Anda di halaman 1dari 20

RADEN ILHAN

M1B117029

TUGAS KHUSUS
PROSES PENGOLAHAN AIR LAUT

1.1 Proses Pengolahan Air Laut


1.1.1 Pengertian air
Menurut Elma, et al (2019) Air merupakan salah satu komponen
pembentuk lingkungan yang sentral. Ketersediaan air bersih haruslah tercukupi di
dalam masyarakat dengan memiliki kualitas sehingga layak digunakan oleh
masyarakat. Bagi manusia, air berperan dalam berbagai kegiatan manusia itu
sehari-hari yaitu berperan dalam kegiatan pertanian, industri, dan pemenuhan
kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring
bertambahnya jumlah populasi didunia. Jumlah kebutuhan air bersih terus
meningkat tiap tahun,, akan tetapi sumber air bersih terus menurun tiap tahun.
Meskipun jumlah air mencakup 70% dari permukaan bumi, akan tetapi hanya
sekitar 0.002 % yang tersedia untuk di konsumsi oleh makhluk hidup. Air yang
digunakan haruslah memenuhu syarat-syarat segi kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kualitas, air harus tersedia dalam kondisi yang memenuhu syarat kesehatan
. kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia maupun biologi.
Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi
standard baku air baik itu standard baku air rumah tangga maupun standard baku
air untuk industri. Kualitas air yang baik ini tidak semestinya selamanya tersedia
di alam, adanya perkembangan industri dan pemukiman masyarakat dapat
mengancam kelestarian air bersih. Bahkan didaerah – daerah tertentu air yang
tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan secara alam sehingga diperlukan upaya
perbaikan secara sederhana maupun modern.
Sumber air secara umum dibagi menjadi dua yaitu air permukaan (surface
water) dan air tanah (ground water) air perrmukaan didapat dari sungai, danau
dan laut, sedangkan air tanah adalah air yang berada didalam perut bumi. Untuk
air industri dilakukan beberapa tahapan proses pengolahan agar air tersebut dapat
digunakan sesuai kebutuhan kita antara lain seperti: air minum, air pendingin,air
umpan boiler, air untuk pemadam kebakaran dll. Air yang berkualitas rendah akan
RADEN ILHAN
M1B117029

menghasilkan uap yang kurang baik, uap tersebut dapat membawa padatan yang
terdapat dalam air ketel uap (carry over).

1.1.2 Standar baku air di Indonesia


Standar mutu air yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia tercantum pada peraturan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 temtamg
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Standar baku tersebut telah disesuaikan
dengan standar baku yang telah ditetapkan atau dikeluarkan oleh WHO.
Standar kualitas air bertujuan untuk memelihara, melindungi dan
mempertinggi derajatkesehatan masyarakat terutama dalam pengelolaan
air.berikut adalah persyaratan kelayakan air dapat diolah atau diminum.
A. Secara fisisk
1. Tidak berwarna
Air untuk keperluan sehari-hari harus lah jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Temperature
Air yang baik harus memiliki temperature yang sama dengan temperature
yang dimiliki oleh udara yaitu pada temperature bekisar dari 20-26 C, air yang
secara mencolok mempunyai terperatur yang berada di atas maupun berada di
bawah temperature udara, berarti memiliki kandungan zat tertentu’
3. Rasa
Air dapat dirasakan oleh lidah. Air yang memiliki rasa manis, pahit, asam,
atau asin menunjukan kualitas aie tersebut tidak baik. Air yang baik untuk
dikonsumsi haruslah memiliki rasa yang tawar.
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau ketika dicium baik itu dari jauh
maupun dari dekat. Air yang bau berarti memiliki bahan organic yang sedang
mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme air.
5. Kejernihan
Air yang keruh memiliki butiran koloid dari bahan tanah liat.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.1 tingkat kejernihan air

B. Syarat kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut.
1. pH netral
Derajat keasaman air minum haruslah netral, tidak boleh bersifat asam
maupun basa. Air yang memiliki pH rendah akan terasa asam, begitupun
sebaliknya. Air dikatan baik untuk dapat di minum atau dijadikan air proses ialah
air yang memiliki pH netral yaitu 7.
Table 1. Persyaratan air secara kimia (peraturan No.
907/MENKES/SK/VII/2002) bahan- bahan anorganik
Parameter Satuan Kadar maksimum yang
diperbolehkan
Antimony Mg/liter 0,005
Air raksa Mg/liter 0,001
Barium Mg/liter 0,7
Cadmium Mg/liter 0,3
Kromium Mg/liter 0,003
Tembaga Mg/liter 0,05
Sianida Mg/liter 2
Fluoride Mg/liter 0,07
Timah Mg/liter 1,5
Molybdenum Mg/liter 0,01
Nikel Mg/liter 0,07
Nitrat Mg/liter 0,02
Nitrit Mg/liter 50
Selenium Mg/liter 3
Arsenic Mg/liter 0,01
RADEN ILHAN
M1B117029

Tabel 2. . Persyaratan air secara kimia (peraturan No.


907/MENKES/SK/VII/2002) bahan- bahan organic
Parameter Satuan Kadar maksimum yang
diperbolehkan
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride Mg/liter 2
Dichloromethane Mg/liter 20
1,2- Dichloromethane Mg/liter 30
1,1,1- trichloride Mg/liter 2000
Chlorinated ethenes
Vinyl chloride Mg/liter 5
1,1- Dicloroethene Mg/liter 30
1,2- Dicloroethene Mg/liter 50
Tricloroethene Mg/liter 70
Tetracloroethene Mg/liter 40
Aromatic hydrocarbons
Benzene Mg/liter 10
Toluene Mg/liter 700
Xylenes Mg/liter 500
Benzo(a)pyrene Mg/liter 0,7
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene Mg/liter 300
1,2- dichlorobenzene Mg/liter 1000
1,4- dichlorobenzene Mg/liter 300
Trichlorobenzenes (total) Mg/liter 20
Lain-lain
Di(2-ethylexyl)adipate Mg/liter 80
Di(2-ethylexyl)phthalate Mg/liter 8
Acrylamide Mg/liter 0,5
Epichlorohydrin Mg/liter 0,4
Hexachlorobutadiene Mg/liter 0,6
Edetic acid Mg/liter 200
Tributyltin oxide Mg/liter 2

1.1.3 Jenis Pengolahan Air


Menurut Said (2017), teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam
memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air
limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus
sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. 
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan
RADEN ILHAN
M1B117029

air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
Proses pengolahan secara fisika merupakan metode pengolahan air limbah
dengan cara menghilangkan polutan secara fisika, seperti sedimentasi,
penyaringan, screening dan lain-lain. Prinsip utama dari pengolahan limbah secara
fisika adalah untuk menghilangkan padatan yang tersuspensi pada air. Metode
pengolahan secara fisika antara lain:
a. Proses sedimentasi
Sedimentasi merupakan sebuah peristiwa atau proses pengendapan yang
terjadi pada beberapa komponen abiotik yang ada di lingkungan seperti halnya
tanah dan juga pasir.  Proses pengendapan atau sedimentasi ini bisa diesbabkan
oleh beberapa hal seperti aliran air ataupun hembusan angin yang dapat
memindahkan partikel- partikel kecil dari tanah atau pasir ke tempat lain hingga
mengalami pengendapan dan membentuk sesuatu yang baru. Proses sedimentasi
atau pengendapan ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti di darat, di laut
maupun di ekosistem sungai. Material- material yang dipendahkan ini merupakan
material- material sisa dari pelapukan atau pengikisan yang berlangsung dalam
jangka waktu cukup lama sehingga mudah diangkut. Proses sedimentasi atau
pengendapan ini membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan sesuatu
yang baru, misalnya membentuk batuan baru. Jenis batuan yang akan terbentuk
melalui proses sedimentasi ini disebut dengan batuan sedimen. Kemudian batuan
sedimen ini akan mempunyai banyak contohnya yang berbeda- beda antara
pengendapan suatu materi dengan materi yang lainnya. Proses sedimentasi ini
dapat terjadi karena bantuan dari berbagai kekuatan, seperti kekuatan aliran air,
kekuatan angin maupun kekuatan es atau glester.
Pada dasarnya proses sedimentasi secara geologis merupakan proses erosi
tanha yang berjalan secara normal atau secara biasanya. Hal ini berarti bahwa
proses pengendapan yang berlangsung masih dalam batasan yang dibolehkan atau
masih dalam keseimbangan alam dari proses agradasi dan degradasi pada perataan
kulit muka bumi akibat dari adanya pelapukan.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.2 Proses sedimentasi air

b. Proses filtrasi
Filtrasi merupakan metode pemisahan fisik, yang dipakai untuk
memisahkan antara cairan (larutan) dan padatan. Cairan yang sudah melalui
proses filtrasi/penyaringan disebut dengan filtrat, sedangkan padatan yang
tertumpuk di penyaring disebut dengan residu. Meskipun ada kalanya residu
merupakan produk yang diinginkan.
Prinsip dasar filtrasi sangat sederhana yaitu menyaring molekul-molekul
padatan yang tercampur pada larutan, maka tingkat kemurnian filtrat yang didapat
dari filtrasi ini bergantung pada kualitas juga ukuran pori dari filter (penyaring)
yang dipakai Untuk metode filtrasi, dimana yang di inginkan yaitu residu-nya
(ampas) umumnya dibutuhkan langkah pengertingan agar seluruh cairan yang
tersisa dalam padatan menguap.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.3 Proses filtrasi air

2. pengolahan secara kimia


Proses pengolahan air limbah secara kimia adalah proses yang melibatkan
penambahan bahan kimia untuk mengubah atau destruksi kontaminan. Proses
pengolahan air limbah secara kimia antara lain dengan menggunakan:
a. Proses koagulasi
Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia
(koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak
antar partikel koloid, sehingga partikel –partikel tersebut dapat bergabung menjadi
flok-flok halus. Koagulasi terpenuhi dengan penambahan ion-ion yang
mempunyai muatan berlawanan dengan partikel koloid. Partikel koloid umunya
bermuatan negatif oleh karena itu ion-ion yang ditambahkan harus kation atau
bermuatan positif. Kekuatan koagulasi ion-ion tersebut bergantung pada bilangan
valensi atau besarnya muatan. Ion bivalen (+2) 30-60 kali lebih efektif dari ion
monovalen (+1). Ion trivalen (+3) 700-1000 kali lebih efektif dari ion monovalen.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.4 Proses koagulasi air

b. Proses adsorpsi
Proses adsorpsi merupakan proses pengolahan air dengan
memisahkan air dari pengotornya, caranya yaitu dengan penyerapan
pengotor seperti partikel – partikel halus, kation – kation terlarut atau bau
yang terkandung dalam air. Media adsorpsi yang umum digunakan dalam
pengolahan air adalah karbon aktif dan mineral zeolite. Karbon aktif
ataupun zeolite memiliki sifat sebagai media penyerap atau adsorben
sehingga mampu menyerap partikel atau kation - kation dan bau yang
terlarut dalam air.
Mekanisme pengolahan air dengan adsorpsi dapat dilihat pada
gambar di bawah. Instalasi pengolahan air terdiri dari dua tangki dengan
ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tangki pertama merupakan
tangki utama pengolahan. Tangki ini diisi dengan adsorben sebagai media
pengolah air. Tangki kedua merupakan tangki untuk tempat penyimpanan
air hasil pengolahan, tempat air bersih.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.5 Proses adsorpsi air

3. pengolahan secara biologi


Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah proses
penghancuran atau penghilangan kontaminan dengan menggunakan bantuan
mikroorganisme. Tujuan utamapengolahan dengan metode biologi adalah
menghilangkan dan mengurangi bahan organic biodegradable dari air limbah ke
tingkat yang dapat diterima sesuai dengan ambang batas yangtelah
ditentukan.Pengolahan secara biologi juga digunakan untuk menghilangkan
nitrogen danfosfor dari air limbah . Beberapa metode yang digunakan pada proses
pengolahanbiologis antara lain proses anaerobik, aerobik, bioreaktor, dan lumpur
teaktifasi.
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Proses-proses
yang terlibat dalam pengolahan air minum untuk tujuan pemisahan padatan dapat
menggunakan.
Pada era industrialisasi dengan kemajuan yang sangat pesat seperti
sekarang ini mengakibatkan kenaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat juga.
Keadaan tersebut ditambah dengan terus meningkatnya jumlah penduduk akan
semakin memacu peningkatan jumlah kebutuhan hidup manusia, khususnya air.
Dengan meningkatnya permintaan akan air bersih dan semakin terbatasnya
sumberdaya air di alam, maka peningkatan efisiensi proses pengolahan air juga
merupakan syarat utama. Demikian halnya dalam penerapan sistem desalinasi ini,
RADEN ILHAN
M1B117029

untuk mengoptimalkan efisiensi proses ditempuh sistem penggabungan/kombinasi


dengan proses pengolahan secara konvensional.
1.1.4 Proses pengolahan air laut
Menurut Herlambang (2014), air laut memiliki karakteristik berwarna
bening, dengan kandungan garam yang tinggi, dan dinyatakan dalam presentase
salinitas. Air laut secara alami merupakan air saline dengan 35% kandungan
garam. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memili kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, laut mati memiliki kadar
garam sekitar 30%. Laut itu tetap terhubung, tidak terpisah-pisah seperti habitat
daratan atau air tawar. Semua lautan saling berhubungan.
Air laut memiliki massa jenis yang lebih besar dari air tawar yaitu 1,025
kg/m3. Karena temperatur dan salinitas mewakili dua dari faktor-faktor
keterbatasan yang penting di laut, temperatur rata-rata bulanan yang diplotkan
terhadap salinitas adalah konstan yaitu 23o C, salinitas di lautan terbuka
variasinya sangat terbatas, tetapi di perairan estuaria (air payau), pada teluk dan
muara sungai sangat bervariasi menurut musimnya.
Salinitas rata-rata, atau kandungan garamnya diukur menurut beratnya
adalah 35%. Sekitar 27% terdiri dari sodium klorida, dan bagian terbesar
selebihnya terdiri dari garamgaram magnesium, kalsium dan potasium. Ada pula
yang menyatakan bahwa kadar mineral yang sangat tinggi dan didominasi garam
sebanyak 55%. Akan tetapi, masing-masing titik memiliki kadar garam yang
bervariasi tergantung wilayah lautnya. Misalnya di laut tropika kadar garam tinggi
tetapi di laut dengan iklim yang dingin kadar garam justru rendah. Berikut tabel
kandungan garam air laut.
Tablel 1.3 Unsur ion positif air laut
Unsur-unsur garam Ion positif
Sodium 10,7
Magnesium 1,3
Kalsium 0,4
Potassium 0,4

Tablel 1.4 Unsur ion negatif air laut


Unsur-unsur garam Ion negatif
Klorida 19,3
RADEN ILHAN
M1B117029

Sulfat 2,7
Bikarbonat 0,1
Karbonat 0,007
Bromide 0,07

Lautan Indonesia yang terletak di kawasan tropis mempunyai fluktuasi


suhu permukaan sepanjang tahun yang relatif tidak menyolok,yakni berkisar
antara 26oC-30oC, dengan kadar garam (salinitas) yang relatif rendah yakni 27-
33% (Wijana, 2014). Garam-garam yang terdapat di air laut adalah Klorida 55%,
Natrium 31%, Sulfat 7%, Magnesium 4%, Kalsium 1%, Potasium 1%, dan
sisanya 1% terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Asam borak, Strontium, dan Florida.
Sumber utama garam-garam pada air laut adalah hasil pelapukan batuan di darat,
gas-gas vulkanik, dan sirkulasi lubang-lubanghidrotermal (hydrothermal vents) di
laut dalam. Sebagian besar garam-garam dilaut berasal daridaratan yang terbawa
aliran permukaan (saat hujan) masuk ke sungai, yang bermuara di laut.Garam-
garam tersebut terakumulasi di laut dan menyebabkan air laut asin. Sebenarnya,
air tawardi daratan juga mengandung garam, tetapi kadarnya sangat kecil.

A. Proses Pengolahan air laut


● Desalinasi Air Laut
Menurut Herlambang (2014) ,Desalinasi adalah proses menghilangkan
garam dari air. Teknik desalinasi sangatlah penting untuk menghilangkan garam
dalam air laut secara efektif dan efisien, dimana hasil yang didapat adalah air
bersih dengan konsentrasi garam terlarut yang rendah (fresh water) dan air garam
dengan konsenstrasi garam terlarut yang tinggi (brine water). Setiap 1 Kg air laut
biasanya mengandung 35 g zat terlarut meliputi garam anorganik, senyawa
organik dari organisme hidup di laut, dan gas terlarut. Padatan dalam air laut biasa
disebut sebagai ‘garam’ dan diukur dengan istilah ‘salinity’ atau salinitas. Untuk
air laut sendiri memiliki nilai salinitas sekitar 34.000 sampai 37.000 ppm,
bandingkan dengan air tawar yang memiliki salinitas kurang dari 1.000 ppm.
Secara garis besar, teknologi untuk desalinasi air laut terbagi menjadi 3 yaitu
teknologi termal, osmosis dan teknologi membran.
RADEN ILHAN
M1B117029

Gambar 1.2 Beberapa proses desalinasi


Pemilihan proses teknologi desalinasi didasarkan pada beberapa faktor,
antara lain:
1. Salinitas (kadar zat teriarut air masukan)
2. Kualltas air bersih yang ditnginkan
3. Sumber energi yang akan digunakan untuk produksl air
4. Debit air yang diperlukan
5. Faktor ekonomi, keandalan. kemudahan operasi dan perawatannya.
Teknologi desalinasi termal jenis Multistage Flash (MSF), MultiEffect
Distillation (MED) dan Multi Vapour Compression (MVC) dapat memumikan air
dari kadar 55000 ppm menjadi sekitar 10 ppm, sedangkan proses membran jenis
Reverse Osmosis (RO) dengan sekali proses dapat menghasilkan air tawar dengan
IDS berkisar antara 350-500 ppm.
Pada proses distiilasi air laut/air baku dipanasi agar air tawar yang
terkandung di dalamnya mendidih dan menguap, kemudian uapnya di embunkan
untuk memperoieh air tawar. Proses distilasi ini dapat menghasilkan air tawar
berkualitas tinggi dibandingkan dengan kualitas air tawar yang dihasilkan oleh
proses lain.Pada tekanan 1 atm air akan mendidih dan menguap pada suhu 100° C.
namun air di dalam alat penguap (evaporator) mendidih dan menguap pada suhu
kurang dari 100° C bila tekanan di dalam evaporator diturunkan dibawah 1 Atm
atau dalam keadaan vacuum. Penguapan air memerlukan panas penguapan berupa
RADEN ILHAN
M1B117029

panas latent yang terkandung dalam uap yang dihasilkan. Sebaliknya pada saat
uap menyembur panas latentnya dilepaskan yang dapat memanasi air laut/baku
umpan sebagai pemanasan pendahuluan (preheating) atau menguapkannya
Pada proses distilasi,air la'Jt/air baku digunakan sebagai bahan air umpan
pembuatan air tawar maupun sebagai media pendingin, dengan jumlah yang
diperlukan kurang dari 8-10 kali dari Jumlah air tawar yang dihasilkan. Uap dari
ketel uap atau sumber lain digunakan sebagai pemanas dengan tekanan 2-3,5
kg/cm dan penjalan ejector dengan tekanan 10-12 kg/cm. Pada umumnya jumlah
uap untuk pemanasan antara 1/8 sampai 1/6 dari jumlah air tawar yang dihasilkan,
perbandingan antara jumlah air tawar yang dihasilkan dengan jumlah uap yang
diperlukan disebut performance ratio (PR) dalam proses reverse osmosis atau
Gained Output Ratio (GOR) dalam proses distilasi.
Masalah yang umum terdapat pada proses distilasi iaiah terjadinya
pengkerakan dan korosi pada bagian bagian peraiatan. Timbulnya lapisan kerak
pada pipa-pipa penukar panas evaporator menyebabkan turunnya kemampuan
pemindahan panas yang berakibat menurunnya jumlah air tawar yang dihasilkan,
pada keadaan yang demikian instalasi perlu dimatikan untuk pelaksanaan
pembersihan kimia (chemical cleaning). Untuk mencegah atau menghambat
proses pengkerakan itu perlu dilakukan proses treatment yang tepat dan teratur.
Terjadinya korosi pada bagian peraiatan sudah pasti akan mengganggu
pengoperasian instalasi, selain menuainnya hasil produk airtawar, untuk
perbaikannya pun memerlukan waktu dan biaya yang tinggi, ofeh sebab itu
didalam desainnya diperlukan material yang sesuai dengan kondisi
pengoperasiannya (Jasman dan Jusran , 2019) .

1. Secara destilasi
Menurut Ishihara et al (2015) ada beberapa jenis destilasi, diantaranya akan
dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
A. Multiple-Effect Distillation (MED)
Teknologi MED digunakan bersamaan dengan MSF sejak akhir tahun
1950 an dan awal tahun 1960 an. Seperti halnya MSF, pada proses MED ini
melibatkan beberapa ruang destilasi dengan istilah ‘effect’. Air laut akan masuk ke
RADEN ILHAN
M1B117029

ruang 1 melalu pipa dan disemprotkan ke bawah melewati pipa pemanas bersuhu
70 C, dihasilkan uap air yang akan mengalir melalui pipa menuju ruang 2
berfungsi sebagai pipa pemanas selanjutnya, dan sisa air garam (brine) akan
dipompa menuju ruang 2 dan disemprotkan melewati pipa pemanas yang
didalamnya terdapat uap air dari ruang 1, kemudian proses ini berulang kembali di
ruang 3. Aplikasinya, bisa terdapat 8 sampai 16 ruang proses destilasi, dimana
semakin banyak ruang (effect) semakin tinggi rasio kinerjanya. Kapasitas yang
dihasilkan secara komersial sekitar 2,000 sampai 10,000 m3/hari.
Prinsip kerja sistem desalination plant multi efek, uap yang berasal
dari auxilary steam masuk ke dalam tube-tube pada efek pertama untuk
memanaskan air laut. Air laut masuk ke dalam efek pertama dengan cara dispray
ke tube-tube yang berisi uap. Saat itu juga uap yang ada didalam  tube akan
terkondensasi dan menghasilkan destilat kemudian ditampung di destilat box,.di
lain sisi temperatur air laut yang dispraykan diluar tabung akan naik dan menguap
karena tekanan yang dibawah atmosfer. uap yang terbentuk akan masuk ke efek
ke dua dan seterusnya hingga efek terakhir. Diefek terakhir atau disebut juga final
condensor, uap tersebut kontak dengan tube yang berisi air laut sehingga
menghasilkan destilat. Air laut yang tidak teruapkan ditampung di dalam brine
chamber dibuang ke laut.

Gambar 1.6 Multiple-Effect Distillation (MED)


RADEN ILHAN
M1B117029

B. Vapour Compression (VC) Distillation


Pada proses VC menggunakan kompresor untuk mengkondensasi uap air
dalam menyediakan panas (heat) yang dibutuhkan agar terjadinya penguapan air
laut. Air laut akan masuk melalui pipa dan masuk ke ruang destilasi (bank
distillation), lalu disemprotkan melewati pipa pemanas dan dihasilkan uap air
(vapour), selanjutnya uap air akan mengalir melewati kompressor. Kemudian uap
air yang terkompresi akan kembali ke ruang destilasi melewati pipa yang
membawa panas dan keluar lagi sebagai air produk destilasi. Air laut yang tidak
menguap akan tertampung dibawah dan diresirkulasi kembali melalui pipa masuk
air laut umpan. Kapasitas produk VC lebih kecil dibandingkan MSF dan MED
sekitar 20 sampai 2.000 m3/hari.

Gambar 1.7 Vapour Compression (VC) Distillation

C. Membrane Distillation (MD)


MD adalah proses pemisahan suatu larutan pada perbedaan suhu dan
konsentrasi menggunakan membran hidrofobik mikropori (microporous
hydrophobic membrane). Perbedaan suhu antar ruang yang terpisah oleh membran
menghasilkan perbedaan tekanan uap air, sehingga uap air pada tekanan yang
lebih tinggi akan mengalir ke tekanan yang lebih rendah melewati pori-pori
membran. Pada proses desalinasi, air laut yang diberi suhu tinggi akan menguap
dan uap air (vapour) akan mengalir melewati pori membran hidrofobik dan
RADEN ILHAN
M1B117029

terkondensasi saat bersentuhan dengan pipa aliran air laut yang dingin, air yang
terkondensasi akan mengalir keluar sebagai air produk destilasi.
Teknologi ini baru mulai dipelajari pada tahun 1960 an dan dikembangkan
pada skala produksi di tahun 1980 an. Keunggulan MD dibandingkan teknologi
lainnya adalah pemisahan sempurna untuk zat terlarut dan non-volatile,
membutuhkan tekanan operasional yang lebih rendah dibandingkan proses
membran lainnya yang menggunakan tekanan sebagai gaya dorong, jarak
penguapan yang lebih rendah dibandingkan proses destilasi lainnya, penggunaan
suhu yang rendah (dibawah suhu titik didih air laut), dan penggunaan energi yang
kecil sehingga bisa menggunakan sumber energi terbarukan seperti sinar matahari
atau geotermal.

Gambar 1.8 Membrane Distillation


2. Prinsip osmosis
Menurut Wenten (2017), apabila dua buah larutan dengan konsentarsi
encer dan konsentrasi pekat dipisahkan oleh membran semi permeable, maka
larutan dengan konsentrasi yang encer akan terdifusi melalui membran semi
permeable tersebut masuk ke dalam larutan yang pekat sampai sampai
terkesetimbangan konsentarsi. Phenomena tersebut dikenal sebagi prosis osmosis.
Sebagai contoh misalnya, jika air tawar dan air laut (asin) dipisahkan
dengan membran semi permeable, maka air tawar akan terdifusi ke dalam air asin
melalui membran semi permeable tersebut sampai terjadi kesetimbangan. Daya
pengggerak (driving force) yang menyebabkan terjadinya aliran /difusi air tawar
RADEN ILHAN
M1B117029

ke dalam air asin melalui membran semi permeable tersebut dinamakan tekanan
osomosis. Besarnya tekanan osmosis tersebut tergantung dari karakteristik
membran, temperatur air, dan konsentarsi garam yang terlarut dalam air.
Apabila pada suatu sistem osmosis tersebut, diberikan tekanan yang lebih
besar dari tekanan osmosisnya, maka aliran air tawar akan berbalik yakni dari dari
air asin ke air tawar melalui membran semi permeable, sedangankan garamnya
tetap tertinggal di dalam larutan garammya sehingga menjadai lebih pekat. Proses
tersebut dinamakan osmosis balik.

Suatu membran (selaput) yang memungkinkan lewatnya hanya jenis-jenis


molekul tertentu disebut membran semipermeabel. Apabila dua buah larutan
dengan konsentrasi encer dan konsentrasi pekat dipisahkan oleh membran
semipermeabel, maka larutan dengan konsentrasi encer akan terdifusi melalui
membran semipermeabel dan masuk ke dalam larutan yang pekat sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi. Peristiwa ini dikenal dengan proses osmosis. Sebagai
contoh, jika air tawar dan air laut (asin) dipisahkan dengan membran
semipermeabel, maka air tawar akan terdifusi ke dalam air asin sampai terjadi
kesetimbangan.

Gambar 1.9 Proses osmosis


RADEN ILHAN
M1B117029

A. Proses desalinasi system reverse osmsosis (RO)


Di dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik (RO)
,tidakmemungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena
akan membutuhkan tekanan yang sangat tinggi sekali. Oleh karena itu pada
kenyataanya, untuk mengasilkan air tawar maka air asin atau air laut dipompa
dengan tekanan tinggi ke dalam sutu modul membrane osmosis balik yang
mempunyai dua buah outlet yakni outlet untuk air tawar yang dihasilkan dan
outlet untuk air garam yang telah dipekatkan (reject water).

Gambar 2.0 skema membran reverse osmosis

Di dalam membrane RO tersebut terjadi proses penyaringan dengan


ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada molekul
air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan terikut ke dalam
air buangan (reject water). Oleh karena itu air yang akan masuk kedalam
membran RO harus mempunyai persyaratan tertentu misalnya kekeruhan harus
nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan
kalsium dan lainnya.
Menurut Said (2017), di dalam prakteknya proses pengolahan air minum
dengan sistem reverse osmosis terdiri dari dua bagian yakni unit pengolahan
pendahuluan dan unit RO. Oleh karena air baku yakni air laut, terutama yang
dekat dengan pantai masih mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral,
plankton dan lainnya, maka air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan
pendahuluan sebelum diproses di dalam unit RO. Unit pengolahan pendahuluan
RADEN ILHAN
M1B117029

tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni pompa air baku, bak
koagulasi-flokulasi, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan
zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge
ukuran 0,5 µm. Sedangkan unit RO terdiri dari pompa tekanan tinggi dan
membran RO, serta pompa dosing untuk anti scalant, dan biofulling dan
sterilisator ultra violet.

Air baku (air laut) dipompa ke bak koagulasi-flokulasi untuk


mengendapakan zat padat tersuspenssi, selanjutnya di alirkan ke rapid sand filter,
selanjutnya ditampung di dalam bak penampung. Dari bak penampung air laut
dipompa ke pressure filter sambil diinjeksi dengan larutan kalium permanganat
agar zat besi atau mangan yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi
bentuk senyawa oksida besi atau mangan yang tak larut dalam air. Selain itu
dijinjeksikan larutan anti scalant, anti biofouling yang dapat berfungsi untuk
mencegah pengkerakan serta membunuh mikroorganisme yang dapat
menyebabkan biofouling di dalam membrane RO.
Dari pressure filter, air dialirkan ke saringan filter multi media agar
senyawa besi atau mangan yang telah teroksidasi dan juga padatan tersuspensi
(SS) yang berupa partikel halus, plankton dan lainnya dapat disaring. Dengan
adanya filter multi media ini, zat besi atau mangan yang belum teroksidasi dapat
dihilangkan sampai konsentrasi <0,1 mg/l. Zat besi dan mangan ini harus
dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat menimbulkan kerak
(scale) di dalam membran RO. Dari filter multimedia, air dialirkan ke filter
penghilangan warna. Filter ini mempunyai fungsi untuk menghilangkan warna
senyawa warna dalam air baku yang dapat mempercepat penyumbatan membran
RO. Setelah melalui filter penghilangan warna, air dialirkan ke filter cartridge
yang dapat menyaring partikel dengan ukuran 0,5 µm.
Setelah melalui filter cartridge, air dialirkan ke unit RO dengan
menggunakan pompa tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat anti kerak dan zat
anti biofouling. Air yang keluar dari modul membran RO ada dua yakni air tawar
dan air buangan garam yang telah dipekatkan (reject water). Selanjutnya air
RADEN ILHAN
M1B117029

tawarnya dipompa ke tangki penampung sambil dibubuhi dengan khlorine dengan


konsentarsi tertentu agar tidak terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan
air garamnya dibuang lagi ke laut.

DAFTAR PUSTAKA

Elma M, dkk. 2019. “Aplikasi Membrane Interlayer-Free Silika-Carbon Dari


Pektin Pada Desalinasi Air Laut Untuk Menghasilkan Potable Water”.
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. Vol 4 (02).
Universitas Lambung Mangkurat.
Herlambang Arie. 2014. “Evaluasi Potensi Sumberdaya Air Untuk Pengembangan
Industry Di Kota Bontang Kalimantan Timur”. Jurnal Analisis
Lingkungan. Vol 7 (02). Balai Teknologi Lingkungan Bontang.
Idaman Said N. 2017. “Pengolahan Payau Menjadi Air Minum Dengan Teknologi
Reverse Osmosis”. Jakarta.
Ishihara S, Iwahori Hiroshi, dan Yamashiro Y. 2015. “Seawater Destilation
Method”. US 9,133,048 B2.
Jasman dan Jusran M. 2019. “Modifikasi Alat Pengolahan Air Laut Menjadi Air
Bersih”. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 09 (01). Poltekkes Manado.
Wenten I.G. 2017. “Teknologi Membran Dalam Pengolahan Air Dan Limbah
Industri”. Departemen Teknik Kimia ITB : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai