Anda di halaman 1dari 8

Skrining

1. Pengertian
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan
test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu
kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan :
 Pertanyaan (anamnesa)
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium

2. Tujuan skrining
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular seperti kanker, diabetes
mellitus, glaucoma, dan lain-lain.
Tujuan Screening
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai
dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi

3. Latar Belakang

Screening atau uji tapis adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita
penyakit tertentu yang tanpa gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan
sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita (Noor, 2008). Screening test merupakan suatu tes yang
sederhana dan relatif murah yang diterapkan pada sekelompok populasi tertentu (yang
relatif sehat) dan bertujuan untuk mendeteksi mereka yang mempunyai kemungkinan
cukup tinggi menderita penyakit yang sedang diamati (disease under study) sehingga
kepada mereka dapat dilakukan diagnosis lengkap dan selanjutnya bagi mereka yang
menderita penyakit tersebut dapat diberikan pengobatan secara dini (Noor, 2008).
Strategi paling efektif dalam menanggulangi kanker payudara adalah pencegahan
sekunder, yaitu upaya deteksi dini dan pengobatan segera. Penemuan mammografi
adalah terobosan terbesar dalam sejarah penanganan kanker payudara. Pemeriksaan
mammografi dapat menemukan kanker payudara sebelum timbul keluhan atau disebut
dengan stadium praklinis. Oleh karena itu screening test merupakan cara yang paling
tepat dalam usaha pencegahan penyakit berbahaya yang terkadang tanpa menunjukkan
gejala.

PENEMUAN PENYAKIT DENGAN ‘SCREENING’


- Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat dan
tidak menunjukkan adanya gejala.
- Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali digunakan
sebagai tes diagnosis.
- Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit pada
individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang dengan
tanda positif atau dicurigai menderita penyakit seharusnya diberi perawatan/
pengobatan setelah diagnosa dipastikan hasilnya.

KRITERIA MENILAI, SUATU ALAT UKUR


Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan reabilitas
yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan petunjuk tentang kemampuan suatu
alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur. Sedangkan
reliabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur

Bentuk Pelaksanaan Screening


 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah
menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

Kriteria Program Penyaringan


 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
screening
 Penemuan kasus terus menerus

Contoh Screening
 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

Apa Itu Validitas


 Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat
 Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang
sebenarnya (sehat atau sakit)
 Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik
Komponen Validitas
 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
positif betul-betul sakit
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
negatif betul-betul tidak sakit

Hasil Screening

3.  Bentuk Pelaksanaan Screening
Bentuk Pelaksanaan Screening Test yaitu :
a.  Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
b.  Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh
pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
c.   Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
d.  Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit
contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
Proses pelaksanaan sceening adalah :
a.  Tahap 1: melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai
resiko tinggi menderita penyakit.
1)    Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
2)    Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
b.  Tahap 2 : pemeriksaan diagnostic.
1)  Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
2)  Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).

4.  Kriteria Evaluasi Screening
a.  Validitas
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu
dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit). Validitas dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan di luar tes penyaringan untuk diagnosa pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan
waktu yang digunakan daripada yang dibutuhkan pada penyaringan (Noor, 2002).
Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test
diagnostik. Komponen Validitas :
1)  Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif
betul-betul sakit.
2)  Spesifisitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif
betul-betul tidak sakit

Tabel 1. Tabel Kontigensi 2 x 2

Keadaan Penderita
Hasil Tes Jumlah
Sakit Tidak Sakit
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Jumlah a+c b+d N
                               

a = positif benar
b = positif semu
c = negatif semu
d = negatif benar
N=a+b+c+d

Sensitivitas = a/(a + b)
Spesifisitas = d/(b + d)
Proporsi negatif semu = c/(a + c)
Proporsi positif semu = b/(b + d)
Penilaian hasil screening test dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas
menggunakan perhitungan di atas mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
1)  Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “Ya” atau “Tidak”.
2)  Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan
spesifisitas dilakukan setelah penyakit diketahui atau didiagnosis, sedangkan
tujuan screening adalah untuk mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk
menguji kemampuan alat tes yang digunakan.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dilakukan perhitungan perkiraan nilai
kecermatan dengan maksud untuk menafsirkan banyaknya orang yang benar-benar menderita
dari semua hasil tes yang positif.

b.  Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten bila
test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama. Ada 2
faktor yg mempengaruhi:
1)  Variasi cara screening : stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2)  Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil beda.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas yaitu:
1)  Pembakuan/standarisasi cara screening
2)  Peningkatan ketrampilan pengamat
3)  Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
4)  Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
5)  Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/
bertingkat.
c.   Derajat Screening (Yield)
Yield adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala
melalui screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan
dini. Faktor yang dapat mempengaruhi yaitu:
1)  Derajat sensitivitas tes
2)  Prevalensi penyakit
3)  Frekuensi penyaringan
4)  Konsep sehat masyarakat sehari-hari (Noor, 2002).
5.  Contoh screening beserta alat yang digunakan
a.  Mammografi dan Termografi
Untuk mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan
penggunaan dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih
muda dengan jaringan payudara yang padat.
b.  Pap smear
Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test.. Tes ini merupakan tes yang
digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada
daerah leher rahim (servik).
c.   Sphygmomanometer dan Stetoscope
Kedua alat ini digunakan untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan
darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya.
Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung
pada seberapa tinggi nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
d.  Photometer
Photometer merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah.
e.  Plano Test
Plano test digunakan untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam
darah).
f.    EKG (Elektrokardiogram)
EKG digunakan untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
g.  Pita Ukur LILA
Pita ukur LILA digunakan untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita
kekurangan gizi atau tidak.
h.  X-ray, pemeriksaan sputum BTA
X-ray digunakan untuk mendeteksi penyakit TBC
i.    Pemeriksaan fisik Head to Toe
Digunakan untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal pada ibu hamil.
j.    Rectal toucher
Rectal toucher merupakan teknik yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi
adanya kanker prostat.
k.   Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II digunakan sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis.
l.    CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan)
CHAT merupakan perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang
autism.
m. Audio Gram dan Typanogram
Audio gram dan typangram digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan atau
gangguan pendengaran
n.  MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT Scans (Computer Assited Axial Tomography)
MRI dan CT Scan sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak,
karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
o.  Optalmoskop dan Tonometer
Optalmoskop dan tonometer digunakan pada tes skrining glukoma.
p.  Penapisan (skrining) premarital
Tujuan dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika
ada penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang dapat
mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS.
Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan (genetik) seperti
penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan penyakit Tay-Sachs serta
kelainan fertilitas juga dapat diketahui.

Anda mungkin juga menyukai