Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan. Namun, dengan
berbagai pertimbangan, baik demografis maupun geografis, bisa saja dalam satu kecamatan
ada dua atau tiga Puskesmas. Puskesmas Taram adalah salah satu dari dua Puskesmas yang
ada di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Taram adalah
“Terciptanya Pelayanan Kesehatan yang Memenuhi Standar Mutu menuju Kecamatan
Harau Sehat”. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk yang optimal.
Visi Puskesmas Taram ini mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Untuk
mencapai visi tersebut, Puskesmas Taram menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan
dan Upaya Kesehatan Masyarakat, yang didukung dengan proses administrasi dan
manajemen yang efektif dan efisien. Salah satu yang upaya yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan perorangan adalah dengan mewujudkan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari pelayanan
yang berorientasi obat kepada pelayanan yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker atau
tenaga tekhnis kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung secara efektif dengan pasien. Pelayanan
kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan
resep, peracikan obat, penyerahan obat, pemberian informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan
metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas Taram.
1.2.2. Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi apoteker / tenaga tekhnis kefarmasian untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram,
2. Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Taram.

1.3. Sasaran Panduan


1. Sasaran dari panduan pelayanan kefarmasian adalah Tenagan Teknis
Kefarmasian dan tenaga Kesehatan lainnya yang terkait dengan pelayan
kesehatan di Puskesmas Taram.
2. Sasaran kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien yang berobat.

1.4. Ruang Lingkup Panduan


Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram meliputi dua kegiatan yaitu Kegiatan
pengelolaan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Dalam panduan ini,
penekanannya adalah pada pelayanan farmasi klinik yang kita istilahkan dengan pelayanan
kefarmasian.

1.5. Batasan Operasional


1. Sedian farmasi di Puskesmas Taram adalah obat dalam berbagai bentuk sediaan ;
tablet, kapsul, syrup, tetes, krim, salep,
2. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat yang diperlukan untuk
menyelengarakan pengelolaan sedian farmasi dan perbekalan farmasi ; plastik
bungkus obat, kertas puyer,
3. Administrasi adalah rakaian kegiatan pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
dalam rangka penata laksanaan pelayanan obat yang tertib, baik untuk sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi, maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah
dimonitor dan dievaluasi.

2
1.6. Landasan Hukum
1. Undang - undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Peraturan Pemerintahan nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
3. Permenkes nomnor 35 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor Risiko
Kesehatan,
4. Permenkes nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,
5. Permenkes nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi,
6. Permenkes nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
7. Permenkes nomor 14 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial
Jabatan Fungsional Apoteker,
8. Permenkes nomor 18 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial
Jabatan Fungsional Asisten Apoteker,
9. Permenkes nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi,
10. Permenkes nomor 75 tahun 2015 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
11. Permenkes nomor 2 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Uji Mutu Obat Pada
Instalasi Farmasi Pemerintah,
12. Permenkes nomor 31 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik,
Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,
13. Permenkes nomor 33 tahun 2016 tentang Uji Mutu Obat Pada Instalasi Farmasi
Pemerintah,
14. Permenkes nomor 36 tahun 2016 tentang Perubahan Permenkes nomor 30 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
15. Permenkes nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,
16. Permenkes nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika,
17. Permenkes nomor 3 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika,
18. Permenkes nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN, JADWAL PELAYANAN,
DAN PENATAAN RUANGAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram di lakukan oleh 3 orang tenaga tekhnis
kefarmasian dengan kualifikasi sbb :
1. Tamatan D3 Kefarmasian,
2. Memiliki STR,
3. Memiliki SIKTTK.

2.2. Jadwal Pelayanan


Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram adalah sebagai berikut :
 Senin sampai Kamis, jam 08.00 – 14.30 WIB,
 Jum’at, jam 08.00 – 12.30 WIB,
 Sabtu, jam 08.00 – 13.00 WIB.

2.3. Standar Fasilitas


Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas Taram untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan :
a. Lokasi menyatu dengan system pelayanan Puskesmas,
b. Punya papan nama “Ruang Pelayanan Kefarmasian” yang dapat terlihat
jelas oleh pasien,
c. Punya ruang tunggu yang nyaman bagi pasien,
d. Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai,
e. Tersedia tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan
untuk melakukan pelayanan informasi obat.

2. Peralatan :
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain mortir-stamper,
gelas ukur, lemari obat, rak obat dan kertas puyer, etiket, kotak obat,

4
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer,
c. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Formularium Obat Puskesmas dan
Formularium Nasional,
d. Tersedia tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk
supositoria, serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci khusus untuk
obat psikotropika dan narkotika.
e. Tersedia blanko LPLPO pelayanan obat, catatan harian, buku Psikotropik
dan Narkotika.

2.4. Denah Ruang

8. Tempat Pemberian Informasi Obat


kursi Meja kursi

9. Gudang 2. Jendela tempat ambil obat


1.Pintu
Obat
4. Masuk
3. Meja Racikan
Etalase
obat
kursi kursi 5. Meja Komputer

6. Lemari Obat
Pintu 7. Lemari
Gudan Narkotika dan
g Psikotropika

Keterangan Gambar :
1. Pintu 6. Lemari Obat

2. Jendela Tempat Ambil Obat 7. Lemari Narkotik Dan Psikotropik


3. Meja Racikan 8. Tempat Pemberian Informasi Obat
4. Etalase Obat 9. Gudang Obat
5. Meja Komputer

5
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN

3.1. Pelayanan Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter dan dokter gigi kepada Tenaga Teknis
Kefarmasian untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek
teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Resep harus memenuhi peraturan
perundang - undangan serta kaidah yang berlaku, yaitu :
a. Identitas Dokter ; nama, nomor Surat Izin Praktek, tanggal penulisan resep,
tanda tangan / paraf dokter / dokter gigi penulis resep,
b. Superscription ; ditulis dengan symbol R/,
c. Inscription ; nama obat, dosis, jumlah obat yang diperlukan, dituliskan dengan
kalimat yang jelas dan mudah dibaca dan tidak memakai singkatan,
d. Subscription ; bentuk sediaan obat dan jumlahnya, cara penulisan nya dengan
singkatan bahasa latin (tab, kap, syr, supp),
e. Signature ; aturan tentang penggunaan obat bagi pasien yang meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat minum obat, disingkat dengan signa (S),
f. Identitas Pasien ; nama, umur, dan alamat pasien.

3.2. Proses Pelayanan Resep


Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor Surat
Izin Praktek (SIP), paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah
obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien,
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu ; bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat,
c. Pertimbangkan klinik, seperti ; alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis,
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.

6
3.3. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat,
b. Peracikan obat,
c. Penulisan aturan pakai di tulis pada plastik obat,
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

3.4. Penyerahan Obat


Setelah peracikan obat, dilakukan hal - hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat,
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang
stabil,
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya,
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut ; manfaat obat, dosis, waktu meminum obat, apakah obat
dihabiskan atau tidak, efek samping, penyimpanan obat, dan lain - lain.

3.5. Pelayanan Informasi Obat


3.5.1. Beberapa ketentuan pelayanan informasi obat :
a. Pelayanan Informasi harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,
etis, bijaksana dan terkini, sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang
rasional. Sumber informasi obat ada di Formularium Nasional (fornas),
b. Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas hanya memberikan informasi kepada
pasien berdasarkan resep yang diterima,
c. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang
berisi :
1. Nama dagang obat jadi,

7
2. Komposisi,
3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah,
4. Dosis pemakaian,
5. Cara pemakaian,
6. Khasiat atau kegunaan,
7. Kontra indikasi (bila ada),
8. Tanggal kadaluwarsa,
9. Nomor ijin edar/nomor registrasi,
10. Nomor kode produksi,
11. Nama dan alamat industri.

3.5.2. Informasi obat yang diperlukan pasien :


a. Dosis sekali minum, berapa kali sehari, setiap berapa jam, apakah obat diminum
sebelum atau sesudah makan,
b. Lama penggunaan obat ; apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
meskipun sudah terasa sembuh, obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti
obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, tetes telinga,suppositoria
dan krim/salep rektal,
d. Efek samping obat dan cara mengatasinya,
e. Penyimpanan obat di rumah ; di tempat yang kering, tidak kena paparan matahari
langsung, dan jauh dari jangkauan anak – anak.

3.5.3. Petunjuk mengenai cara penggunaan obat :


a. Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut).
1) Minum obat dengan segelas air,
2) Jelaskan obat - obat yang diminum saat makan,
3) Jelaskan obat - obat yang diminum sebelum makan,
4) Jelaskan obat - obat yang diminum setelah makan,
5) Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya tidak boleh
dipecah atau dikunyah,

8
6) Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk
ketepatan dosis,
7) Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta
pilihan bentuk sediaan lain,
8) Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar.

b. Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata


1) Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan
selalu ditutup rapat setelah digunakan,
2) Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan harus diikuti dengan benar,
3) Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari
telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung
konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata,
4) Ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip,
5) Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan,
6) Penggunaan tetes mata tidak boleh lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka.

c. Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata


1) Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata),
2) Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari
telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka,
3) kantung konjungtiva, tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam
kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke
kiri-kanan, atas bawah,
4) Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan
dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat,
5) Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

d. Pemakaian Obat Tetes Telinga


1) Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga,
2) Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga,

9
3) Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud/kapas bertangkai pembersih
telinga,
4) Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan
ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga
mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa daun telinga ditarik ke atas dan ke
belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga ditarik kebawah dan ke
belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5menit,
5) Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.

e. Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria


1) Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi
dengan air,
2) Penderita berbaring dengan posisi miring, dan suppositoria dimasukkan
kedalam rektum,
3) Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan
ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi
dan 1 inchi pada dewasa,
4) Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum
digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit,
5) kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka Setelah
penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.

f. Petunjuk Pemakaian Obat Krim / Salep rektal


1) Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim
secara perlahan ke dalam rektal,
2) Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah aplikator
dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian
dimasukkan ke dalam rektum dan sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar.
Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun,
3) Tidak Untuk Ditelan,
4) Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih.

10
3.6. Cara penyimpanan obat
a. Penyimpanan Obat secara Umum untuk pasien adalah :
1) Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan,
2) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat,
3) Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung,
4) Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab,
5) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku,kecuali jika tertulis pada etiket obat,
6) Jangan menyimpan obat yang telah kadaluwarsa atau rusak,
7) Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama,
8) Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

b. Penyimpanan Obat di Puskesmas :


1) Alfabetis berdasarkan nama generik dan sistem First Expired First Out (FEFO),
2) Apabila tanggal kadaluwarsanya sama, obat disimpan dengan sistim First In
First Out (FIFO),
3) Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama generiknya,
4) Obat disimpan berdasarkan sediaan obat dan Golongan Obat.

c. Penyimpanan Obat Khusus :


1) Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam
lemari khusus dan terkunci dengan sistim 2 kunci. Masing – masing kunci
dipegang oleh 2 orang berbeda yang di SK kan oleh Kepala Puskesmas,
2) Obat-obat seperti vaksin harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.

3.7. Penanganan Obat Rusak atau Kadaluwarsa


1. Lakukan identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa,
2. Pisahkan obat rusak atau kadaluwarsa dari penyimpanan obat lainnya,
3. Buat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk dikirim ke
gudang Puskesmas setiap akhir tahun.

11
3.8. Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1. Lakukan pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,
punya kartu Jaminan Kesehatan Nadional atau kartu JKN),
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal,
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya dan psikotropika,
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan,
a. berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep,
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara
dibakar,
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

3.9. Pemusnahan Resep


1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih,
2. Tata cara pemusnahan :
a. Resep narkotika dihitung lembarannya,
b. Resep lain ditimbang,
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar,
d. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir.

3.10. Berita Acara Pemusnahan Resep


Pada hari ini ........................ tanggal................ bulan..................... tahun .....................
mengacu pada berita acara pemusnahan resep di Apotek (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik nomor : Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek),
kami
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama A Apoteker : ................................................................
No.S.I.K : ...............................................................
Nama Puskesmas : ................................................................
Alamat Puskesmas : ................................................................
Dengan disaksikan oleh :
1. Nama : ................................................................
Jabatan : ................................................................
NIP : ...............................................................
2. Nama : ................................................................
12
Jabatan : ................................................................
NIP : ................................................................

Telah melakukan pemusnahan resep pada Puskesmas kami, yang telah melewati batas
waktu penyimpanan selama 3 (tiga) tahun, yaitu :
Resep dari tanggal .......................................... sampai dengan tanggal ..............................
Seberat .............................. kg.
Resep Narkotik.................. lembar
Tempat dilakukan pemusnahan : .....................................................................................
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Satu sebagai arsip di Puskesmas
.................................................... .20........
Saksi – saksi : yang membuat berita acara,
1. (...............................................) (..........................................................)
NIP........................................ No. S.I.K : .......................................
2. (...............................................)
NIP.....................................

13
BAB IV
INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

Untuk menjamin agar mutu pelayanan obat di Puskesmas Taram terjaga dengan
baik, perlu dibuat Indikator Mutu dan Indikator Keselamatan Pasien. Indikator mutu adalah
hal – hal yang harus dicapai agar mutu pelayanan obat di Puskesmas Taram terjaga.
Keselamatan pasien adalah upaya untuk menurunkan risiko cedera yang sebenarnya tidak
perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan sampai pada batas minimum yang dapat diterima
(WHO - ICPS, 2009)

4.1. Indikator Mutu


Indikator mutu pelayanan obat di Puskesmas Taram terdiri dari 5 variabel mutu.
Setiap variabel mempunyai beberapa indkator mutu. Ke 5 variabel tersebut adalah :
1. Tenaga,
2. Fasilitas,
3. Peralatan Pelayanan,
4. Pemberian Informasi Obat,
5. Perilaku Pemberi Layanan.
4.1.1. Dari variabel tenaga, ada 3 indikator mutu, yaitu :
a. Minimal lulusan D3 Farmasi,
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR),
c. Memiliki Surat Ijin kerja Tenaga Tekhnis Kefarmasian (SIK TTK).
4.1.2. Dari variabel fasilitas, ada 4 indikator mutu, yaitu :
a. Punya Papan Nama Ruangan,
b. Punya kursi tunggu,
c. Punya tempat meracik obat,
d. Punya meja PIO.
4.1.3. Dari variabel peralatan pelayanan, ada 14 indikator mutu, yaitu :
a. Punya Mortir-stamper,
b. Punya Gelas ukur,
c. Punya Lemari Obat,
d. Punya Rak Obat,

14
e. Punya Kertas Puyer,
f. Punya Etiket,
g. Punya kotak obat,
h. Ada Pemisahan Obat “Look a like Sound a like (LASA),
i. Punya komputer,
j. Punya printer,
k. Punya Formularium Nasional,
l. Punya tempat penyimpanan obat khusus,
m. Punya buku catatan harian,
n. Punya buku catatan obat Psikotropika dan Narkotika
4.1.4. Dari variabel Pemberian Informasi Obat ada 6 indikator mutu, yaitu :
a. Nama Obat,
b. Sediaan,
c. Dosis,
d. Cara pakai,
e. Penyimpanan,
f. Efek samping.
4.1.5. Dari variabel Perilaku Pemberi Layanan menurut persepsi pasien, ada 8 indikator
mutu, yaitu :
a. Ketanggapan petugas terhadap Pasien,
b. Keramahan Petugas,
c. Kejelasan Petugas dalam Memberikan Informasi Obat,
d. Kecepatan Pelayanan Obat,
e. Kelengkapan Kemasan Obat,
f. Kebersihan Ruang Tunggu,
g. Ketersediaan Brosur, Leaflet, Poster, dll sebagai Informasi Obat
Kalau dijumlahkan semuanya, maka terdapat 35 Indikator Mutu yang berasal dari 5
variabel mutu dalam pelayanan kefarmasian. Dengan disusunnya indikator mutu ini, akan
memudahkan Tim Audit Internal melakukan audit terhadap pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Taram.
Bagi tim audit internal, indikator mutu yang disusun bisa dijadikan sebagai “kriteria
audit”. Kriteria audit adalah pembanding dari “hasil audit” untuk variabel yang sama.

15
Perbandingan antara kriteria audit dengan hasil audit akan menjadi “temuan audit”.
Temuan audit inilah yang akan diinterpretasikan oleh tim audit internal untuk dianalisis.
Interpretasi dari audit internal, akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu ;
1. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan baik apabila temuan audit di satu
variabel > 80%,
2. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan sedang apabila temuan audit di satu
variabel 60 – 80%,
3. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan kurang apabila temuan audit < 60%.
Berdasarkan interpretasi di atas, tim audit internal akan memberikan rekomendasi
untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan rekomendasi ini, dibuat rencana tindak lanjut untuk
perbaikan mutu layanan kefarmasian selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan mutu
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram akan bisa ditingkatkan secara
berkesinambungan (Continues Quality Improvement).

16
Indikator Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Taram

Interpretasi
Metode
Mutu Baik > 80%
No Variabel No Indikator Mutu Audit Hasil Persentase
Mutu Sedang 60 – 80%
Internal
Mutu Kurang < 60%
1 Tenaga 1 Minimal lulusan D3 Farmasi Memeriksa Ada/tidak ada
2 Memiliki STR Memeriksa Ada/tidak ada
3 Memiliki SIKTTK Memeriksa Ada/tidak ada

2 Fasilitas 1 Punya Papan Nama Ruangan Memeriksa Ada/tidak ada


2 Kursi tunggu Memeriksa Ada/tidak ada
3 Tempat meracik obat Memeriksa Ada/tidak ada
4 Punya meja PIO Memeriksa Ada/tidak ada

3 Peralatan 1 Mortir-stamper Memeriksa Ada/tidak ada


Pelayanan 2 Gelas ukur Memeriksa Ada/tidak ada
3 Lemari Obat Memeriksa Ada/tidak ada
4 Rak Obat Memeriksa Ada/tidak ada
5 Kertas Puyer Memeriksa Ada/tidak ada
6 Etiket Memeriksa Ada/tidak ada
7 Kotak Obat Memeriksa Ada/tidak ada
8 Pemisahan Obat LASA Memeriksa Ada/tidak ada
9 Komputer Memeriksa Ada/tidak ada
10 Printer Memeriksa Ada/tidak ada
11 Punya Formularium Nasional Memeriksa Ada/tidak ada
12 Punya tempat penyimpanan obat khusus Memeriksa Ada/tidak ada
13 Punya buku catatan harian Memeriksa Ada/tidak ada
14 Punya buku Psikotropika dan Narkotika Memeriksa Ada/tidak ada

17
4 Pemberian 1 Nama Obat Mengamati Diberikan/tidak
Informasi 2 Sediaan Mengamati Diberikan/tidak
Obat 3 Dosis Mengamati Diberikan/tidak
4 Cara Pakai Mengamati Diberikan/tidak
5 Penyimpanan Mengamati Diberikan/tidak
6 Efek samping Mengamati Diberikan/tidak

5 Perilaku 1 Ketanggapan petugas terhadap Pasien Wawancara Tanggap/tidak


Pemberi 2 Keramahan Petugas Wawancara Ramah/tidak
Pelayanan Kejelasan Petugas dalam Memberikan Wawancara Jelas/tidak
3
Informasi Obat
4 Kecepatan Pelayanan Obat Wawancara Cepat/tidak
5 Kelengkapan Kemasan Obat Wawancara Lengkap/tidak
6 Kenyamanan Ruang Tunggu Wawancara Nyaman/tidak
7 Kebersihan Ruang Tunggu Wawancara Bersih/tidak
Ketersediaan Brosur, Leaflet, Poster, dll Wawancara Ada/tidak
8
sebagai Informasi Obat

18
4.2. Indikator Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah upaya yang dirancang untuk
mencegah terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan sebagai akibat tindakan yang tidak aman
atau kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan.

4.2.1. Istilah – istilah


Ada beberapa istilah yang perlu dipahami dalam mengkaji keselamatan pasien,
sebagai berikut :
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Adalah cedera yang diakibatkan oleh tata kelola klinis bukan karena latar
belakang kondisi pasien.
2. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Adalah terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai pada pasien, tetapi tidak terjadi
cedera.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Adalah kejadian atau situasi yang sebenarnya dapat menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi, karena secara kebetulan diketahui dan upaya pencegahan segera
dilakukan.
4. Kondisi berpotensi Cedera (KPC)
Adalah suatu keadaan yang mempunyai potensi menimbulkan cedera.
5. Kejadian Sentinel
Adalah kejadian tidak diharapkan yang berakibat kematian atau cedera fisik atau
psikologis yang serius dan bersifat menetap.
6. Root Cause Analysis (RCA)
Adalah suatu proses untuk mengekplorasi semua faktor yang mungkin
berhubungan dengan suatu kejadian dengan menelusuri apa kejadian yang terjadi,
mengapa kejadian tersebut terjadi, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
kejadiaan tersebut jangan sampai terjadi lagi di masa mendatang.
7. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)

19
Adalah suatu pendekatan untuk mengenali dan menemukan kemungkina
terjadinya kegagalan pada system dan strategi untuk mencegah terjadinya
kegagalan tersebut.
8. Kesalahan (error)
Adalah deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnya
dikerjakan, kegagalan dari tindakan yang direncanakan dalam mencapai hasil
yang diharapkan (James Reason).
9. Risiko
Adalah probabilitas terjadinya insiden.
10. Hazard
Adalah suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cedera

4.2.2. Sasaran Keselamatan Pasien


Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan obat perlu diidentifikasi
dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung, dan
masyarakat yang dilayani. Terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang perlu diperhatikan
dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien di Puskesmas, yaitu :
a. Tidak terjadinya salah identifikasi pasien,
b. Komunikasi efektif dalam pelayanan,
c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat,
d. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan,
e. Pengurangan terjadinya risiko infeksi dalam pelayanan klinis,
f. Tidak terjadinya pasien jatuh.
Dari enam sasaran keselamatan pasien, maka yang sesuai dengan karakteristik
pelayanan kefarmasian adalah :
a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien dalam pelayanan kefarmasian,
b. Komunikasi efektif dalam pelayanan kefarmasian,
c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat,
Agar ke-tiga sasaran keselamatan pasien tersebut dapat dicapai maka perlu dilakukan
kegiatan-kegiatan yang nyata untuk mencapai sasaran - sasaran tersebut, untuk selanjutnya
20
dimonitor secara periodik dengan menggunakan indikator yang jelas dan terukur. Indikator
keselamatan pasien yang disusun di Puskesmas Taram sudah disesuaikan dengan kondisi
sarana dan prasarana yang ada, sebagai berikut :

Sasaran Upaya Mencapai


Indikator
No Keselamatan Target Sasaran Keselamatan
Keselamatan Pasien
Pasien Pasien
a. Tidak terjadinya Kepatuhan 100 % 1. Melakukan identifikasi
kesalahan melakukan pasien minimal dengan dua
identifikasi pasien identifikasi pasien cara yaitu dengan
dalam pelayanan pada saat akan memanggil nama dan
kefarmasian melaksanakan alamat pasien,
pemberian obat 2. Menyusun prosedur
identifikasi pasien,
3. Sosialisasi pelaksanaan
identifikasi pasien,
4. Kepatuhan melaksanakan
identifikasi pasien,
5. Monitoring dan tindak
lanjut terhadap kepatuhan
identifikasi pasien.
b Komunikasi efektif Kepatuhan 100 % 1. Menyusun prosedur
dalam pelayanan melaksanakan komunikasi efektif dalam
kefarmasian prosedur pada saat Pemberian Informasi Obat,
Pemberian Informasi 2. Sosialisasi prosedur
Obat, Pemberian Informasi Obat,
3. Memonitor dan menindak
lanjut pelaksanaan
komunikasi efektif dalam
Pemberian Informasi Obat.
c Tidak terjadinya 1. Kepatuhan 100 % 1. Menyusun prosedur
kesalahan pelabelan obat pelabelan obat High Alert
pemberian obat LASA, dan obat LASA,
2. Kepatuhan 100 % 2. Melaksanakan prosedur
pelabelan obat pelabelan dengan benar,
High Alert, 3. Melaksanakan 5 benar
3. Kepatuhan dalam pemberian obat,
pelaksanaan 5 100 % 4. Melakukan monitoring dan
benar dalam tindak lanjut upaya
pemberian obat. penyediaan obat yang
aman dengan
menggunakan indikator
yang sudah ditetapkan.
21
BAB IV
PENUTUP

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Konsep kesatuan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) menjadi
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan
unit pelaksana kesehatan tingkat pertama (primary health care).
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic
health services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Dengan bergesernya paradigma kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat menjadi pelayanan yang komprehensif, maka diharapkan dengan
tersusunnya buku Panduan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Taram ini, akan terjadi
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat pengguna.
Disamping itu pula, diharapkan panduan ini bermanfaat bagi apoteker dan tenaga
tekhnis kefarmasian yang bertugas di Puskesmas Taram dalam memberikan pelayanan
kefarmasian yang bermutu agar tercapai penggunaan obat yang rasional.

22

Anda mungkin juga menyukai