Anda di halaman 1dari 3

Pemuda dan Luwu Utara

Taufik Sandi

Sejenak saya tertegun tak kala membuka sosial media malam ini, sebuah postingan seorang yang
dianggap panutan dalam dunia akademik menginformasikan definisi pemuda ditinjau dari umur
individu tersebut.

“Pemuda itu berusia 16 hingga 30 tahun” kurang lebih demikian. Kalimat itu menampar bagi ku dan
mungkin semua orang-orang yang masih saja mengaku sebagai pemuda. Menelisik usia yang kini
kuanggap muda dan tentunya produktif batasan yang diberikan kuanggap sebagai pengekangan
terhadap potensi yang dibatasi oleh usia tersebut. Muncul pertanyaan liar di kepala ku, dengan usia
rentang di sebutkan tersebut apa yang bisa di lakukan oleh mereka itu?. Kemudian muncul
pertanyaan dengan batasan usia 16-30 tahun, apa yang akan di lakukan pemuda tersebut? Potensi
apa yang dimiliki?bagaimana mengembangkan potensinya?

Dalam memantik semangat pemuda, pada peringatan sumpah pemuda salah seorang founder father
bangsa ini dengan lantang meneriakkan potensi pemuda, Soekarno dalam pidatonya
mengungkapkan bahwa dengan potensi yg dimiliki pemuda, walau dengan sepuluh orang pemuda
maka beliau menyakini dapat meguncang dunia. Potensi itu tentu hal yang luar biasa tentunya walau
timbul pertanyaan pemuda yang bagaimana beliau maksudkan tersebut.

Kurang lebih 60 tahun berselang salah seorang tokoh muda bangsa muncul memaknai pidato
tersebut, walaupun mungkin yang pertama namun pidato tersebut memantik kita untuk merenung
mungkin benar demikian harusnya pemuda itu. Anies Baswedan memberikan definisi bahwa
Pemuda yang dimaksudkan adalah pemuda yang mampu memaksimalkan potensinya, bukan
pemuda yang hanya tinggal diam tetapi pemuda yang mampu menyingsingkan lengan bajunya turun
tangan dalam membenahi persoalan bangsa. Beliau membuktikan dengan berbagai program yang di
inisiasi yang melibatkan pemuda dengan potensinya dalam mengelolah dan membenahi persoalan
bangsa ini. Salah satu program tersebut adalah Program Indonesia mengajar yang kemudian di
aplikasikan lebih luas di Kemendikbud melalui program SM-3T dalam mengisi kekosongan pendidik
di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal.

Setelah 74 tahun Indonesia dan hampir satu dekade kehadiran Anies Baswedan, kini muncul tokoh-
tokoh muda lainnya, lahirnya pemuda ini tentunya menjadi sebuah garansi akan keberlangsungan
bangsa ini, founding fahter bangsa ini tidak ragu lagi menitipkan bangsa ini kepada mereka, tentunya
jika mereka mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Ada Faldo Maldini, Dahnil S, AHY,
Prananda Prabowo, Raja Juli Antoni dll. Mereka ini penerus pengawal bangsa ini.

Lantas, apa yang terjadi di daerah kita? Pemuda yang bagaimana yang mampu diberikan peran
seperti mereka diatas? Potensi apa yang dimiliki dalam membangun Luwu Utara kedepan?
Pertanyaan – pertanyaan tersebut muncul tak kala kita Membicarakan potensi pemuda dan
pembangunan daerah ini kedepan.

Sejak era pemerintahan A Lutfhi A Mutty sebagai Bupati Luwu utara pertama, peran pemuda sudah
sangat besar dalam pembentukan daerah otonom saat itu, namun masih belum bisa dikatakan siapa
tokoh sentral nya, kurang lebih 9 tahun pemerintah Opu Lutfhy lebih fokus pada pembangunan
infrastruktur di Luwu Utara, walaupun tak bisa di pungkiri pembangunan SDM juga dilakukan dalam
menyiapkan generasi muda pengisi pembangunan ke depan.
Pelanjut estafet pemerintahan di daerah ini, adalah wakil Opu Lutfhy saat itu Arifin Junaidi, biasa di
panggil Arjuna. Awal-awal pemerintahannya tentunya melanjutkan estafet pembangunan
infrastruktur yang sudah di inisiasi pemerintah sebelumnya. Nanti periode kedua Arjuna, kemudian
berani memunculkan pemuda pemuda potensial yang kedepannya di yakini mampu mengawal
keberlangsungan daerah ini. Misalnya, menggandeng anak muda sebagai wakil bupati (kedepannya
kemudian menjadi bupati), ada Muchtar Jaya, Hakim Bukara dkk, di bidang pemerintahan, Sudirman
Salomba, Karimuddin, Elvis dan Andi Rahim dibidang legislatif, kemudian menjadi panutan generasi
muda dalam bidang politik yang dengan lantang dalam pemaknaannya bahwa anak muda juga bisa
dan mereka butuh kesempatan dan tentunya dukungan moral dan materil.

Lembaga-lembaga mahasiswa internal kampus, internal kampus serta lembaga organisasi


kedaerahan menjadi laboratorium mini kehidupan yang di jalani pemuda. Melalui organisasi ini
mereka di gembleng dalam pembentukan karakter dan kepemimpinan masa akan datang.

Sebut saja ada IMM, HMI, PMII di eksternal kampus yang menjadi organisasi favorit, BEM Kampus,
IPMIL, HIKMAH dan Pemilar sebagai organisasi kedaerahan menjadi rumah belajar bagi pemuda,
sebelum meninggalkan dunia mahasiswa. Laboratorium mini ini menjadi tempat untuk menempah
karakter pemuda hari ini.

Bagaimana dengan daerah ini, potensi pemuda nya sangat besar kehadiran organisasi menjamur hal
ini membuktikan bahwa kedepannya daerah tidak akan mengalami kekurangan pemimpin. Banyak
pemuda yang aktif dalam organisasi kepemudaan yang nantinya bermuara pada induk/komite yang
memayungi OKP-OKP yakni Komite Nasional Pemuda Indonesia.

Seharusnya pemerintah daerah konsisten dalam pemberdayaan pemuda. Potensi yang di miliki
sangat besar. KNPI bukanlah satu satunya jalan dalam optimalisasi potensi pemuda. KNPI sebatas
organisasi/wadah berhimpunnya pemuda itu sendiri. Geliat organisasi kepemudaan sangat besar.

Pemerintahan yang ada di Luwu Utara dianggap masih cukup mengakamodir hal tersebut namun
belum optimal. Di pimpin oleh bupati yang masih muda, serta peningkatan peran pemuda dalam
segala aspek pembangunan daerah dianggap indikator bahwa daerah ini merespon akan kehadiran
potensi pemuda itu sendiri. Adanya peningkatan keterlibatan pemuda baik itu di pemerintahan, di
legislatif maupun di lembaga vertikal lainnya. Semisal di legislatif kehadiran beberapa pemuda
mengisi ruang politik yang akhirnya berujung terpilihnya anggota DPRD Luwu Utara yakni : Riswan
Bobbi, Husain, Muh Azhal Arifin, Arma dan Muhamad Said melengkapi kelompok muda yang sdah
ada. Dibidang pemerintahan adanya Sulfiadi, Anjas Rusli, Suharto, Muhammad Zulkarnain, Bulan
Masagena, Musbar dkk serasa melengkapi pemuda lainnya di bidang ini, lembaga vertikal semisal di
KPU adanya Supriadi Halim, Asjaya Monde, dan di Bawaslu ada Ibrahim Umar sepertinya
menunjukkan pemanfaatan pemuda dalam bidang ini.

Tentunya porsi yang ada sekrang belum cukup dibanding dengan jumlah pemuda itu sendiri,
kedepan tentunya diharapkan pemuda-pemuda yang ada diberi ruang dalam beraktualisasi diri,
menyelaraskan ide dalam tindakan tentunya dengan harapan ruang-ruang ini adalah tempat
kreativitas pemuda.

Kedepan Luwu Utara berdemokrasi menentukan pelanjut estafet pemerintahan tentunya kita
berharap adanya kelompok muda yang siap bertarung dalam kompetisi ini, dan tentunya pemuda ini
yang bisa memenangi kompetisi itu. Agar ada menjadi panutan anak muda lainnya untuk berani
sehingga potensinya dapat tersalurkan.
Tak terasa segelas es kopi telah tandas di pantat gelas, dan sembari menyelesaikan tulisan ini saya
menerka ternyata jika melihat UU nomor 40 tahun 2009 saya bukanlah kelompok anak muda lagi
apalagi nama – nama yang ada diatas. Tapi biarlah usia boleh lewat tapi semangat dan jiwa masih
muda demi Luwu Utara kedepan dan berharap kedepan pemuda senantiasa menjadi lokomotif,
serta pelaku sejarah pembangunan Luwu Utara untuk lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai