunia fesyen
di Indonesia. Blog ini berupaya untuk melengkapi artikel-artikel dan interview yang ada di majalah-majalah wanita yang
ada sembari menawarkan keterlibatan aktif para pembacanya..
3.5.8 Kementerian Desain Republik Indonesia
Kementerian Desain Republik Indonesia merupakan suatu website yang berdiri sejak
tanggal 28 Agustus 2006. gagasan Wahyu Aditya, dengan fokus utama merubah image
negara Indonesia menjadi baik dan maju melalui kekuatan desain visual. Fokus ini
dilakukan melalui diskusi-diskusi, bahkan kompetisi mini. Komunitas ini ingin menjadikan
desain sebagai salah satu bagian penting dalam meningkatkan industri konten di
Indonesia. http://menteridesainindonesia.blogspot.com. Website ini ingin menjadikan desain sebagai salah satu elemen
penting dalam industri kreatif dan industri konten di Indonesia sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan
kualitas hidup masyarakat Indonesia.

51
3.5.9 Desain Grafis Indonesia
Blog ini dibuat untuk mendorong pemahaman antara desainer grafis Indonesia
terhadap seni, desain, budaya, dan masyarakat. Dalam blog ini terdapat banyak
data historis dan artikel ilmiah terkait desain di Indonesia. Sebagai suatu blog,
maka situs ini merupakan forum komunikasi dunia maya, khususnya antara
komunitas desainer grafis. Blog ini dapat dijumpai di
http://desaingrafisindonesia.wordpress.com.
Komunitas Desain Grafis Indonesia juga secara rutin memberikan informasi mengenai event-event kreatif yang akan
diadakan beserta juga dengan penghargaan-penghargaan bagi insane kreatif di Indonesia. Berbagai pemikiran terkini
dari para pelaku kreatif di Indonesia juga dapat dilihat pada blog ini. Bentuk blog umumnya disukai karena sifatnya yang
informal dan mampu menampung berbagai pandangan dari berbagai kalangan kreatif.
3.5.10 Republik Kreatif
Sebagai Blog Layanan Masyarakat yang
dibentuk oleh putra asli Indonesia, Republik
Kreatif diharapkan bisa menjadi salah satu
corong suara bagi para penggiat dunia kreatif.
Saling berbagi inspirasi, ide atau apa saja yang
bisa memberikan warna yang berbeda bagi
perkembangan industri kreatif di negeri ini dan ide tersebut bisa memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi kreatif
di negeri ini.
Republik Kreatif memiliki 3 buah harapan; yaitu Creativity, Community, dan Collaboration. Dengan 3 buah harapan ini,
maka Republik Kreatif diharapkan mampu menjadi tempat untuk mengembangkan kreativitas di dalam komunitas.
Komunitas kreatif juga diharapkan dapat berkolaborasi satu sama lain agar mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat. Republik Kreatif dapat dijumpai di http://republikkreatif.com/.
3.5.11 Musikator
Musikator adalah upaya kolektif 3 orang pengusaha musik muda dari
Bali. Dimulai dari obrolan ringan membahas keterbatasan informasi
musik Indonesia. Obrolan berlanjut mencermati banyaknya
penggemar dan pebisnis musik yang menggunakan internet.
Akhirnya mereka sepakat untuk membuat sebuah website yang dapat menampung informasi band. Ide tersebut
berkembang menjadi sebuah rencana kreatif untuk mendirikan sebuah website yang dapat menjadi Blog Direktori Musik
Indonesia. Website ini adalah projek pertama dari keseluruhan rencana jangka panjang komunitas ini. Blog ini dapat
dijumpai di www.musikator.com.
Saat ini web musikator.com memberikan layanan-layanan menarik bagi para pelanggannya, seperti layanan mengunduh
secara legal musik-musik yang sedang banyak disukai; mencari, melihat, mendengar, menonton, dan mengetahui cerita di
balik grup band terkemuka; memberikan informasi terkini dari dunia industri music Indonesia, dan juga sebagai direktori
band, artis, studio, radio, dan majalah music dari segala genre di Indonesia. Dengan adanya website ini, maka para
penggemar music di Indonesia akan semakin dimanjakan dengan kemudahan mencari dan mendapatkan informasi music
yang mereka gemari.

52
3.5.12 Bentara Budaya
Bentara Budaya didirikan di Yogyakarta, pada tanggal
26 September 1982, ditujukan untuk menampung dan
mewakili wahana budaya bangsa dari berbagai
kalangan, latar belakang dan cakrawala yang berbeda.
Setelah Yogyakarta, menyusul berdiri Bentara Budaya
Jakarta yang berlokasi di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta. Eksistensi Bentara Budaya Jakarta
ditandai dengan pameran keramik Studio Titik Temu Tembikar, oleh pengrajin Liosadang, Purwakarta dan dimotori oleh
seniman Adi Munardi (alm), tahun 1985.
Bentara Budaya Jakarta memiliki bangunan tradisional Rumah Kudus yang indah sekaligus unik, mencerminkan
keterampilan seniman tradisi yang tangguh berkarya dengan arsitektur khas Kudus, sebagai hasil akulturasi dari berbagai
pengaruh seperti China, Hindu dan Jawa. Dengan koleksi seni lengkap meliputi lukisan, keramik, patung, mebel antik dan
beragam wayang, Bentara Budaya Jakarta mengemban misi untuk mewartakan penggalan sejarah yang telah memberi
warna dalam perjalanan sejarah seni budaya bangsa.
Hingga saat ini, Bentara Budaya Jakarta memiliki koleksi 573 lukisan buah karya pelukis-pelukis terkenal, diantaranya
Affandi, S Sudjojono, Hendra Gunawan, Baoeki Abdullah, Bagong Kussudiardjo, Trubus Sudarsono, Rudolf Bonnet, h
Widayat, Otto Jaya dan masih banyak lagi. Juga koleksi para pelukis Bali yang sudah dianggap klasik seperti I gusti
Nyoman Lempad, I Ketut Regig, I Gusti Ketut Kobot, Ida Bagus Made, Anak Agung Gde Sobrat, Dewa Putu Bedil, I Gusti
Made Togog, I Ketut Nama, I Wayan Jujul dan sebagainya.
Di samping lukisan juga dikoleksi 625 buah keramik dari dinasti China, yaitu Yuan, Tang, Sung, Ming dan Ching. Serta tak
ketinggalan keramik lokal dari Singkawang, Bali, Plered, Trowulan, dan Cirebon. Koleksi patung yang ada di Bentara
Budaya berasal dari Papua dan Bali mencapai 400-an, sedangkan koleksi wayang golek yang terdiri dari berbagai
macam karakter, seperti tokoh punakawan, tokoh Pandawa atau Kurawa berjumlah 120-an.
Mebel antik, seperti meja, kursi dan lemari serta beberapa patung Budha dengan berbagai posisi mudra pun menambah
maraknya koleksi Bentara Budaya. Seluruh koleksi seni tersebut disimpan dan dirawat secara rapi di Bentara Budaya
Jakarta.
Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta kini telah menjadi lembaga seni budaya nasional dan secara reguler
mengadakan berbagai macam acara kesenian, seperti pameran dan pagelaran, putar film dan diskusi bulanan. Selain
kegiatan seni, di Bentara Budaya Jakarta pun telah didirikan taman bacaan dengan berbagai koleksi buku penerbit
Gramedia, buku seni, buku teks dari luar negeri serta buku sastra yang dihibahkan sastrawan Myra Sidharta.
Tidak hanya mempresentasikan budaya tanah air, Bentara Budaya Jakarta pun sering mengadakan kerja sama dengan
lembaga seni lainnya dan menjadi tempat terselenggaranya acara seni budaya lintas negara.
3.5.13 Komunitas Utan Kayu
Komunitas Utan Kayu (KUK) terdiri dari Teater Utan Kayu, Galeri Lontar, dan Jurnal Kebudayaan Kalam – ketiganya
bergerak di lapangan kesenian. Bila diperluas lagi, KUK juga meliputi lembaga-lembaga lain.
Terbatasnya kebebasan di segala bidang, termasuk kebebasan pers, di masa Orde Baru menimbulkan ide di kalangan
sejumlah wartawan, intelektual, dan
penulis untuk mendirikan sebuah
―kantong‖ di mana kesenian,
pemikiran, dan jurnalisme alternatif

53
saling mendukung dalam satu jaringan kemerdekaan bersuara.
Pada tahun 1994, tiga media cetak ditutup Pemerintah: Tempo, Editor, dan Detik. Inilah yang merangsang insiatif untuk
membangun Komunitas Utan Kayu. Maka berdirilah Institut Studi Arus Informasi (1995) dan Galeri Lontar (1996) di
sebuah kompleks bekas rumah-toko di Jalan Utan Kayu 68-H Jakarta Timur. Menyusul kemudian, Teater Utan Kayu
(1997).
3.5.14 Top Ten Komunitas Kreatif di Dunia Maya
Selain komunitas-komunitas di atas, masih terdapat banyak komunitas-komunitas yang berkomunikasi melalui mailing list
di bidang industri kreatif. Sepuluh (10) mailing list kreatif dan website kreatif teraktif dengan jumlah anggota terbanyak
ditampilkan berikut ini.
Tabel 3-2 Top Ten Mailing List Kreatif

Rank Subsektor Website Jumlah Member


1 SOFTWARE http://groups.yahoo.com/group/ITCENTER/ 17767
2 SOFTWARE http://tech.groups.yahoo.com/group/ilmukomputer/ 13452
3 PRINTING AND PUBLISHING http://groups.yahoo.com/group/pasarbuku/ 8499
4 MUSIC http://groups.yahoo.com/group/komunitasmusik/ 4492
5 PRINTING AND PUBLISHING http://groups.yahoo.com/group/1001buku/ 4353
6 DESIGN http://groups.yahoo.com/group/belajardesain/ 4134
7 SOFTWARE http://tech.groups.yahoo.com/group/APWKomitel/ 3932
8 DESIGN http://finance.groups.yahoo.com/group/forumgrafikadigital/ 2793
9 PRINTING AND PUBLISHING http://groups.yahoo.com/group/Sablon/ 2530
10 PHOTOGRAPHY http://groups.yahoo.com/group/komunitas-fotografer/ 1182

Tabel 3-3 Top Ten Komunitas Kreatif di Web

Rank NAME WEBSITE Rata2 Pengunjung


per hari
1 Fashionesedaily http://fashionesedaily.com/ 23464
2 Kementerian Desain Republik Indonesia http://menteridesainindonesia.blogspot.com/ 2450
3 Musikator http://www.musikator.com/ 2094
4 Desain Grafis Indonesia http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/ 2041
5 Komunitas Kreatif Bali http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/ 562
6 Republik Kreatif http://republikkreatif.com/ 431
7 Common Room http://commonroom.info/ 342
8 Bandung Creative City http://bandungcreativecityblog.wordpress.com/ 310
9 Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi http://forumtelematika.com/id/node/17 240
dan Komunikasi Indonesia (MIKTI)
10 Inside http://www.ins-ide.org/ 186

54
3.6 SUCCESS AND FAILED STORIES
3.6.1 Cerita Sukses Insan Kreatif
Beragam prestasi dan pencapaian sudah ditorehkan oleh para insan kreatif Indonesia, baik di tingkat daerah, nasional
maupun internasional. Kesuksesan sebagian kecil di antara mereka kembali diangkat pada studi ini.
a. Popo Danes – Subsektor Arsitektur
Popo Danes merupakan seorang arsitek asal Bali yang secara konsisten
menggunakan dan mengintegrasikan karakter arsitektur tradisional Bali
yang ramah lingkungan ke dalam proyek-proyeknya. Melalui biro arsitek
―Popo Danes Architect‖ yang dimilikinya kini Popo Dane sudah memiliki
banyak klien dari berbagai negara seperti UAE, Jerman, Australia, Amerika
Serikat, Kosta Rika, Taiwan, Malaysia, India, Thailand, dan Vietnam. Berkat
karya-karyanya Popo Dane mendapat berbagai macam penghargaan, dan sering
mendapat undangan sebagai pembicara dalam guest lecture atau seminar.
Popo Dane lulus dari Universitas Udayana Denpasar dengan jurusan Arsitektur. Saat masih menjadi mahasiswa, Popo
Dane pernah memenangkan lomba desain arsitektur yang diadakan provinsi Bali. Pada tahun 1992, Popo Dane
mendapatkan dana dari Rotary Foundation untuk mengunjungi museum, studio desain, dan tempat konstruksi bangunan.
Kemudian pada tahun 1993 Popo Dane mendirikan biro arsitektur miliknya yang sebagian besar proyeknya merupakan
resor wisata yang mewah, hotel butik, dan rumah kediaman kelas tinggi. Berikut ini merupakan beberapa penghargaan
dan karya Popo Dane:
Lokasi
Karya
Fish Market Restourant Dubai InterContinental Hotel
Private Villa Kauai Hawaii
Natural Heritage Orchard & Country Resort Melaka Malaysia
Kanakadurgha Amusement, Water park, and Island Vijayawada India
Resort
Bay Park Beach Resort Visakaphatnam India

Penghargaan yang diterima Even Tahun


Natura Eco Resort ASEAN Energy Award 2004
Energy efficient pada kategori bangunan tropis untuk ASEAN Energy Award 2008
Ubud Hanging Garden
3 Top Architect Somfy Living Architecture "Biennale 2008
d'architecture"

55
b. Yolanda Santosa – Subsektor Desain
Yolanda Santosa adalah desainer kelahiran Indonesia yang tinggal di
Los Angeles, California, Amerika Serikat. Sejak kecil bakat seninya
sudah sangat menonjol, dan selalu menjadi yang terbaik di kelas seni.
Seperti yang dituturkannya: ―masa depanku sudah terpahat di batu‖
nampaknya Yolanda memang terlahir untuk menjadi
seniman dan desainer. Setelah lulus dari Art Center
College of Design di Los Angeles pada tahun
2000, Yolanda mulai bekerja di yU+co mendesain grafis judul
untuk proyek-proyek seperti film 300, Desparate Housewives, dan Ugly Betty.
Ketertarikan Yolanda terhadap branding mendorongnya untuk mendirikan perusahaan sendiri
yaitu Ferroconcrete pada tahun 2006. Ferroconcrete adalah sebuah perusahaan desain dan
branding yang berlandaskan pada ide-ide cerdas dan sederhana. Ferrocencrete bertuiuan
untuk memberi karakater dan kepribadian pada sebuah brand dan meyakini bahwa brand
yang tahan lama tidak akan ada tanpa desain. Berkat hasil kerjanya, Yolanda telah menerima
berbagai penghargaan yang beberapa di antaranya adalah:

Even Tahun
Penghargaan yang diterima
Nominasi untuk Opening Title Design "Desperate Emmy Award 2005
Housewives"
Nominasi untuk Opening Title Design "Ugly Emmy Award 2006
Betty"
Nominasi untuk Opening Title Design "The Emmy Award 2007
Triangle"

c. Wahyu Aditya – Subsektor Film, Video Fotografi (Animasi)


Wahyu Aditya merupakan juara dunia Screen Entrepreneur dalam acara
IYCE (International Young Creative Entrepreneur) award 2007 yang
diselenggarakan British Council. Saat itu, Wahyu Aditya baru berumur 27
tahun dan menjadi pemenang termuda dalam sejarah IYCE award.
Kesukaan pada menggambar dan dunia film telah memicu pria kelahiran
Malang, Jawa Timur ini untuk belajar Interactive Multimedia di KvB
Institute of Technology Sydney, Australia. Bakatnya terlihat dengan gelar
‗Best Student‘ yang diperoleh dari sekolah ketika itu. Pada usia 24
tahun, Adit mendirikan sekolah animasi Hello:Motion. Pilihan ini bisa
dikatakan sangat berani karena selain harus meninggalkan pekerjaannya, Adit juga harus berhutang ke bank sebesar
$US 400.000. Namun pilihannya tak salah, ia sukses dan bahkan sudah mampu melunasi utangnya pada usia 27 tahun.
Kini, Hello Motion, telah mencetak ratusan siswa muda berbakat di bidang film dan animasi. Selain itu, Festival
Hello;Motion yang diadakannya berhasil menarik 400 lebih pekerja dan 10 ribu pemerhati, sehingga menghasilkan
banyak lapangan pekerjaan baru dan kesempatan pengembangan industri film di Indonesia. Adit pun mengadakan
festival film yang diberi nama Hello;Fest. Festival ini menyuguhkan berbagai karya motion picture seperti animasi, film
pendek, musik klip, dokumenter hingga experimentalyang segar dan tidak mainstream. Beberapa penghargaan yang
dimenangkan Wahyu Aditya antara lain:

56
Penghargaan yang diterima Even Tahun
Finalist Short Film Festival – Tokyo, Jepang 2004
Finalist Asiana Film Festival – South Korea 2005
8 Penghargaan Festival Animasi Indonesia 2005
World Winner, Film Category British Council International Young 2007
Creative Entrepreneur of The Year
30 Most Inspiring People under 30 Award from Hard Rock FM Indonesia 2008

d. Gita Gutawa – Subsektor Musik


Sejak kecil Gita Gutawa sudah mendalami musik dengan arahan ayahnya yang merupakan
penata musik dan produser musik kenamaan Indonesia. Gita Gutawa mulai belajar piano
klasik sejak kelas 2 SD kemudian memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari
piano jazz, gitar akustik, dan latiha vocal. Ciri khas gadis belia ini adalah suara
sopran yang mampu membawa genre pop klasik dengan high pitch-nya.
Gita mulai dikenal publik sebagai penyanyi cilik saat berduet dengan ADA Band,
membawakan lagu ―Yang Terbaik Bagimu‖. Menginjak usia ke-15 tahun, Gita sudah
mengeluarkan 2 album yaitu Kembang Perawan (2007) dan Harmoni Cinta (2009). Album
pertamanya sukses meraih Platinum Award denganterjual sebanyak 150.000 kopi hanya
dalam 4 bulan. Lagu-lagu yang menjadi hits pada album pertama antara lain Bukan Permainan, Doo Be Doo, Kembang
Perawan, To Be One, dan Surga Di Telapak Kakimu. Sementara album terbarunya yaitu Harmoni Cinta baru saja beredar
dengan mengeluarkan lagu andalan ―Parasit‖. Sukses komersil Gita Gutawa diikuti dengan berbagai penghargaan musik.
Selain itu, Gita Gutawa juga telah mengharumkan nama Indonesia di berbagai festival Internasional yang diikutinya.
Beberapa penghargaan yang diperoleh Gita Gutawa antara lain:

Even Tahun
Penghargaan yang diterima
Pendatang Baru Terbaik Anugerah Musik Indonesia 2008
Album Terbaik Anugerah Musik Indonesia 2008
Penghargaan Tertinggi untuk semua kategori 6th International Nile Song Festival di 2008
Kairo, Mesir 6th International Nile Song
Festival di Kairo, Mesir

e. 347 Bandung – Subsektor Fesyen


347 yang dimotori oleh Dendy Darman dapat dikatakan sebagai salah satu pionir distro di
Bandung. Saat ini 347 merupakan salah satu distro dengan omset terbesar se-Bandung dan
merupakan brand yang paling familiar (Top-of-mind) dari para peminat produk-produk distro.
347 lahir karena hobi para pendirinya berselancar yang dilengkapi dengan berbagai
perlengkapan termasuk clothingnya. Clothing produksi luar negeri pada saat itu termasuk
langka dan mahal sehingga memicu sekelompok anak muda pencinta selancar ini untuk
membuat produk clothing sendiri. Maka dengan modal patungan 1 juta rupiah, didirikanlah 347
Boardrider pada tahun 1996.
Pada awalnya, 347 hanya memproduksi berdasarkan pesanan (by order). Namun, sedikit demi sedikit permintaan terus
meningkat sehingga harus melakukan sistem stock. 347 terus berkembang dan penjualannya telah merambah berbagai
bagian dari Indonesia dan juga negara-negara lain seperti Australia, Singapura, Inggris, Spanyol, dan Jepang. Sebagai

57
pioneer pada pertumbuhan bisnis anak muda khususnya di bidang industri pakaian jadi independen, sampai saat ini 347
adalah salah satu label terlaris dari sekian banyaknya label pakaian jadi yang ada di Indonesia. Manusia-manusia dibalik
347 adalah mereka yang sangat kreatif dan inovatif, tanpa melupakan sisi fungsional produk-produk design mereka.
Posisi 347 sebagai pemimpin pasar dan pemimpin perkembangan desain di dunia distro diakui oleh distro-distro lain di
Bandung. Banyak dari distro-distro ini
terinspirasi oleh kreativitas dan inovasi
yang dihadirkan oleh 347. pun terus
menjadi representasi dari kultur dan
gaya hidup yang ada sebagai refleksi
dari dunia kontemporer saat ini.
Dalam 12 tahun perjalanannya, 347
terus berubah dan berkembang. 347
boardrider co. berkembang menjadi
347, lalu menjadi EAT, EAT/347, dan
yang paling akhir lahirlah UNKL347.
Menurut Dendy, hal ini dipicu oleh
keinginan untuk terus berkembang dan
berevolusi tanpa terpaku pada satu
branding tertentu. Dendy dan rekan-
rekan pun melebarkan sayap
keberbagai bidang yang bisa
dieksplorasi oleh kemampuan desain
mereka. Mereka juga mempunyai
perusahaan rekaman yang memunculkan musisi seperti Superman Is Dead dan The Milo.

f. Indrawati Lukman – Subsektor Seni Pertunjukan


Dedikasi Indrawati Lukman dalam dunia Seni Tari dan kemampuannya mengelola Studio Tari
telah terbukti dengan berbagai penghargaan yang diterimanya. Berbagai kegiatan penting
yang diselenggarakan di Kota Bandung, apabila melibatkan unit kesenian khususnya Seni Tari
akan meminta penanganan Indrawati Lukman bersama Studio Tari Indra.
Peran sebagai Duta Seni dan Budaya Indonesia telah membawa Indrawati keliling dunia. Sejak
tahun 1957 sampai tahun 1997 Indrawati telah berkunjung ke berbagai negara di belahan
penjuru dunia diantaranya Rusia, Cekoslovakia, Hungaria, Mesir, RRC, Korea Utara, Thailand,
Philipina, Singapura, Malaysia, Jepang, Uzbekistan, Toronto, Braunschweig & Hamburg Jerman
serta beberapa negara lainnya. Selain itu juga Indrawati pernah mengisi acara pada kegiatan New York World‘s Fair di
Amerika Serikat dan yang terakhir adalah muhibahnya ke Vancouver-Canada.
Tahun 1968 Indrawati mendirikan Studio Tari Indra di
Bandung dengan maksud melestarikan kesenian
tradisional Jawa Barat, khususnya seni Tari Sunda,
melalui pembelajaran tari Sunda klasik maupun
pengembangannya secara konsisten kepada
anak-anak usia dini, remaja hingga dewasa. Studio
Tari Indra kini telah memiliki cabang di Garut,
Sumedang, dan Serang. Secara terus menerus

58
Indrawati dan Studionya berusaha mengembangkan bentuk kreasi baru dan memasarkan hasil garapannya. Menurut
Indrawati, mengembangkan tari Sunda pada saat ini tidak gampang, apalagi untuk mengharumkannya di luar negeri.
Kerja keras dan dedikasi Indrawati terbayar ketika Studio Tari Indra yang ia pimpin berhasil keluar sebagai juara pertama
dalam acara Sisli International Culture & Art Festival ke-9 , yang berlangsung pada 24-30 Juni 2008 lalu di Turki. Prestasi
ini mendorong Pemerintah Indonesia memberikan Penghargaan Berprestasi dari Pemerintah Republik Indonesia Prestasi
yang diraih Studio Tari Indra di Turki menunjukkan sebuah bukti bahwa perkembangan dan pertumbuhan tari Sunda di
mata dunia internasional mempunyai nilai dan citra yang tinggi, yang tidak kalah dengan perkembangan dan
pertumbuhan seni tari lainnya di nusantara maupun di berbagai belahan dunia lainnya.
g. TVOne – Subsektor Televisi dan Radio
TvOne adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang
sebelumnya bernama Lativi. Lativi didirikan pada tahun 2002
oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu konsep
penyusunan acaranya banyak menonjolkan masalah yang
berbau klenik, erotisme, kriminalitas, dan hiburan ringan
lainnya. Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama
menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Sementara Abdul
Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media
Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%. Sejak perubahan
konsep inilah tvOne meraih berbagai penghargaan terutama untuk konten acara beritanya. Pada musim Pemilu 2009
tvOne memberikan porsi besar dalam acara beritanya dan menobatkan dirinya menjadi Televisi Pemilu. Beberapa
penghargaan yang diperoleh tvOne antara lain:

Even Tahun
Penghargaan yang diterima
Nominasi untuk Kabar Petang Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Apa Kabar Indonesia Malam Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Cover Story Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Debat Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Telusur Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Negeri Impian Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Liga Djarum Panasonic Award 2009
Nominasi untuk Copa Indonesia Panasonic Award 2009

h. David Setiabudi – Subsektor Permainan Interaktif


David Setiabudi sering dilihat sebagai pelopor pengembang game Indonesia. Pada
awalnya, David yang pembuat komik melihat bahwa perkomikan, peranimasian dan
pergamean Indonesia sangat lemah. Saat itu David berangan-angan, bagaimana
jika karakter komik yang dibuatnya bisa bergerak? Nah, semenjak itulah David
mulai belajar sedikit-sedikit tentang pemrograman sederhana. Padahal, latar
belakang pendidikan Pak David adalah jurusan desain dan refraksinis optisien
(kedokteran optik mata D3), dan tidak ada background teknik informatika sama
sekali.
Pada tahun 2004, Divine Kids Associates dibentuk oleh David dan mulai mencoba
menghasilkan game. Setelah memilih 16 game dari puluhan game yang diseleksi, dan diterbitkan (sebagai bonus CD)

59
oleh majalah PCGAME 5/2004, Divine Kids semakin produktif. David berpendapat bahwa game Divine Kids perlu memiliki
pondasi yang kuat. Di saat orang lain belum ada yang mendaftarkan gamenya ke Ditjen HKI David mendaftarkan karakter-
karakter dan logo Divine Kids. Saat itu modalnya berasal dari tabungan kerja part timenya semasa kuliah..
Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan bagi David sebagai ―Pembuat Game Pertama di Indonesia‖
pada tanggal 27 Januari 2004 di Semarang. Di sini disahkan 2 hal, yaitu David Setiabudi sebagai pembuat game pertama
di Indonesia, dan Divine Kids sebagai game pertama Indonesia. Penghargaan diserahkan secara langsung oleh Bapak
Jaya Suprana, pendiri MURI. Saat itu Kak Seto Mulyadi juga menghadiri acara itu. Kak Seto terus menerus mendukung
David sejak pertama kali menulis skripsinya tentang game. Beberapa penghargaan yang diterima David Setiabudi/Divine
Kids antara lain:
Penghargaan yang diterima Even Tahun
Pembuat Game Pertama di Indonesia (Divine Museum Rekor Indonesia 2004
Kids)
Game Developer Indonesia Terfavorit Indonesia Game Show 2008

i. Joko Hartanto – Subsektor Penerbitan dan Percetakan


Namanya Djoko Hartanto, pria asal Semarang yang lahir pada tanggal 17 Juli 1972
ini membangun sebuah penerbitan yang dinamakan Concept Media sejak tahun
2003. Dia membangun usaha tersebut setelah keluar dari tempat kerja dan
menjaminkan rumah pribadinya untuk mendapat modal pinjaman sebesar 500 juta
rupiah. Keberanian Djoko patut diacungi jempol terutama karena ia tidak memiliki
latar belakang publisher namun berani menceburkan diri di industri yang hampir 85
% dikuasai penerbit-penerbit kelas kakap. PT. Concept Media berdiri, dengan visi
sebagai penerbit yang kreatif dan berkomitmen tinggi untuk menghadirkan sesuatu
yang berkualitas dan bisa menginspirasi para pembaca. Melalui perusahaannya
Djoko kemudian menelurkan sebuah majalah dengan title Concept Magazine.
Concept Magazine hadir sebagai penerbit untuk
menyajikan media desain grafis di Indonesia yang
terbilang langka. Padahal dunia desain grafis di Indonesia
terbilang booming, sejalan masuknya informasi dengan cepat sehingga cepat pula
menghasilkan ahli‐ahli desain dari bangsa ini. Tapi hal tersebut kurang disertai
kehadiran bahan‐bahan yang bisa menjadi referensi yang baik, atau media informasi
yang dapat menggenjot kreativitas para desainer kita. Kehadiran Concept Magazine pun
jadi bisa dianggap pioner untuk media di bidang desain grafis dan cukup memuaskan
dahaga para desainer kita. Dapat dikatakan, bahwa majalah Concept merupakan satu-
satunya majalah desain grafis berskala nasional.
Ternyata konsep yang ditawarkan Djoko berhasil, majalah Concept terjual cukup bagus
dan bahkan sekarang sudah memiliki langganan fanatiknya, yakni sekitar 30% dari
pembeli. Majalah Concept kini sudah menjadi bahan referensi untuk para desainer grafis
di Indonesia, terbukti menurut Djoko setiap edisi majalahnya selalu terjual habis dalam
skala lebih dari 1000 eksemplar. Sukses secara penjualan diikuti pula penghargaan
terhadap hasil karya Djoko dan rekan-rekannya. Salah satu penghargaannya adalah
Australian Alumni Awards untuk Creativity and Design pada tahun 2009.
Kemudian Djoko menerbitkan majalah yang lain yang bernama ―BabyBoss‖. Babyboss
berkonsep sebagai majalah yang mencoba mengupas serta menampilkan perkembangan

60
seni dan budaya terbaru seperti urban art, desain eksperimental dan kretifitas radikal untuk yang muda dan dinamis
generasi saat ini. Tidak berhenti sampai disitu, Djoko kembali menelurkan ide konsep briliannya, dia akan memproduksi
cerita bergambar (cergam) atau komik yang berjudul Alia. Cergam yang bercerita tentang Ratu Adil ini 100% Indonesia,
hasil dua tahun kerja kerasnya yang akhirnya siap untuk dilaunching. Dan yang menjadi istimewa adalah orang-orang
dibalik pembuatan cergam ini adalah putra‐putra bangsa yang karyanya sudah diakui di dalam negeri bahkan luar negeri,
ada Chris Lie kreator komik Transformer dan G.I Joe, juga ada Oyas dan Iput yang banyak membuat komik dalam negeri.
Motif sesungguhnya di balik cergam Alia ini adalah pemikiran idealis seorang Djoko yang ingin mengangkat karya anak
bangsa dan menularkan trend cergam atau cerita bergambar. ―Jepang punya Manga, China punya Manhua, dan
Indonesia punya Cergam.
j. Kendro Hendra – Subsektor Layanan Piranti Lunak
Kendro Hendra, pria kelahiran Palembang, 31 Desember 1955, orang Indonesia yang
mampu menciptakan aplikasi peranti bergerak yang memungkinkan sebuah ponsel
lebih bermakna dan bergaya. Sarjana Ilmu Komputer dari University of Manitoba,
Kanada, ini telah mencipta puluhan aplikasi peranti lunak untuk membuat ponsel
memiliki kelebihan.
Kendro Hendra dikenal telah menciptakan aplikasi AirGuard, yang sudah ditanamkan
di ponsel communicator Nokia. AirGuard merupakan teknologi yang dapat
menyelamatkan data dari sebuah ponsel. Kelebihan dari teknologi ini yaitu dapat
menghubungi pencuri telepon, meski dia sudah mengganti simcard-nya dengan
nomor lain.
Selain AirGuard, temuan lainnya antara lain AirAlbum, AirFax, AirRadio, dan AirVouchers. Tetapi, aplikasi paling luas dan
banyak digunakan adalah SettingsWizard dan S80-DataMover yang dilisensi Nokia secara global untuk dimasukkan dalam
setiap ponsel Symbian S60 Nokia. SettingsWizard adalah peranti lunak yang ditanamkan di ponsel Nokia, di mana
saat pemilik ponsel memasukkan simcard dari operator seluler mana pun, ponsel itu otomatis bisa men-setting
sendiri, baik SMS, MMS, e-mail, maupun GPRS, sehingga tidak harus diketik ulang. Demikian juga S80-
DataMover yang memungkinkan pemindahan data secara otomatis dari satu ponsel ke ponsel lain atau dari
satu communicator ke communicator lain, juga tanpa harus mengetik ulang.Kini, temuan Kendro itu diterjemahkan
ke dalam 127 bahasa.
Kendro Hendra merupakan pendiri perusahaan InTouch, yang merupakan satu dari sedikit perusahaan komunikasi dan
informasi Indonesia dengan reputasi internasional. Kantor pemasaran perusahaan yang didirikan tahun 1996 itu
berada di Singapura. Sementara untuk pengembangan tetap dilakukan di Indonesia. Selain itu pada tahun
1983 Kendro juga mendirikan sebuah sekolah pendidikan komputer yang dinamakan Pusdikom.
3.6.2 Lesson Learned Pelaku Kreatif yang Kurang Berhasil
Sebelum meraih kesuksesan, tak sedikit dari para insan kreatif harus mengalami kegagalan terlebih dahulu. Berikut
adalah beberapa pelajaran dari kegagalan yang pernah dialami oleh beberapa insan kreatif Indonesia.
a. Henky Eko Sriyanto – Subsektor Kerajinan & Fesyen
Hengky Eko Sriyanto merupakan sarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Surabaya (ITS) yang dapat dikatakan menyimpang
dalam hal pekerjaan setelah lulus. Saat ini Eko terkenal sebagai seorang pengusaha franchise makanan. Arek Suroboyo
asli ini adalah pendiri dan pemilik waralaba Bakso Malang Kota ―Cak Eko‖. Tidak hanya bisnis bakso, Cak Eko juga dikenal
memiliki waralaba ―Soto Ayam Kampoeng Jolali‖ serta ―Ayam & Bebek Goreng Sambel Bledeg‖. Sampai tahun 2008
franchise Eko telah berjumlah 82 buah dan tersebar di berbagai kota di Indonesia.

61
Eko mendapatkan penghargaan dan pencapaian yang luar biasa karena bisnisnya tersebut. Di umur yang relatif muda ia
baru saja dinobatkan oleh koran Bisnis Indonesia sebagai juara I ―Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award 2008‖
untuk kategori utama. Kemudian salah satu penghargaan bergengsi adalah juara I Wirausaha Muda Mandiri 2008.
Penyerahaan penghargaan ajang tersebut dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri BUMN
Sofyan Jalil di Jakarta Convention Center, 3 Desember 2008. Tanggal 11 Desember 2008 usaha Cak Eko Bakso Malang
Kota ―Cak Eko‖ menyabet Penghargaan The Best In Business Prospect Indonesia Franchise Start Up 2008. Penghargaan
lainnya adalah ―Indonesian Innovative Creative Award 2007‖ dari Menteri Koperasi & UKM, Menakertrans & Menperin,
―Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award 2007‖ dari Menkop & UKM.
Namun demikian, Eko juga memiliki sisi lain dari perjalanan bisnisnya, beberapa kali Eko sempat mengalami kegagalan
dalam berbisnis dan hidup dengan keadaan serba keterbatasan. Eko telah mencoba berbagai bidang usaha sebelum
terlibat dalam bisnis waralaba makanan. Tahun 1997, saat baru pertama kali hijrah di Jakarta Eko pernah jual-beli HP
bekas namun hanya bertahan 1 tahun. Tahun 1998, Eko mencoba peruntungan di bisnis MLM namun hanya bertahan 6
bulan. Eko pun pernah mengalami kegagalan dalam bisnis agrobisnis.
Eko mendapatkan modal sebesar 13 juta rupiah yang merupakan sisa dari biaya perjalanan saat ia mempublikasikan
artikel tekniknya di Jepang. Eko memutar otak bisnisnya dan menjatuhkan pilihan pada bisnis tas dan dompet kulit
produksi Tanggulangin Sidoarjo. Eko cukup berhasi menjalankan bisnisnya. Barang yang didatangkan dari Tanggulangin
disebarkan ke butik-butik di Jakarta. Namun persoalannya adalah pembayaran dari butik-butik tersebut tidak selancar
yang diharapkan. Sistem konsinyasi yang diterapkan tidak mendukung kelancaran cash flow. Banyak tagihan yang
tertunda hingga membuat Eko kesulitan memutar uang. Setelah satu tahun berjalan Eko memutuskan untuk berhenti dari
bisnis tersebut. Barang-barang yang berada di butik pun saya tarik semuanya dan dibawa pulang ke rumah untuk saya
bagi-bagikan kepada keluarga. Alih-alih mendapat untung, modal usaha sebesar 13 juta pun hilang tak berbekas.
Namun Eko bukan orang yang mudah menyerah dan putus asa. Dengan modal sebesar 5 juta yang berasal dari pinjaman
koperasi kantor, bisnis busana muslim pun dijalani Eko. Pasar Tanah Abang Jakarta dan kota Surabaya dipilih oleh Eko
menjadi tujuan saya untuk melempar barang. Bisni Eko berkembang pesat dengan tingkat keuntungan mencapai 100%.
Kala itu Eko tidak mengambil keuntungan usaha untuk keperluan konsumtif. Keuntungan yang didapatkan ditambahkan
lagi sebagai modal hingga akhirnya aset yang Eko miliki makin berkembang.
Namun lama kelamaan banyak orang yang meniru bisnis ini dan kompetitor mulai bermunculan dengan harga yang lebih
murah. Hingga akhirnya omset bisnis Eko turun drastis. Setelah Eko jalani selama 1 ½ tahun, Walaupun tidak rugi total,
Eko memutuskan untuk berhenti dan beralih ke bisnis kerajinan tangan (handy craft).
Pertengahan tahun 2002, Eko melihat-lihat pameran handy craft dan tertarik dengan kerajinan miniatur becak & sepeda
yang dipajang di salah satu stand. Eko kemudian mencoba untuk memproduksinya sendiri. Tiap sabtu dan minggu Eko
membawa proposal penawaran ke beberapa hotel dan pasar swalayan di Jakarta. Beberapa tempat bersedia menerima
produk tersebut. Lagi-lagi persoalannya semua hanya bersedia menerima barang dengan sistem konsinyasi. Kesulitan
cash flow kembali terulang. Setelah berjalan 6 bulan bisnis kerajinan tangan ini pun Eko tutup.
Sebagai hasil dari pengalamannya berbisnis, menurut Eko ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila ingin maju,
yaitu:
1. Berani memulai
2. Mempunyai keyakinan yang kuat untuk sukses
3. Jeli melihat peluang
4. Menciptakan merek usaha yang unik
5. Memodifikasi produk sesuai keinginan pasar
6. Terlibat secara langsung dari awal proses usaha

62
Eko berbagi pengalaman bisnisnya pada masyarakat lewat empat buku yang sudah diterbitkan, yaitu ‖Resep Paling
Manjur Menjadi Karyawan Kaya Raya (September 2007)‖, ―15 Jurus Antirugi Buka Usaha Rumah Makan (Juli 2008)‖,
‖Obat Paling Mujarab Sembuhkan Penyakit Penyebab Kebangkrutan Usaha (Oktober 2008)‖, dan ―The Cak Eko Way, Kiat
Menggapai Kesuksesan Bisnis Bermodal Tekad dan Sedekah (terbit 22 Desember 2008)‖
b. Animik dan QN – Subsektor Penerbitan dan Percetakan
Pada dekade 1990-an muncul studio-studio komik yang didominasi oleh generasi muda sebagai sebuah indikasi akan
kebangkitan kedua dunia komik Indonesia. Tidak berbeda dengan masa 1950-an, kebangkitan ini membawa naluri
‘tanding‘ melawan derasnya komik impor dan semangat memunculkan budaya lokal. Namun hal yang menarik disini
adalah saat konteks budaya yang sudah berubah. Perubahan itu bisa kita lihat dalam cermin komik Indonesia era 90-an
ini dimana komik Indonesia tidak hanya menghadapi komik imporan, tapi juga menghadapi realitas industrialisasi,
modernitas. Industrialisasi menjadi jalan hidup, bahkan dalam komik.
Contoh yang dapat diambil adalah kemunculan Animik dan QN pada tahun 1992 di Bandung yang berbasiskan komik
industri. Sebagai industri orientasi profit adalah prioritas utama, maka langkah pertama membuat komik adalah mencari
pasar sebagai pembeli, dan pasar komik Indonesia yang ditemukan adalah pembeli yang sedang tergila-gila komik impor.
Animik dan QN kemudian melakukan strategi dengan memberikan suguhan komik yang hampir sama. Strategi mendekati
pasar seperti dilakukan Animik dan QN menjebak mereka pada situasi tahun 1940-an. Dimana mainstream pada saat itu
adalah komik imporan Amerika, walhasil komik Indonesia seperti Sri Asih, Kapten Bintang 8 Garuda Putih, Kapten Komet
dihujat karena memiliki kemiripan bentuk dengan komik Amerika dan yang paling utama adalah ketakutan pada gagasan
(budaya yang dibawa). Akhirnya nasib Caroq (QN) dan Si Jail (Animik) hanya mengulang kegagalan yang sama, yang
membedakannya adalah proses pada pola adaptasinya saja.
Salah satu hal terpenting dalam industri komik adalah bagaimana memperhitungkan keberlanjutan produk (kontinuitas).
Komik adalah barang dagangan yang ‘harus‘ dapat dijual terus- menerus dengan kualitas yang tetap terjaga. Tokohnya
harus dapat terus dihidupkan hingga tidak hanya berlaga dalam adegan sebuah komik, tapi juga dalam baju tidur, pin,
topi, kaos, poster dan lain-lain. Untuk mewujudkan semua itu, maka diperlukan sebuah tim dari berbagai spesifikasi untuk
menangani riset, kreatif dan pemasaran. Dalam sebuah tim kreatif misalkan, akan dibagi pula berdasarkan spesifikasi
bidang kerja seperti penulis, pensiler, peninta, pewarna.
Industri ini akan bertemu lagi dengan instrumen industri lain seperti penerbit. Penerbitan sebagai bidang usaha, yang
akan menyusun pula perhitungan-perhitungan untung rugi dengan sistem royalti, pembelian hak cipta atau kontrak
jumlah produksi per tahun. Di Indonesia keterlibatan penerbit pada proses kreatif komikus sangat dominan sehingga
dapat sangat mempengaruhi, tidak hanya studio komik berbasiskan industri tapi juga komikus profesional dengan
idealisme tertentu. Akibat dari perbedaan cara pandang industri penerbitan dan pembuat komik maka berkembanglah
jalur independen di mana para kreator komik tidak menggantungkan diri pada sistem yang ada (industri), tapi lebih
cenderung membentuk sistem sendiri. Para kreator ini bergerak dalam bentuk komunitas, mendistribusikan melalui satu
kegiatan ke kegiatan lain atau dari teman ke teman. Para komikus indenpenden ini akhirnya mempunyai pangsa pasarnya
sendiri.
Komunitas komik diluar sistem industri ini, berjalan seiring dalam distribusi (event ke event), mereka bukan tidak jengah
dengan sistem industri dan booming komik impor, namun mereka tidak menghiraukannya. Komikus-komikus ini asyik
dengan ‘dunia‘ komik yang mereka ciptakan sendiri, dunia komik yang akhirnya membentuk komunitas dan segmen pasar
dengan sendirinya komunitas yang bergerak dari event ke event mencari perkawanan dan menjual komiknya dari tangan
ke tangan.
c. Film

63
Akhir dekade 1980-an film Indonesia hanya berisikan tema-tema komedi, seks, seks horor, dan musik (dangdut) dengan
tujuan untuk mencapai keuntungan saja tanpa memperhatikan mutu, jalan cerita, sinematografi. Akibat penurunan
kualitas secara drastic dari film-film yang diproduksi, Festival Film Indonesia (FFI) yang diadakan sejak 1973 harus
dihentikan penyelenggaraannya pada 1994. Di saat yang bersamaan film Amerika, Mandarin, dan India tengah marak-
maraknya beredar di Indonesia. Indonesia menerima 1000 sampai 1200 film asing per tahun melalui bioskop, televisi,
video compact disc dan download melalui internet.
Penyebab utama begitu tingginya animo masyarakat terhadap film asing adalah karena merosotnya produksi film
nasional. Produksi film nasional pada 1970-an mencapai 604 judul film dengan rata-rata produksi 60 film per tahun,
sementara pada 1980-an mencapai 721 judul film dengan rata-rata 70 film per tahun. Hal ini sangat bertolak belakang
dibandingkan dengan dekade 1990-an. BP2N mencatat produksi film nasional tak sampai separuh dari jumlah produksi
tahun 1980-an, yakni berkisar 200 sampai 300 film dalam 10 tahun terakhir. Sangat jauh jika dibanding industri
Bollywood di India yang mampu menembus angka 1000-1500 film dalam 10 tahun.
Selama rentang 1990-an tema sinema Indonesia tak pernah bergeser dari seks, kekerasan dan sadisme mistis. Hal ini
merupakan Cermin kegagapan insan film atas mandeknya kreativitas akibat ketatnya aturan main pemerintah. Selain itu,
ini bisa menjadi cerminan atas selera masyarakat yang rendah. Sebagai contoh, Film Akibat Pergaulan Bebas (1974)
meraup 311.286 penonton, 30 persen lebih banyak dibanding film Badai Pasti Berlalu (1974) garapan sutradara Slamet
Raharjo Djarot yang memenangi piala Antemas untuk kategori film laris yang bermutu. Secara umum ada tiga faktor yang
melatari mandeknya indutri film Indonesia, yaitu; peraturan yang membatasi sehingga cenderung mematikan. Kedua,
monopoli bioskop yang merugikan film lokal dengan hanya memutar film Hollywood yang eksklusif. Ketiga, sinetron atau
opera sabun yang ditayangkan TV swasta sejak awal 1990-an yang terbukti lebih popular dibanding film.
d. Musik
Grup Band Gigi resmi dibentuk pada tanggal 22 Maret 1994. Pada awalnya Grup Band ini terdiri atas Armand Maulana
(vokalis), Thomas Ramdhan (bassis), Dewa Budjana (gitaris), Ronald Fristianto (drummer), dan Baron Arafat (gitaris).
Nama "Gigi" sendiri muncul setelah para personilnya tertawa lebar mengomentari nama "Orang Utan" yang nyaris
dijadikan nama band ini. Dengan latar belakang musik yang beda-beda, mereka menggabungkannya ke dalam satu musik
yang menjadi ciri khas Gigi.
Gigi melempar album perdana yang berjudul "Angan" ke pasaran dengan dukungan dari Union Artist/Musica. Pada waktu
itu Gigi belum membentuk suatu manajemen artis untuk mengelola kegiatan mereka sehingga semua dilakukan sendiri
oleh para personel Gigi. Pada saat itu mereka merilis dua singel yang disertai dengan video klip, yaitu Kuingin dan Angan.
Tetapi kedua lagu andalan tersebut tidak banyak mendongkrak angka penjualan. Kurangnya promosi dan tidak adanya
pengelolaan manajemen menjadi penyebab utama kegagalan album pertama group musik ini.
Pengalaman dari album pertama membuat Gigi memutuskan untuk membentuk Gigi Management agar pengelolaan band
menjadi lebih profesional. Hasilnya terlihat pada album kedua Gigi yaitu "Dunia". Album ini terbilang cukup sukses di
pasaran. Dengan mengusung lagu unggulan pertama "Janji", Gigi berhasil menjual sekitar 400.000 kopi serta meraih
penghargaan sebagai "Kelompok Musik Terbaik‖.
e. Braincode Solution/Ari Sudrajat – Subsektor Perangkat Lunak
Braincode Solution adalah salah satu provider layanan konten yang menonjol di tengah maraknya bisnis layanan konten.
Perusahaan ini digagas oleh empat sekawan—Ari Sudrajat, Anton Nasser, Herjuno Wahyu Aji, dan Agung Saptono—
berdiri pada tahun 2004. Awalnya mereka memulai bisnis sebagai content developer dan membuat mobile game untuk
dijual. Setelah berhasil melahirkan lebih banyak game dan mobile comic, barulah mereka mengarahkan Braincode
Solution menjadi sebuah content provider.

64
Menurut CEO Braincode Solution, Ari Sudrajat, layanan konten ke depannya akan menjadi raja. Media apa pun itu baik
televisi, radio, atau ponsel, semuanya memerlukan konten yang baik. Apabila kontennya menarik maka orang dapat
dengan mudah berpindah media. Kreativitas jelas dituntut dari BrainCode untuk tetap tampil di jagat konten, apalagi
mereka punya banyak kompetitor. Bentuk kreativitas mereka bisa dilihat dari keberagaman produk yang telah mereka
ciptakan. Braincode menonjolkan orisinalitas dalam karya-karyanya dengan menciptakan konten-konten sendiri
sementara banyak perusahaan kompetitor hanya berperan sebagai re-seller. Ini yang membuat BrainCode Solution
dapat terus bersaing dalam bisnis layanan konten.
Memulai sebuah bisnis bukan hal yang mudah. Beragam kegagalan juga sudah pernah Ari dan kawan-kawannya alami.
Contohnya promosi yang gagal, atau membuat konten yang sulit dengan biaya yang besar, namun tidak mencapai break
even point. Menurut Ari, kegagalan itu diperlukan sebagai proses pembelajaran. Apabila tidak berani gagal maka tidak
mungkin berani mencoba hal yang baru. Beruntung kegagalan yang dialami Ari dan kawan-kawan tidak menyebabkan
perusahaan bangkrut. Dengan usaha gigih, kegagalan di satu waktu digantikan dengan keberhasilan di waktu yang lain.
Itulah yang membuat Braincode kembali bangkit. Beberapa bukti keberhasilan BrainCode dapat dilihat dari kemenangan
mereka meraih penghargaan sebagai Content Provider dengan Best Content di ajang Telkomsel Award 2005. Selain itu,
berkat aplikasi MobileTTS ciptaan mereka, posisi juara ke-2 di ajang Cellular Award juga pernah mereka raih.

3.7 PELUANG INDUSTRI KREATIF DI PASAR LUAR NEGERI


3.7.1 Ceko
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ceko cukup aktif membuka peluang bagi pelaku industri kreatif di dalam negeri,
untuk dapat berkiprah di pasar Ceko, khususnya di Subsektor Film. Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh
pelaku kreatif dalam negeri di Ceko dipaparkan berikut ini.
3.7.1.1 FESTIVAL FILM CEKO
Untuk mendukung perkembangan perfilman dan menghibur masyarakat Ceko, pemerintah Ceko membantu kegiatan para
insan film Ceko sejak lama telah berhasil menyelenggarakan berbagai festival film tingkat internasional di negara tersebut.
Penyelenggaraan berbagai festival film di Ceko ini telah menumbuhkembangkan perfilman, sekolah film dan bakat-bakat
yang dimiliki di dunia perfilman, disamping membina dan mengembangkan budaya film di negara tersebut.
Insan film Indonesia sendiri sudah beberapa kali berpartisipasi dalam event ini, misalnya:

Tahun 2006:
Febio Fest: Gie (karya Riri Riza)
Tahun 2007:
Febio Fest: Berbagi Suami (karya Nia Dinata)
Tahun 2008:
Zlin Film Festival: Denias Senandung Di Atas Awan (karya Ari Sihasale)
Karlovy Vary International Film Festival: The Photograph, (Sutradara Nan T.Achnas) yang memenangkan hadiah
Special Jury Award dan Ecumenical Award
Tahun 2009:
Febiofest: Quickie Express (karya sutradara Dimas Dajayadiningrat)
Zlin Film Festival: Laskar Pelangi (Karya Riri Riza)
Karlovy Vary International Film Festival: Babi Buta Yang Ingin Terbang (karya Erwin)

65
Dengan mulai diikutkannya film-film Indonesia di berbagai festival film di Ceko terlihat bahwa sebenarnya film Indonesia
mampu tampil bersaing dengan film film asing yang datang dari berbagai penjuru benua.
3.7.1.2 PROGRAM KBRI CEKO DALAM MEMPERKENALKAN FILM INDONESIA
Dalam kerangka mempromosikan Indonesia melalui Film Indonesia, KBRI melakukan upaya-upaya promosi film, baik
melalui festival maupun pemutaran film.
a. Festival Film Indonesia oleh KBRI Ceko
Sejak tahun 2007 KBRI Praha rutin menyelenggarakan Festival Film Indonesia di Ceko. Tujuan utama adalah untuk
memperkenalkan film Indonesia di negara Ceko.
i. FFI 2007: Panorama Film Indonesia, yang memutar film Indonesia mulai tahun 1960-an sampai 2000.
ii. FFI 2008: Film Indonesia Kontemporer, yang memutar film-film Indonesia baru
iii. FFI 2009: Retrospeksi Film Riri Riza, dengan memutar film-film Riri Riza
iv. Pada Tahun 2007, penyelenggaraan FFI bekerjasama dengan National Film Archive (NFA) dengan tempat
pemutaran Bioskop Ponrepo.
v. Pada Tahun 2008, penyelenggarakaan bekerjasama dengan pemerintah Praha dengan penyelenggaraan di City
Library Hall.
vi. Pada Tahun 2009, secara khusus bekerjasama dengan Debudpar, Miles Production dan Sabila Center for
Competitiveness yang menadatangkan Riri Riza dan rombongan.
b. Pemutaran Film di Bioskop Mini dan di Kota-kota Ceko
KBRI praha juga memperkenalkan film-film Indonesia kepada publik melalui pemutaran Film Indonesia bertempat di
Bioskop Mini KBRI Praha setiap bulan. Pada kesempatan tersebut hadir para pecinta Indonesia dan masyarakat
Indonesia di Praha. Selain itu KBRI Praha bekerjasama dengan beberapa Dinas Kebudayaan di berbagai kota telah
memutar serangkaian film Indonesia di berbagai kota.
3.7.1.3 PROGRAM-PROGRAM KBRI CEKO DI LUAR SUBSEKTOR FILM
Adanya Perjanjian Kebudayaan Indonesia – Ceko merupakan sarana yang ideal untuk terus memperkenalkan budaya dan
kerajinan Indonesia kepada Ceko. Dalam rangka peringatan 5o tahun Perjanjian Kebudayan Indonesia – Ceko diadakan
berbagai pameran dan acara untuk menunjukkan kebudayaan dan kesenian Indonesia di sepanjang tahun 2008.
KBRI memberikan perhatian khusus kepada produk-produk seni budaya sebagai berikut:
a. Pagelaran Batik
b. Penampilan Kesenian Tradisional. Beberapa kelompok yang sudah pernah menampilkan karyanya di Ceko antara lain
dari Propinsi Sumatra Utara, Sangrina Bunda, dan Teater Mandiri
c. Penampilan Musik Klasik. Beberapa insan kreatif yang sudah pernah tampil di Ceko antara lain Iravati Sudiarso dan
Aisha Sudiarso, Kua Etnika, Penyanyi Aning Katamsi, dan Kyai Kanjeng
d. Paduan Suara Mahasiswa. Misalnya dari Universitas Parahyangan, ITB dan Universitas Negeri Jakarta
e. Pentas kesenian rakyat di Ceko. Penampil biasanya dari kelompok tari dan gamelan binaan KBRI Praha.
f. Pameran produk seni dan budaya. Misalnya pameran kerajinan tangan, tenun, batik, dan foto tentang Indonesia
3.7.2 China (RRT)
Industri kreatif di RRT berpotensi besar untuk terus tumbuh pesat seiring dengan lajunya pertumbuhan ekonomi yang
diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ruang gerak untuk kreativitas dan meluasnya pasar. Kekuatan
industri manufaktur RRT yang mendorong terciptanya creative manufacturing juga akan menjadi salah satu faktor penting
membanjirnya produk-produk kreatif RRT ke pasar manca negara. Terlebih, kebudayaan Tiongkok memang secara umum

66
telah sejak lama dikenal secara global. Jargon ‖everything Chinese‖ kini mulai menjadi trend dan menarik minat banyak
kalangan.
Besarnya pasar industri kreatif, baik pasar domestik RRT maupun pasar internasional, tidak hanya mendorong
peningkatan investasi PMDN melainkan juga PMA (FDI) industri kreatif di RRT. Selain itu, kapasitas manufaktur yang
didukung dengan tenaga kerja murah terampil, iklim investasi dan kebijakan pemerintah yang mendukung mempunyai
andil penting dalam menarik investasi asing sektor industri kreatif di RRT. Meskipun belum ada data resmi yang
menggambarkan jumlah FDI untuk industri kreatif di RRT, namun jumlahnya diperkirakan sudah puluhan milyar dollar.
Beberapa negara/daerah yang berinvestasi besar di bidang industri kreatif di RRT antara lain: Amerika Serikat, Jepang,
Inggris, Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan dengan sektor utama games, animation, tv production and distribution, print
and distribution, channel distribution, consumer access devices.
Beberapa peluang industri kreatif yang berpotensi untuk dimanfaatkan antara lain:
3.7.2.1 TELEVISI
TV adalah sektor industri kreatif terbesar di RRT, dengan lebih dari 2.000 channel (320 milik pemerintah), 400 juta
pemirsa TV dengan rata-rata durasi menonton 3 jam per hari. Dengan besarnya jumlah populasi dan dominasi free-to-air
(FTA), RRT sekaligus juga pasar industri pertelevision terbesar di dunia. Industri ini ‘dikuasai‘ oleh media grup nasional,
yaitu China Media Group (pusat), serta di daerah oleh Media Group Beijing (BMG), Shanghai (SMEG), Guangdong dan
Hunan. Paradigmanya saat ini adalah media group ini mendorong ke arah komersialisasi, korporatisasi, kompetisi, dan
pemisahan bisnis dari pemerintahan. Namun transformasi dan restrukturisasi masih belum didukung dengan
perkembangan dalam hal produksi program acara (content gap). Saat ini RRT hanya memproduksi kurang dari 25%
program acara TV.
Partisipasi asing: ada beberapa venture kontrak untuk program block dan produksi acara, serta investasi asing (very
grey) dan hanya terbatas pada TV kabel.
3.7.2.2 FILM
Terlepas dari suksesnya beberapa film China menembus pasar internasional, industri film di RRT sendiri belum
memperlihatkan pertumbuhan yang berarti. Produksi film masih merupakan domain monopoli pemerintah. Keterlibatan
pihak independen, termasuk asing, masih terbatas pada post-production dan exhibit. Namun demikian, tren mulai
mengindikasikan perkembangan yang positif, termasuk di dalam film animasi, dan pintu investasi mulai dibuka melalui
liberalisasi (terkait aksesi WTO) dan dalam kerangka CEPA (closer economic partnership agreement).
Partisipasi asing: post-production, distribusi, streaming, investasi (masih terbatas)
3.7.2.3 RADIO
Industri radio RRT tertinggal jauh dari perkembangan di pertelevisian. Meskipun tingkat penetrasi ke masyarakat yang
lebih luas (93,6% populasi), namun investasi masih sangat terbatas, keterlibatan pemerintah dalam produksi dan
pengaturan channel sangat besar, dan kurangnya diversifikasi pemasukan. Kebanyakan jaringan media dan stasiun radio
saat ini telah membangun dan memiliki website atau portal khusus yang bisa diakses via internet maupun mobile.
Partisipasi asing: limited contractual engagement
3.7.2.4 MUSIK
Sektor ini juga termasuk yang perkembangannya tersendat karena masih diwarnai dengan masalah pembajakan, sensor,
dan licensing atau perijinan (masih dibatasi untuk SOEs).

67
Partisipasi asing: pembuatan content, recording, editing dan post-production, distribusi (sangat terbatas), talent
management.
3.7.2.5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN
RRT adalah pasar media berita cetak terbesar di dunia. 60% populasinya membaca koran tiap harinya dan hampir 40
miliar koran terjual setiap tahunnya. RRT juga pasar majalah terbesar kelima dengan jumlah hampir 10.000 judul. Secara
umum, industri ini memiliki prospek pertumbuhan yang sangat positif.
Partisipasi asing: joint venture dalam publishing, dan contractual arrangements.
3.7.2.6 ONLINE GAMES
Industri ini sedang booming di RRT dengan pertumbuhan hampir 50%. Para analis melihat bahwa RRT akan menjadi
dominant producer di kawasan mempertimbangkan keunggulan komparatif dalam hal biaya (dibanding Korea dan
Jepang), sumbe/bahan cerita (dari mitologi dan legendanya yang sangat kaya), talent, dan mulai intensifnya perhatian
dan kebijakan pemerintah dalam industri ini.
Partisipasi asing: semua level dan bagian dari value chain industri ini karena semuanya dioperasikan oleh pihak swasta
(independen), hanya beberapa bagian dari distribusi yang dilakukan oleh SOE.
3.7.2.7 KERAJINAN
Kemajuan yang pesat dari sumber daya manusia (SDM) dan teknologi mebel di China tidak menyurutkan minat
masyarakat Cina terhadap mebel dan barang kerajinan dengan ciri khas etnis yang dimiliki kerajinan Indonesia. Hal ini
terlihat dari tingginya minat terhadap produk-produk Indonesia pada berbagai pameran mebel dan kerajinan
internasional yang diadakan di Cina. Sebagai contoh, keterlibatan para pengusaha Bali di pameran perdagangan bertaraf
internasional "The 3rd China-Asean Expo" (Caexpo) di Nanning dan "Indonesia Solo Exhibition" (ISE) di Shanghai pada
tahun 2006 berimbas pada meningkatnya nilai ekspor dari Bali ke Cina beberapa bulan setelahnya. Nilai ekspor aneka
barang kerajinan dan mata dagangan nonmigas Bali ke China naik menjadi US$ 15,7 juta pada periode Januari-Oktober
2007, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2006 yang hanya sebesar US$ 9,6 juta. Minat yang
tinggi dari masyarakat Cina ini juga terlihat pada "Shenzhen International Furnirue Exhibition" (SIFE) ke-22 yang diikuti
oleh 40 pengusaha Indonesia pada tahun 2008.
3.7.3 Spanyol
Perekonomian Spanyol merupakan perekonomian terbesar kelima di Uni Eropa dan kedelapan terbesar di dunia dengan
total PDB mencapai 1.050 trillion euro (1.358 trillion dollar AS) dengan pendapatan perkapita pada tahun 2007
mencapai 33,221 dollar AS. Kontribusi nilai produksi kreatif terhadap PDB Spanyol pada tahun 2005 diperkirakan
mencapai 2.3% dengan margin keuntungan rata-rata 8% atau dibawah rata-rata negara Eropa yang mencapai 8.7%.
Margin keuntungan tertinggi terdapat pada sektor desain fashion yang mencapai rata-rata keuntungan perusahaan
sektor desain mencapai 13,2%. Beberapa peluang industri kreatif Indonesia di pasar Spanyol berada di sektor-sektor
berikut.
3.7.3.1 FILM, VIDEO DAN FOTOGRAFI
Masyarakat Spanyol memiliki antusiasme yang tinggi untuk melihat film dengan 35 persen dari penduduk pergi ke
bioskop minimal sekali dalam sebulan. Total penonton film bioskop dari Januari sampai Desember 2008 mencapai 107
juta pemirsa. Selama setahun, bioskop menampilkan sekitar 1.652 film dan menghasilkan pendapatan sekitar 619,3
juta euro.

68
Walaupun antusiasme masyarakat Spanyol untuk melihat film telah mendorong berkembangnya film produksi Spanyol
dan perusahaan produksi dalam negeri mendapatkan perlindungan, namun pangsa pasarnya didominasi oleh film-film
buatan Amerika Serikat yang mencapai 71.5%. Sedangkan pangsa pasar untuk film produk dalam negeri hanya
mencapai 13.3% dan sisanya berasal dari negara-negara Eropa, Amerika Latin dan Asia. Film-film Asia yang masuk ke
layar lebar bioskop Spanyol berasal dari Jepang, Korea Selatan, RRC, Iran dan Taiwan. Film-film yang diimpor umumnya
digandakan dan memilki kecenderungan terus meningkat. Pada tahun 2008 film asing yang digandakan mencapai
44.856 kopi. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya jumlah bioskop multiflex yang mempengaruhi
meningkatnya kamar layar lebar yang pada tahun 2008 mencapai 4.140 kamar.
Pasar Video juga menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang sehat dalam jumlah penjualan dan sewa, namun
pasarnya memiliki kecendurungan menurun. Pada tahun 2008 sekitar 5.831 judul film telah terjual dan 998 di antaranya
adalah produk Spanyol, 1.436 dari negara-negara Uni Eropa dan 2.192 karya Amerika Serikat. Jumlah tersebut
mencerminkan kecenderungan penurunan bila dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 6.765.
Preferensi segmen pasar masyarakat Spanyol bila membeli atau menyewa video adalah film animasi dan cocok untuk
anak-anak (35,5 persen), diikuti oleh film dewasa (32 persen), judul untuk umur 13 tahun atau lebih (14,5 persen),
film-film untuk umur 18 tahun atau lebih (11 persen), dan untuk umur 7 tahun atau lebih (7 persen).
Pangsa pasar Spanyol untuk industri film yang mencapai 619.3 juta euro merupakan pasar yang atraktif bagi industri
perfilman Indonesia. Namun untuk menembus pasar Spanyol diperkirakan akan menghadapi tantangan yang cukup berat,
khususnya dalam bersaing dengan film-film buatan Hollywood dan buatan dalam negeri.
Film nasional dan asing yang akan ditayangkan di bioskop harus melalui jaringan distribusi. Beberapa perusahaan
distributor terbesar di Spanyol, antara lain, Warner Sogefilm, A.I.E., United International Pictures y Cia., S.R.C, Hispano Fox
Films, S.A.E, Buenavista Intl Spain, Lauren Film, S.A., Columbia Tri-Star Films, Aurum Producciones, LolaFilms Distribucion,
Lider Films, dan Alta Films.
Perusahaan distribusi dan produksi saat ini memiliki kecenderungan semakin terlibat dalam usaha perbioskopan. Seperti
perusahaan bioskop yang baru beberapa tahun dibentuk Premier Megaplex yaitu gabungan perusahaan TV Telecinco dan
TriPictures Patricia Edeline dan lainnya yang sudah aktif dalam sektor perfilman seperti Kinepolis memiliki 25 kamar
bioskop dengan kapasitas 9.000 orang.
Beberapa alternatif strategi yang dapat diambil oleh para insan film Indonesia agar dapat memasuki pasar film Spanyol
adalah:
a. Ikutserta dalam festival film yang dilaksanakan di Spanyol.
Spanyol mengadakan beberapa film festival baik untuk animasi, video maupun untuk layar lebar seperti Festival
Internacional De Cine De Sevilla untuk film dokumenter atau Festival Internacional De Nuevas Tecnologias, Arte Y
Comunicación untuk film animasi. Festival Internasional yang bergengsi di Spanyol adalah Festival Internacional de Cine
de San Sebastian yang diselenggarakan 18-26 September. Beberapa aktor Hollywood yang mendapatkan dosnatian
award adalah Max Von Sydow, Matt Dillon (tahun 2006), Richard Gere dan Liv Ullmann (tahun 2007), Antonio Bandera
dan Meryl Streep (tahun 2008).
Beberapa film Indonesia telah mengikuti Festival Film di Spanyol, namun belum berhasil masuk diputar dalam bioskop.
Beberapa film Indonesia tersebut, antara lain, sebagai berikut:
• Laskar Pelangi ditayangkan di Granada Festival Cines del Sur.
• 10 Tahun Reformasi Indonesia ditayangkan di Barcelona Asian Film Festival BAFF 2009
• Berbagi Suami ditayangkan di Comunidad de Madrid Festival Film
• Garasi ditayangkan di Festival Film Infantil di Madrid

69
Produser film yang berkeinginan ikut serta dalam festival harus menyerahkan formulir yang telah diisi dan ditandatangani
sebelum 30 Juli kepada Donostia-San Sebastián Film Commission. Semua film akan dipilih oleh Panitia Seleksi Festival.
Sedangkan persyaratan untuk ikut serta dalam festival ini, film harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Tidak dirilis selama 12 bulan sebelum tanggal Festival.
• Belum disajikan pada kompetisi festival film lainnya baik sebelum maupun ketika penyelenggaraan Donostia-San
Sebastian Festival.
Semua film yang terpilih akan disajikan dalam versi aslinya dengan sub-title Spanyol dan dianjurkan juga memiliki sub-title
berbahasa Inggris untuk memudahkan para juri asing dan profesional di bidang industri film. Pengunjung dalam festival
dibuka untuk umum, lembaga organisasi di bidang perfilman dan dikenakan biaya.
b. Mengadakan produksi bersama di bidang perfilman dengan Spanyol.
c. Melakukan kontak dengan asosiasi distributor dan importer film Spanyol
Organisasi dan Asosiasi-Asosiasi Film dan Animasi di Spanyol yang dapat dijadikan partner bekerja sama antara lain:
a. ADPCE-Asociación de Directores de Producción Cinemtográfica (Association of Directors of Production
Cinemtográfica), http://www.asoc-adpce.es
b. AEC-Asociación Española de Autores de Obras Fotográficas Cinema (Spanish Association of Authors of Works Cinema-
Photography), http://www.aecdirfot.org
c. ALMA - Autores Literarios de Medios Audiovisuales (Literary Authors of Audiovisual Media),
http://www.asociacionalma.es
d. FAPAE-Federación de Asociaciones de Productores Audiovisuales Españoles (Federation of Spanish Audiovisual
Producer Associations), http://www.fapae.es
e. Federación de Cines de España-FECE (Federation of Cinemas in Spain), http://www.fece.com/
3.7.3.2 MUSIK
Pangsa pasar Spanyol untuk industri musik yang mencapai 254,4 juta euro untuk musik rekaman dan 171.3 juta euro
untuk live music merupakan pasar yang atraktif bagi industri musik Indonesia. Namun untuk menembus pasar Spanyol
diperkirakan akan menghadapi tantangan yang cukup berat baik untuk jenis musik rekaman maupun live, khususnya
dalam bersaing dengan musik-musik dalam negeri, Amerika Latin dan Barat.
Ada beberapa group musik dari Indonesia yang pentas di Spanyol, namun umumnya merupakan vocal group dan musik
tradisional yang bertujuan menarik pariwisata Spanyol ke Indonesia. Sedangkan musik pop dan klasik Indonesia yang
pentas untuk komersial belum pernah terjadi dan perlu dijajaki. Begitu pula halnya dengan musik rekaman Indonesia.
Untuk live music jenis jass, rock&pop, klasik dan lainnya untuk memasuki pasar Spanyol dapat dilakukan melalui
pendekatan kepada agen promotor concert atau mengikuti festival musik. Sementara itu, untuk musik rekaman
diperlukan melakukan hubungan kontak dengan para perusahaan distributor musik yang tergabung dalam Promusicae
(Productores de Música de España) yang merupakan kelompok dagang yang mewakili musik rekaman di Spanyol.
Beberapa organisasi Musik di Spanyol yang dapat dijadikan partner bekerja sama antara lain:
a. Music and Dance Documentation Centre, http://cdmyd.mcu.es/
b. Centre for the Promotion of Contemporary Music, http://cdmc.mcu.es/en/
c. National Youth Orchestra of Spain, http://jonde.mcu.es/
d. National Orchestra and Choir of Spain, http://ocne.mcu.es/
3.7.3.3 LAYANAN PIRANTI LUNAK DAN PERMAINAN INTERAKTIF

70
Pasar Spanyol untuk piranti lunak memiliki pertumbuhan yang tinggi dan pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan
sekitar 9,1%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh makroekonomi yang baik yang membuat seluruh sektor IT mengalami
pertumbuhan sekitar 8,4%. Nilai pasar Spanyol untuk sektor informasi teknologi pada tahun 2007 mencapai 17.026 juta
euro atau mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 15,642 juta euro. Begitu pula halnya
dengan pasar piranti lunak, sejak tahun 2003 terus mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2007 pasar
piranti lunak mencapai 2.940 juta euro atau mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2003 yang mencapai
2.008 juta.
Karekter utama pasar Spanyol di bidang piranti lunak dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Terkonsentrasinya pasar di dua wilayah yaitu Madrid dan Katalonia;
b. Pengguna perusahaan besar mewakili lebih dari sepertiga pasar IT, namun demikian pasar mulai bergerak ke arah
UKM yang tergantung pada jasa provider untuk pengkomputerisasian.
Untuk mempermudah dalam menggambarkan segmen pasar di Spanyol, piranti lunak akan dibagi menjadi tiga sektor
yaitu sofware aplikasi, software development tools dan software infrastruktur.

Infrastruktur
23%
36%
Aplikasi

Development
41%
Tools

Perusahaan Indonesia yang tertarik mengekspor ke pasar Spanyol harus mencurahkan waktu dan tenaga dalam
mempromosikan produknya di pasar Spanyol dengan berpartisipasi dalam pameran dagang, mengiklankan pada
publikasi lokal, dan melakukan kontak pribadi dengan pelanggan potensial merupakan cara terbaik bagi perusahaan
Indonesia untuk masuk pasar secara efektif di Spanyol.
Pameran software yang dapat diikuti oleh Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Simo Network. Pameran yang mengkhususkan di bidang solusi dan jasa ICT yang dilakukan tanggal 22-24
September 2009 di IFEMA Madrid. Sektor yang dipamerkan adalah system and infrastructure, business tool and
solutions, telecomunication and internet. Pameran ini berfokus pada pertemuan bisnis yang dihadiri bagi undangan
dan umum.
b. Medpi Iberia. Pameran tahunan IT, elektronik dan telepon yang diselenggarakan pada tanggal 16-19 Juni dan
berlangsung selama tiga hari di Institución Ferial Alicantina. Pameran ini berfokus sepenuhnya pada pertemuan
bisnis dan dihadiri, khususnya bagi undangan. Targetnya adalah pengusaha distribusi ritel di Spanyol, Portugal dan
Andorra.
Organisasi dan Asosiasi-Asosiasi Piranti Lunak di Spanyol
a. DeSe- Asociación Española de Distribuidores y Editores de Software de Entretenimiento (Spanish Association of
Publishers and Distributors Software Entertainment), http://www.adese.es/main.htm
b. INTECO-Instituto Nacional de Tecnologías de la Comunicación (National Institute of Communication Technologies),
http://www.inteco.es/
c. CENATIC (Centro Nacional de Referencia de Aplicación de las Tecnologías de la Información y la Comunicación),
http://www.cenatic.es/

71
3.7.3.4 DESAIN DAN FESYEN
Desain Spanyol mengalami booming pada era tahun 1980-an dengan adanya kegiatan penting setiap tahun yang
dipublikasikan oleh media lokal dan global di berbagai kota di Spanyol. Pada tahun 1990-an mulai berdiri perusahaan-
perusahaan desain seperti Berenguer Group yang memberikan jasa konsultasi untuk menjembatani permasalahn
hubungan antara desainer, perusahaan dan institusi. Permintaan untuk desainer Spanyol pada dunia usaha global juga
meningkat dan desain Spanyol mulai ditampilkan di luar negeri secara global. Pada tahun 1990-an tercatat beberapa
kegiatan penting diadakan di Spanyol, termasuk World's Fair di Seville, Olimpiade di Barcelona dan Madrid dijadikan
Ibukota Budaya Eropa pada tahun 1992.
Lokasi geografis dari penyuplai desain di Spanyol dapat dikatakan sangat terkonsentrasi pada wilayah Cataluña, Madrid,
Valencia, Aragon dan Kepulauan Balearic. Untuk industri graphic design terkonsentrasi di Cataluña (42,7%), Madrid
(17,6%) Valencia (13,8%), Pais Vasco (7,9%) dan Aragón (4,1%). Untuk industri interior design terkonsentrasi di
Cataluña (23,5%), Madrid (12,1%), Valencia (11,8%), País Vasco (10,5%) dan Andalucía (9,6%). Sedang industri
product design dan fashion design terkonsentrasi di Cataluña dan Valencia. Tabel dibawah menunjukkan konsentrasi
industri design di Spanyol. Catalonia merupakan wilayah design yang mewakili 37.9% desain Spanyol diikuti oleh Valencia
dengan 13.7% dan Madrid 13.2%.
Tidak mudah untuk menilai jumlah jasa produksi desain di pasar Spanyol karena tidak adanya klasifikasi dari kegiatan
ekonomi yang mengakibatkan tidak adanya sumber resmi dimana informasi dapat dikumpulkan. Namun demikian, dalam
menganalisa pasar desain di Spanyol dapat dilihat dari kecenderungan sebagai berikut:
a. Posisi desainer dan merek desain pada sistem desain di Spanyol beraneka ragam. Sebagian besar desain memiliki
manufaktur dan mengkontrol distribusinya. Lainnya menggabungkan desain dengan manufaktur atau hanya
distribusi, namun tidak mengcover seluruh mata rantainya. Kelompok ini relatif kecil dan hanya pada desain produk.
b. Meningkatnya kecenderungan terintegrasinya segmen distribusi produk-produk sektor desain.
c. Adanya peningkatan berhijrahnya desainer yang berusaha untuk secara eksklusif memfokuskan pada desain.
d. Meningkatnya penggabungan perusahaan-perusahaan kecil ke perusahaan besar untuk menangani sektor distribusi
Konsumen utama untuk layanan desain di Spanyol adalah sektor swasta yang mencapai 55,5%, individual 28,7%, dan
selebihnya lembaga pemerintah yang umumnya cenderung menggunakan desain perusahaan besar. Distribusi konsumen
berdasarkan daerah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3-4 Distribusi Wilayah Subsektor Desain di Spanyol

Distribusi Wilayah Subsektor Desain Di Spanyol


Graphic Design Interior Design Product Design Fashion Design
Cataluña (42,7%) Cataluña (23,5%) Cataluña (43,7%) Cataluña (45,4%)
Madrid (17,6%) Madrid (12,1%) Valencia (16,6%) Valencia (19,0%)
Valencia (13,8%) Valencia (11,8%) País Vasco (10,6%) Galicia (7,9%)
Pais Vasco (7,9%) País Vasco (10,5%) Madrid (10,3%) Balearic (7,1%)
Aragón (4,1%) Andalucía (9,6%) Galicia (7,6%) C.Madrid (6,3%)
Dalam menembus pasar Spanyol bagi produk desain Indonesia, mungkin dapat mencontoh model sukses yang dilakukan
oleh industri desain Spanyol pada segmen fashion produk perempuan yang masuk di pasar Asia Tenggara seperti Zara,
Mango dan lainnya. Asosiasi desainer Spanyol sependapat bahwa kesuksesan tersebut karena adanya konsoslidasi
merek Spanyol sebagai lambang strategi go internasional. Konsolidasi merek telah meningkatkan citra desain Spanyol
pada masyarkat internasional. Proses ekspansi tersebut memang membutuhkan strategi yang jelas dan sumber dana
yang cukup.

72
Pameran Industri Desain yang Dapat Diikuti Oleh Pelaku Indonesia
a. SIMM - Madrid International Fashion Show
Exhibition site: Feria de Madrid, Sectors attending: Womenswear, menswear, leather wear, intimates/swimwear, Web:
www.semanamoda.ifema.es
b. Encuentro Nupcial Internacional Bridal Exhibition
Exhibition site: Feria de Madrid, Sectors attending: Moda nupcial
c. Bread & Butter Barcelona
Exhibition site: Fira Barcelona, Sectors attending: Womenswear, menswear, footwear, Web: www.breadandbutter.com
d. Barcelona Bridal Week
Exhibition site: Recinto Gran Via, Pabellón 8, Sectors attending: Bridalwear, Web: www.moda-barcelona.com
e. IBERJOYA - The International Jewellery, Silverware, Watches and Auxiliary Industries Trade Show
Exhibition site: Feria de Madrid, Sectors attending: Jewellery, Web: www.iberjoya.ifema.es
f. MODACALZADO - Internacional Footwear Trade Fair
Exhibition site: Feria de Madrid, Sectors attending: Footwear, Web: www.modacalzado.ifema.es
g. Salon Look Internacional 2009
Exhibition site: Feria de Madrid, Sectors attending: Health, beauty and well-being, Web:
www.ifema.es/ferias/salonlook/default.html
Pengunjung pameran tersebut pada dua hari pertama, umumnya dikhususkan kepada para undangan (pengusaha dan
lembaga) dan pada hari ketiga dan seterusnya dibuka untuk umum. Untuk mengikuti pameran-pameran tersebut
diperlukan pendaftaran ke panitia melalui websitenya.
Organisasi dan Asosiasi-Asosiasi Desain di Spanyol
a. Association of New and Young Spanish Designers (Asociación de Nuevos y Jóvenes Diseñadores Españoles)
Address: Segovia 22, Bajos CP 28005 Madrid, Spain
Telp:(34) 915 475 857
Fax. (34) 915 475 857
Web. http://www.nuevosde.com
Asosiasi didirikan pada tahun 1999 untuk mempromosikan kepentingan desainer fashion kawalamuda Spanyol
b. Association of Spanish Fashion Creators (Asociación Creadores de Moda de España)
Address: Centro Puerta de Toledo, C/ Ronda de Toledo, 1-28005 Madrid, Spain
Telp.+(34) 91 366 24 36
Fax.+(34) 91 366 18 70
Web: http://www.creadores.org
Asosiasi ini didirikan tahun 1988 untuk mempromosikan kepentingan desainer fashion Spanyol secar inetrnasional.
c. Asociación de Directores de Diseñadores de Moda de España (Art directors & Grafhic Designers Association of
Spain), http://www.adg-fad.org/home.php

73
3.7.3.5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN
Perusahaan Indonesia menghadapi persaingan yang ketat dari perusahaan Uni Eropa. Eksportir Uni Eropa mendapatkan
keuntungan dari peraturan umum dan standarisasi yang berlaku di Uni Eropa, pengecualian dari pajak impor dan letak
geografis yang membuat ongkos transportasi lebih murah dan waktu penyerahan (delivery time) yang lebih cepat.
Pengguna lokal umumnya mencari pemasok yang dapat menjamin layanan purna jual. Oleh karena itu, sangat penting
bagi eksportir Indonesia memiliki agen/distributor yang handal dan terlatih yang memilki kemampuan jaringan distribusi
penjualan dan layanan purna jual.
Perusahaan Indonesia yang tertarik mengekspor ke pasar Spanyol harus mencurahkan waktu dan tenaga dalam
mempromosikan produknya di pasar Spanyol dengan berpartisipasi dalam pameran dagang dan misi dagang,
mengiklankan pada publikasi lokal, dan melakukan kontak pribadi dengan pelanggan potensial merupakan cara terbaik
bagi perusahaan Indonesia untuk masuk pasar secara efektif di Spanyol.
Spanyol merupakan pasar yang sangat baik bagi Indonesia, dan produk Indonesia memiliki reputasi yang sangat baik.
Melakukan kerjasama dengan counterpart Spanyol merupakan salah satu pilihan untuk mengembangkan strategi akses
pasar yang lebih baik. Aliansi ini juga dapat lebih baik dalam melayani kebutuhan klien dan customer.
Prosedur impor menganut peraturan-peraturan perdagangan internasional dengan spesifikasi teknis untuk peralatan
percetakan ditetapkan oleh Uni Eropa dalam the EC Low Voltage Directive (73/23/EEC), yang dilaksanakan oleh Spanyol
pada Januari 1988. Pasal 7 dari directive tersebut mengijinkan membuat sertifikasi sendiri oleh produsen eksportir atau
oleh para perwakilan hukum di negara Uni Eropa, terutama bila produk tersebut dimaksudkan untuk digunakan untuk
industri. Listrik di Spanyol adalah 220 volts/50. Importir Spanyol dan pengguna akhir biasanya lebih memilih spesifikasi
teknis yang ditetapkan dalam bentuk metrik.
Tarif masuk yang berlaku untuk peralatan pencetakan yang berasal dari negara non-Uni Eropa adalah 1,7 persen. Selain
tarif impor, dikenakan 16 persen PPN yang dikenakan pada semua pengiriman tidak melihat negara asal - bahkan untuk
peralatan yang diproduksi di negara-negara anggota Uni Eropa lainnya. Tarif impor dikenakan atas harga CIF.
Umumnya, eksportir memanfaatkan surat kredit sebagai alat untuk pembayaran. Apabila hubungan sudah dekat antara
eksportir dan importir/distributor, bentuk pembayaran lainnya dapat dinegosiasikan menurut kehendak penjual dan
pembeli.
Perjanjian Kontrak: Secara umum, perjanjian perwakilan/distribusi diatur oleh ketentuan yang disepakati oleh kedua
belah pihak. Spanyol menerapkan teori "kebebasan kontrak" yang mana pihak-pihak yang membuat kontrak dapat
membuat ketentuan asalkan tidak melanggar undang-undang Spanyol, moral atau kebijakan umum.
Pasar Spanyol dapat digambarkan sebagai rangkaian pasar beberapa wilayah yang tergabung dalam dua hubs yaitu
Madrid dan Barcelona. Kedua kota metropolitan tersebut tempat berdosmisilinya sebagian besar agen, distributor,
kantor pusat perusahaan, dan bandan pemerintah yang terdiri dari dua blok kekuatan ekonomi negara. Dealer dan
kantor cabang yang terletak di luar Madrid dan Barcelona, umumnya, mendapatkan bantuan dari salah satu dari dua hub
Spanyol tersebut.
Sebagian besar surat kabar dan penerbit buku dan penerbit majalah mengimpor peralatannya secara langsung. Dan
umumnya, distributor Spanyol meminta eksklusif penyalur. Produsen dan eksportir Indonesia yang tertarik pada pasar
Spanyol memerlukan agen atau distributor kecuali bila berencana untuk membuka kantor cabang sendiri atau anak
perusahaan di Spanyol.
Pameran Industri Penerbitan dan Percetakan yang Dapat Diikuti Oleh Pelaku Indonesia

74
LIBER. International Book Fair
Waktu penyelenggaraan 7 - 9 Oktober 2009
Bertempat di paviliun 12 IFEMA.
Organiser: Fira de Barcelona .
Jam Pameran 10.00-19.00
Guest Country tahun 2009: Rusia
Frequency: setiap tahun
Sektor: perusahaan penerbitan, perusahaan seni grafis, multimedia, asosiasi profesional, layanan jasa dan
perusahaan pemasok.
Profil Pengunjung: penerbit, prescriptores, distributor, perpustakaan, autor dan lainnya.
Untuk ikut serta dalam pameran ini perlu mendaftar dan mengisi formulir yang disediakan secara online pada
situs: http://www.liber.ifema.es/
Organisasi dan Asosiasi-Asosiasi Penerbitan dan Percetakan di Spanyol
a. Federación de Gremios de Editores de España (Spanish Publishers‘ Federation)
Cea Bermúdez, 44-2º Dcha.
28003 Madrid
Tel.: 91 534 51 95
Fax: 91 535 26 25
Website:www.federacioneditores.org/
b. Asociación de Empresarios del Comercio del libro de Madrid (Asosiasi Perdagangan Buku Madrid)

C/ Santiago Rusiñol, 8
28040 Madrid
Telp: +34-915346124
Fax: +34-91 5534956
http://www.librerosmadrid.es
c. Federación de Asociaciones Nacionales de Distribuidores de Ediciones (Federation of National Associations of
Distributors of Publications)
C/ Santiago Rusiñol, 8
28040 Madrid
Tel. 902 195 940
http://www.fande.es
d. Sociedad General de Autores y Editores-SGAE (Spanish Society of Authors Composers and Publishers)
Fernando VI, 4
28004 Madrid
Tel: 34913499550/913499500
Website: www.sgae.es
3.7.3.6 KERAJINAN
Spanyol merupakan salah satu negara tujuan utama di Eropa untuk ekspor kerajinan dan mebel Indonesia. Berbagai
daerah di Indonesia secara rutin mengekspor kerajinan khas daerahnya masing-masing ke Spanyol. Berbagai kerajinan
asal Indonesia yang berhasil menembus pasar Spanyol antara lain kerajinan kulit kerang dari Cirebon, kerajinan buah

75
kering dari Nusa Tenggara Barat, kerajinan kayu, kerajinan besi, logam dan sapu lidi dari Bali, serta kerajinan souvenir
berbentuk perkusi dari Malang
Kerajinan berbahan baku kulit kerang seperti hiasan pintu, gorden, dan lain-lain mempunyai permintaan yang cukup
tinggi di Spanyol dengan jumlah dua hingga empat kontainer per bulan. Nilai ekspor kerajinan kulit kerang Cirebon pada
bulan Januari 2009 sebesar US$34,688,93 dan pada bulam Februari meningkat menjadi US$ 43,977.27. Keuntungan
memasarkan kerajinan kulit kerang adalah bahan bakunya yang tersedia sepanjang tahun sehingga setiap bulan bisa
terus memenuhi permintaan luar negeri.
Kerajinan buah kering merupakan komoditi utama kerajinan Nusa Tenggara Barat yang dieskpor ke Spanyol, Amerika
Serikat, Belanda, Jerman dan Jepang. Kerajinan buah kering pada tahun 2007 menyumbang separuh dari total nilai
ekspor kerajinan NTB dari 24 komoditi senilai US$ 679.042,51 atau sekitar Rp. 6,31 miliar. Nilai ekspor kerajinan buah
kering Nusa Tenggara Barat mencapai US$ 344.329,67 atau Rp. 3,202 miliar.
Kerajinan kayu merupakan salah satu ekspor utama kerajinan asal Bali. Pada periode Januari - Agustus 2007, tercatat
hampir 40 % dari nilai ekspor total kerajinan Bali berasal dari kerajinan kayu dengan nilai ekspor senilai US$
63.136.109,16 (nilai total ekspor kerajinan Bali US$ 162.407.149,29). Dari sekian banyak negara pemasok kerajinan
kayu, dalam periode Januari - Agustus 2007 pemasok dari Spanyol berada pada urutan ke tiga setelah Amerika dan
Prancis. Nilai ekspor kerajinan kayu ke Spanyol selama periode tersebut bernilai sebesar 5.198.564,38 dolar AS.
Sedangkan Amerika Serikat senilai 11.507.745,86 dolar AS dan Prancis 7.525.824,46 dolar AS. Ini menandakan bahwa
Spanyol memiliki daya beli tinggi, khususnya untuk jenis kerajinan kayu. Tren aneka jenis kerajinan kayu yang diinginkan
juga bervariasi dan tergantung dari selera konsumen. Selera masyarakat Spanyol pada umumnya hampir sama dengan
Prancis, Amerika, Italia, England dan lain sebagainya.
3.7.4 Argentina
Sejak Argentina mulai pulih dari krisis ekonomi, neraca perdagangan Indonesia-Argentina terus menunjukan peningkatan
dengan surplus masih tetap berada di pihak Argentina. Total volume perdagangan kedua negara tahun 2008 adalah
sebesar US$ 747,51 juta atau meningkat 20% dari tahun 2007 dengan surplus bagi Argentina sebesar US$ 281,87 juta.
Ekspor Indonesia ke Argentina dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 117% dengan nilai ekspor tahun
2008 mencapai US$ 232.82 juta, meningkat 9% dari tahun 2007 sebesar US$ 214.20 juta. Ekspor Indonesia ke
Argentina sampai dengan bulan April 2009 tercatat US$ 29,25 ribu atau 0,31% dari total impor Argentina dalam 4 bulan
pertama tahun 2009. Sedangkan nilai impor Indonesia dari Argentina adalah sebesar US$ 118,55 ribu atau 0,80% dari
total ekspornya. Jenis Produk Impor utama dari Indonesia antara lain adalah karet dan produk turunannya, textil,
footwear, buah kering dan biji coklat serta peralatan elektronik dan mekanik.
Dari data tersebut terlihat bahwa aktivitas perdagangan antar kedua negara masih banyak berkisar pada produk alam
dan manufaktur. Sedangkan produk yang bersifat industri kreatif relatif masih terbuka peluangnya untuk terus
dikembangkan.
3.7.4.1 INDUSTRI AUDIOVISUAL: FILM, ANIMASI, TELEVISI
Impor yang paling menonjol di Argentina antara lain adalah impor buku, film, produk musik, furniture dan kerajinan
tangan. Peningkatan impor buku, film dan musik ini antara lain disebabkan peningkatan minat terhadap buku dan musik
asing, khususnya yang berbahasa Inggris.
Di samping film produksi Hollywood, masyarakat Argentina cukup terbuka dalam menerima film-film produksi negara lain,
baik di layar bioskop maupun di televisi mereka. Event tahunan seperti Festival Film Internasional Mar Del Plata atau
Festival Film Independen Internasional Buenos Aires menjadi acara yang disambut meriah oleh ribuan pecinta film

76
Argentina. Festival film semacam ini menjadi wadah bagi sineas Argentina untuk menunjukkan kualitasnya sekaligus
membuka mata rakyat Argentina serta pasar film Argentina terhadap film asing berkualitas.
Kualitas sumber daya perfilman Argentina termasuk cukup diperhitungkan di kawasan Amerika. Sejauh ini sudah ada 5
praktisi perfilman Argentina yang meraih Oscar, temasuk di antaranya Gustavo Santaolalla yang sudah meraih Oscar dua
kali berturut-turut sebagai penata musik terbaik untuk film ―Brokeback Mountain‖ (2005) dan ―Babel‖ (2006).
Professional Argentina juga acap kali meraih Goya dan San Sebastian Movie Awards. Dari segi kuantitas, perfilman
Indonesia dan Argentina sama-sama sedang mengalami kebangkitan yang diiringi peningkatan minat masyarakat
setempat untuk menyaksikan film lokal. Kebangkitan sinema kedua negara ini dapat dimanfaatkan momentumnya tidak
hanya untuk menjalin kerjasama pembuatan film tetapi juga pertukaran pengetahuan dan pengalaman. Salah satu format
film yang menarik untuk dijadikan obyek kerjasama adalah film animasi. Dibandingkan jenis film yang menggunakan
manusia sebagai obyek, film animasi lebih fleksibel karena perbedaan bahasa dan ras tidak terlalu menjadi halangan.
Hal lain yang bisa dikembangkan adalah pertukaran ide dan format untuk acara TV. Sebagai negara pengekspor acara
TV keempat terbesar di dunia, Argentina banyak menggunakan format TV dokumenter dengan syuting di luar negeri,
termasuk di antaranya di Indonesia untuk acara budaya dan pariwisata. Di sisi lain, Indonesia dengan jumlah saluran TV
dan production house yang cukup tinggi dapat juga menjajaki kerjasama pertukaran program TV dengan Argentina. Di
luar acara film dokumenter, kualitas produksi dan format program TV Indonesia lebih menarik dibandingkan program TV
yang ada di Argentina. Jika memungkinkan, Indonesia dapat menjual ide dan format acara TV ini kepada production
house atau kanal TV di Argentina.
3.7.4.2 FURNITURE DAN KERAJINAN
Untuk industri kreatif yang berbasis budaya, Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk produk seperti furnitur dan
kerajinan tangan. Hal ini disebabkan peningkatan minat masyarakat Argentina terhadap produk kerajinan tangan yang
bermotif etnik atau tradisional. Produk asal Indonesia termasuk yang cukup diminati dan mempunyai nilai jual tinggi di
Argentina. Hal ini terlihat dari pemasaran produk kerajinan tangan dan furniture asal Indonesia di beberapa pusat
perbelanjaan kelas menengah dan atas di Argentina, antara lain meja, kursi, sofa dari kayu dan rotan serta dari eceng
gondok. Kerajinan tangan khas Indonesia dinilai memiliki kualitas yang cukup baik dan eksotisme kerajinan tangan khas
Indonesia dinilai lebih unik dibanding produk asal Cina dan India yang sudah umum membanjiri pasaran Argentina.
Hal yang harus diperhatikan dalam menjual produk kerajinan tangan dan furniture ke Argentina adalah persaingan dan
selera pasar setempat. Untuk produk furniture kelas menengah bawah, selain produk asal Indonesia yang banyak
diimpor ke Argentina adalah produk asal Cina, Vietnam dan Malaysia. Sedangkan untuk furniture kelas atas, produk asal
Indonesia dan produk tertentu asal Cina mempunyai pasar yang masih terbuka lebar. Pada tahun 2008, ekspor produk
furniture dan handicraft Indonesia ke Argentina mencapai 3,36 juta dollar AS dan 974,232 dollar AS sampai dengan
April 2009.
Pada tanggal 23 Juli – 4 Agustus 2009 Indonesia berpartisipasi Exposicion Rural yang merupakan pameran terbesar di
Argentina. Dalam kesempatan ini KBRI Buenos Aires bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa,
Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta BKPM menampilkan
produk-produk khas kerajinan tangan dan perhiasan Indonesia. Produk-produk Indonesia yang unik menarik minat publik
Argentina yang datang ke anjungan Indonesia walaupun pada pameran ini produk-produk yang dipamerkan tersebut
tidak untuk dijual. Meskipun demikian cukup sulit untuk menahan antusiasme pengunjung yang berkeinginan untuk
membeli barang-barang Indonesia.
Selain promosi produk-produk dan peluang investasi di Indonesia, kepada publik Argentina diperkenalkan pula seni
budaya dan pariwisata Indonesia baik melalui pemutaran video tari dan promosi wisata maupun melalui brosur-brosur
yang dibagikan selama pameran. Indonesia merupakan satu-satunya negara asing yang berpartisipasi dalam pameran

77
ini. Keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Promosi Terpadu Indonesia
2009 yang diselenggarakan di Paraguay dan Argentina.
3.7.4.3 KERAJINAN: JEWELLERY
Produk lain yang masih terbuka pasarnya bagi Indonesia adalah produk perhiasan (jewellery). Kualitas perhiasan di
Argentina baik yang berupa logam (emas, perak) maupun batu-batuan berharga maupun imitasi masih belum terlalu
bagus. Dari beberapa kali pameran yang diadakan KBRI Buenos Aires, produk perhiasan yang dibawa pengusaha
Indonesia, khususnya perhiasan batu-batuan dengan desain etnik menarik perhatian besar masyarakat setempat. Di
beberapa pusat perbelanjaan besar Argentina, produk perhiasan dengan motif dan desain etnik ini juga dijual dengan
harga tinggi dengan kualitas yang relatif tidak sebaik produk sejenis di Indonesia. Prospek pemasaran jewellery di
Argentina cukup cerah mengingat stándar hidup masyarakat setempat yang cukup tinggi untuk ukuran Amerika Latin dan
kebiasaan masyarakat setempat yang senang menggunakan perhiasan dalam berbagai kesempatan, baik formal
maupun informal. Berdasarkan data dari Mercosur, impor jewellery imitasi dari Indonesia ke Argentina pada tahun 2008
mencapai 111.644 dollar AS.
3.7.4.4 MUSIK: ALAT MUSIK
Produk Indonesia lainnya yang sudah cukup banyak masuk pasaran Argentina adalah untuk instrumen musik. Pada tahun
2008 impor Agentina dari Indonesia untuk alat musik 1.304.875 dollar AS, sedangkan sampai dengan April 2009 impor
produk sejenis mencapai 92,869 dollar AS. Peluang produk ini masih terbuka lebar mengingat minat masyarakat
Argentina terhadap musik cukup tinggi dan pelajaran kesenian di sekolah-sekolah Argentina merupakan salah satu mata
pelajaran yang mendapat perhatian tinggi.
3.7.4.5 FESYEN: PRODUK TEKSTIL
Produk tekstil dari Indonesia, baik yang masih berupa benang atau produk jadi telah banyak yang memasuki pasaran
Argentina. Pada tahun 2008, tekstil dan produk manufakturnya yang diimpor Argentina dari Indonesia mencapai nilai
56,615,299 dollar AS. Salah satu retail yang terkenal di Argentina, Falabella setiap tahunnya mengimpor pakaian, jeans,
sarung bantal dan produk garmen lain dalam jumlah yang cukup besar dari Indonesia.
3.7.4.6 TANTANGAN DAN HAMBATAN
Meskipun terbuka peluang pasar yang cukup besar bagi beberapa produk kreatif Indonesia di Argentina, untuk dapat
berhasil menembus pasar Argentina, beberapa hal yang harus diperhatikan eksportir Indonesia adalah :
1. Faktor Bahasa
Bahasa resmi Argentina adalah Bahasa Spanyol. Penggunaan Bahasa Spanyol ini menjadi sesuatu yang wajib untuk
banyak dokumen bisnis. Salah satu kasus yang saat ini dihadapi beberapa importir Indonesia yang ditangani KBRI
Buenos Aires adalah tuduhan dumping, dimana pengusaha diminta menjawab dokumen investigasi dumping yang
seluruhnya dalam Bahasa Spanyol.
2. Prioritas pada produksi dan tenaga kerja lokal (proteksionisme)
Pemerintah Argentina menunjukkan perhatian yang sangat kuat terhadap keberadaan industri lokal serta
penggunaan tenaga kerja lokal. Perhatian ini antara lain ditunjukkan dalam peraturan-peraturan setempat yang
intinya adalah mengurangi impor dan penggunaan tenaga kerja asing. Bahkan untuk beberapa produk yang
dibutuhkan pasar Argentina, Pemerintah setempat masih berusaha membatasi impor dengan meninggikan pajak
impor atau membuat aturan-aturan tertentu yang menghambat impor dari negara lain. Salah satu contohnya adalah
Peraturan No. 61 tahun 2009 mengenai lisensi impor, dimana importir harus mendapat ijin khusus dari Pemerintah

78
Argentina dengan menyebutkan secara rinci mengenai barang dan jumlah barang yang diekspor. Produk yang
termasuk dalam daftar terkena Peraturan No. 61 ini antara lain tekstil, furniture dan mainan anak.
3. Persaingan dari produsen sejenis
Untuk beberapa produk industri kreatif yang berbasis budaya, Indonesia harus bersaing dengan beberapa negara
Asia lain dan Brazil. Selain Cina dan India, Vietnam, Thailand, dan Malaysia merupakan negara yang banyak
mengekspor produk furniture, kerajinan tangan dan garment. Untuk itu, selain peningkatan desain, kualitas produksi,
pengusaha Indonesia perlu pemahaman yang lebih mendalam mengenai selera masyarakat setempat. Selain
menyukai produk dengan nilai etnis/tradisional tinggi, masyarakat Argentina umumnya menyukai produk dengan nilai
artistik yang unik dan seni alternatif.
4. Faktor jarak dan biaya transportasi
Untuk produk-produk tertentu, seperti tekstil, furniture dan kerajinan tangan, faktor jarak yang jauh antara Argentina
dan Indonesia berdampak besar pada biaya transportasi dan waktu pengiriman. Tetapi untuk beberapa produk kreatif
lain yang mengutamakan desain dan ide, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, khususnya dengan teknologi informasi
yang sudah ada saat ini.
3.7.5 Afrika Selatan
Peluang kerjasama antar asosiasi industri kreatif Indonesia dan Afrika Selatan terbuka lebar, karena adanya MoU on
Culture Cooperation antar kedua negara. Melalui pelaksanaan MoU ini, diharapkan interaksi asosiasi-asosiasi insan kreatif
kedua negara dapat diintersifkan. Untuk mendorong pemasaran industri kreatif Indonesia di pasar Afrika Selatan
diperlukan upaya yang berkesinambungan dan tanpa henti, dengan memanfaatkan keikut-sertaan insan kreatif Indonesia
dalam berbagai pameran dan festival di Afrika Selatan.
3.7.5.1 FILM DAN ANIMASI
Perfilman Afrika Selatan merupakan yang tertua kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dengan sejarah yang cukup
panjang dalam perkembangannya. Industri perfilman dan animasi pada umumnya memiliki kantor dan kegiatan di Cape
Town dan Johannesburg.
Pada tahun 2007, produksi film dan animasi Afrika Selatan mencapai nilai sebesar 11.5 milliar Rand (atau setara dengan
1,53 milliar Dollar Amerika Serikat). Untuk memajukan industri perfilman dan animasi, pemerintah Afrika Selatan
membentuk National Film & Video Foundation (NFVF). Yayasan ini memiliki mandat dari parlemen untuk mengembangkan
dan mempromosikan industri film, video dan animasi di Afrika Selatan. Selama tahun 2006 dan 2007, yayasan
memberikan bantuan hibah senilai R 46,5 juta bagi pengembangan dan pembuatan film feature, film singkat, seri televisi,
dokumenter dan proyek animasi, serta menyediakan beasiswa bagi para mahasiswa.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh NFVF untuk menempatkan film-film Afrika Selatan di arena perfilman internasional
adalah secara aktif berpartisipasi dalam berbagai festival film dunia sejak tahun 2000. Bahkan tercatat sejak tahun 1997,
film-film Afrika Selatan telah menjadi peserta resmi festival film internasional di Cannes, Perancis. Sebagai hasil dari ikut
sertanya dalam festival film internasional, film ―Tsotsi‖ memenangkan piala Oscar dari Hollywood sebagai film asing
terbaik tahun 2007 dan film ―Yesterday‖ tampil sebagai film asing yang dinominasikan dalam piala Oscar pada tahun
2005. Disamping itu, NFVF meningkatkan juga kualitas perfilman di Afrika Selatan, dengan menyelenggarakan berbagai
jenis festival film di dalam negeri setiap tahunnya.
Beberapa festival film yang terkenal di Afrika Selatan, antara lain:
Durban International Film Festival, KwaZulu-Natal
Encounters Documentary Festival, Johannesburg

79
TriContinental Film Festival, Cape Town
North West Film Festival
Apollo Film Festival, Northern Cape
Cape Town World Cinema Festival
KwaMashu Film Festival, KwaZulu-Natal
Afrika Selatan juga telah menjadi tujuan bagi pembuatan film-film Hollywood. Daya tarik untuk melakukan pembuatan film
di Afrika Selatan, antara lain lokasi yang indah, infrastruktur yang memadai, dan biaya produksi 30 % - 40 % lebih murah
dibandingkan di Amerika Serikat, dan 20 % lebih rendah dibandingkan dengan Australia.
Disamping dipasarkan di dalam negeri, pada umumnya film-film terbaik Afrika Selatan, juga ditayangkan di negara-negara
SADC (Southern Africa Development Cooperation) yang terdiri dari Lesotho, Swaziland, Namibia, Zambia, Botswana,
Mozambique, Zimbabwe, Malawi, Angola, dan Mandagaskar.
Di bidang industri animasi, terdapat beberapa perusahaan Afrika Selatan yang telah berhasil menerobos pasar
internasional seperti ―Triggerfish Animation-Cape Town‖, dan ―Ambient Animation-Johannesburg‖.
Guna terus mengembangkan kualitas produk animasi Afrika Selatan, festival animasi terkemuka diselenggarakan setiap
tahunnya, yaitu Animationxchange di Johannesburg.
Beberapa asosiasi insan kreatif Subsektor Film dan Animasi di Afrika Selatan, yang dapat dijadikan mitra dalam
melakukan tukar menukar informasi untuk mengembangkan dan memajukan industri kreatif, yaitu:
1. The Commercial Producers Association of South Africa (CPA)
Alamat : P.O. Box 413005, Craighall 2024, South Africa
Telepon : +27 11 673-6809
Fax : +27 86 674-8321
e-mail : bobby@cpasa.tv
Website : www.cpasa.tv
2. The Documentary Fimmakers Association (DFA)
Alamat : DFA c/o Underdog, P.O. Box 30, Melrose Arch 2076, South Africa
Telepon : +27 83 901-2000
Fax : +27 86 696-4460
e-mail : info@docfilmsa.com
Website : www.docfilmsa.com
3. Animation South Africa
Alamat : P.O. Box 3472, Pinegowrie, 2123, South Africa
Telepon : +27 11 293-3365
Fax : +27 86 640-6035
e-mail : info@animationsa.org
Website : www.animationsa.org
4. South African Guild of Animators
Alamat : P.O. Box 1044, Northcliff 2115, Johannesburg, South Africa
Telepon : +27 11 787-7300
Fax : +27 11 781-1597
5. South African Scriptwriter‘s Association (SASWA)

80
Alamat : P.O. Box 91937, Auckland Park 2006, Johannesburg, South Africa
Telepon : +27 11 678-3838
Fax : +27 11 678-3838
e-mail : saswa@global.co.za
6. South Africa Society of Cinematographers (SASC)
Alamat : P.O. Box 81251, Parkhurst 2120, South Africa
Telepon : +27 11 788-0802
Fax : +27 11 788-0802
e-mail :sasc@mweb.co.za
7. National Television and Video Association (NTVA)
Telepon : +27 21 424-7575
Fax : +27 21 424-7580
e-mail : ntva@iafrica.com
Website : www.ntva.org.za
8. The Independent Producers Organization (IPO)
Alamat : P.O. Box 2381, Saxonwold 2132, South Africa
Telepon : +27 11 719-4023
e-mail : administrator@ipo.org.za
Website : www.ipo.org.za
9. Women in Film and Television South Africa (WIFTSA)
Telepon : +27 21 794-2286
Fax : +27 21 794-9960
e-mail : info@wiftsa.org.za
Website : www.wiftsa.org.za
3.7.5.2 MUSIK
Produksi musik Afrika Selatan terus berkembang, karena memiliki nilai budaya yang sangat tinggi dan mempunyai nilai
ekonomi yang besar melalui penghasilan hak cipta. Berdasarkan data ―Southern African Music Rights Organization‖
(SAMRO), pada tahun 2007, organisasi tersebut berhasil menghimpun dana royalty sebesar 350 juta Rand (setara
dengan US$. 45 juta), dan senilai 250 juga Rand (US$ 32 juta) dibagikan kepada para pemusik yang miliki hak cipta.
Pada tahun 2008, tercatat penjualan CD musik di Afrika Selatan mencapai 225 juta dollar Amerika Serikat. Jumlah
tersebut cukup besar untuk satu negara di benua Afrika.
Peranan Departemen Seni dan Budaya dalam memajukan industri musik, antara lain menyelenggarakan ―South African
Music Week‖, dan ―Moshito Music Conference and Exhibition‖ setiap tahun. Dalam rangka meningkatkan mutu
perusahaan rekaman telah dibentuk ―Recording Industry of South Africa‖ (RISA). Selanjutnya, menyelenggarakan ―South
African Music Awards‖ (SAMAs), yang merupakan ajang pemilihan penyanyi dan industri musik terbaik di Afrika Selatan.
Disamping itu, Departemen Seni dan Budaya juga mengadakan berbagai festival musik yang bertaraf internasional,
antara lain:
Jazzathon di Cape Town
Joy of Jazz di Johannesburg
Splashy Fen di Durban

81
Cape Town International Jazz Festival
ObzFestival di Cape Town
Di kancah musik internasional, beberapa penyanyi dan pemusik Afrika Selatan telah berhasil menempatkan dirinya
sebagai penyanyi dunia. Dalam kaitan ini, penyanyi jazz terkemuka Mariam Makheba, merupakan wanita Afrika pertama
yang memenangkan Grammy Awards di Amerika Serikat untuk kategori Best Folk Recording di tahun 1966; kelompok
penyanyi tradisional Ladysmith Black Mamboza untuk kategori the Best Traditional World Music Album (1967, 2005, dan
2009); serta the Soweto Gospel Choir memenangkan Grammy Awards untuk kategori the Best Traditional World Music
pada tahun 2007.
Karya para pemusik Afrika Selatan juga dipasarkan di Negara anggota SADC (Southern Africa Development Cooperation),
seperti Namibia, Angola, Botswana, Zambia, Malawi, Swaziland, Mozambique, Lesotho, dan Mandagaskar. Dengan
demikian selain mendapatkan pasar di dalam negeri Afrika Selatan, tetapi juga memanfaatkan pasar 9 negara SADC
lainnya.
Beberapa asosiasi insan kreatif Subsektor Musik di Afrika Selatan, yang dapat dijadikan mitra dalam melakukan tukar
menukar informasi untuk mengembangkan dan memajukan industri kreatif, yaitu:
1. Association of Independent Record Companies South Africa (AIRCO)
Alamat : 85 1st Avenue, Melville 2196, South Africa
Telepon : +27 11 482-8305
Fax : +27 11 482-5822
e-mail : info@airco.org.za
Website : www.airco.org.za
2. Recording Industry of South Africa (RISA)
Alamat : PO Box 367, Randburg 2125, South Africa
Telepon : +27 11 886-1342
Fax : +27 11 886-4169
Website : www.risa.org.za
3. South African Music Performance Rights Association (SAMPRA)
Alamat : Suite 4, 150 Bram Fischer Drive, Cnr. Republic Road, Randburg, South Africa
Telepon : +27 11 886-1342
Fax : +27 11 886-4169
e-mail : info@sampra.org.za
Website : www.sampra.org.za
4. South African Recording Rights Association Limited (SARRAL)
Alamat : P.O. Box 2017, Braamfontein 2017, South Africa
Telepon : +27 11 339-1333
Fax : +27 11 339-1403
e-mail : info@sarral.org.za
Website : www.sarral.org.za
5. Southern African Music Rights Organization (SAMRO)
Alamat : PO Box 31609, Braamfontein 2017, South Africa

82
Telepon : +27 11 0861 111 72676
Fax : +27 11 430-1934
e-mail : customerservices@samro.org.za
Website : www.samro.org.za
3.7.5.3 DESAIN DAN PIRANTI LUNAK
Industri desain termasuk peranti lunak di Afrika Selatan telah berkembang dengan pesat. Hal ini disebabkan karena
adanya kerjasama yang sinergi antara pemerintah, swasta, dan berbagai asosiasi untuk mempromosikan desain hasil dari
para perancang Afrika Selatan.
Untuk menampung kepentingan serta meningkat kualitas hasil perancang Afrika Selatan, telah diselenggarakan pameran
Design Indaba setiap tahunnya di Cape Town. Saat ini, Design Indaba merupakan salah satu pameran desain terkemuka
di dunia. Mengingat menampilkan beragam produk, antara lain desain grafis, dekorasi, periklanan, penerbitan, jewelry,
desain interior, film, kerajinan, pakaian, dan bahkan arsitektur. Pameran ini, telah menarik jumlah pengunjung dari luar
negeri yang membeli berbagai produk dan hak cipta hasil para perancang Afrika Selatan, maupun menjalin kerjasama
bisnis.
Majalah Design Indaba merupakan majalah pertama dan satu-satunya dari benua Afrika yang pernah memenangkan Best
Design for New Magazine Award pada Folio Show in New York pada tahun 2005. Pada tahun 2009 majalah tersebut,
dimasukkan sebagai Colophon‘s Top 100 Most Innovative Magazines in the World.
Perlindungan terhadap hak cipta dan standardisasi desain Afrika Selatan faktor yang sangat diperhatikan oleh pemerintah
Afrika Selatan. Setiap produk desain yang dihasilkan akan dilindungi oleh hak cipta, dan untuk standardisasi akan
mengacu pada standard yang ditetapkan oleh South African Bureau of Standards (SABS). Dengan demikian, produk
desain Afrika Selatan memiliki nilai kompetitif setara dengan produk-produk desain dari Negara-negara maju.
Dalam rangka mendorong pengembangan desain, Departemen Seni dan Budaya telah meluncurkan gagasan untuk
pembentukan ―Skill Centre‖. Inisiatif ini telah berhasil mempromosikan kerjasama pihak swasta dan pemerintah dalam
mengembangkan desain produk dan tehnik desain dengan peralatan komputer.
Beberapa gagasan yang telah dilakukan, antara lain:
Kerjasama dengan South African Fashion Week yang merupakan anjang pemilihan hasil rancangan pakaian terbaik
dan terpopuler di Afrika Selatan, guna mendorong keterlibatan masyarakat dalam industri perancangan pakaian,
Mengajak para perancang terkenal untuk menjadi tutor dalam pelatihan guna mencari bakat-bakat baru, serta
mengembangkan berbagai rancangan dalam produk kerajinan,
Membentuk pusat pengembangan desain bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas dalam
mengembangkan produk desain, dan mencari teknologi dan perantik lunak yang tepat untuk digunakan dalam
industri desain.
Dalam kerjasama kemitraan, pemerintah dan sektor swasta membentuk Design Indaba Trust sebagai lembaga non-profit
yang menghimpun dana untuk memberikan beasiswa bagi para mahasiswa kurang mampu, serta mengadakan program
pelatihan di bidang desain.
Sebagai gambaran, beberapa produk desain terkenal dari Afrika Selatan, adalah:
a. Tonic Design Studio Johannesburg, merancang perlengkapan lounge room dan restoran di Eropa, Amerika Serikat,
dan di beberapa negara Afrika.
b. Sian Eliot – Team Two, mendesain lampu yang disebut dengan Faraway Tree, yang telah dipesan oleh beberapa
hotel di San Francisco, Hong Kong, Stockholm dan Mumbai.

83
c. Helon Melon Bedding – Cape Town, merancang alas tempat tidur dengan desain metallic embroidered linen, dan
telah diekspor ke Inggris, Amerika Serikat, negara-negara Teluk, dan beberapa Negara Eropa.
d. Afro – Cape Town, merancang tas dan bantal terbuat dari bahan kain, dan diekspor ke Austria.
e. Heath Nash, mendesain atas lantai berbuat dari bekas penutup botol yang didaur-ulang, dan diekspor ke beberapa
negara Eropa.
f. Greg and Roche Dry, merancang kursi gantung dan berbagai bentuk furniture modern, dan diekspor ke Amerika
Serikat.
g. Frauke Stegmann, mendesain kotemporer produk tableware, hasilnya diekspor ke Denmark, Amerika Serikat, Inggris
dan Jepang.
h. Maira Koutsoudakis interior design, merancang berbagai produk untuk dekorasi hotel serta eco-resort, dan
produknya diminati di Perancis, Inggris, Jepang, dan Jerman.
Beberapa asosiasi insan kreatif Subsektor Desain dan Piranti Lunak di Afrika Selatan, yang dapat dijadikan mitra dalam
melakukan tukar menukar informasi untuk mengembangkan dan memajukan industri kreatif, yaitu:
1. South African Fashion Designers Association (SAFDA)
Telepon : +27 11 333-2636
Fax : +27 11 337-8914
e-mail : sonwabile@vukanifashions.com
2. South African Communication Design Council (Think)
Alamat : PO Box 1887, Fourways Gardens 2068, South Africa
Telepon : +27 11 467-7945
Fax : +27 86 510-9735
e-mail : think@think.org.za
Website : www.think.org.za
3.7.5.4 PENERBITAN DAN PERCETAKAN
Industri penerbitan dan percetakan terus meningkat setiap tahunnya, walaupun belum dapat disejajarkan dengan negara-
negara maju. Namun dalam kualitas produk penerbitan, khususnya kesusasteraan Afrika Selatan telah diakui oleh dunia
internasional. Tercatat dua penulis sastra Afrika Selatan yang pernah memenangkan hadiah Nobel di bidang
kesusasteraan, yaitu Nadine Gordimer (1991), dan John Maxwell Coetzee (2003).
Sebagai catatan tahun 2007, pendapatan dari industri penerbitan dan percetakan mencapai nilai 3.544 milliar Rand
(atau setara dengan 506,2 juta Dollar Amerika Serikat). Dalam pembagian pasar, hampir sebesar 92,5 persen dikuasai
oleh perusahaan-perusahaan besar, sedang sisanya sebesar 7,5 persen dilakukan oleh pengusaha menengah dan kecil
(UKM).
Pangsa pasar buku terbesar dikuasai oleh buku-buku pelajaran sekolah sebesar 54,96 persen. Sedangkan journal dan
majalah yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, bisnis dan isu sosial mencapai 28,68 persen. Selanjutnya untuk
buku-buku lembaga pendidikan tinggi memiliki pangsa pasar sebesar 12 persen. Sedangkan majalah hiburan hanya
mencapai 4,36 persen.
Dalam rangka memajukan industri penerbitan dan percetakan, Departemen Seni dan Budaya menyelenggarakan festival
Time of the Writer, setiap tahun, sebagai anjang pertemuan para penulis Afrika Selatan. Disamping itu, memberikan
mandat kepada Print Industries Cluster Council (PICC), untuk melakukan penelitian terhadap kebiasaan membaca warga
Afrika Selatan, serta menginformasikan hasil penelitian tersebut kepada para pelaku industri penerbitan dan percetakan.

84
Untuk mendorong penerbitan buku dalam bahasa daerah, Departemen Seni dan Budaya telah meluncurkan Indigenous
Literature Publishing Project. Proyek ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan penerbitan berbagai buku dalam
bahasa daerah dan mendorong pembaca baru. Dipihak lain, bekerjasama dengan Publishing Association of South Africa
(PASA) memberikan penghargaan terhadap penulis terbaik Afrika Selatan, serta mengembangkan budaya baca di
kalangan masyarakat.
Beberapa asosiasi insan kreatif Subsektor Penerbitan dan Percetakan di Afrika Selatan, yang dapat dijadikan mitra dalam
melakukan tukar menukar informasi untuk mengembangkan dan memajukan industri kreatif, yaitu:
1. Publishers‘ Association of South Africa (PASA0
Alamat : PO Box 106, Green Point 8051, South Africa
Telepon : +27 21 425-2721
Fax : +27 21 421-3270
e-mail : pasa@publishsa.co.za
Website : www.publishsa.co.za
2. Online Publishers‘ Association of South Africa (OPA)
Telepon : +27 11 454-3534
Fax : +27 11 454-3534
e-mail : info@opa.orga.za
Website : www.opa.org.za
3. Magazine Publishers‘ Association of South Africa (MPASA)
Alamat : P.O. Box 47184, Parklands 2121, Johannesburg South Africa
Telepon : +27 11 484-3624
Fax : +27 11 484-3654
e-mail : MelonyB@printmedia.org.za
Website : www.mpasa.org.za
3.7.5.5 PAMERAN INDUSTRI KREATIF DI AFRIKA SELATAN
Beberapa pameran penting bagi produk industri kreatif yang diselenggarakan di Afrika Selatan:
1. The Woman Show 2009: merupakan pameran produk desain busana wanita dan perhiasan, diselenggarakan pada
tanggal 29 Juni – 28 Juli 2009, di Coca-Cola Dom, Johannesburg.
2. The National Arts Festival: merupakan pertemuan para seniman dan pelaku industri kreatif terbesar di benua Afrika,
diselenggarakan tanggal 2 – 9 Juli 2009, di Grahamstown, Eastern Cape.
3. House and Garden show 2009: pameran yang memusatkan perhatian untuk dekorasi rumah, peralatan rumah
tangga, serta berbagai perlengkapan taman, diadakan pada tanggal 3 Juli – 12 Juli, di ICC Durban.
4. Mediatech Africa: pameran industri kreatif berbasis teknologi antara lain animasi dan peranti lunak, diadakan pada
tanggal 23-25 Juli 2009, Coca Cola Dom, Johannesburg.
5. Jewellex International: pameran desain perhiasan dari logam, batu mulia, dan mutiara, diselenggarakan pada tanggal
25 – 27 Juli 2009, di Sandton Convention Center, Johannesburg.
6. Decorex Johannesburg: pameran desain dekorasi rumah, diadakan pada tanggal 6 – 10 Agustus 2009, di Midrand,
Gauteng Province.
7. Capital Arts Festival: merupakan ajang festival musik, tarian, visual arts, dan teater yang diikuti oleh 20 negara,
diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus – 7 September 2009, di Pretoria.

85
8. Print Expo South Africa: pameran hasil penerbitan dan percetakan, diselenggarakan tanggal 20 – 23 Oktober 2009,
di Cape Town International Convention Centre, Cape Town.
3.7.5.6 KONDISI PASAR DAN PELUANG EKSPOR DI AFRIKA SELATAN
Pasar Afrika Selatan dapat dibedakan ke dalam empat kategori. Pertama adalah Pasar Kulit Putih yang jumlahnya 9,2%
dari penduduk Afrika Selatan. Jenis produk yang dapat dipasarkan adalah yang berkualitas tinggi dan unik seperti
furniture ukiran, kemeja batik sutera, kosmetik tradisional ternama, terutama untuk spa. Kedua, Pasar Kulit Hitam yang
merupakan pasar terbesar di Afrika Selatan dengan jumlah penduduk 37,5 juta jiwa, tapi memiliki daya beli yang relatif
rendah. Peluang pasar untuk kategori ini adalah furnitur dan kemeja batik.
Ketiga, Pasar Keturunan India yang tercatat mencakup 2,5% dari total jumlah penduduk Afrika Selatan. Mereka memiliki
daya beli yang relatif cukup tinggi karena sebagian besar bergerak di sektor swasta. Adapun jenis produk yang potensial
dipasarkan dikalangan ini adalah produk garmen dan tekstil, makanan (halal dan oriental food) dan produk-produk
ukiran. Keempat adalah Pasar keturunan Indonesia (Cape Malay). Produk yang bisa dikembangkan untuk masyarakat
yang berjumlah 1 juta jiwa ini adalah produk-produk batik, halal and oriented food dan produk budaya yang bernafaskan
Islam (ukiran ayat al Quran dari kayu, gypsum dan aksesori muslim).
Untuk menggarap pasar Afrika Selatan dibutuhkan penggalangan jaringan. Produk Indonesia dikenal dengan kualitasnya
yang terjamin dibandingkan dengan produk sejenis buatan China atau dengan India dan harganya lebih terjangkau
daripada buatan Eropa. Produk ukiran kayu cukup unggul dibandingkan negara-negara lain. Furnitur Indonesia juga telah
menciptakan trademark serta kelas tersendiri. Meski bersaing dengan negara-negara lain khususnya ASEAN (Malaysia,
Vietnam dan Filipina) dan China, pemasaran produk Indonesia di pasaran Afrika Selatan cukup terbuka lebar. Produk
budaya Indonesia yang sudah mulai beredar di Afrika Selatan adalah kursi bambu, osier dan cane, kursi dengan frame
kayu, funitur dan produk kayu lainnya, tikar anyaman, patung dan ornamen lain yang terbuat dari keramik, ukiran tangan
yang terbuat dari lilin, tambang, resin dan lilin model, lukisan tangan dan ukiran pahatan. Untuk itu, diperlukan upaya
yang lebih giat lagi dari para pengusaha Indonesia untuk membangun jejaring kerja dengan pihak Afrika Selatan.
Penyelenggaran Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan merupakan peluang bisnis yang tidak dapat dilewatkan begitu saja
untuk memasarkan produk unggulan Indonesia seperti produk kerajinan tangan dan cinderamata. Salah satu masalah
serius yang menghambat upaya produk ekspor Indonesia tersebut ke Afrika Selatan adalah tidak adanya akses
transportasi langsung. Jalan keluar untuk hal ini adalah menjalin joint production dan joint marketing guna memperlancar
pengiriman barang dan akses produk Indonesia. Ini kerjasama yang bersifat saling menguntungkan karena memberikan
peluang kerja bagi warga Afrika Selatan sekaligus menjamin pasar bagi bahan baku produk yang dihasilkan di Afrika
Selatan. Sejumlah pengusaha Indonesia yang bergerak dibidang furnitur, kerajinan/cinderamata, batik, tekstil dan
peralatan pertanian (traktor), yang berada dibawah koordinasi KADIN Indonesia kawasan Selatan Afrika dan G-15, telah
menandatangani kerjasama produksi dan pemasaran dengan Eastern Cape Development Cooperation (ECDC/Kantor
BUMN) Afrika Selatan.
3.7.6 Maroko
Dengan jumlah penduduk Maroko sekitar 30 juta, GNP sebesar US$ 87,5 milyar atau GNP per kapita US$ 1.872 dan
tingkat pertumbuhan ekonomi 2,5% pada tahun 2007, serta inflasi yang hanya mencapai 2%, Maroko memiliki prospek
pasar dan potensi ekonomi domestik yang dapat diandalkan. Selain itu, Maroko dapat dijadikan sebagai ''batu loncatan"
bagi pemasaran produk ke seluruh kawasan dunia khususnya produk Indonesia ke kawasan Eropa, Afrika Utara dan
Timur Tengah. Sebagai salah satu anggota WTO, Maroko juga telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas
dengan Uni Eropa yang secara bertahap mulai diberlakukan sejak 2000 dan berlaku penuh pada 2010. Selain dengan
Uni Eropa, Maroko juga telah membuat sejumlah kesepakatan kerjasama perdagangan bebas dengan sejumlah negara di
kawasan yang cukup potensial antara lain: Tunisia, Jordania, Mesir, AS, Turki. Pemerintah Maroko saat ini tengah giat

86
melakukan pembangunan infrastruktur bagi pengembangan teknologi informasi dalam negeri. Beberapa kegiatan
pembangunan infrastruktur yang dilakukan adalah pembangunan jaringan fiber optik dan microwave yang diharapkan
dapat memberikan akses lebih besar terhadap distribusi fasilitas internet mau pun transfer data nirkabel di Maroko.
Peluang Industri Kreatif Indonesia di Maroko
Kemampuan untuk bersaing di Maroko sangat ditentukan olehkemampuan bahasa Prancis dan Arab yang merupakan hal
terpenting dalam upaya penetrasi pasar di Maroko. Berbagai sertifikasi dan dokumen tender yang dikeluarkan oleh
pemerintah setempat harus diterjemahkan dalam bahasa Perancisdan Arab yang sering membutuhkan waktu bagi pihak-
pihak yang tidak menguasai bahasa tersebut. Pada segi pengadaan sumber daya manusia (SDM), SDM Indonesia
memerlukan sertifikasi internasional untuk menjamin kualitas dan daya saing agar dapat bekerja di Maroko. Beberapa
sektor industri kreatif yang berpotensi bagi Indonesia di Maroko antara lain:

Film: Pemerintah Maroko mempunyai perhatian yang baik terhadap dunia perfilman di Maroko. Salah satu buktinya
adalah dengan adanya festival film internasional di Marakesh (kota pariwisata utama di Maroko) sejak tahun 2001.
Festival dilaksanakan setiap akhir tahun yang dihadiri oleh para insan film dunia seperti sutradara, produser, aktor
dan aktris film, distributor, dan jurnalis. Inisiasi awal yang telah dilakukan KBRI Rabat adalah melakukan serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan promosi film Indonesia pada khalayak Maroko berupa pemutaran film Indonesia
Denias dan Nagabonar. Kegiatan pemutaran film Indonesia tersebut dilaksanakan secara gratis bekerjasama dengan
universitas-universitas terkemuka di kota Rabat, Kenitra, Marakesh dan Tetouane. Sambutan kaum muda Maroko
terhadap film Indonesia cukup menggembirakan dengan rata-rata 200 orang penonton pada setiap pemutaran film
tersebut.

Furniture Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar Maroko. Antusiasme khalayak Maroko cukup besar untuk
furnitur dari bahan kayu dan ukiran Indonesia, karena memiliki tingkat detil dan kualitas kayu yang lebih baik jika
dibandingkan dengan beberapa ukiran dan kayu dari Bangladesh dan Pakistan.

Musik: Sejak tahun 2003, Pemerintah Maroko mengadakan Festival musik Mawazine yang menampilkan kolaborasi
antar musisi Maroko dan musisi asing yang berasal dari berbagai aliran musik. Pada tahun 2009, Festival Mawazine
dimeriahkan oleh musisi internasional Seperti Kylie Minogue, Stevie Wonder, Sergio Mendez dan Alicia Keys. Selain
musisi barat, festival mawazine juga menampilkan sejumlah musisi asal Arab dan Lebanon. Penampilan musisi
internasional dikolaborasikan dengan musisi setempat yang memberikan nuansa modern-tradisional pada seluruh
rangkaian acara festival tersebut. Indonesia dapat memanfaatkan ajang ini sebagai sarana untuk mempromosikan
musik khas Indonesia seperti dangdut dan musik Indonesia yang terpengaruh musik timur tengah. Saat ini
pemerintah Maroko tengah berupaya untuk memajukan industri musik dalam negerinya karena musik Maroko saat ini
lebih dikuasai oleh musisi Lebanon dan Mesir. Dari sisi penyiaran lokal, pemutaran lagu Maroko hanya 5 % dari
seluruh penyiaran. Bagi Indonesia, keadaan ini bisa menjadi peluang terutama dengan aliran musik Indonesia yang
bernuansa timur tengah atau dangdut.
3.7.7 Singapura
Industri kreatif di Singapura didefinisikan sebagai industri yang terinspirasi oleh kreativitas cultural dan artistic dan
memiliki potensi untuk menciptakan nilai ekonomi melalui eksploitasi kekayaan intelektual. Definisi ini merupakan adaptasi
dari definisi United Kingdom (UK) dalam Creative Industries Mapping Document (1998). Industri kreatif di Singapura
secara umum dibagi menjadi seni, media, desain, serta layanan informasi teknologi dan perangkat lunak.
Ujung tombak pengembangan industri kreatif di Singapura adalah Ministry of Information, Communications and the Arts
(MICA). MICA melakukan pendekatan kolaborasi secara nasional yang melibatkan semua sektor pemerintah yang terkait,

87
pelaku industri, dan para pemegang kepentingan. Singapura mempunyai tiga program nasional untuk industri kreatif,
yaitu:
Renaissance City 2.0: Membangun Singapura menjadi kota global yang inovatif dan penuh talenta dalam seni dan
budaya.
Design Singapore: Membangun Singapura menjadi pusat kreatif di Asia untuk sektor desain, di mana klaster desain
sepenuhnya menjadi kunci pendorong daya saing dan kreativitas nasional.
Media 21: Mengembangkan ekosistem media yang subur di Singapura dengan hubungan internasional yang kuat.
Salah satu inisiatif utama dari MICA adalah Creative Community Singapore (CCS). CCS merupakan pendekatan bottom-up
untuk merevitalisasi perekonomian Singapura dengan memberdayakan individu dan organisasi untuk memulai proyek-
proyek penting yang akan membangkitkan kreativitas dan kewirausahaan dari individu dan komunitas. CCS secara resmi
diluncurkan pada bulan Juli 2005 dengan mengkolaborasikan sektor swasta, masyarakat, dan publik untuk menyediakan
berbagai tingkat dukungan seperti fasilitasi, co-branding, pemasaran, dan co-funding.
Beberapa peluang Industri Kreatif Indonesia di Singapura antara lain:
1. Pemerintah Singapura melalui MDA atau Media Development Authority of Singapore melakukan kerjasama antara
Pebisnis (Scrawl Studio) dalam pembuatan film Animasi.
Kerjasama ini mencakup pembuatan 5 film animasi asli selama 5 thn dgn nilai S $34 juta. Kerjasama juga melibatkan
mitra dari Kanada, Australia, Hongkong, dan USA. Salah satu film animasi berjudul GIZMO dibuat atas kerjasama
MDA, Scrawl, DECODE (perusahaan Kanada) dan Agogo Media (Hongkong) senilai S $7 juta (dijamin untuk
diedarkan di Kanada/secured-pre-sales).
Kerjasama serupa antara Scrawl, MDA, dan pengusaha Korea dan Thailand juga dilakukan dalam pembuatan film
animasi berjudul Nanoboy (Nanoboy dijamin diedarkan di Korea Selatan dan Thailand/secured-pre-sales).
2. Fasilitasi Terhadap Pelaku Usaha Film Animasi
Nama program fasilitasi adalah SCREEN atau Scheme for Co-investment in Exportable Content
Category A : durasi 3-15 menit dapat dipertimbangkan memperoleh grant S$ 15,000/ proyek
Category B : durasi 16-30 menit dapat dipertimbangkan memperoleh grant S$ 40,000/ proyek
Syarat-syarat fasilitasi antara lain :
Perorangan atau badan usaha Singapura (min 50% kepemilikan saham lokal)
Sebelumnya sudah memproduksi animasi 13 episode masing-masing durasi 22 menit
Harus asli dan dapat dipasarkan ke luar negeri
3. Singapura merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor kerajinan tangan Indonesia selain Amerika Serikat,
Jepang, Uni Emirat Arab dan Jerman. Secara keseluruhan ekspor kerajinan tangan Indonesia selalu mengalami tren
yang meningkat disertai dengan apresiasi yang sangat baik. Namun, kemampuan memasarkan produk-produk
kerajinan ini pada umumnya masih lemah sehingga memerlukan pihak lain untuk membantu memasarkan. Singapura
merupakan negara yang sangat berperan dalam ―memasarkan‖ produk Indonesia ke negara lain karena negara ini
memiliki jaringan internasional yang sangat baik. Lokasi Singapura yang strategis dan sangat dekat dengan
Indonesia menjadikan Singapura sebagai negara tujuan ekspor utama.Komitmen Pengembangan Ekonomi Kreatif

3.8 KOMITMEN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF


Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009 yang diselenggarakan bulan Juni lalu, merupakan suatu event konsolidasi para
Aktor atau Helix yang memiliki peran penting dalam pengembangan industri kreatif Indonesia. Beberapa komitmen telah
berhasil dinyatakan oleh aktor-aktor tersebut, khususnya dari Pemerintah dan Bisnis.

88
3.8.1 Bisnis
Komitmen-komitmen yang diberikan Aktor Bisnis dalam pengembangan industri kreatif nasional adalah:
1. Membuat direktori perdagangan yang langsung terhubung dengan ekspor impor berbagai negara, dengan cara
mengembangkan e-commerce kerajinan; contoh: tradeworld.com dan exportimporaustralia.com, sehingga membuat
pasar rotan Indonesia dikenal oleh dunia internasional
2. Menjadikan waytodeal.com sebagai portal UKM untuk memasarkan produknya
3. Memberikan informasi dan peluang bisnis kepada UKM dengan mudah dan murah
4. Mengumpulkan seluruh pemilik TV untuk menayangkan film animasi lokal di TV di Indonesia (KADIN)
5. Fasilitas pendaftaran HaKI (KADIN)
3.8.2 Departemen Perindustrian
Komitmen-komitmen yang diberikan Departemen Perindustrian dalam pengembangan industri kreatif nasional adalah:
1. Membuat Lembaga Sertifikasi Profesi
2. Memberikan fasilitas Karya Cipta Software
3. Membuat fasilitas Pusat Inkubator Bisnis
4. Meningkatkan pendidikan masyarakat
5. Mendorong pertumbuhan industri lokal
6. Program fasilitasi pengembangan industri software
7. Rencana aksi industri software antara lain dengan menerapkan standar kompetensi sdm TIK untuk industri software,
pendirian & fasilitasi pusat pengembangan software komputer untuk teknologi kreatif digital, inkubator bisnis
8. Fokus pengembangan ICT: masyarakat yang sejahtera melalui ICT, meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan
masyarakat cerdas, mendorong pertumbuhan industri lokal, mendorong budaya pasar yang nyaman aman
terjangkau
9. 2025 industri telematika menjadi industri yang tangguh
3.8.3 Departemen Pendidikan Nasional
Komitmen-komitmen yang diberikan Departemen Pendidikan Nasional dalam pengembangan industri kreatif nasional
adalah:
1. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk mendukung tata pemerintahan yang baik, dilihat dari transparansi dan
akuntabilitas
2. Sebagai cara berkomunikasi yang vertikal (menteri kepada bawahannya, dan sebaliknya)dan horizontal (komunitas
pembelajaran)
3. Penguatan kemampuan adaptif (kurikulum SMK)
4. Kemitraan antara SMK dengan dunia industri
5. UU SISDIKNAS memperlakukan satuan pendidikan ―otonom‖ melalui:
 Manajemen berbasis sekolah (BOS, KTSP)
 Otonomi PT dan otonomi keilmuan
 Perlakuan sebagai badan hukum melalui UU BHP
6. Untuk memberikan ruang bagi kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship pemerintah tidak MENYERAGAMKAN
KURIKULUM melalui KURIKULUM NASIONAL
3.8.4 Departemen Komunikasi dan Informatika

89
Komitmen-komitmen yang diberikan Departemen Komunikasi dan Informatika dalam pengembangan industri kreatif
nasional adalah:
1. Dorongan dan fasilitasi oleh DEPKOMINFO terutama untuk mendorong turunnya tarif internet dan mencegah
terjadinya kartel
2. Fasilitasi pembangunan jaringan akses telekomunikasi dan internet pedesaan serta pemberdayaan UKM dengan
penyediaan sarana dan prasarana akses internet dan e-UKM
3. Pembuatan cetak biru tentang e-business
4. Regulasi untuk memberi kepastian dan jaminan hukum dalam pelaksaan e-business
5. UU ITE sebagai landasan utama dan standar
6. Menyiapkan blue print untuk menyepakati hal-hal teknis dalam UU ITE
7. Menyiapkan RPP ITE terkait penyelenggaraan transaksi elektronik, CA, dan lawful interception
8. Lelang BWA(Broadband Wireless Access) bagi tarif internet yang kompetitif
3.8.5 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Komitmen-komitmen yang diberikan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengembangan industri kreatif
nasional adalah:
A. KEBIJAKAN
1. Keseimbangan antara pelestarian dan pengembangan
2. Menjamin keberagaman unsur kebudayaan
3. Keterpaduan antara pembinaan, pengelolaan dan pemanfaatan.
4. Pengembangan sdm inovatif
5. Perlindungan hak kekayaan intelektual
6. Penciptaan jejaring (networking) antar pelaku industri budaya
B. PROGRAM & KEGIATAN
1. Stimulus film dengan pembebasan pajak dan bea masuk peralatan film
2. Pendekatan persuasif dengan mengajak Presiden dan jajarannya untuk menonton film
3. Membicarakan masalah kredit melalui bank untuk biaya pembuatan film
4. Pelaku kreatif akan terus diapresiasi agar dapat terus mengembangkan kreativitasnya
5. Menjadikan jamu sebagai salah satu brand image Indonesia
6. Program pengembangan nilai budaya
7. Program pengelolaan keragaman nilai budaya
8. Program pengelolaan kekayaan budaya
9. Program pengembangan industri budaya
3.8.6 Departemen Perdagangan
Komitmen-komitmen yang diberikan Departemen Perdagangan dalam pengembangan industri kreatif nasional adalah:
1. Terbukanya akses terhadap talenta kreatif dan potensi kreatif.
a. Pengembangan portal ekonomi kreatif
b. Pemetaan produk kreatif unggulan nasional
c. Kajian pengembangan ekonomi kreatif
2. Terciptanya industri kreatif berdaya saing melalui pengelolaan pelayanan distribusi dan komersialisasi karya insan
kreatif yang sesuai
a. Aktivasi Tahun Indonesia Kreatif & ekonomi kreatif (promosi, public relation, publikasi, co-branding)
b. Aktivasi ACI (Aku Cinta Indonesia)

90
3. Kapasitas dan penguasaan teknologi yang tinggi, melalui pemberdayaan & penghargaan bagi insan kreatif
4. Distribusi bahan baku yang mendukung tumbuh kembangnya industri kreatif
5. Kebijakan dan Regulasi distribusi output industri kreatif yang sesuai dan mendukung penghargaan terhadap karya
insan kreatif, dan lahirnya identitas lokal daerah
3.8.7 Kementerian Negara Koperasi dan UKM
Komitmen-komitmen yang diberikan Kementrian Negara Koperasi dan UKM dalam pengembangan industri kreatif nasional
adalah:
1. Mendukung stimulus pajak terkait dengan PPh dan PPn Industri Kreatif khususnya untuk sektor musik, film,
fotografi, serta penerbitan dan percetakan.
2. Mendukung program penjaminan bagi Industri Kreatif
3. PNM akan diminta untuk membuat skema yang khusus bagi Industri Kreatif
4. Mendukung perumusan alternatif pola pembiayaan bagi industri kreatif
3.8.8 Pemerintah – Perbankan
Komitmen-komitmen yang diberikan Perbankan dalam pengembangan industri kreatif nasional adalah:
1. Definisi Industri Kreatif belum masuk dalam nomenklatur Perbankan. Perbankan, khususnya Bank Indonesia bersedia
untuk melakukan pembahasan kemungkinan Sektor Industri Kreatif dapat dimasukkan dalam Nomenklatur Perbankan
2. Skema analisis resiko kredit untuk Industri kreatif sudah mulai dipertimbangkan Perbankan, namun permasalahan
mekanisme Valuasi Intelektual sebagai Agunan masih belum dapat diatasi, dan akan terus diupayakan solusinya.
3. Skema PKBL untuk Industri Kreatif yang dilakukan melalui BUMN
4. BNI sudah membuat MoU dengan Departemen Perdagangan dalam pembiayaan Industri Kreatif, dengan fokus pada
subsektor: Arsitektur, Periklanan, Fesyen, Layanan Piranti Lunak, Penerbitan & Percetakan, Kerajinan
5. BI, BNI, Mandiri berkomitmen membina Pelaku Kreatif yang BELUM BANKABLE menjadi BANKABLE
6. Bank Mandiri menyediakan Program Kemitraan dan Wirausaha Muda yang dapat dimanfaatkan Pelaku Kreatif

3.9 KONSUMSI PRODUK KREATIF LOKAL


3.9.1 Endorsement Dari Pemerintah untuk Menggunakan Produk Lokal
Pencanangan untuk menggunakan produk-produk lokal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam
pengembangan industri kreatif nasional. Masyarakat Indonesia sesungguhnya masih memiliki kecintaan dan kebanggaan
untuk menggunakan produksi dalam negeri. Namun tumbuhnya kesadaran itu perlu ditunjukkan terlebih dahulu melalui
keteladanan pemimpin negara maupun pemuka masyarakat. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya citra dan
penggunaan batik dan sepatu produksi dalam negeri. Bentuk kampanye seperti ini sangat efektif hasilnya karena
masyarakat Indonesia pada dasarnya sangat menghargai keteladanan pemimpin yang apresiasi terhadap produk
nasional.
Beberapa endorsement yang sudah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri
antara lain:
1. Inpres No. 02/ 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
Inpres No. 02/ 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) ditandatangani Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari. Saat ini, Departemen Perindustrian bersama delapan instansi
lain tengah menyusun petunjuk teknis kewajiban menggunakan produk lokal seperti yang tertuang dalam Instruksi
Presiden tersebut.

91
Ada empat pimpinan instansi yang melakukan pembahasan mengenai petunjuk teknis kewajiban menggunakan
produk lokal, yaitu Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-
PAN) Taufik Effendi, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri.
Pertemuan tersebut membahas mengenai kewenangan Ketua Tim Koordinasi dan kebijakan penggunaan produk
lokal di setiap instansi. Aturan teknis dari inpres itu akan disesuaikan dengan kondisi internal setiap instansi.
2. Selain dikeluarkannya Inpres No. 02/ 2009, program penggunaan produk dalam negeri didukung juga oleh SK
Menperin dan SK Sekjen
Departemen Perindustrian (Depperin) menegaskan semua proyek pemerintah di BUMN, BUMD maupun instansi
lainnya sudah dapat mulai menyerap produk lokal. Kewajiban mengutamakan produk lokal berlaku seiring penerbitan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2/2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Artinya,
pelaksana proyek pemerintah tak perlu menunggu penerbitan petunjuk pelaksana Inpres P3DN yang tertuang
melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian untuk menyerap produk lokal.
SK Menperin berisikan pedoman teknis serta pembentukan Pokja dan Sekretariat P3DN. Sementara SK Sekjen berisi
daftar inventarisasi barang yaitu nama perusahaan, jenis produksi dan kapasitas produksi dari perusahaan lokal.
Penyerapan produk lokal terkait pelaksanaan Inpres P3DN memang belum signifikan terlihat, tetapi instansi-instansi
pemerintah telah menunjukkan itikad baik untuk dapat mendukung program ini. Hal ini terlihat dari respon bahwa
beberapa departemen menerbitkan surat edaran kepada instansinya. Seperti Menteri Dalam Negeri yang membuat
surat edaran kepada pemerintah daerah tentang penyerapan produk lokal. Baik pemda tingkat provinsi, kabupaten
dan kota. Selain itu, surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara terkait pembelian kebutuhan PNS,
Menteri Pertanian yang mewajibkan setiap pertemuan mempergunakan buah dan kue hasil produksi dalam negeri.
Kekurangan dari Inpres Nomor 2/2009 ini adalah tidak disebutkannya sanksi bila terdapat proyek pemerintah yang
tidak bersedia mengutamakan penggunaan produk lokal. Sehingga diperlukan adanya kesadaran dari masing-
masing instansi pemerintah.
3. Usulan mengenai insentif khusus bagi BUMN dan BUMD yang menyerap produk buatan dalam negeri untuk setiap
pengadaan barang/jasa pada proyek pemerintah.
Badan usaha milik negara (BUMN) dan (BUMD) yang menyerap produk buatan dalam negeri-untuk setiap
pengadaan barang/jasa pada proyek pemerintah-diusulkan memperoleh insentif khusus, baik fiskal maupun
nonfiskal. Pemerintah juga sedang menyiapkan insentif bagi perusahaan swasta yang mengutamakan penggunaan
produk dalam negeri dalam mengelola bisnisnya. Untuk bentuk pasti insentifnya masih perlu pembicaraan lebih
lanjut. Usul itu dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan produk impor pada setiap proyek pemerintah. Program
peningkatan penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan tidak hanya dilakukan oleh instansi pemerintah dan
perusahaan milik pemerintah.
Program pemerintah ini akan dimulai dengan kampanye cinta produk dalam negeri yang melibatkan departemen dan
BUMN. Untuk pemberian insentif yang diberikan bagi pengusaha yang menggunakan produk dalam negeri diusulkan
dengan adanya pengurangan PPN, agar harga dapat bersaing.
4. Diselenggarakannya Pameran Produk Indonesia.
Pameran Produk Indonesia diselenggarakan di Jakarta International Expo pada tanggal 13 hingga 17 Mei 2009.
Sejak tahun 1985, Pameran Produksi Indonesia telah menjadi ajang promosi terbaik untuk memperkenalkan Produk
Nasional Indonesia ke pasar manca negara. Beragam industri telah dipamerkan mulai dari Industri Berbasis
Manufaktur, Berbasis Agro, Perkayuan dan Mebel, Litbang, Alat Angkut, UKM sampai Elektronika & Telematika.

92
5. Departemen Perdagangan telah mendaftarkan 470 produk wajib digunakan di dalam negeri yang terbagi dalam 21
kelompok produk, dan tercatat ada 5000 perusahaan yang terlibat.
Hingga kini, total produk yang dapat diserap proyek pemerintah masih berjumlah 470 produk dari 21 kelompok
barang. Produk tersebut memiliki tingkat kandungan lokal sebanyak 30% hingga 90%. Beberapa kategori tersebut
di antaranya bahan penunjang produksi pertanian, mesin peralatan pabrik, peralatan elektronik, komunikasi, bahan
bangunan, dan konstruksi, jasa keteknikan, hingga sarana pertahanan. Seiring dengan berjalannya waktu, produk
lokal yang masuk daftar wajib dikonsumsi akan terus bertambah. Untuk itu produsen lokal diharapkan dapat
konsisten untuk terus meningkatkan kualitas, melakukan kontrol terhadap produksi, dan selalu berupaya untuk
memenuhi standar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang baik.
6. Koperasi di seluruh Indonesia digerakan untuk menggunakan produk lokal.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM meminta kepada pelaku usaha yang menggerakkan 136 ribu unit koperasi
di seluruh Indonesia untuk menggunakan produk lokal sebagai bentuk kampanye penggunaan produk dalam negeri.
Pelaku usaha koperasi-koperasi tersebut menyambut baik dan mulai melaksanakan program tersebut. Keberhasilan
program ini akan sangat signifikan pengaruhnya terhadap peningkatan penggunaan produk lokal.
Menggunakan produk dalam negeri merupakan langkah nyata untuk menyelamatkan industri nasional dari dampak krisis
finansial global. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri juga diharapkan mampu menggerakkan pertumbuhan
dan memberdayakan industri dalam negeri termasuk koperasi dan UKM.
Kewajiban penggunaan produk dalam negeri akan tidak efektif, selama produk illegal masih dibiarkan masuk ke Indonesia
dan dan ke daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri adalah adanya persaingan tidak sehat dengan
banyaknya peredaran produk ilegal yang secara leluasa dapat masuk ke pasar lokal. Produk ilegal tersebut
diinformasikan sebagai produk buatan luar negeri, dan dapat dijual dengan harga jauh lebih murah dibandingkan dengan
harga produk legal.
Masyarakat Indonesia pada umumnya merupakan masyarakat yang sensitif terhadap harga, dimana harga jual produk
merupakan faktor yang lebih utama dalam menentukan keputusan membeli suatu produk, dibandingkan dengan faktor
kualitas maupun aspek legal dari produk yang dibelinya. Oleh karena itu Pemerintah harus meningkatkan pengawasan
terhadap peredaran produk ilegal di pasar, mengendalikan produk impor dengan kebijakan yang sesuai, dan lebih
mensosialisasikan Instruksi Presiden (Inpres) soal Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dengan membuat
petunjuk yang lebih bersifat teknis. Upaya-upaya di atas niscaya akan meningkatkan potensi pasar dalam negeri.
3.9.2 Contoh Indikasi Positif dalam Penggunaan Produk Kreatif Lokal
Beberapa contoh yang merupakan indikasi positif, dimana produk kreatif lokal semakin digemari, khususnya oleh kaum
muda, diberikan berikut ini.
3.9.2.1 PEMAKAIAN BATIK OLEH KAUM MUDA
Motif batik telah menjadi motif umum yang dipakai juga oleh kaum muda, tidak hanya untuk acara formal saja. Potensi
batik Indonesia begitu besar dari sabang sampai merauke dengan berbagai motif tradisional yang penuh makna. Ada
batik sumatera, batik Irian, batik Madura, batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Lasem, batik Juwana, batik Solo dan batik
Yogya. Saat ini demam batik sedang melanda dunia mode Indonesia. Gerai-gerai Fashion di mal-mal ternama memajang
busana batik dengan berbagai sentuhan disain tren masa kini.

93
Sejarah batik gaul muncul dari kejenuhan pecinta fashion pada motif-motif batik tradisional yang cenderung stagnan,
tetap dari tahun ke tahun. Perubahan hanya terjadi pada pemakaian batik, yang dulunya hanya untuk pakaian kebaya
sekarang berkembang untuk casual wear kalangan anak muda termasuk produk kaos batik gaul yang menggunakan
media tshirt sebagai tempat eskplorasi beragam motif batik Indonesia. Namun tidak semua motif tradisional tersebut
cocok diaplikasikan untuk motif t'shirt batik gaul. Dari kekayaan budaya, flora-fauna dan keindahan alam Indonesia juga
diangkat untuk menjadi pilihan motif yang dinamis, unik, menarik namun tetap elegan sebagai ikon dari produk t'shirt
batik gaul.
3.9.2.2 TREND DISTRO
Distro sedang menjadi trend di
Indonesia, terutama di kota-kota
besar di Indonesia. Saat ini produksi
distro semakin bertambah,
khususnya kota Bandung. Kota
Bandung menjadi ikon trend distro
karena di Bandunglah distro ini
bermula. Bandung juga dijadikan
pusat mode serta menjadi daerah
yang banyak memproduksi pakaian. Konsumen atau pecinta produk distro ini didominasi oleh kalangan muda, karena
mereka merasa bahwa distro dapat mencerminkan gaya mereka yang sangat memperhatikan penampilan dan berusaha
untuk tampil beda. Distro muncul karena adanya suatu ide individu yang tidak dapat terwujud oleh produk bermerek,
yang kemudian direfleksikan melalui media indie dengan jumlah yang sangat terbatas.
3.9.2.3 RING BACK TONE – MUSIK INDONESIA
Satu lagi penghargaan baru di dunia musik yang sekaligus memberikan pendapatan tambahan, yaitu ring back tone
(RBT). Panasonic, institusi yang setiap tahun memberikan penghargaan bagi insan musik di Tanah Air lewat ajang
Panasonic Award pada tahun 2006, pertama kali memberikan penghargaan bagi RBT terlaris kepada lagu Kenangan
Terindah yang dinyanyikan Samsons. Lagu yang berbulan-bulan menduduki posisi tangga lagu terbaik ini berhasil

94
diunduh (download) lebih dari 2,1 juta kali. Bila dibandingkan dengan pementasan yang dilakukan oleh para musisi,
sebenarnya tingkat pemasukan RBT jauh lebih besar.
Tingginya minat pelanggan seluler menggunakan fasilitas RBT memberikan keuntungan pula bagi operator
telekomunikasi. Setiap hari traffic RBT rata-rata mencapai 100 ribu, bahkan pada Ramadhan 2006, meningkat menjadi
120 ribu/hari. Dengan angkat tersebut, bisa diperkirakan, pendapatan yang diperoleh operator telekomunikasi dari RBT
mencapai Rp 900 juta/hari. Keuntungan dari bisnis RBT dibagi secara proporsional dengan pihak-pihak yang terlibat
seperti operator, perusahaan rekaman dan artis. Kerjasama ketiga pihak ini, harus didasari dengan kepercayaan yang
tinggi.
Lagu-lagu produk dalam negeri sejauh ini masih mendominasi penggunaan RBT di tanah air. Hal ini terlihat melalui urutan
peringkat lagu berdasarkan penggunaannya sebagai RBT.
Tabel 3-5 Peringkat Lagu Ring Back Tone

3.9.2.4 FILM INDONESIA


Kondisi perfilman Indonesia dari
tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang semakin baik.
Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya produksi film
Indonesia setiap tahunnya.
Tercatat, sejak tahun 1992 hingga
2004, perfilman nasional pernah
mengalami stagnasi dalam hal
produksi film. Terhitung hanya
terdapat 4 sampai 5 film yang
diproduksi tiap tahunnya.
Namun sejak Menteri Kebudayaan
mencanangkan bangkitnya film
Indonesia, jumlah tersebut dapat

95
ditingkatkan, sehingga mulai tahun 2007 tercatat ada 57 film Indonesia yang diproduksi. Sekarang ini berbagai film
Indonesia dengan berbagai jenis dan warna cerita telah diproduksi, mulai dari film anak-anak yang kembali muncul dan
mendapat sambutan yang baik dari para peminat film hingga film horor yang memiliki peminat tersendiri.
Yang perlu diperhatikan juga adalah kualitas dari film itu sendiri, jangan hanya fokus terhadap kuantitas atau jumlah
produksi film tetapi tidak memperhatikan kualitasnya, termasuk nilai-nilai positif untuk dapat dipalikasikan di kehidupan
sehari-hari.
Industri Film Independent Indonesia Sembilan Matahari Film, bersama beberapa industri kreatif lainnya meluncurkan film
yang berjudul Cin(t)a di National Film Theater, South Bank, Belvedere Rd, Greater London, pada tanggal 29 Mei 2009.
Peluncuran perdana internasional film Cin(t)a itu merupakan film gagasan Bandung Creative City Forum (BCCF).
Film yang mengangkat cerita cinta yang berani, berkisah mengenai kisah cinta yang merupakan semangat dan seluruh
kehidupan dan belum pernah diceritakan film lain ini mengajak anak muda Indonesia untuk mengembangkan
independensi dalam memproduksi film.
Selain peluncuran perdana internasional film Cin(t)a ini juga akan digelar di
beberapa kota di kerjaaan Inggris seperti di Birmingham University, di
Northumbria University, Newcastle , Leeds University, Leeds dan di
Manchester University, Manchester. Selain itu juga akan diputar di
gedung School of Oriental and African Studies (SOAS) University of
London.
Pemutaran perdana Cin(T)a di London dan roadshow di beberapa
kota tersebut atas permintaan dan dukungan penuh dari KBRI London,
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) UK, dan Universitas-universitas di
UK. Hal ini menunjukkan adanya dukungan dari kedutaan besar Indonesia
untuk mengembangkan industri kreatif Indonesia.
3.9.2.5 SENI PERTUNJUKAN
Menyukseskan Tahun Indonesia Kreatif 2009, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan Institut Seni Indonesia Surakarta,
menggelar Bursa Seni Pertunjukan Indonesia (Indonesia
Performing Arts Mart), pada tanggal 3 hingga 7 Juni mendatang.
Sebanyak 10 kelompok seni pertunjukan utama dari Sumatera,
Jawa, dan Sulawesi akan tampil dan bertemu dengan para
presenter (buyer/impresario) dari mancanegara. Seni pertunjukan
sebagai salah satu subsektor industri kreatif diharapkan mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat Indonesia, melalui semangat kretivitas dan identitas bangsa Indonesia. Seni
pertunjukan ini dapat meningkatkan pemasaran dan promosi seni dan budaya tradisional Indonesia di forum
Internasional.
Selain seni pertunjukan yang bernuansa budaya Indonesia, terdapat pertunjukan sulap yang akhir-akhir ini mulai
bermunculan di Indonesia. Mulai dari pesulap anak-anak hingga dewasa. Berbagai kompetisi untuk mencari pesulap baru
pun diselenggarakan.

96
3.10 I N D I K A S I G E O G R A F I S P E L U A N G P E L E S T A R I A N K R E A T I V I T A S L O K A L Y A N G B E R N I L A I
EKONOMI
3.10.1 Konsep dan Peraturan
Konsep otonomi daerah yang berlaku di Indonesia tidak dapat dilepaskan begitu saja ketika isu ekonomi kreatif
berkembang dengan pesat beberapa tahun terakhir ini. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan dalam pasal 21 bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah
mempunyai hak salah satunya untuk mengelola kekayaan daerah. Sementara dalam Pasal 22 disebutkan bahwa daerah
juga mempunyai kewajiban salah satunya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mengembangkan
sumber daya produktif di daerah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut, maka pemerintah daerah juga memiliki hak
dan kewajiban untuk mengelola dan mengembangkan ekonomi kreatif yang ada di daerahnya masing-masing.
Konsep otonomi daerah yang dihubungkan dengan potensi ekonomi kreatif ini kemudian memunculkan konsep potensi
produk Indikasi Geografis (IG). Potensi produk IG secara garis besar adalah produk-produk yang hanya dihasilkan di
daerah-daerah tertentu, dan biasanya memiliki jumlah yang terbatas. Sementara berdasarkan Pasal 1 ayat (1) PP No. 51
tahun 2007, IG didefinisikan sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri
dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Berdasarkan PP no. 51 tersebut, maka yang dapat dikategorikan
sebagai produk-produk IG adalah sebagai berikut:
a. Hasil pertanian
b. Produk olahan
c. Hasil kerajinan tangan dan barang lain (sepanjang memenuhi persyaratan dalam definisi IG)
Dengan jumlah produk asli yang terbatas ini, maka produk-produk kreatif IG biasanya memiliki permintaan yang
bertambah sehingga harga menjadi meningkat. Keterbatasan jumlah produk juga menyebabkan beberapa masalah baru;
yaitu rawan praktik pemalsuan dan pemanfaatan oleh yang bukan berhak sehingga dibutuhkan perlindungan hukum yang
jelas untuk produk-produk kreatif IG ini.
Sejauh ini Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham) Republik Indonesia telah menerbitkan beberapa
Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang berkaitan dengan perlindungan produk-produk IG ini.
Perangkat UU dan PP yang telah dihasilkan itu antara lain adalah sebagai berikut:
a. UU No.15 tahun 2001 tentang Merk
b. PP No. 51 tahun 2007 tentang Indikasi Geografis
c. PP No. 7 tahun 2005 tentang Komisi Banding Merk
d. PP No. 31 tahun 2009 tentang Perlindungan Wilayah Geografis Penghasil Produk Perkebunan Spesifik Lokasi
3.10.2 Tantangan Bagi Pengembangan Produk IG
Untuk pengembangan potensi produk kreatif IG di masing-masing daerah di Indonesia, maka beberapa strategi yang
perlu dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Harus tersedia peningkatan kerjasama dengan daerah lain; yang meliputi kerjasama pusat-daerah, daerah-daerah
dengan melibatkan kaum intelektual, pemerintah, pelaku usaha dan komunitas
2. Diperlukan komitmen pemerintah daerah dalam penyediaan dana/permodalan, kemudahan perijinan, membuka
akses pasar melalui promosi (festival seni budaya, sentra niaga/seni budaya), dukungan teknologi, HKI dan kesiapan
infrastruktur.
3. Dukungan pemerintah pusat dalam mengembangkan potensi-potensi IG di masing-masing daerah. Keanekaragaman
potensi IG di daerah mencerminkan keanekaragaman kreasi dan budaya Indonesia secara keseluruhan
4. Untuk lebih mengoptimalkan pengembangan ekonomi kreatif di masing-masing daerah, disarankan agar daerah
tersebut hanya fokus pada 1 (satu) atau 2 (dua) sektor potensial yang dimiliki daerahnya sehingga potensi-potensi
tersebut dapat berkembang dengan sempurna.
5. Perlunya sosialisasi potensi IG kepada para pelaku ekonomi kreatif agar semakin bersemangat mengembangkan
potensi kreatif di masing-masing daerahnya.
6. Bagi pelaku kreatif Desain, khususnya Desain Kemasan, produk-produk IG merupakan peluang untuk dikemas
dengan lebih baik, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar.
3.10.3 Potensi IG yang sedang Diproses
Potensi produk-produk IG tampaknya mulai mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat, Hal ini tampak dari beberapa
produk yang telah didaftarkan maupun yang tengah dalam proses pendaftaran. Produk IG yang telah didaftarkan di
Indonesia adalah:
1. Kopi Arabika Kintamani
BALI, selain menjadi tempat tujuan utama para wisatawan manca negara, ternyata masih menyimpan
kekayaan alam lain yang tak kalah hebatnya. Tersebutlah kopi Kintamani Bali, salah satu
kopi specialty yang menjadi buruan para konsumen di belahan dunia. Para pecinta kopi
dari seluruh dunia sering menyebut sebagai kopi rasa jeruk. Perpaduan rasa itu didapat
bukan dari rekayasa. Rasa jeruk pada kopi ini murni alamiah. Kalaupun dianggap ada
rekayasa genetik, itupun hanya pada teknik penanaman yang tidak disengaja. Oleh petani di
Belantih, bibit kopi jenis Arabika ini ditanam berdekatan (tumpangsari) dengan perkebunan
jeruk. Hal itu sulit terelakkan karena jeruk Kintamani juga menjadi komoditi andalan
Kabupaten Bangli, siapa yang sangka pemanfaatan areal tanam seperti ini, memberi
pengaruh pada cita rasa kopi.
Selain tenar dengan kopi beraroma jeruk, kopi Kintamani juga masyur sebagai tanaman yang sudah
terbebas dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida, karena sejak beberapa tahun terakhir, para petani sudah secara
total beralih kepupuk organik, dan juga petani kopi Kintamani sudah mampu mengolah kopi bubuk siap seduh.
2. Kambing Kaligesing Purworejo
Kambing ras Kaligesing merupakan komoditas unggulan daerah Purworejo,
bahkan merupakan salah satu nuftah ternak Indonesia yang wajib
dilestarikan. Kambing ras Kaligesing merupakan persilangan antara pejantan
Fries Indie, yang didatangkan dari Distrik India, dengan kambing lokal
Purworejo. Persilangan dilakukan tahun 1923, bertujuan untuk perbaikan
mutu genetika. Kemudian tahun 1949 didatangkan 5 ekor pejantan yang
dibantukan ke desa Hulosobo, Donorejo dan Tlogoguwo Kecamatanm
Kaligesing. Pejantan ini merupakan cikal bakal kambing ras Kaligesing.
Pengembangan peternakan kambing Kaligesing di Kabupaten Purworejo sudah menjadi program pemerintah daerah
sejak tahun 1970. Untuk melestarikannya telah dilakukan beberapa cara, antara lain melalui gaduhan ternak,
pengembangan Village Breeding Center (VBC), pengembangan kelompok penangkar ternak, dan pengadaan kontes
ternak kambing Kaligesing.

98
Populasi kambing Kaligesing selama lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, namun
selama ini belum ada IG yang dimiliki oleh ras kambing ini sehingga kambing ras Kaligesing ini potensial untuk
mendapatkan sertifikasi IG
3. Kacang Oven Jepara
Kacang oven adalah kacang khas dari daerah Jepara. Kacang ini adalah
kacang gurih yang memiliki rasa yang unik, yaitu perpaduan antara rasa
manis dan asin. Kacang-kacang oven ini umumnya depnagn mudah dapat
ditemui di sentra-sentra makanan khas daerah jepara. Kacang ini terbuat dari
bahan-bahan pilihan; antara lain kacang tanah pilihan, pasir putih yang telah
dicuci hingga bersih, dan bumbu-bumbu penyedap lainnya. Kacang ini diberi
nama kacang oven karena proses penggorengannya yang unik, menggunakan
pasir putih yang menutupi kacang sehingga tampak seperti dalam oven.
4. Kerupuk Tengiri Jepara
Salah satu makanan olahan khas dari daerah Jepara, Jawa Tengah, adalah
kerupuk tengiri. Sentra produksinya, antara lain di daerah Pengkol, salah satu
kelurahan di Jepara Kota. Bahan bakunya adalah ikan tengiri, dan tepung
tapioka. Kerupuk ini memiliki banyak penggemar karena keaslian bahan-bahan
yang digunakan dalam proses produksinya.
5. Mebel Ukir Jepara
Daerah Jepara sejak
dahulu terkenal dengan
kemampuan warganya untuk menghasilkan produk seni ukir yang
indah. Produk-produk itu dapat dengan mudah kita temui di
sepanjang sudut kota Jepara. Mebel-mebel ukir Jepara sudah dikenal
memiliki keindahan dan kualitas yang tinggi. Tidak heran jika harga
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan mebel ukir asli Jepara
relative tinggi. Produk-produk mebel yang mayoritas dibuat dari kayu
jati ini sudah banyak dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan
banyak yang telah diekspor ke luar negeri sebagai produk yang mempunyai nilai seni yang tinggi dan dijadikan koleksi.
6. Blenyik Ngemplak Jepara
Blenyik ngemplak adalah makanan khas yang umum dijumpai di daerah
pesisir Jepara, dan umum digunakan sebagai makanan sehari-hari
masyarakat Jepara. Produk makanan ini terbuat dari ikan laut segar
hasil tangkapan nelayan-nelayan Jepara. Produk ini terbuat dari ikan
teri pilihan, yaitu teri nasi yang berekor merah. Pemasaran blenyik
kini sudah menjelajah ke beberapa daerah. Blenyik disukai oleh
masyarakat pedalaman atau pegunungan, tak hanya di Jawa, tapi juga
di luar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan.
7. Lada Putih Muntok Bangka Belitung

99
Berbagai upaya dilakukan guna mengembalikan kejayaan lada putih (Muntok
White Pepper) Bangka Belitung. Langkah ini dilakukan guna meningkatkan
pendapatan petani serta perekonomian regional dan nasional. sebab
belakangan ini produksi lada di Bangka Belitung terjadi penurunan.
Tahun 2002, produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton. Jumlah
tersebut menurun di tahun 2003 menjadi 27.000 ton, sedangkan di tahun
2004 kembali menurun menjadi 20.000 ton. Penurunan jumlah produksi terus
terjadi, dan di tahun 2005 produksi tinggal 16.000 ton. Pada tahun 2006
hingga 2007, jumlah produksi sama yaitu berada di angka 14.000 ton. Malangnya di tahun 2008, angka ini kembali
menurun dan berada di angka 13.000 ton.
Meskipun terus mengalami penurunan produksi, namun prospek lada di masa mendatang cukup baik karena selain
terjadinya peningkatan konsumsi dalam negeri juga berkembangnya industri makanan, minuman, farmasi, dan spa yang
menggunakan bahan baku lada.
3.10.4 Potensi IG yang belum Dikembangkan
Jika kita lihat ke beberapa daerah lain di Indonesia, maka ada beberapa produk yang potensial untuk didaftarkan sebagai
produk-produk IG. Produk-produk potensial tersebut jika kita tinjau dari beberapa daerah adalah sebagai berikut:
a. Jawa Barat
Beras Pandan Wangi Cianjur
Bila melihat persyaratan dari produk IG, maka Beras Pandan Wangi Cianjur telah cukup
syarat untuk didaftarkan sebagai salah satu IG di Indonesia. Beras pandan wangi hanya
bisa diproduksi di tempat asalnya. Meski bisa tumbuh di daerah lain, derajat kepulenan
dan aroma gabah maupun beras yang dihasilkan tidak akan sebaik di daerah asalnya.
Hal ini karena karakteristik dan kualitas beras tersebut dipengaruhi faktor geografis
setempat antara lain, jenis tanah di tempat tumbuhnya beras pandan wangi cianjur
adalah andosol/regina, bersuhu 20-27 derajat Celsius, kandungan amilosa dalam
beras mencapai 26%, dan sebagainya. Deskripsi padi sawah varietas pandan wangi
secara jelas dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 163/Kpts/ LB.240/
3/ 2004 tentang Pelepasan Galur Padi Sawah Lokal Pandan Wangi Cianjur sebagai
Varietas Unggul dengan Nama Pandan Wangi.

Ubi Cilembu
Ubi Cilembu merupakan salah satu jenis ubi yang sangat popular di
kalangan masyarakat. Rasanya yang empuk, legit, wangi dan rasa
manis dari karamel yang keluar saat ubi di-oven, merupakan
pilihan makanan yang pas sebagai teman minum teh, kopi,
apalagi bandrek maupun bajigur. Karena rasa manisnya yang
khas itulah, ubi Cilembu juga kerap disebut ―si madu.‖
Sebenarnya Cilembu hanyalah sebuah desa kecil yang
termasuk Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Ubi
sebenarnya bukanlah tanaman prioritas warga Cilembu, karena
mereka sebagian besar adalah petani padi. Kondisi sawah yang
merupakan jenis tadah hujan membuat para petani memilih jagung dan ubi

100
sebagai tanaman selingan di saat musim kemarau. Menanam ubi di saat musim kemarau cenderung dipilih karena saat
musim hujan, rasa ubi tersebut biasanya berubah menjadi agak pahit. Kadar air yang menjadi lebih tinggi pada ubi
diduga sebagai penyebabnya.
Komoditas ubi cilembu ini sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki banyak penggemar setia.
Bahkan potensi untuk mencari pasar di luar negeri juga cukup besar. Hal itu ditandai dengan mulai dijajakinya peluang
ekspor ke kawasan regional; antara lain ke pasar Vietnam dan Singapura.
b. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Bakpia Pathuk
Bakpia Bathuk berasal dari Kampung Pathuk, dekat dengan Jalan Malioboro,
Yogyakarta. Karena lokasinya yang dekat dengan sentra pariwisata di
Yogyakarta, maka Bakpia Pathuklah yang pertama kali dikenal oleh wisatawan.
Bakpia Pathuk memiliki rasa yang khas, selain rasa kacang hijau yang lembut
ada juga rasa kumbu hitam, dan sekarang mulai berkembang berbagai rasa
yang menggiurkan.
Bakpia Pathuk menjadi popular karena hanya ada di Yogyakarta dan menjadi
buah tangan khas daerah tersebut. Kualitas bahan dan rasa yang selalu
dijaga dan kepopuleran menyebar dari mulut ke mulut menjadi faktor utama
wisatawan menjadikan Bakpia Pathuk sebagai barang yang harus dibeli
ketika berkunjung ke Yogyakarta.

Nasi Gudeg Jogja


Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan
santan dan dibumbui dengan kluwek. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya
dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental
(areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
 Gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan
areh kental, jauh lebih kental daripada santan
pada masakan padang.
 Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan
areh encer.
 Gudeg Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna
putih.

c. Solo, Jawa Tengah


Serabi Solo
Serabi Solo memiliki bentuk dan rasa yang khas dan berbeda dengan serabi lain pada umumnya. Jika serabi lain
menggunakan santan sebagai pelengkap penyajian, maka serabi Solo menambahkan santan pada saat proses
pembuatan serabi tersebut. Perbedaan cara pembuatan tersebut yang langsung dapat dirasakan pada tekstur dan rasa
serabi yang khas. Untuk semakin menambahkan perbedaan yang khas, maka proses memasak serabi harus
menggunakan tungku arang sehingga menghasilkan aroma yang menggiurkan. Proses memasak ini yang membutuhkan
kesabaran dan keuletan untuk dapat membuat dan menghidangkan serabi Solo yang sempurna.

101
Kelegitan dan variasi topping serabi yang beraneka rupa; seperti coklat, keju,
nangka, pisang, dan masih banyak lagi menjadi daya tarik serabi Solo. Jajanan
tradisional ini sangat tepat dinikmati di kala sore hari sebagai teman minum teh
sambil bersantai bersama keluarga ataupun dapat dijadikan buah tangan untuk
kolega maupun keluarga di rumah.
d. DKI Jakarta
Ondel-ondel Jakarta
Salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam
pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Nampaknya ondel-ondel memerankan
leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau
penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari
anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau
kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat dengan
warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Bentuk
pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang terdapat di beberapa
daerah lain.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh
halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk
menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu
terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap
bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
e. Denpasar, Bali
Kerajinan Bali (Kayu, Batok Kelapa, Perak, Anyaman Bambu, Logam, Keramik)
Sebagai Land of gods, Bali sejak dahulu telah berhasil memukau kalangan
internasional dengan mahakarya-mahakarya buatan warganya yang bernilai
seni yang tinggi. Masyarakat Bali menganggap karya-karya seni sebagai
perwujudan rasa syukur mereka kepada para Dewa dalam agama Hindu yang
mereka anut.
Kerajinan Bali sudah lama menjadi daya tarik untuk masyarakat Indonesia dan
dunia. Kerajinan Bali menjadi kerajinan andalan Bali yang paling dicari dan
sangat digemari karena kerajinan tangan dari bali ini begitu unik dan menjadi
ciri khas yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan
yang berkunjung ke Bali. Kerajinan tangan Bali sangat khas mengingat di Bali
begitu kental seni dan budaya yang ada. Dengan adanya seni dan budaya di
Bali, menghasilkan produk-produk kerajinan yang bernilai seni tinggi serta
bercitarasa tinggi, sehingga menjadi produk kerajinan tangan yang selalu
dicari wisatawan domestik dan juga manca negara.

102
Brem Bali
Brem Bali adalah minuman yang berasal dari sari tape ketan murni di proses dengan sangat special dan unik memberi
sita rasa brem yang manis tanpa rasa masam. Sensasi Brem Bali ini muncul ketika diminum dan menimbulkan rasa yang
khas di lidah.
Brem Bali umumnya mengandung alcohol dan banyak diminati oleh wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bahkan, beberapa produk brem Bali saat ini sudah memasuki pasar mancanegara, diantaranya
dengan diekspornya produk ini ke pasar-pasar di Eropa, Australia, maupun pasar regional
di Asia Tenggara.

103
4 HASIL PEMETAAN DAN ANALISIS DAMPAK EKONOMI INDUSTRI KREATIF
Kontribusi ekonomi Sektor Industri Kreatif yang terdiri dari 14 subsektor industri, dengan 4 basis indikator, yaitu: PDB,
Ketenagakerjaan, Aktivitas Perusahaan dan Perdagangan Internasional ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4-1 Profil Kontribusi Ekonomi Sektor Industri Kreatif Indonesia 2002-2008

No Indikator Satuan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
1 Berbasis PDB
1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 160.337 167.355 192.128 214.541 256.848 297.557 360.663 235.633
1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 132.472 131.077 138.627 135.394 142.091 147.907 151.581 139.879
1.3 Pertumbuhan Persen - -1,05% 5,76% -2,33% 4,95% 4,09% 2,48% 2,32%
1.4 Kontribusi Nasional Persen 8,80% 8,31% 8,37% 7,73% 7,69% 7,53% 7,28% 7,80%
2 Berbasis Ketenagakerjaan
2,1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 8.090.276 6.700.589 7.497.885 7.360.032 7.009.392 7.396.913 7.686.410 7.391.642
2,2 Pertumbuhan Persen - -17,18% 11,90% -1,84% -4,76% 5,53% 3,91% -0,41%
2,3 Tingkat Partisipasi Nasional Persen 8,83% 7,38% 8,00% 7,75% 7,34% 7,40% 7,53% 7,74%
2,4 Produktivitas Ribu Rp/TK 52.301 48.038 56.230 63.606 65.458 65.044 64.919 59.371
3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
3,1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 3.192.365 2.623.965 3.099.344 2.734.076 2.576.235 2.813.959 3.001.635 2.863.083
3,2 Pertumbuhan Persen - -17,80% 18,12% -11,79% -5,77% 9,23% 6,67% -0,22%
3,3 Kontribusi Nasional Persen 7,52% 6,34% 7,24% 6,57% 6,09% 6,36% 0,00% 6,74%
4 Berbasis Perdagangan Internasional
4,1 Nilai Ekspor Miliar Rp 58.413 57.597 69.774 76.462 84.840 95.209 114.925 79.603
4,2 Pertumbuhan Ekspor Persen -1,40% 21,14% 9,59% 10,96% 12,22% 20,71% 12,20%
4,3 Kontribusi thdp Ekspor Nasional Persen 11,43% 11,32% 10,49% 9,08% 9,33% 8,86% 7,52% 9,23%
4,4 Nilai Impor Miliar Rp 4.445 4.060 5.560 6.915 6.045 8.077 10.442 6.506
4,5 Pertumbuhan Impor Persen -8,67% 36,93% 24,38% -12,58% 33,62% 29,27% 17,16%
4,6 Kontribusi thdp Impor Nasional Persen 1,59% 1,50% 1,29% 1,22% 1,10% 1,15% 0,82% 2,33%
4,7 Net Trade Miliar Rp 53.967 53.537 64.214 69.547 78.795 87.131 104.483 73.096
4,8 Pertumbuhan Net Trade Persen -0,80% 19,94% 8,30% 13,30% 10,58% 19,91% 11,87%
4,9 Kontribusi thdp Net Trade Nasional Persen 23,33% 22,54% 27,58% 25,30% 21,99% 23,34% 41,65% 26,12%

4.1 BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN


4.1.1 PDB Sektor Industri Kreatif
Nilai tambah bruto yang dihasilkan industri kreatif, baik berdasarkan harga berlaku menunjukkan trend peningkatan yang
konsisten sejak tahun 2002 sampai 2008. Namun demikian nilai tambah berdasarkan harga konstan, yang sudah
memperhitungkan pengaruh inflasi, mengalami penurunan di tahun 2003 dan 2005. Hal ini ditunjukkan pada gambar
berikut.

104
400.000

350.000
360.663

300.000 297.557

250.000 256.848

200.000 214.541
192.128
167.355
150.000 160.337
142.091 147.907 151.581
132.472 135.394
131.077 138.627
100.000

50.000

0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Nilai Tambah Harga Berlaku Nilai Tambah Harga Konstan

Gambar 4-1 Nilai Tambah Bruto Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah)

Pada tahun 2007 dan 2008, nilai nominal berdasarkan harga berlaku dari Nilai Tambah Bruto Sektor Industri Kreatif
meningkat signifikan dari Rp. 256.848 miliar di tahun 2006 menjadi Rp. 297.557 miliar di tahun 2007 dan Rp. 360.663
miliar di tahun 2008. Peningkatan tahun 2007 sebesar Rp. 40.709 miliar, dan peningkatan tahun 2008 Rp. 63.106
miliar. Kondisi ini merupakan indikasi positif terhadap perkembangan industri kreatif nasional, dimana industri kreatif
terus tumbuh positif di tengah-tengah kondisi krisis global yang melanda dunia.

105
7,00%

6,00%
5,76%
5,00% 4,95%

4,00% 4,09%

3,00%
2,32% 2,48%
2,00%

1,00%

0,00%
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-1,00%
-1,05%
-2,00%
-2,33%
-3,00%
Rata-Rata Pertumbuhan 2002-2008

Gambar 4-2 Pertumbuhan NTB Konstan Industri Kreatif 2002-2008

Pertumbuhan PDB (NTB) Sektor Industri Kreatif, yang sudah memperhitungkan pengaruh inflasi, di tahun 2007 dan
2008 mengalami penurunan, dari 4,95% tahun 2006 menjadi 4,09% tahun 2007 dan 2,48% tahun 2008. Perlambatan
memang terjadi, namun demikian PDB Sektor Industri Kreatif tetap tumbuh positif di atas rata-rata pertumbuhan PDB
Sektor Industri Kreatif tahun 2003-2008 sebesar 2,32%.
Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh industri kreatif, yang berbeda dengan sektor lainnya, adalah fluktuasi
pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Fluktuasi yang sangat signifikan terjadi dari tahun 2003 sampai
2006, dimana setiap tahun pertumbuhan berubah dari pertumbuhan positif menjadi pertumbuhan negatif. Namun
demikian sejak tahun 2006 sampai 2008, sektor industri kreatif mulai konsisten menunjukkan pertumbuhan yang positif.
4.1.2 Perbandingan terhadap PDB Nasional
Dibandingkan dengan rata-rata kontribusi PDB nasional sektoral berdasarkan harga berlaku, di tahun 2002-2008, Sektor
Industri Kreatif memberikan kontribusi PDB di peringkat ke-6, sebesar 7,8% atau senilai Rp. 235.633 miliar, lebih tinggi
dari rata-rata kontribusi Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
Sektor Konstruksi dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Rata-rata kontribusi terbesar diberikan oleh Sektor Industri
Pengolahan sebesar 24,1%, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan sebesar 14,53%, dan Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,42%. Indikasi ini menunjukkan bahwa Sektor Industri Kreatif merupakan
sektor penting dalam perekonomian nasional, karena memiliki kontribusi PDB yang cukup besar.

106
Tabel 4-2 Perbandingan Kontribusi PDB Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp)

NO LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
1 Industri Pengolahan 25,0% 24,6% 24,4% 24,1% 23,9% 23,5% 24,4% 24,2%
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 15,5% 15,2% 14,3% 13,1% 13,0% 13,7% 14,4% 14,0%
3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,0% 13,0% 12,4% 12,2% 12,1% 12,1% 11,3% 12,1%
4 Pertambangan dan Penggalian 8,8% 8,3% 8,9% 11,1% 11,0% 11,2% 11,0% 10,4%
5 Jasa Kemasyarakatan 8,9% 9,7% 10,1% 9,8% 9,9% 9,9% 9,6% 9,7%
6 Industri Kreatif 8,8% 8,3% 8,4% 7,7% 7,7% 7,5% 7,3% 7,8%
7 Konstruksi 6,1% 6,2% 6,6% 7,0% 7,5% 7,7% 8,5% 7,4%
8 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 7,8% 7,9% 7,6% 7,5% 7,1% 6,8% 6,5% 7,1%
9 Pengangkutan dan Komunikasi 5,4% 5,9% 6,2% 6,5% 6,9% 6,7% 6,3% 6,4%
10 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,8% 1,0% 1,0% 1,0% 0,9% 0,9% 0,8% 0,9%

Rata-rata nilai dan persentase kontribusi PDB sektoral selengkapnya tahun 2002-2008, ditunjukkan pada gambar
berikut.
Industri Kreatif Pertanian, Peternakan,
Jasa Kemasyarakatan Rp235.633 Kehutanan dan
Rp294.077 8% Perikanan
10% Rp424.111 Pertambangan dan
14% Penggalian
Keuangan, Real Estate, Rp313.379
& Jasa Perusahaan 11%
Rp215.629
7%

Pengangkutan dan
Komunikasi
Rp192.135
6% Industri Pengolahan
Rp730.231
24%
Perdagangan, Hotel,
Konstruksi Listrik, Gas, dan Air
dan Restoran
Rp366.149 Rp222.556 Bersih
7% Rp27.269
12%
1%

Gambar 4-3 Rata-rata Nilai dan % Kontribusi NTB Sektoral Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2002-2008

Jika dibandingkan berdasarkan rata-rata pertumbuhan NTB tahunan 2002-2008, maka Sektor Industri Kreatif berada
pada peringkat ke-9, dengan rata-rata pertumbuhan 2,32%. Besaran ini merupakan kedua terkecil setelah Sektor
Pertambangan dan Penggalian yang memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 0,26%, serta masih berada di bawah rata-
rata pertumbuhan PDB Nasional 5,56%. Rata-rata pertumbuhan terbesar dimiliki oleh Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi sebesar 13,89%, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 9,33%, dan sektor Konstruksi
sebesar 7,57%.

107
Rata-Rata Pertumbuhan PDB Sektor-Sektor Utama
16,00%
Pengangkutan dan
Komunikasi
13,89%
14,00%

12,00%

Perdagangan, Hotel, dan


Restoran
10,00% 9,33%

Keuangan, Real Estate, &


Jasa Perusahaan
8,00% Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi 6,77%
7,25% 7,57%

Jasa Kemasyarakatan
6,00% 5,66%
Industri Pengolahan
5,56%
4,97%
4,00%
Pertanian, Peternakan,
Industri Kreatif
Kehutanan dan Perikanan
3,48% 2,32%
2,00%
Pertambangan dan
Penggalian
0,26%
0,00%
Rata-rata Pertumbuhan PDB Nasional 2002-2008

Gambar 4-4 Rata-Rata Pertumbuhan PDB Sektoral, termasuk Industri Kreatif, 2002-2008

4.1.3 PDB Subsektor Industri Kreatif


Tahun 2007 dan 2008, NTB 14 Subsektor Industri Kreatif mengalami peningkatan, kecuali pada Subsektor Kerajinan dan
Subsektor Pasar Barang Seni. NTB Subsektor Kerajinan tahun 2007 masih meningkat, namun mengalami penurunan kecil
0,42% di tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 37.423 miliar tahun 2007 menjadi Rp. 37.266 tahun 2008. NTB Subsektor
Pasar Barang Seni mengalami penurunan tahun 2007 sebesar 21,19%, yaitu Rp. 808 miliar tahun 2006 menjadi Rp.
637 miliar tahun 2007. Namun demikian tahun 2008 NTB Subsektor Pasar Barang Seni kembali meningkat 10,8%
menjadi Rp. 706 miliar.
Subsektor-subsektor yang meningkat signifikan di tahun 2007 dan 2008, dibandingkan tahun 2006, adalah Subsektor
Arsitektur, Desain, Film, dan Musik. Tahun 2006 keempat subsektor tersebut mengalami pertumbuhan negatif
(penurunan NTB, kecuali Film), dan kembali tumbuh positif dengan besaran yang baik di tahun 2007. NTB Arsitektur
tahun 2006 turun -8,85% dan tumbuh 8,61% tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 3.367 miliar menjadi Rp. 3.657 miliar.
Pertumbuhan NTB Arsitektur ini terus berlanjut di tahun 2008. NTB Subsektor Desain tahun 2006 turun -5,13% dan
tumbuh 8,74% tahun 2007. Pertumbuhan NTB Subsektor Desain ini terus berlanjut hingga tahun 2008. NTB Subsektor
Film, Video dan Fotografi tahun 2006 hanya tumbuh 2,14% namun tumbuh sebesar 7,52% tahun 2007 dan terus
tumbuh positif di tahun 2008. NTB Subsektor Musik tahun 2006 turun sebesar -8,49% dan tumbuh 5,14% tahun 2007.
Pertumbuhan positif NTB Musik terus berlanjut di tahun 2008. Informasi selengkapnya mengenai peningkatan dan
penurunan NTB 14 subsektor tahun 2002-2008 ditunjukkan pada gambar berikut.

108
NTB Konstan Desain 2002-2008 (Miliar Rp)
NTB Konstan Arsitektur 2002-2008 (Miliar Rp)
9.800
4.500
3.924 9.678
9.600
4.000 9.531
3.367 9.502
3.274 3.657 9.400
3.500
3.694
3.000 2.740 9.200 9.213 9.211
2.500 2.945 9.072
9.000
2.000 8.800
8.738
1.500
8.600
1.000
8.400
500
8.200
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

NTB Konstan Fesyen 2002-2008 (Miliar Rp) NTB Konstan FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 2002-2008
70.000 (Miliar Rp)
69.124 1.200
68.000
1.000
66.000 64.415 962
65.176 893
65.902 800 831
64.000 65.243 814
776
63.843 711 732
600
62.000

60.000
60.582 400

58.000 200

56.000 -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

NTB Konstan Layanan Piranti Lunak 2002-2008 (Miliar Rp)


NTB Konstan Kerajinan 2002-2008 (Miliar Rp)
40.000 2.000
34.832 1.800
35.000 32.290 1.806
31.030 37.423 37.266 1.600
30.000 1.517 1.650
31.140 31.952 1.400
25.000 1.200 1.253
20.000 1.000 1.038
800
714
15.000 859
600
10.000
400
5.000 200
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

109
NTB Konstan MUSIK 2002-2008 (Miliar Rp) NTB Konstan PASAR DAN BARANG SENI 2002-2008
9.000 (Miliar Rp)
900
8.000 7.895 7.929 800
7.000 7.225 808
6.974 7.596 743
700 612
6.000 719 695 706
600
5.000 637
4.025 500
4.000 4.552 400
3.000 300
2.000 200
1.000 100
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

NTB Konstan PENERBITAN DAN PERCETAKAN 2002-2008 NTB Konstan PERIKLANAN 2002-2008 (Miliar Rp)
(Miliar Rp) 14.000
9.000
7.599 12.000
8.000 7.681 7.530
9.832 11.493
7.000 7.971 10.000
5.744 7.404 10.617
6.000 8.013
8.000 8.072
5.000 5.705 5.493
4.000 6.000 6.916
3.000 4.000
2.000
2.000
1.000
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

NTB Konstan PERMAINAN INTERAKTIF2002-2008 (Miliar NTB Konstan RISET DAN PENGEMBANGAN2002-2008
Rp) (Miliar Rp)
600 1,200

550 1,133
500 1,000
923 970 1,047
790
471 870
400 414 800
362 828
300 252 321 600
283
200 400

100 200

- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

110
NTB Konstan SENI PERTUNJUKAN 2002-2008 (Miliar Rp) NTB Konstan TELEVISI DAN RADIO 2002-2008 (Miliar Rp)
180 3.000
160
152 2.500 2.179
140 2.035
133 2.481
126 142
120 123 2.000 2.326
98 1.608
100 112 2.088
1.500
1.830
80
60 1.000
40
500
20
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 4-5 NTB Konstan 14 Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008

4.1.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif


Dari 14 Subsektor Industri Kreatif yang telah dipetakan, Subsektor yang memberikan kontribusi NTB terbesar sepanjang
tahun 2002 sampai 2008 adalah Subsektor Fesyen dengan rata-rata NTB harga berlaku sebesar Rp. 107,8 triliun, atau
sekitar 45,78% dari total NTB Sektor Industri Kreatif. Tiga subsektor lain yang memberi kontribusi NTB terbesar,
berturut-turut adalah Subsektor Kerajinan dengan rata-rata NTB sebesar Rp. 57,08 triliun, Subsektor Desain Rp. 15,48
triliun, dan Subsektor Periklanan Rp. 15,12 triliun. Keempat subsektor ini, Fesyen, Kerajinan, Desain dan Periklanan
menyumbang kontribusi NTB berturut-turut sebesar 45,78%, 24,23%, 6,57% dan 6,42%.
Subsektor Periklanan mampu mengungguli kontribusi yang diberikan Subsektor Desain pada tahun 2006-2008,
meskipun secara rata-rata tahun 2002-2008 kontribusi Subsektor Desain masih lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja Subsektor Periklanan dalam perekonomian semakin baik dengan signifikan sepanjang tahun, khususnya pada 3
tahun terakhir. Informasi selengkapnya mengenai kontribusi NTB 14 subsektor, ditunjukkan pada tabel dan gambar
berikut.
Tabel 4-3 Perbandingan Kontribusi NTB 14 Sektor Industri Kreatif 2002-2008

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 FESYEN 52,18% 49,77% 47,02% 44,75% 44,93% 43,55% 43,48% 45,78%
2 KERAJINAN 23,42% 23,76% 23,29% 23,60% 24,51% 25,30% 24,59% 24,23%
3 DESAIN 7,19% 7,03% 6,54% 6,80% 6,15% 6,42% 6,38% 6,57%
4 PERIKLANAN 4,15% 5,28% 5,78% 5,96% 6,92% 7,18% 7,58% 6,42%
5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 4,34% 4,35% 5,75% 5,67% 5,21% 5,09% 5,01% 5,10%
6 MUSIK 3,04% 3,47% 5,03% 5,83% 5,08% 5,14% 5,23% 4,85%
7 ARSITEKTUR 2,07% 2,25% 2,36% 2,73% 2,37% 2,47% 2,59% 2,44%
8 TELEVISI DAN RADIO 1,21% 1,40% 1,47% 1,54% 1,53% 1,57% 1,64% 1,51%
9 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 0,54% 0,66% 0,75% 0,93% 1,07% 1,12% 1,19% 0,95%
10 RISET DAN PENGEMBANGAN 0,60% 0,63% 0,63% 0,68% 0,68% 0,71% 0,75% 0,68%
11 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 0,54% 0,56% 0,56% 0,60% 0,58% 0,60% 0,63% 0,59%
12 PASAR DAN BARANG SENI 0,46% 0,55% 0,50% 0,55% 0,57% 0,43% 0,47% 0,50%
13 PERMAINAN INTERAKTIF 0,19% 0,22% 0,23% 0,27% 0,29% 0,32% 0,36% 0,28%
14 SENI PERTUNJUKAN 0,07% 0,09% 0,09% 0,09% 0,09% 0,10% 0,10% 0,09%
Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

111
PENERBITAN DAN RATA-RATA PDB INDUSTRI KREATIF 2002-2008 TELEVISI DAN RADIO
PERCETAKAN Rp3.561.909.042
PERMAINAN INTERAKTIF RISET DAN
Rp12.009.603.145 SENI PERTUNJUKAN 2%
Rp669.504.336 PENGEMBANGAN
5% Rp217.166.624
0% Rp1.605.167.985
1% 0% ARSITEKTUR
PERIKLANAN Rp5.749.683.306
PASAR DAN BARANG SENI Rp15.121.802.624 2%
Rp1.174.283.447 6%
0%

MUSIK DESAIN
Rp11.437.824.384 Rp15.486.750.367
5% 7%

LAYANAN KOMPUTER DAN


PIRANTI LUNAK
Rp2.248.993.045
1%

FESYEN
Rp107.869.858.780
46%

KERAJINAN
Rp57.087.934.396 FILM, VIDEO, DAN
24% FOTOGRAFI
Rp1.392.362.442
1%

Gambar 4-6 Rata-rata Jumlah dan % Kontribusi PDB Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008, Berdasarkan Harga Berlaku

Satu catatan yang penting digarisbawahi adalah kontribusi NTB yang sangat dominan dari Subsektor Fesyen dan
Kerajinan. Kedua subsektor ini menyumbang 70% dari total NTB industri kreatif, sehingga fluktuasi kontribusi NTB kedua
subsektor akan sangat mempengaruhi keseluruhan kontribusi NTB Sektor Industri Kreatif. Seperti ditunjukkan pada
gambar berikut, rata-rata pertumbuhan Subsektor Fesyen tahun 2002-2008 menunjukkan angka negatif -0,7%. Angka
negatif ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Subsektor Fesyen sudah mengalami titik stabil (stagnan), bahkan bukan
tidak mungkin akan cenderung semakin menurun di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan
Subsektor Kerajinan memang masih positif, namun angka pertumbuhan tidak terlalu besar, yaitu 3,17%. Kedua angka
rata-rata pertumbuhan Subsektor Fesyen dan Kerajinan ini merupakan indikasi peringatan bagi pengembangan industri
kreatif nasional, bahwa ke depan industri kreatif jangan lagi hanya mengandalkan kedua Subsektor tersebut. Subsektor-
subsektor lainnya memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan 2 digit yang
dimiliki subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak sebesar 16,87%, subsektor Musik 13,42%, Subsektor Periklanan
13,42% dan Subsektor Permainan Interaktif sebesar 13,88%.
Selain Subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Subsektor Musik, Subsektor Periklanan, Subsektor Permainan
Interaktif, masih terdapat subsektor-subsektor lain yang memiliki potensi cukup baik, yaitu Subsektor Arsitektur,
Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, dan Seni Pertunjukan. Keempat subsektor ini tumbuh di atas rata-
rata pertumbuhan PDB Nasional tahun 2002-2008 sebesar 5,56%.
Subsektor Film, Video dan Fotografi memang memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 5,19%, masih di bawah rata-rata
pertumbuhan PDB Nasional. Namun perlu dicatat bahwa pertumbuhan Subsektor Film, Video dan Fotografi di tahun 2007
dan 2008 menunjukkan angka yang cukup menjanjikan, yaitu 7,52% tahun 2007 dan semakin membaik di tahun 2008

112
dengan pertumbuhan 7,64%. Rata-rata pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 ditunjukkan
berikut ini.
18,00%
LAYANAN KOMPUTER DAN
PIRANTI LUNAK
16,00% 16,87%

PERIKLANAN
14,00%
MUSIK 13,42%
PERMAINAN INTERAKTIF
13,42% 13,88%
12,00%

10,00%
TELEVISI DAN RADIO
7,57%
8,00% PENERBITAN DAN
ARSITEKTUR FILM, VIDEO, DAN
PERCETAKAN
6,43% FOTOGRAFI SENI PERTUNJUKAN
5,73%
5,56% 5,19% 7,67%
6,00%

RISET DAN
PENGEMBANGAN
4,00% KERAJINAN 6,20%
3,17% PASAR DAN BARANG SENI
3,24% 2,32%
2,00%
DESAIN
0,35%
0,00%
FESYEN
-0,70%
-2,00%

Rata-rata Pertumbuhan PDB Nasional 2002-2008 Rata-rata Pertumbuhan PDB IK 2002-2008

Gambar 4-7 Rata-rata Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008

113
4.2 BERBASIS KETENAGAKERJAAN: JUMLAH, TINGKAT PARTISIPASI, PERTUMBUHAN,
PRODUKTIVITAS
4.2.1 Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif
Jumlah tenaga kerja yang diserap Sektor Industri mengalami trend penurunan sepanjang tahun 2004 hingga 2006.
Namun pada tahun 2007 dan 2008 kinerja Sektor Industri Kreatif semakin baik dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Tahun 2007 jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 7,396 juta tenaga kerja dan meningkat menjadi 7,686 juta
tenaga kerja di tahun 2008. Keduanya melampaui rata-rata penyerapan tenaga kerja Sektor Ekonomi Kreatif tahun
2002-2008, yaitu sebesar 7,391 juta tenaga kerja.

9.000.000
7.497.885 7.396.913
8.000.000 8.090.276 7.360.032
7.000.000
7.391.642 7.686.410
6.000.000
7.009.392
6.700.589
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rata-Rata 2002-2008

Gambar 4-8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif 2002-2008

Penyerapan tenaga kerja di Sektor Industri Kreatif mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2003 sebesar -17,18%
atau sekitar 1,4 juta tenaga kerja. Penurunan kembali terjadi sebesar -1,84% atau berkurang sebanyak 137.853 tenaga
kerja di tahun 2005, dan -4,76% atau berkurang sebanyak 350.640 tenaga kerja di tahun 2006. Penyerapan tenaga
kerja kembali mengalami peningkatan di tahun 2007, yaitu sebesar 5,53% atau bertambah sebanyak 387.521 tenaga
kerja. Di tahun 2008 penyerapan tenaga kerja terus meningkat sebanyak 289.497 atau tumbuh sebesar 3,91%, namun
tidak secepat pertumbuhan yang terjadi di tahun 2007. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tahun 2002-2008
ditunjukkan berikut ini.
15,00%
Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja 2002-2008
11,90%
10,00%
5,53%
5,00%
3,91%

0,00% -1,84%
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-5,00%
-4,76%
-10,00%

-15,00%
-17,18%
-20,00%
Gambar 4-9 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif 2002-2008

4.2.2 Perbandingan terhadap Tenaga Kerja Nasional


Berdasarkan rata-rata penyerapan jumlah tenaga kerja tahun 2002-2008, Sektor Industri Kreatif menduduki peringkat
ke-5 di antara 10 sektor utama, dengan kontribusi sebanyak 7.391.642 tenaga kerja atau sekitar 7,74% dari total
tenaga kerja nasional. Rata-rata kontribusi penyerapan tenaga kerja terbesar tahun 2002-2008 masih diberikan oleh
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 43,24%, diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran 16,15%, Sektor Jasa Kemasyarakan 11,36% dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 8,7%.
Dalam hal jumlah penyerapan tenaga kerja, Sektor Industri Kreatif masih memiliki posisi yang lebih baik dibandingkan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Konstruksi, Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, Sektor
Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Selengkapnya ditunjukkan pada tabel dan gambar
berikut.
Tabel 4-4 Perbandingan Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Nasional 2002-2008

NO LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 44,34% 46,26% 43,33% 44,04% 42,05% 41,24% 41,83% 43,24%
2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,94% 14,88% 16,04% 16,14% 16,87% 17,23% 16,76% 16,15%
3 Jasa Kemasyarakatan 11,12% 10,54% 11,01% 10,94% 11,68% 11,81% 12,29% 11,36%
4 Industri Pengolahan 9,16% 8,67% 8,52% 8,61% 8,72% 8,66% 8,53% 8,69%
5 Industri Kreatif 8,83% 7,38% 8,00% 7,75% 7,34% 7,40% 7,53% 7,74%
6 Pengangkutan dan Komunikasi 5,09% 5,47% 5,83% 5,83% 5,92% 5,95% 5,88% 5,72%
7 Konstruksi 4,66% 4,52% 4,84% 4,65% 4,92% 5,26% 4,64% 4,79%
8 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 0,99% 1,30% 1,08% 0,99% 1,30% 1,28% 1,29% 1,18%
9 Pertambangan dan Penggalian 0,69% 0,80% 1,10% 0,85% 0,97% 1,00% 1,04% 0,93%
10 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,19% 0,17% 0,25% 0,20% 0,24% 0,18% 0,20% 0,20%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

115
Keuangan, Real Estate, &
Jasa Perusahaan Industri Kreatif
1.124.459 7.391.642
1% 8%

Pengangkutan dan Jasa Kemasyarakatan


Komunikasi 10.850.871
5.461.789 11% Pertanian, Peternakan,
6%
Kehutanan dan Perikanan
41.298.468
43%

Perdagangan, Hotel, dan


Restoran
15.425.013
16%
Industri Pengolahan
8.300.599
9%

Konstruksi Pertambangan dan


4.574.473 Listrik, Gas, dan Air Bersih Penggalian
5% 194.731 883.560
0% 1%

Gambar 4-10 Rata-rata Jumlah dan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008

Rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja Sektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 merupakan yang terendah di
antara 10 sektor utama, bahkan bernilai negatif sebesar -0,41%. Hal ini disebabkan terjadinya pertumbuhan negatif yang
signifikan bahkan cenderung outlier di tahun 2003, sebesar -17,18% (gambar 4-9). Pertumbuhan negatif ini terjadi
terutama disebabkan oleh menurunnya jumlah tenaga kerja di Subsektor Fesyen pada tahun 2003 yang hampir mencapai
1 juta tenaga kerja. Jika melihat rata-rata pertumbuhan sejak tahun 2004 hingga 2008, maka pertumbuhan penyerapan
tenaga kerja Sektor Industri Kreatif cukup menjanjikan, yaitu sekitar 3%, berada di atas rata-rata nasional 1,82%. Sektor-
sektor utama yang tumbuh pesat dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian
10,7%, Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 7,69%, dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,65%.
Informasi pertumbuhan selengkapnya ditunjukkan pada gambar berikut.

116
12,00%

Pertambangan dan
Penggalian
10,00% 10,70%

8,00% Keuangan, Real Estate, &


Jasa Perusahaan
Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,69%
5,65%
6,00%

Perdagangan, Hotel, dan


Restoran Jasa Kemasyarakatan
4,00% 3,87% 3,65%
Pengangkutan dan
Komunikasi
Konstruksi 4,35%
1,82%
2,00% 2,04%

Industri Pengolahan
Pertanian, Peternakan, 0,67% Industri Kreatif
0,00% -0,41%
Kehutanan dan Perikanan
0,88%

-2,00%

Rata-rata Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Nasional

Gambar 4-11 Rata-rata Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008

Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Kreatif, yang merupakan rasio NTB dengan jumlah tenaga kerja,
menduduki peringkat ke-7 di antara 10 sektor. Produktivitas tenaga kerja industri kreatif ini mencapai nilai Rp.
19.406.000,- per tahun, atau sekitar Rp.1.617.000,- per bulan. Nilai produktivitas tenaga kerja sektor industri kreatif
sangat dipengaruhi oleh Subsektor Fesyen dan Kerajinan, dimana produktivitas kedua sektor dominan tersebut berada di
bawah rata-rata produktivitas industri kreatif 2002-2008, bahkan Subsektor Kerajinan merupakan subsektor dengan
produktivitas terendah di antara 14 subsektor industri kreatif.
Namun demikian, rata-rata produktivitas tenaga kerja industri kreatif ini masih mampu mengungguli Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran, Sektor Jasa Kemasyarakatan, dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan. Sektor yang
memiliki produktivitas terbesar adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan rata-rata produkvitas per tahun
sebesar Rp. 184.228.000,- atau sekitar Rp. 15.352.000,- per bulan. Informasi selengkapnya mengenai produktivitas
tenaga kerja sektor-sektor utama, ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4-5 Perbandingan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2002-2008 Berdasarkan Harga Konstan (Ribu Rupiah)

NO LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 Pertambangan dan Penggalian 268.964 229.894 154.729 204.271 181.930 172.350 162.194 184.228
2 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 133.331 108.772 134.897 155.172 123.838 129.042 136.419 131.357
3 Listrik, Gas, dan Air Bersih 55.353 66.189 47.203 62.013 53.729 77.292 72.117 63.090
4 Industri Pengolahan 43.241 48.723 51.313 52.949 53.735 54.066 55.727 52.752
5 Konstruksi 19.764 21.824 21.219 23.454 23.893 23.208 27.635 23.539
6 Pengangkutan dan Komunikasi 16.261 17.130 17.640 19.635 22.019 23.835 27.558 21.303
7 Industri Kreatif 16.374 19.562 18.489 18.396 20.272 19.996 19.721 19.406
8 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.190 14.751 14.003 15.371 16.021 16.434 18.016 15.766
9 Jasa Kemasyarakatan 13.398 14.864 14.517 15.171 15.000 15.126 15.142 14.970
10 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 5.700 5.723 6.087 6.072 6.538 6.586 6.661 6.278
Total Rata-Rata 58.558 54.743 48.010 57.250 51.697 53.794 54.119 53.269

117
4.2.3 Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif
Rekapitulasi penyerapan tenaga kerja 14 Subsektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4-6 Kontribusi Tenaga Kerja 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 ARSITEKTUR 20.658 27.165 24.373 23.856 25.963 28.037 30.349 25.772
2 DESAIN 477.908 351.139 500.134 473.350 369.830 390.298 408.923 424.512
3 FESYEN 4.419.590 3.571.127 4.057.493 4.037.705 3.851.949 4.052.329 4.209.920 4.028.588
4 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 22.886 22.188 23.169 22.640 26.032 27.759 29.502 24.882
5 KERAJINAN 2.564.214 2.178.880 2.268.898 2.144.951 2.173.502 2.304.037 2.388.536 2.289.003
6 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 15.236 18.644 18.083 17.506 16.448 18.247 20.543 17.815
7 MUSIK 178.807 145.731 206.962 234.128 111.298 115.773 116.438 158.448
8 PASAR DAN BARANG SENI 36.819 38.321 40.644 40.309 42.812 45.755 48.759 41.917
9 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 178.852 143.221 141.280 159.932 173.149 180.637 182.544 165.659
10 PERIKLANAN 41.423 63.790 59.656 51.950 54.792 59.169 64.047 56.404
11 PERMAINAN INTERAKTIF 1.760 2.505 2.267 2.036 2.662 3.032 3.537 2.543
12 RISET DAN PENGEMBANGAN 7.922 9.733 8.588 8.034 8.473 9.150 9.904 8.829
13 SENI PERTUNJUKAN 7.334 7.539 8.420 8.216 8.599 9.190 9.821 8.446
14 TELEVISI DAN RADIO 116.867 120.606 137.918 135.420 143.882 153.499 163.586 138.825
Total 8.090.276 6.700.589 7.497.885 7.360.032 7.009.392 7.396.913 7.686.410 7.391.642

Seperti ditunjukkan oleh gambar berikut, pada tahun 2007 dan 2008, seluruh Subsektor Industri Kreatif mengalami
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini merupakan indikasi positif bahwa industri kreatif juga dapat merupakan
solusi bagi pengurangan tingkat pengangguran.
Salah satu keteraturan sistematik lainnya yaitu terjadinya kontraksi penyerapan tenaga kerja, yang umumnya terjadi pada
tahun 2005 atau 2006, dan biasanya diikuti dengan ekspansi penyerapan tenaga kerja di tahun berikutnya. Sementara
itu di tahun 2002 hingga 2005 fluktuasi penyerapan tenaga kerja ke-14 subsektor cukup tinggi. Hal ini diindikasikan oleh
terjadinya kombinasi ekspansi dan kontraksi penyerapan tenaga kerja pada periode 2002-2005 tersebut. Kondisi-kondisi
ini selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Jumlah Tenaga Kerja Desain 2002-2008
Jumlah Tenaga Kerja Arsitektur 2002-2008
600.000
35.000 477.908 500.134
30.349
27.165 500.000
30.000 25.963 408.923
24.373 473.350 369.830
28.037 400.000 351.139
25.000 20.658
390.298
20.000 23.856 300.000

15.000
200.000
10.000
100.000
5.000
0
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Tenaga Kerja Fesyen 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Film, Video, Fotografi 2002-2008
5.000.000 4.419.590 35.000
4.500.000 4.057.493 4.209.920 29.502
3.851.949 30.000 26.032
4.000.000 3.571.127
22.886 23.169
4.037.705 4.052.329 25.000 22.188 27.759
3.500.000
3.000.000
20.000 22.640
2.500.000
2.000.000 15.000

1.500.000 10.000
1.000.000
5.000
500.000
0 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

118
Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Piranti Lunak 2002-2008
2.600.000 2.564.214 25.000
20.543
2.500.000 18.644
2.388.536 20.000 18.083
15.236 16.448
2.400.000
18.247
2.268.898 15.000 17.506
2.300.000
2.178.880 2.173.502 2.304.037
2.200.000
10.000
2.100.000 2.144.951
5.000
2.000.000

1.900.000 -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Tenaga Kerja Musik 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Penerbitan & Percetakan 2002-2008
250.000 200.000 178.852 182.544
173.149
206.962 180.000
178.807 234.128 143.221 141.280 180.637
200.000 160.000
145.731 140.000 159.932
150.000 120.000
111.298 116.438
100.000
100.000 115.773 80.000
60.000
50.000 40.000
20.000
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Tenaga Kerja Periklanan 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Permainan Interaktif 2002-2008
70.000 64.047 4.000
3.537
59.656
60.000 54.792 3.500
63.790
59.169 3.000 2.662
50.000 41.423 2.505
51.950 2.267 3.032
2.500
40.000 1.760
2.000
30.000 2.036
1.500
20.000
1.000
10.000 500

- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Tenaga Kerja Pasar dan Barang Seni 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Riset dan Pengembangan 2002-2008
60.000 12.000
48.759 9.733 9.904
50.000 42.812 10.000
7.922 8.588 8.473
40.644
36.819 38.321
40.000 45.755 8.000 9.150
40.309 8.034
30.000 6.000

20.000 4.000

10.000 2.000

- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

119
Jumlah Tenaga Kerja Seni Pertunjukan 2002-2008 Jumlah Tenaga Kerja Televisi dan Radio 2002-2008
12.000 180.000 163.586
9.821 160.000 143.882
10.000 137.918
8.420 8.599 140.000 116.867120.606 153.499
7.334 7.539
8.000 9.190 120.000 135.420
8.216
100.000
6.000
80.000
4.000 60.000
40.000
2.000
20.000
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 4-12 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja 14 Subsektor IK Tahun 2002-2008

4.2.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif


Subsektor Fesyen merupakan pemberi kontribusi tenaga kerja terbesar di antara 14 Subsektor Industri Kreatif, dengan
rata-rata kontribusi 2002-2008 mencapai 54,50%, atau sekitar 4.028.588. tenaga kerja. Setengah dari jumlah tenaga
kerja Subsektor Fesyen tersebut berada pada industri-industri menengah besar yang menghasilkan produk-produk
fesyen, terutama Industri Pakaian Jadi. Setengah bagian tenaga kerja Subsektor Fesyen lainnya merupakan aktivitas
distribusi atau perdagangan, baik perdagangan besar, eceran maupun ekspor. Kegiatan membeli dari pusat-pusat grosir
untuk diperjualbelikan secara eceran memang merupakan kegiatan yang jamak ditemukan pada masyarakat Indonesia.
Subsektor kedua terbesar dalam memberikan kontribusi tenaga kerja industri kreatif adalah Subsektor Kerajinan sebesar
30,97% atau sekitar 2.289.003 tenaga kerja. Seperti halnya Subsektor Fesyen, jumlah tenaga kerja Subsektor Kerajinan
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang berada pada kegiatan produksi dan yang berada pada kegiatan
distribusi/perdagangan. Namun tidak seperti Subsektor Fesyen, tenaga kerja Subsektor Kerajinan didominasi oleh industri
kecil rumah tangga yang tersebar di sentra-sentra di seluruh pelosok Indonesia.
Subsektor Permainan Interaktif merupakan pemberi kontribusi tenaga kerja terkecil di antara 14 subsektor, dengan rata-
rata kontribusi 2002-2008 hanya berkisar 0,03% atau sekitar 2.543 tenaga kerja. Meskipun demikian, belakangan ini
terjadi perkembangan yang menggembirakan di Subsektor Permainan Interaktif dimana games berbasis komputer
semakin marak. Hal ini diindikasikan melalui banyaknya warnet-warnet yang beralih fungsi atau berdiferensiasi menjadi
Game Center. Menurut IGDA (International Games Developer Association), warnet game center seperti ini mencapai ribuan
jumlahnya, akan tetapi penyerapan tenaga kerja di warnet game center belum diperhitungkan dalam studi ini. Selain itu
Subsektor Permainan Interaktif merupakan subsektor dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tertinggi, yang
merupakan satu-satunya subsektor dengan rata-rata pertumbuhan 2 digit sebesar 14%.

120
Tabel 4-7 Perbandingan Kontribusi Tenaga Kerja 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 FESYEN 54,63% 53,30% 54,12% 54,86% 54,95% 54,78% 54,77% 54,50%
2 KERAJINAN 31,70% 32,52% 30,26% 29,14% 31,01% 31,15% 31,07% 30,97%
3 DESAIN 5,91% 5,24% 6,67% 6,43% 5,28% 5,28% 5,32% 5,74%
4 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 2,21% 2,14% 1,88% 2,17% 2,47% 2,44% 2,37% 2,24%
5 MUSIK 2,21% 2,17% 2,76% 3,18% 1,59% 1,57% 1,51% 2,14%
6 TELEVISI DAN RADIO 1,44% 1,80% 1,84% 1,84% 2,05% 2,08% 2,13% 1,88%
7 PERIKLANAN 0,51% 0,95% 0,80% 0,71% 0,78% 0,80% 0,83% 0,76%
8 PASAR DAN BARANG SENI 0,46% 0,57% 0,54% 0,55% 0,61% 0,62% 0,63% 0,57%
9 ARSITEKTUR 0,26% 0,41% 0,33% 0,32% 0,37% 0,38% 0,39% 0,35%
10 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 0,28% 0,33% 0,31% 0,31% 0,37% 0,38% 0,38% 0,34%
11 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 0,19% 0,28% 0,24% 0,24% 0,23% 0,25% 0,27% 0,24%
12 RISET DAN PENGEMBANGAN 0,10% 0,15% 0,11% 0,11% 0,12% 0,12% 0,13% 0,12%
13 SENI PERTUNJUKAN 0,09% 0,11% 0,11% 0,11% 0,12% 0,12% 0,13% 0,11%
14 PERMAINAN INTERAKTIF 0,02% 0,04% 0,03% 0,03% 0,04% 0,04% 0,05% 0,03%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

TELEVISI DAN RADIO ARSITEKTUR DESAIN


25.772 424.512 FESYEN
138.825
0% 6% 4.028.588
2%
55%

SENI PERTUNJUKAN
8.446 RISET DAN
0% PENGEMBANGAN
8.829
0%
PERMAINAN INTERAKTIF
2.543
0%
PENERBITAN DAN
PERCETAKAN
PERIKLANAN
165.659
56.404
1% 2%

FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI


PASAR DAN BARANG SENI 24.882
41.917 0%
LAYANAN KOMPUTER DAN
1% MUSIK PIRANTI LUNAK KERAJINAN
158.448 17.815 2.289.003
2% 31%
0%

Gambar 4-13 Rata-rata Jumlah dan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Subsektor-subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008

Subsektor-subsektor industri kreatif yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja adalah Subsektor
Permainan interaktif, Subsektor Periklanan dan Subsektor Arsitektur. Berturut-turut ketiga subsektor ini memiliki rata-rata
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja 2002-2008 sebesar 14%, 9,38% dan 7,36%, jauh melampaui rata-rata
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja Sektor Industri Kreatif -0,41% dan penyerapan tenaga kerja nasional 1,82%.
Sementara itu sektor-sektor yang memiliki kecenderungan penurunan penyerapan tenaga kerja adalah Subsektor Fesyen,
Subsektor Kerajinan, Subsektor Musik dan Subsektor Desain. Hal ini ditandai dengan rata-rata pertumbuhan tahun 2002-
2008 yang bernilai negatif (-).
Kecenderungan penurunan penyerapan tenaga kerja pada Subsektor Kerajinan dan Fesyen harus disikapi sedini
mungkin, mengingat kedua subsektor ini memiliki kontribusi penyerapan tenaga kerja yang sangat besar dalam industri
kreatif, yaitu sekitar 85%. Sementara penurunan penyerapan tenaga kerja Subsektor Musik terutama disebabkan
menurunnya kinerja bisnis reproduksi kaset-kaset dan VCD musik, baik sebagai akibat dari pembajakan, maupun sebagai
akibat semakin meningkatnya kinerja musik digital, seperti RBT (Ring Back Tone). Padahal industri reproduksi merupakan
penyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Informasi selengkapnya mengenai rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga
kerja 2002-2008 ditunjukkan pada gambar berikut.

121
16,00%
PERMAINAN INTERAKTIF
14,00%
14,00%

12,00%

PERIKLANAN
9,38%
10,00%

ARSITEKTUR
8,00% 7,36% LAYANAN KOMPUTER DAN TELEVISI DAN RADIO
PIRANTI LUNAK 5,87%
FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 5,61%
4,50% SENI PERTUNJUKAN
6,00% PASAR DAN BARANG SENI
4,83% 5,08%

4,00%
RISET DAN PENGEMBANGAN
PENERBITAN DAN PERCETAKAN 4,39%
0,93% 1,82%
2,00%

DESAIN
0,00%
-0,17% -0,41%

FESYEN
KERAJINAN MUSIK
-2,00% -0,26%
-0,89% -1,87%

-4,00%

Gambar 4-14 Rata-rata Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008

Berdasarkan aspek produktivitas, tenaga kerja di Subsektor Periklanan merupakan yang paling produktif dengan nilai
produktivitas mencapai Rp. 152.723.000,- per tahun atau sekitar Rp. 12,7 juta per bulan. Kemudian diikuti oleh
Subsektor Permainan Interaktif (Rp 148, 7 juta per tahun, atau Rp. 12,4 juta per bulan), Subsektor Arsitektur (Rp. 131,3
juta per tahun, atau Rp. 10,9 juta per bulan) dan Subsektor Riset dan Pengembangan (Rp. 106,3 juta per tahun atau Rp.
8,8 juta per bulan). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan di subsektor-subsektor di atas cenderung baik,
karena terdapat korelasi positif antara besarnya produktivitas dengan besarnya income.
Subsektor-subsektor yang memiliki produktivitas tenaga kerja yang cukup kecil adalah Subsektor Kerajinan, Subsektor
Seni Pertunjukan, Subsektor Televisi dan Radio dan Subsektor Fesyen. Tenaga kerja di subsektor-subsektor ini hanya
memiliki produktivitas sekitar Rp. 1,3 juta per bulannya. Subsektor Kerajinan merupakan subsektor dengan produktivitas
tenaga kerja terkecil, yaitu Rp. 14.77 juta per tahun, atau sekitar Rp. 1,2 juta per bulan).

122
TELEVISI DAN RADIO 14.939

SENI PERTUNJUKAN 14.937

RISET DAN PENGEMBANGAN 106.315

PERMAINAN INTERAKTIF 148.767

PERIKLANAN 152.723

PENERBITAN DAN PERCETAKAN 43.210

PASAR DAN BARANG SENI 16.883

MUSIK 45.683

LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 70.349

KERAJINAN 14.770

FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 32.880

FESYEN 16.157

DESAIN 22.203

ARSITEKTUR 131.375

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

Gambar 4-15 Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 Berdasarkan Harga Konstan (Ribu Rupiah)

4.3 BERBASIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN


DARI EKSPOR, IMPOR DAN NET TRADE
4.3.1 Perdagangan Internasional Sektor Industri Kreatif
Kecuali tahun 2003, nilai total ekspor Sektor Industri Kreatif selalu mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai
2008, bahkan nilai ekspor tahun 2008 sebesar Rp. 114, 9 triliun, sudah hampir mencapai 2x nilai ekspor tahun 2002
sebesar 58,4 triliun. Peningkatan ekspor sepanjang tahun ini merupakan indikasi yang menggembirakan, khususnya
tahun 2007 dan 2008, dimana krisis global sudah melanda pasar internasional.
Nilai ekspor Sektor Industri Kreatif jauh melampaui nilai impornya, sehingga Net Trade atau Net Export selalu bernilai
positif sepanjang tahun 2002-2008. Bahkan nilai impor industri kreatif tidak pernah lebih dari 10% dari nilai ekspor
setiap tahun, dan sekitar 90% nilai ekspor Sektor Industri Kreatif tersebut diberikan terhadap cadangan devisa nasional.
Besarnya selisih nilai ekspor dan impor Sektor Industri Kreatif dapat diartikan bahwa Sektor Industri Kreatif tidak memiliki
ketergantungan yang besar terhadap impor.
Keteraturan lain yang dapat dilihat yaitu bahwa peningkatan atau penurunan nilai ekspor juga diikuti dengan peningkatan
atau penurunan nilai impor. Korelasi ekspor impor ini tidak konsisten hanya pada tahun 2006.
Nilai ekspor yang dicatat dalam studi ini belum termasuk subsektor-subsektor jasa seperti, Subsektor Televisi dan Radio.
Subsektor Piranti Lunak, Subsektor Riset dan Pengembangan, dan Subsektor Seni Pertunjukan. Padahal produk-produk
televisi nasional sudah ada yang ditayangkan di luar negeri. Produk-produk piranti lunak nasional juga sudah ada yang
dikonsumsi di luar negeri, juga Seni Pertunjukan sudah banyak yang ditampilkan di luar negeri. Namun pencatatan ekspor
impor di subsektor-subsektor intangible ini belum cukup baik hingga saat ini.

123
140.000

120.000 114.925
95.209
100.000
84.840 104.483
76.462
80.000 69.774 87.131
58.413 57.597 78.795
60.000 69.547
64.214
53.967 53.537
40.000

8.077 10.442
20.000 6.915 6.045
4.445 4.060 5.560

-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade Miliar Rupiah

Gambar 4-16 Nilai Ekspor, Impor dan Net Trade Sektor Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah)

Rata-rata pertumbuhan ekspor tahun 2002-2008 mencapai 12,2%, rata-rata pertumbuhan impor 17,16% dan Rata-rata
pertumbuhan Net Trade 11,87%. Ekspor dan Net Trade hanya mengalami penurunan (pertumbuhan negatif) pada tahun
2003, pada tahun lainnya Ekspor dan Net Trade tumbuh positif. Sementara itu impor cukup berfluktuasi, dimana tahun
2003 dan 2006 pertumbuhan bernilai negatif, dan positif pada tahun lainnya.
Keteraturan lain yang dapat dilihat yaitu bahwa peningkatan atau penurunan nilai ekspor juga diikuti dengan peningkatan
atau penurunan nilai impor. Hal ini dapat diartikan bahwa ekspor berbanding lurus dengan impor. Korelasi ekspor impor
ini tidak konsisten hanya pada tahun 2006.
Nilai ekspor yang dicatat dalam studi ini belum termasuk subsektor-subsektor jasa seperti, Subsektor Televisi dan Radio.
Subsektor Piranti Lunak, Subsektor Riset dan Pengembangan, dan Subsektor Seni Pertunjukan. Padahal produk-produk
televisi nasional sudah ada yang ditayangkan di luar negeri. Produk-produk piranti lunak nasional juga sudah ada yang
dikonsumsi di luar negeri, juga Seni Pertunjukan sudah banyak yang ditampilkan di luar negeri. Namun pencatatan ekspor
impor di subsektor-subsektor intangible ini belum cukup baik hingga saat ini.

124
50,00%

40,00%
36,93%
33,62%
30,00% 29,27%
21,14% 24,38% 20,71%
20,00%
13,30% 12,22% 19,91%
19,94%
9,59%
10,00%
10,96% 10,58%
-1,40% 8,30%
0,00%
-0,80%
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-10,00% -8,67%
-12,58%

-20,00%

Pertumbuhan Ekspor Pertumbuhan Impor


Pertumbuhan Net Trade
Gambar 4-17 Pertumbuhan Ekspor, Impor dan Net Trade Sektor Industri Kreatif 2002-2008

4.3.2 Perbandingan terhadap Nasional


Meskipun kontribusi ekspor Sektor Industri Kreatif menunjukkan trend peningkatan sepanjang tahun 2002-2008, namun
jika dibandingkan dengan ekspor nasional, kontribusi ekspor industri kreatif memiliki kecenderungan semakin kecil dari
tahun 2002-2008. Ekspor industri kreatif tahun 2002 mencapai 11,4% dari ekspor nasional. Persentase kontribusi terus
menurun hingga hanya mencapai 7,5% di tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan ekspor
industri kreatif masih lebih lambat dari kecepatan pertumbuhan ekspor nasional.

125
1.800.000

1.600.000 1.528.686

1.400.000

1.200.000 1.074.716
1.000.000 909.203
842.038
800.000
665.021
600.000 511.000 508.615
400.000
11,4 % 11,3 % 10,5 % 9,1 % 9,3 % 8,9 % 7,5 %
200.000 69.774 76.462 84.840 95.209 114.925
58.413 57.597
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

EKSPOR NASIONAL EKSPOR INDUSTRI KREATIF

Gambar 4-18 Ekspor Nasional dan Ekspor Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah

Seperti halnya ekspor, impor industri kreatif juga mengalami penurunan kontribusi sepanjang tahun jika dibandingkan
dengan impor nasional. Tahun 2002 impor industri kreatif mencapai 1,6% dari impor nasional, dan hanya 0,8% di tahun
2008. Indikasi ini dapat diartikan positif, dimana sektor-sektor perekonomian lainnya lebih tergantung kepada impor
dibandingkan Sektor Industri Kreatif. Selain itu, kontribusi impor industri kreatif terbilang sangat kecil, terutama di tahun
2008 yang hanya sebesar 0,8% dari total impor nasional.

1.400.000
1.277.832
1.200.000

1.000.000

800.000 701.465

600.000 567.200 550.811


432.213
400.000
279.723 271.147
200.000
1,6 % 1,5 % 1,3 % 1,2 % 1,1 % 1,2 % 0,8 %
4.445 4.060 5.560 6.915 6.045 8.077 10.442
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

IMPOR NASIONAL IMPOR INDUSTRI KREATIF

Gambar 4-19 Impor Nasional dan Impor Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah

Net Trade atau Net Export yang dihasilkan Sektor Industri Kreatif menunjukkan kinerja yang sangat baik. Kontribusi Net
Trade industri kreatif berkisar 22-27% dari tahun 2002-2007. Kontribusi ini meningkat tajam di tahun 2008 menjadi
41,7%. Semakin besar Net Trade maka semakin besar pula cadangan devisa negara yang dihasilkan. Cadangan devisa
itu sendiri merupakan salah satu instrumen menstabilkan perekonomian nasional. Melalui data yang ditunjukkan pada

126
gambar berikut, dapat dikatakan Sektor Industri Kreatif memiliki peran penting dalam pembentukan cadangan devisa
negara, dan berperan penting dalam menstabilkan perekonomian nasional.

400.000 373.251
358.393
350.000

300.000 274.838
250.854
250.000 231.277 237.467 232.808

200.000

150.000 41,7 %
22 % 23,3 % 104.483
23,3 % 22,5 % 27,6 % 25,3 %
100.000 78.795 87.131
64.214 69.547
53.967 53.537
50.000

-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

NET TRADE NET TRADE INDUSTRI KREATIF

Gambar 4-20 Net Trade Nasional dan Net Trade Industri Kreatif 2002-2008 dalam Miliar Rupiah

4.3.3 Perdagangan Internasional Subsektor Industri Kreatif


Subsektor-subsektor industri kreatif yang selalu memiliki Net Trade positif sepanjang tahun 2002-2008, yaitu nilai ekspor
lebih besar dari nilai impor adalah Subsektor Fesyen, Subsektor Kerajinan, Subsektor Musik, Subsektor Penerbitan dan
Percetakan dan Subsektor Pasar Barang Seni.
Subsektor-subsektor industri kreatif yang selalu memiliki Net Trade negatif sepanjang tahun 2002-2008, yaitu nilai
ekspor lebih kecil dari nilai impor adalah Subsektor Film, Video dan Fotografi, Subsektor Periklanan dan Subsektor
Arsitektur.
Subsektor Desain memiliki Net Trade positif pada tahun 2003, 2006, 2007, dan Net Trade negatif pada tahun 2002,
2004, 2005 dan 2008. Subsektor Permainan Interaktif memiliki Net Trade positif di tahun 2002, 2004 dan 2008,
sedangkan pada tahun 2003, 2005, 2006 dan 2007 Net Trade Subsektor Permainan Interaktif bernilai negatif. Informasi
selengkapnya mengenai Ekspor, Impor dan Net Trade masing-masing subsektor pada tahun 2002-2008 ditunjukkan
pada gambar berikut.
4.000.000
4.000 3.528.557
Arsitektur 3.500.000 Desain
3.000
3.627 3.078
3.000.000
2.476 1.964 2.454.673
2.000 2.500.000

786 2.000.000
2.145.554 2.135.663
1.000 789 1.085
1.427.104
245 236 1.500.000 1.552.014
- 89 210 57 67 112 1.172.032
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1.000.000
662.033
(1.000) -1.018 289.896
-696 -543 500.000 262.089 188.918 260.765 201.080
(2.000) 0 214.143
-2.239 327.828 185.141
-1.853 260.363
-3.417 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
-500.000
(3.000) -315.127 -284.953
-3.021 -301.867
-1.000.000
(4.000) -636.547
Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade
Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade

127
80.000.000 100.000
71.695.510 85.474
Fesyen Film, Video, Fotografi 68.280
54.714.623 80.000
70.000.000 88.687
51.042.260 57.908.311 63.537
60.000
60.000.000 45.563.824 69.314.487
29.769 57.851
40.000
50.000.000 35.261.898 53.545.193 36.882
50.060.815 56.253.806 20.000
40.000.000 36.269.926 940 7.560
1.715 2.550 1.187
44.773.077 - 448 1.071
30.000.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
35.458.234 34.605.766 (20.000)

20.000.000 -35.167
1.654.504
(40.000) -28.829
656.131 981.445
10.000.000
811.692 1.169.431 2.381.023
790.748 (60.000)
-50.290 -62.350
- (80.000) -65.729
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
-85.027
(100.000) -87.616
Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade

45.000.000 1.200.000
39.673.977
40.000.000
Kerajinan 1.004.425 Musik
34.351.715 1.000.000
35.000.000
27.292.605 35.605.836 800.000 724.457 972.917
30.000.000
19.608.197 22.673.162 30.615.453
25.000.000 21.741.500
20.108.107 600.000
676.624
20.000.000 24.398.584
19.723.292 379.260
19.585.407 400.000
15.000.000 18.122.602
17.659.252 238.300
223.627 225.989
10.000.000 3.736.262 200.000 131.409 140.178
4.068.141 47.833 132.969
1.985.505 2.156.093 2.894.021 31.509 147.407
5.000.000 1.948.945 2.949.870 155.633 78.606 77.821
90.893
- 93.021 52.803
- 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -62.357
(200.000)

Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade

200.000 200.000
Penerbitan dan Percetakan
180.000 180.506 173.350 Periklanan
140.121 132.478
160.000 161.140 150.000
111.684 116.856
140.000 102.250
133.652 143.557 100.000 76.903
120.000 72.276 67.737
103.754 64.626
93.734 106.372 51.968 51.675
100.000 47.746 39.365
50.000
86.312 23.166 64.741
80.000 63.520 90.136 81.175 78.145
60.000 62.382 74.134 82.995 -
-28.801 -29.157 -37.624
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
40.000

40.234 12.559 47.339 29.793 -60.009


20.000 (50.000) -67.845
-77.491
27.754
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (100.000)

Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade

128
120.000
200.000 108.409
Permainan Interaktif Pasar dan Barang Seni
100.000
150.000 133.903 170.233 82.497
78.033
80.000
67.840
93.694
83.424 132.200 95.171 60.034 69.064
100.000
60.000
56.934
54.740 43.170
46.449 38.104 38.665 52.213
75.380 75.061
50.000 17.590 68.388 40.000
53.784 23.334 40.569
32.172 39.756 27.871
7.335 20.000 28.503
- 25.563
14.582 19.837
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
-8.044 -1.703 - 9.601 10.795 8.969
-14.984 7.820
-25.305 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
(50.000)

Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade Nilai Ekspor Nilai Impor Net Trade

Gambar 4-21 Nilai Ekspor, Impor dan Net Trade 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008 (Miliar Rupiah)

4.3.4 Perbandingan 14 Subsektor Industri Kreatif


Subsektor Fesyen dan Kerajinan merupakan subsektor yang mendominasi nilai ekspor industri kreatif. Kontribusi ekspor
tertinggi berasal dari Subsektor Fesyen dengan rata-rata 2002-2008 sebesar Rp. 50,35 triliun atau sekitar 63%, diikuti
Subsektor Kerajinan dengan ekspor sebesar Rp. 26,49 triliun atau sekitar 33%. Subsektor dengan rata-rata kontribusi
ekspor terkecil adalah Subsektor Arsitektur senilai Rp. 150 juta.
Subsektor dengan rata-rata nilai impor 2002-2008 terbesar adalah Subsektor Kerajinan, yaitu sebesar Rp. 2,8 triliun
atau sekitar 43%, diikuti oleh Subsektor Desain sebesar Rp. 2,05 triliun atau sekitar 32%, dan Subsektor Fesyen sebesar
Rp. 1,2 triliun atau sekitar 19%. Subsektor dengan rata-rata kontribusi impor terkecil adalah Subsektor Arsitektur dengan
nilai Rp. 1,97 miliar.
Subsektor dengan rata-rata nilai Net Trade 2002-2008 terbesar adalah Subsektor Fesyen senilai Rp. 49,1 triliun atau
sekitar 67%, Subsektor Kerajinan dengan nilai Rp.23,6 triliun atau sekitar 32% dan Subsektor Musik dengan nilai Rp.
300,5 miliar atau sekitar 1%.
Subsektor-subsektor industri kreatif intangible atau yang berbasis digital belum memiliki dokumentasi ekspor yang cukup
baik. Kesulitan dokumentasi dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya transaksi dilakukan melalui internet, sehingga
tidak terdokumentasi pada pencatatan HS yang dilakukan oleh Bea dan Cukai.
Informasi selengkapnya mengenai perbandingan ekspor, impor dan Net Trade tahun 2002-2008 ditunjukkan pada tabel-
tabel dan gambar-gambar berikut.
Tabel 4-8 Perbandingan Ekspor Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp)

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 FESYEN 36.269,93 35.261,90 45.563,82 51.042,26 54.714,62 57.908,31 71.695,51 50.350,91
2 KERAJINAN 20.108,11 19.608,20 21.741,50 22.673,16 27.292,61 34.351,71 39.673,98 26.492,75
3 DESAIN 1.111,98 1.499,86 1.843,69 2.169,72 2.214,05 2.396,03 2.892,01 2.018,19
4 MUSIK 724,46 1.004,43 379,26 225,99 238,30 131,41 77,82 397,38
5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 103,75 90,14 93,73 180,51 161,14 133,65 173,35 133,75
6 PERMAINAN INTERAKTIF 32,17 39,76 53,78 68,39 75,38 132,20 170,23 81,70
7 PASAR DAN BARANG SENI 38,10 43,17 38,67 60,03 78,03 82,50 108,41 64,13
8 PERIKLANAN 23,17 47,75 51,67 39,37 64,63 72,28 132,48 61,62
9 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 0,94 1,71 7,56 2,55 1,19 0,45 1,07 2,21
10 ARSITEKTUR 0,09 0,25 0,21 0,06 0,24 0,07 0,11 0,15
11 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK - - - - - - - -
12 RISET DAN PENGEMBANGAN - - - - - - - -
13 SENI PERTUNJUKAN - - - - - - - -
14 TELEVISI DAN RADIO - - - - - - - -
Total 58.413 57.597 69.774 76.462 84.840 95.209 114.925 79.603

129
Tabel 4-9 Perbandingan Impor Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp)

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 KERAJINAN 1.985,51 1.948,94 2.156,09 2.949,87 2.894,02 3.736,26 4.068,14 2.819,83
2 DESAIN 1.427,10 1.172,03 2.145,55 2.454,67 1.552,01 2.135,66 3.528,56 2.059,37
3 FESYEN 811,69 656,13 790,75 981,44 1.169,43 1.654,50 2.381,02 1.206,42
4 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 47,83 31,51 155,63 132,97 90,89 78,61 140,18 96,80
5 PERIKLANAN 51,97 76,90 111,68 116,86 102,25 140,12 67,74 95,36
6 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 17,59 54,74 46,45 93,69 83,42 133,90 95,17 75,00
7 MUSIK 63,52 62,38 81,18 106,37 78,14 86,31 29,79 72,53
8 PASAR DAN BARANG SENI 29,77 36,88 57,85 68,28 63,54 85,47 88,69 61,50
9 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 9,60 19,84 10,79 7,82 8,97 25,56 40,57 17,59
10 ARSITEKTUR 0,79 0,79 3,63 3,08 2,48 1,09 1,96 1,97
11 PERMAINAN INTERAKTIF - - - - - - - -
12 RISET DAN PENGEMBANGAN - - - - - - - -
13 SENI PERTUNJUKAN - - - - - - - -
14 TELEVISI DAN RADIO - - - - - - - -
Total 4.445,37 4.060,15 5.559,61 6.915,06 6.045,16 8.077,49 10.441,82 6.506,38

Tabel 4-10 Perbandingan Net Trade Sektor Industri Nasional 2002-2008 (miliar Rp)

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 FESYEN 35.458,23 34.605,77 44.773,08 50.060,82 53.545,19 56.253,81 69.314,49 49.144,48
2 KERAJINAN 18.122,60 17.659,25 19.585,41 19.723,29 24.398,58 30.615,45 35.605,84 23.672,92
3 MUSIK 676,62 972,92 223,63 93,02 147,41 52,80 (62,36) 300,58
4 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 40,23 27,75 12,56 74,13 83,00 47,34 143,56 61,22
5 PASAR DAN BARANG SENI 28,50 23,33 27,87 52,21 69,06 56,93 67,84 46,54
6 PERMAINAN INTERAKTIF 14,58 (14,98) 7,34 (25,31) (8,04) (1,70) 75,06 6,71
7 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK - - - - - - - -
8 RISET DAN PENGEMBANGAN - - - - - - - -
9 SENI PERTUNJUKAN - - - - - - - -
10 TELEVISI DAN RADIO - - - - - - - -
11 ARSITEKTUR (0,70) (0,54) (3,42) (3,02) (2,24) (1,02) (1,85) (1,83)
12 PERIKLANAN (28,80) (29,16) (60,01) (77,49) (37,62) (67,84) 64,74 (33,74)
13 DESAIN (315,13) 327,83 (301,87) (284,95) 662,03 260,36 (636,55) (41,18)
14 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI (28,83) (35,17) (50,29) (65,73) (62,35) (85,03) (87,62) (59,29)
Total 53.967,32 53.537,00 64.214,29 69.546,98 78.795,02 87.131,11 104.483,15 73.096,41

130
MUSIK PERMAINAN INTERAKTIF ARSITEKTUR DESAIN
Rp397.380.148 Rp81.702.052 Rp145.262 Rp2.018.189.186
PENERBITAN DAN 1% 0% 0% 3%
PERCETAKAN
Rp133.753.092 PERIKLANAN RISET DAN
0% Rp61.619.060 PENGEMBANGAN
0% Rp0
LAYANAN KOMPUTER DAN
PIRANTI LUNAK SENI PERTUNJUKAN0%
Rp0 KERAJINAN Rp0
0% Rp26.492.751.839 0%
33%
TELEVISI DAN RADIO
Rp0
PASAR DAN BARANG SENI
0%
Rp64.130.479
0%

FESYEN
Rp50.350.907.543
63%

FILM, VIDEO, DAN


FOTOGRAFI
Rp2.210.174
0%

Gambar 4-22 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Ekspor Subsektor Industri Kreatif 2002-2008
PENERBITAN DAN SENI PERTUNJUKAN
PERIKLANAN ARSITEKTUR
PERCETAKAN Rp0
Rp95.359.906 Rp1.972.108
Rp72.528.463 RISET DAN 0%
1% 0%
1% PENGEMBANGAN
PASAR DAN BARANG Rp0
SENI PERMAINAN 0%
Rp17.593.410 MUSIK INTERAKTIF
0% Rp74.996.062 TELEVISI DAN RADIO
Rp96.802.869
1% Rp0
LAYANAN KOMPUTER 2%
0%
DAN PIRANTI LUNAK
Rp0
0% DESAIN
Rp2.059.370.803
KERAJINAN 32%
Rp2.819.833.767
43%
FESYEN
Rp1.206.424.982
19%

FILM, VIDEO, DAN


FOTOGRAFI
Rp61.497.012
1%

Gambar 4-23 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Impor Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

131
PENERBITAN DAN RISET DAN SENI PERTUNJUKAN
PASAR DAN BARANG
PERCETAKAN PENGEMBANGAN Rp0
SENI
Rp46.537.069 Rp61.224.629 PERIKLANAN Rp0 0% ARSITEKTUR PERMAINAN INTERAKTIF
0% -Rp33.740.846 0% -Rp1.826.846 Rp6.705.990
0% DESAIN
0% 0% 0%
MUSIK -Rp41.181.617
Rp300.577.279 0%
1% TELEVISI DAN RADIO
Rp0
LAYANAN KOMPUTER 0%
DAN PIRANTI LUNAK
Rp0
0% KERAJINAN
Rp23.672.918.072
32%

FESYEN
Rp49.144.482.561
67%

FILM, VIDEO, DAN


FOTOGRAFI
-Rp59.286.838
0%

Gambar 4-24 Rata-Rata Jumlah dan % Kontribusi Net Trade Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

4.4 BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN: JUMLAH, % KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN


PERUSAHAAN
4.4.1 Jumlah Usaha Sektor Industri Kreatif
Usaha yang dimaksud dalam studi ini adalah segala jenis perusahaan, baik informal maupun formal, baik berukuran
rumah tangga, kecil, menengah maupun berukuran besar.
Jumlah Usaha di Sektor Industri Kreatif mengalami fluktuasi yang cukup besar dari tahun 2002 hingga 2008. Tahun
2003 jumlah usaha Sektor Industri Kreatif menurun dari 3,1 juta menjadi 2,6 juta, atau turun sekitar -17,8%. Jumlah
usaha kembali meningkat 18,1% di tahun 2004, menjadi 3,09 juta. Penurunan jumlah usaha kembali terjadi di tahun
2005 dan 2006, yaitu -11,8% dan -5,8%. Fluktuasi yang tinggi dapat disebabkan oleh Ukuran Usaha Kreatif yang
biasanya kecil, sehingga hambatan masuk dan hambatan keluar dari industri kecil. Pelaku usaha lebih mudah
memutuskan untuk masuk atau keluar dari industri dibandingkan Usaha berukuran lebih besar.
Pada tahun 2007 jumlah usaha kembali meningkat 9,2% menjadi 2,8 juta usaha. Peningkatan jumlah usaha terus
berlanjut di tahun 2008 menjadi 3 juta usaha. Namun pertumbuhan di tahun 2008 lebih kecil dibandingkan pertumbuhan
tahun 2007, yaitu 6,7%. Kondisi jumlah usaha Sektor Industri Kreatif ini ditunjukkan selengkapnya pada 2 gambar
berikut.

132
3.500.000
3.192.365 3.001.635
3.099.344
3.000.000 2.734.076
2.863.083 2.623.965 2.813.959
2.500.000 2.576.235

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rata-Rata 2002-2008

Gambar 4-25 Jumlah Usaha Sektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008

Pertumbuhan Perusahaan Sektor Industri Kreatif 2002-2008


20,0%
18,1%
15,0%
9,2%
10,0%
6,7%
5,0%

0,0%
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-5,0% -5,8%
-10,0%
-11,8%
-15,0%
-17,8%
-20,0%

Gambar 4-26 Pertumbuhan Jumlah usaha Sektor Industri Kreatif Tahun 2002-2008

4.4.2 Perbandingan terhadap Jumlah Usaha Nasional


Dibandingkan dengan jumlah usaha di 10 sektor utama, rata-rata jumlah usaha Sektor Industri Kreatif tahun 2002-2007
berada pada peringkat 4, dengan kontribusi sebesar 6,7% dari total jumlah usaha di Indonesia, atau sekitar 2,8 juta
usaha. Posisi ini menunjukkan bahwa Sektor Industri Kreatif merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian
nasional.
Kontribusi jumlah usaha terbesar tahun 2002-2007 berasal dari Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutangan dan
Perikanan, dengan rata-rata kontribusi jumlah usaha sebesar 49,1% atau sekitar 17,8 juta usaha. Kontribusi terbesar

133
selanjutnya berasal dari Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,3% atau sekitar 8,13 juta usaha, kemudian
diikuti Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,1% atau sekitar 2,9 juta usaha. Sementara sektor yang paling
kecil memberi kontribusi jumlah usaha adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,1% atau sekitar 18.417 usaha.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4-11 Perbandingan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2007

NO LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata


1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 51,5% 51,9% 49,0% 49,3% 47,6% 45,8% 49,1%
2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21,4% 21,6% 23,0% 23,7% 24,8% 25,0% 23,3%
3 Pengangkutan dan Komunikasi 6,9% 8,0% 8,1% 8,6% 8,5% 8,3% 8,1%
4 Industri Kreatif 7,5% 6,3% 7,2% 6,6% 6,1% 6,4% 6,7%
5 Industri Pengolahan 5,7% 5,4% 5,2% 5,2% 5,8% 6,3% 5,6%
6 Jasa Kemasyarakatan 4,3% 4,3% 4,5% 4,2% 4,2% 5,5% 4,5%
7 Konstruksi 1,8% 1,7% 1,7% 1,5% 1,7% 1,6% 1,7%
8 Pertambangan dan Penggalian 0,6% 0,6% 0,9% 0,5% 0,8% 0,7% 0,7%
9 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 0,1% 0,2% 0,2% 0,3% 0,4% 0,4% 0,3%
10 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,0% 0,0% 0,1% 0,1% 0,1% 0,0% 0,1%
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Keuangan, Real
Estate, & Jasa
Perusahaan Jasa Kemasyarakatan Industri Kreatif
117.946 1.919.359 2.863.083
0% 4% 7%

Pengangkutan dan
Komunikasi
3.432.115
8% Pertanian,
Peternakan,
Perdagangan, Hotel, Kehutanan dan
dan Restoran Perikanan
9.883.098 20.875.750
23% 49%

Konstruksi
719.009
2%
Listrik, Gas, dan Air Pertambangan dan
Bersih Industri Pengolahan Penggalian
21.487 2.373.121 290.233
0% 6% 1%

Gambar 4-27 Perbandingan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2008

Rata-rata pertumbuhan jumlah usaha di Sektor Industri Kreatif tahun 2002-2008 sebesar -0,22%. Pertumbuhan ini
berada di bawah rata-rata pertumbuhan usaha nasional sebesar 0,73%, dan termasuk dalam 3 sektor dengan
pertumbuhan jumlah usaha terkecil di antara 10 sektor perekonomian. Pertumbuhan jumlah usaha terkecil dialami oleh

134
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar -1,53%, diikuti Sektor Konstruksi sebesar -0,68%,
kemudian diikuti Sektor Industri Kreatif.
Sektor yang mengalami pertumbuhan jumlah usaha terbesar adalah Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
sebesar 25,54%, diikuti Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 12,73% dan kemudian diikuti Sektor Pertambangan
dan Penggalian sebesar 12,04%. Ketiga sektor tersebut memiliki rata-rata pertumbuhan yang sangat tinggi, hingga
mencapai pertumbuhan 2 digit.
30,00%

Keuangan, Real Estate,


25,00% & Jasa Perusahaan
25,54%

20,00%

Pertambangan dan Listrik, Gas, dan Air


15,00%
Penggalian Bersih
12,04% 12,73%

10,00%
Jasa Kemasyarakatan
Perdagangan, Hotel, dan 6,95%
Restoran
4,16%
5,00%
Pengangkutan dan
Industri Pengolahan Komunikasi
2,97% 4,55%

0,00%
Pertanian, Peternakan, 0,73% Industri Kreatif
Kehutanan dan Konstruksi -0,22%
Perikanan -0,68%
-1,53%
-5,00%

Rata-Rata Pertumbuhan Perusahaan Nasional 2002-2007

Gambar 4-28 Perbandingan Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Usaha Nasional Tahun 2002-2008

4.4.3 Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif


Fluktuasi jumlah usaha tahun 2002-2008, cukup tinggi pada subsektor-subsektor seperti: Subsektor Desain, Subsektor
Fesyen, dan Subsektor Kerajinan. Peningkatan dan penurunan jumlah usaha hampir selalu terjadi secara bergantian
sepanjang tahun 2002-2008.
Subsektor-subsektor yang menunjukkan trend peningkatan jumlah usaha adalah Subsektor Arsitektur, Subsektor Musik,
Subsektor Penerbitan dan Percetakan, Subsektor Piranti Lunak, Subsektor Periklanan, Subsektor Riset dan
Pengembangan, Subsektor Permainan Interaktif dan Subsektor Televisi dan Radio. Berbeda dengan subsektor lainnya,
Subsektor Film, Video dan Fotografi mengalami tren penurunan jumlah usaha.
Indikasi yang cukup menggembirakan ditunjukkan pada jumlah usaha di tahun 2007-2008. Selama 2 tahun terakhir
tersebut, seluruh 14 subsektor industri kreatif mengalami peningkatan jumlah usaha. Dapat dikatakan bahwa pada 2
tahun terakhir, subsektor-subsektor industri kreatif telah menjadi lapangan usaha yang semakin menarik untuk digeluti.
Informasi selengkapnya mengenai jumlah usaha 14 subsektor ditunjukkan pada gambar berikut.

135
Jumlah Perusahaan Arsitektur 2002-2008 Jumlah Perusahaan Desain 2002-2008
4.500 4.198 350.000
4.000 3.591 289.896
300.000 262.089
3.500 3.878
250.000 214.143
3.000 188.918 260.765
2.342
2.500 2.914 200.000
1.879 201.080
2.000 1.396 150.000 185.141
1.500
100.000
1.000
50.000
500
0 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Perusahaan Fesyen 2002-2008 Jumlah Perusahaan Film, Video, Fotografi 2002-2008
1.800.000 1.607.624 1.623.710 25.000
1.559.993 20.006
1.600.000
1.319.277 1.338.010
1.400.000 20.000
1.450.096 1.455.145
1.200.000
15.000
1.000.000
800.000 8.056
10.000 7.592
600.000 6.060 6.983

400.000 5.000
6.471 6.616
200.000
0 -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Perusahaan Kerajinan 2002-2008 Jumlah Perusahaan Piranti Lunak 2002-2008


1.400.000 10.000 9.108
1.176.983
9.000
1.200.000 7.622
997.319 1.063.093 1.055.466
8.000
7.413
6.991
906.126 6.504
1.000.000 7.000 7.697 7.894
994.336 6.000
800.000 897.809
5.000
600.000
4.000
400.000 3.000
2.000
200.000
1.000
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

136
Jumlah Perusahaan Musik 2002-2008 Jumlah Perusahaan Penerbitan & Percetakan 2002-2008
16.000 120.000 110.469
14.047
14.000 12.805 91.590 94.407
11.549 100.000 106.278
12.000 13.551
9.254 80.000 72.573
10.000 8.758 11.435
72.747 75.851
8.000 60.000

6.000
40.000
4.000
20.000
2.000

- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Perusahaan Periklanan 2002-2008 Jumlah Perusahaan Permainan Interaktif 2002-2008


9.000 900
7.822 764
8.000 800
6.692
7.000 700
5.732 7.226
6.000 600 655
4.412 6.345
5.000 500
368
4.000 2.799 400
3.000 300 218
173
2.000 200 119
249
1.000 100
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Perusahaan Pasar dan Barang Seni 2002-2008 Jumlah Perusahaan Riset dan Pengembangan 2002-2008
14.000 1.400 1.259
11.700
12.000 10.422 1.200 1.078
9.654 10.068 10.208
921 1.164
10.000 10.958 1.000 825
1.022
8.000 9.562 800
680

6.000 600

4.000 400

2.000 200

- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

137
Jumlah Perusahaan Seni Pertunjunkan 2002-2008 Jumlah Perusahaan Televisi dan Radio 2002-2008
2.000 1.861 4.500
1.733 3.819
1.800
1.488 1.572 1.600 4.000
1.600 1.723 3.500 3.157
1.400 1.549 3.455
3.000
1.200 2.178 2.193 2.296
2.500
1.000
2.000 2.313
800
1.500
600
400 1.000

200 500
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 4-29 Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

4.4.4 Perbandingan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif


Di antara 14 Subsektor Industri Kreatif, Subsektor Fesyen dan Subsektor Kerajinan merupakan subsektor yang dominan
dalam hal kontribusi jumlah usaha. Subsektor Fesyen memiliki rata-rata kontribusi jumlah usaha 2002-2008 sebesar
51,66% atau sebanyak 1,47 juta usaha. Subsektor Kerajinan memiliki rata-rata kontribusi sebesar 35,38% atau
sebanyak 1,01 juta usaha. Aktivitas perdagangan produk-produk fesyen dan produk kerajinan merupakan jenis lapangan
usaha yang mendominasi kedua subsektor tersebut. Aktivitas perdagangan tersebut berukuran besar, menengah, kecil
sampai sekelas rumah tangga.
Subsektor terkecil dalam kontribusi jumlah usaha adalah Subsektor Permainan Interaktif dengan kontribusi sebesar
0,01% atau sekitar 364 usaha, diikuti Subsektor Riset dan Pengembangan dengan kontribusi sebesar 0,03%, atau
sebanyak 993 usaha.
Subsektor-subsektor intangible, baik berbasis seni, budaya, media, maupun teknologi informasi, seperti: Subsektor Musik;
Film, Video dan Fotografi; Layanan Komputer dan Piranti Lunak; Periklanan; Arsitektur; Televisi dan Radio; Seni
Pertunjukkan; Riset dan Pengembangan; Permainan Interaktif, memiliki kontribusi jumlah usaha yang sangat kecil, di
bawah 1%. Perbandingan jumlah usaha selengkapnya ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4-12 Perbandingan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif Tahun 2002-2007

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 FESYEN 50,36% 50,28% 52,39% 53,04% 51,94% 51,71% 51,97% 51,66%
2 KERAJINAN 36,87% 38,01% 34,30% 32,84% 35,17% 35,34% 35,16% 35,38%
3 DESAIN 8,21% 7,20% 9,35% 9,54% 7,19% 7,15% 7,13% 7,99%
4 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 2,87% 2,77% 2,34% 2,77% 3,66% 3,78% 3,68% 3,11%
5 MUSIK 0,29% 0,33% 0,37% 0,42% 0,50% 0,48% 0,47% 0,41%
6 PASAR DAN BARANG SENI 0,30% 0,40% 0,32% 0,35% 0,40% 0,39% 0,39% 0,36%
7 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 0,63% 0,31% 0,24% 0,24% 0,24% 0,24% 0,23% 0,31%
8 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 0,20% 0,28% 0,25% 0,28% 0,27% 0,28% 0,30% 0,27%
9 PERIKLANAN 0,09% 0,17% 0,18% 0,23% 0,26% 0,26% 0,26% 0,20%
10 ARSITEKTUR 0,04% 0,07% 0,08% 0,11% 0,14% 0,14% 0,14% 0,10%
11 TELEVISI DAN RADIO 0,07% 0,08% 0,07% 0,08% 0,12% 0,12% 0,13% 0,10%
12 SENI PERTUNJUKAN 0,05% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06%
13 RISET DAN PENGEMBANGAN 0,02% 0,03% 0,03% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,03%
14 PERMAINAN INTERAKTIF 0,00% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,02% 0,03% 0,01%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

138
PERMAINAN INTERAKTIF RISET DAN
PENERBITAN DAN 364 PENGEMBANGAN
PERCETAKAN 0% 993
PERIKLANAN 0%
89.131 SENI PERTUNJUKAN
5.861
3% 1.647
0% TELEVISI DAN RADIO
0%
PASAR DAN BARANG SENI 2.773
10.367 0%
0% MUSIK ARSITEKTUR
11.629 2.885
1% 0%

LAYANAN KOMPUTER
DAN PIRANTI LUNAK DESAIN
7.604 228.862
0% 8%

KERAJINAN
1.013.019
36%

FESYEN
1.479.122
52%

FILM, VIDEO, DAN


FOTOGRAFI
8.826
0%

Gambar 4-30 Perbandingan Rata-Rata Jumlah usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

Subsektor industri kreatif yang tumbuh paling cepat dalam hal jumlah usaha adalah Subsektor Permainan Interaktif.
Subsektor ini memiliki rata-rata pertumbuhan jumlah usaha sebesar 38% pada tahun 2002-2008. Setelah Subsektor
Permainan Interaktif, rata-rata pertumbuhan jumlah usaha tertinggi diikuti oleh Subsektor Arsitektur sebesar 20,5%,
Subsektor Periklanan sebesar 20%. Selain ketiga subsektor di atas, pertumbuhan jumlah usaha 2 digit dimiliki oleh
Subsektor Televisi dan Radio, dan Subsektor Riset dan Pengembangan.
Subsektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan jumlah usaha terkecil adalah Subsektor Film, Video dan Fotografi sebesar
-12,0%, diikuti Subsektor Kerajinan sebesar -1,2%. Kedua Subsektor ini tumbuh negatif di bawah rata-rata pertumbuhan
jumlah usaha Sektor Industri Kreatif. Subsektor Desain dan Fesyen memang tumbuh positif, 0,3% dan 0,4%, namun
masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan jumlah usaha nasional 0,73%.

139
50,0%

40,0%
PERMAINAN INTERAKTIF
38,0%

30,0%

ARSITEKTUR PERIKLANAN TELEVISI DAN RADIO


20,0%
20,5% 20,0% 10,4%
RISET DAN PENGEMBANGAN
LAYANAN KOMPUTER DAN
10,9%
PIRANTI LUNAK
10,0% 6,2% PASAR DAN BARANG SENI
DESAIN FESYEN 3,4% PENERBITAN DAN PERCETAKAN SENI PERTUNJUKAN
0,4% MUSIK
0,3% 4,1%
7,8% 0,73% 4,0%
0,0%
KERAJINAN -0,22%

-1,2%

-10,0%
FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI
-12,0%

-20,0%

Rata-Rata Pertumbuhan Perusahaan Subsektor IK 2002-2008


Rata-Rata Pertumbuhan Perusahaan Nasional 2002-2008

Gambar 4-31 Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Usaha 14 Subsektor Industri Kreatif 2002-2008

140
4.5 BERBASIS DAMPAK DAN KETERKAITAN DENGAN SEKTOR LAIN
Dalam studi ini, perhitungan Dampak dan Keterkaitan subsektor-subsektor industri kreatif dengan sektor lain dilakukan
dengan menggunakan Tabel Input Output Tahun 2005. Pada studi pemetaan tahun 2007, perhitungan dilakukan dengan
menggunakan Tabel Input Output Tahun 2003.
4.5.1 Angka Pengganda Output Industri Kreatif
Angka pengganda output terbesar subsektor industri kreatif berada pada subsektor Musik, sebesar 2,242. Angka ini
berarti, peningkatan investasi (atau peningkatan final demand lain, tidak hanya investasi saja) pada subsektor Subsektor
Musik sebesar Rp. 1 miliar, akan meningkatkan output total perekonomian nasional sebesar Rp. 2,242 miliar. Setelah
Subsektor Musik, angka pengganda output terbesar diikuti oleh Kerajinan sebesar 2,229 dan Kerajinan sebesar Film,
Video dan Fotografi sebesar 2,227. Angka pengganda output subsektor industri kreatif selengkapnya ditampilkan berikut.
Tabel 4-13 Angka Pengganda Output 14 Subsektor Industri Kreatif

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF Multiplier


1 MUSIK 2,242
2 KERAJINAN 2,229
3 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 2,227
4 DESAIN 2,121
5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 2,025
6 FESYEN 2,018
7 SENI PERTUNJUKAN 1,981
8 TELEVISI DAN RADIO 1,974
9 ARSITEKTUR 1,939
10 RISET DAN PENGEMBANGAN 1,939
11 PASAR DAN BARANG SENI 1,887
12 PERIKLANAN 1,885
13 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 1,633
14 PERMAINAN INTERAKTIF 1,633
Total 3,65

4.5.2 Backward Linkage


Berdasarkan keterkaitan kearah hulu (backward linkage), subsektor industri kreatif Musik memiliki koefisien linkage
terbesar, yaitu 2,242. Peningkatan output subsektor industri musik akibat investasi atau final demand lain sebesar Rp. 1
miliar, maka akan terjadi peningkatan output di sektor-sektor industri hulunya sebesar Rp. 2,242 miliar. Setelah
subsektor industri Musik, ranking subsektor industri kreatif berdasarkan keterkaitan ke arah hulu terbesar diikuti oleh
Subsektor Kerajinan sebesar 2,229 dan subsektor Film, Video dan Fotografi sebesar 2,2271. Nilai Backward Linkage
subsektor industri kreatif selengkapnya ditampilkan berikut.

141
Tabel 4-14 Backward Linkage 14 Subsektor Industri Kreatif

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF Backward Linkage


1 MUSIK 2,242
2 KERAJINAN 2,229
3 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 2,227
4 DESAIN 2,121
5 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 2,025
6 FESYEN 2,018
7 SENI PERTUNJUKAN 1,981
8 TELEVISI DAN RADIO 1,974
9 ARSITEKTUR 1,939
10 RISET DAN PENGEMBANGAN 1,939
11 PASAR DAN BARANG SENI 1,887
12 PERIKLANAN 1,885
13 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 1,633
14 PERMAINAN INTERAKTIF 1,633
Total 1,98

4.5.3 Forward Linkage


Berdasarkan keterkaitan kearah hilir (forward linkage), Subsektor Arsitektur bersama Riset dan Pengembangan memiliki
koefisien linkage terbesar, 5,770. Peningkatan output Subsektor Arsitektur atau Subsektor Riset dan Pengembangan
akibat investasi atau final demand lain sebesar Rp. 1 miliar, akan mengakibatkan peningkatan output di sektor-sektor
industri hilirnya sebesar Rp. 5,770 miliar. Setelah Subsektor Arsitektur dan Subsektor Riset dan Pengembangan ranking
subsektor industri kreatif berdasarkan keterkaitan ke arah hilir terbesar diikuti oleh Subsektor Penerbitan dan
Percetakan, sebesar 4,526. Nilai Forward Linkage subsektor industri kreatif selengkapnya ditampilkan berikut.
Tabel 4-15 Forward Linkage 14 Subsektor Industri Kreatif

NO LAPANGAN USAHA INDUSTRI KREATIF Forward Linkage


1 ARSITEKTUR 5,770
2 RISET DAN PENGEMBANGAN 5,770
3 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 4,526
4 DESAIN 4,494
5 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 3,555
6 PERMAINAN INTERAKTIF 3,555
7 FESYEN 3,483
8 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 2,952
9 TELEVISI DAN RADIO 2,172
10 KERAJINAN 2,161
11 SENI PERTUNJUKAN 2,004
12 MUSIK 1,747
13 PERIKLANAN 1,164
14 PASAR DAN BARANG SENI* 7,788
Total 3,65
* Struktur Industri Pasar Seni dan Barang Antik diambil dari Sektor Perdagangan (149). Namun kontribusi Subsektor IK ini sangat kecil terhadap
sektor 149, sehingga nilai forward linkagenya kemungkinan mengalami bias.

142
5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Hasil-hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa:
1. Berdasarkan perhitungan kontribusi ekonomi, baik berbasis Produk Domestik Bruto, berbasis Ketenagakerjaan,
berbasis Perdagangan Internasional dan berbasis Aktivitas Perusahaan, tahun 2007 Sektor Industri Kreatif Indonesia
mengalami perbaikan yang berlanjut di tahun 2008. Indikator-indikator ekonomi tahun 2007-2008 pada keempat
basis perhitungan menunjukkan statistik yang meningkat dibanding tahun 2008.
2. Secara kualitatif, pengembangan industri kreatif Indonesia juga semakin baik di tahun 2007 hingga saat ini.
Kesimpulan ini dapat dilihat dari kondisi-kondisi:
a. Adanya program industri kreatif nasional yang berkelanjutan, dimana kesadaran pemerintah, baik pusat maupun
daerah, semakin besar dalam upaya pengembangan industri kreatif. Konsolidasi melalui kegiatan PPBI (PPKI)
berjalan baik, bahkan komitmen-komitmen pengembangan sudah diberikan oleh departemen terkait. Dukungan
pemerintah ini bahkan sudah dilegitimasi melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009.
b. Gaung industri kreatif Indonesia tidak saja makin kuat di daerah-daerah, tetapi juga sampai ke luar negeri,
khususnya melalui para Duta Besar Indonesia di beberapa negara.
c. Gerakan komunitas yang semakin aktif dan semakin terkoneksi satu sama lain.
d. Publikasi industri kreatif di media nasional, daerah dan di dunia maya semakin banyak.
e. Semakin tingginya kesadaran untuk melestarikan seni, budaya dan warisan budaya, dan memanfaatkannya
menjadi kontribusi ekonomi, melalui pemahaman akan Indikasi Geografis.

5.2 SARAN
Saran utama yang disampaikan ditujukan secara khusus kepada Biro Pusat Statistik, yaitu:
1. Revisi Klasifikasi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia
Sebagai instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam hal pengklasifikasian lapangan usaha, Biro Pusat
Statistik sudah saatnya melakukan revisi terhadap klasifikasi industri kreatif Indonesia yang digunakan saat ini. Selain
bertujuan mematangkan lapangan usaha industri kreatif, revisi ini terutama bertujuan agar industri kreatif dapat
menjadi suatu nomenklatur resmi dalam klasifikasi lapangan usaha Indonesia.
2. Perhitungan kontribusi industri kreatif secara rutin, tahunan atau triwulanan oleh BPS
Sebagai badan yang sudah mapan dalam perhitungan kontribusi-kontribusi ekonomi, maka Biro Pusat Statistik
sebaiknya melakukan perhitungan kontribusi ekonomi industri kreatif secara rutin, baik tahunan maupun triwulanan.
Hal ini tentunya akan memungkinkan jika Klasfikasi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia sudah disempurnakan dan
dimasukkan sebagai bagian dari lapangan usaha nasional.

143

Anda mungkin juga menyukai