PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas Taram.
1.2.2. Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi apoteker / tenaga tekhnis kefarmasian untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram,
2. Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Taram.
2
1.6. Landasan Hukum
1. Undang - undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Peraturan Pemerintahan nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
3. Permenkes nomnor 35 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor Risiko
Kesehatan,
4. Permenkes nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,
5. Permenkes nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi,
6. Permenkes nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
7. Permenkes nomor 14 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial
Jabatan Fungsional Apoteker,
8. Permenkes nomor 18 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial
Jabatan Fungsional Asisten Apoteker,
9. Permenkes nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi,
10. Permenkes nomor 75 tahun 2015 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
11. Permenkes nomor 2 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Uji Mutu Obat Pada
Instalasi Farmasi Pemerintah,
12. Permenkes nomor 31 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik,
Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,
13. Permenkes nomor 33 tahun 2016 tentang Uji Mutu Obat Pada Instalasi Farmasi
Pemerintah,
14. Permenkes nomor 36 tahun 2016 tentang Perubahan Permenkes nomor 30 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
15. Permenkes nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,
16. Permenkes nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika,
17. Permenkes nomor 3 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika,
18. Permenkes nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN, JADWAL PELAYANAN,
DAN PENATAAN RUANGAN
2. Peralatan :
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain mortir-stamper,
gelas ukur, lemari obat, rak obat dan kertas puyer, etiket, kotak obat,
4
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer,
c. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Formularium Obat Puskesmas dan
Formularium Nasional,
d. Tersedia tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk
supositoria, serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci khusus untuk
obat psikotropika dan narkotika.
e. Tersedia blanko LPLPO pelayanan obat, catatan harian, buku Psikotropik
dan Narkotika.
6. Lemari Obat
Pintu 7. Lemari
Gudan Narkotika dan
g Psikotropika
Keterangan Gambar :
1. Pintu 6. Lemari Obat
5
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN
6
3.3. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat,
b. Peracikan obat,
c. Penulisan aturan pakai di tulis pada plastik obat,
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
7
2. Komposisi,
3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah,
4. Dosis pemakaian,
5. Cara pemakaian,
6. Khasiat atau kegunaan,
7. Kontra indikasi (bila ada),
8. Tanggal kadaluwarsa,
9. Nomor ijin edar/nomor registrasi,
10. Nomor kode produksi,
11. Nama dan alamat industri.
8
6) Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk
ketepatan dosis,
7) Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta
pilihan bentuk sediaan lain,
8) Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar.
9
3) Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud/kapas bertangkai pembersih
telinga,
4) Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan
ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga
mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa daun telinga ditarik ke atas dan ke
belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga ditarik kebawah dan ke
belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5menit,
5) Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
10
3.6. Cara penyimpanan obat
a. Penyimpanan Obat secara Umum untuk pasien adalah :
1) Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan,
2) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat,
3) Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung,
4) Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab,
5) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku,kecuali jika tertulis pada etiket obat,
6) Jangan menyimpan obat yang telah kadaluwarsa atau rusak,
7) Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama,
8) Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
11
3.8. Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1. Lakukan pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,
punya kartu Jaminan Kesehatan Nadional atau kartu JKN),
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal,
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya dan psikotropika,
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan,
a. berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep,
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara
dibakar,
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Telah melakukan pemusnahan resep pada Puskesmas kami, yang telah melewati batas
waktu penyimpanan selama 3 (tiga) tahun, yaitu :
Resep dari tanggal .......................................... sampai dengan tanggal ..............................
Seberat .............................. kg.
Resep Narkotik.................. lembar
Tempat dilakukan pemusnahan : .....................................................................................
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Satu sebagai arsip di Puskesmas
.................................................... .20........
Saksi – saksi : yang membuat berita acara,
1. (...............................................) (..........................................................)
NIP........................................ No. S.I.K : .......................................
2. (...............................................)
NIP.....................................
13
BAB IV
INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Untuk menjamin agar mutu pelayanan obat di Puskesmas Taram terjaga dengan
baik, perlu dibuat Indikator Mutu dan Indikator Keselamatan Pasien. Indikator mutu adalah
hal – hal yang harus dicapai agar mutu pelayanan obat di Puskesmas Taram terjaga.
Keselamatan pasien adalah upaya untuk menurunkan risiko cedera yang sebenarnya tidak
perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan sampai pada batas minimum yang dapat diterima
(WHO - ICPS, 2009)
14
e. Punya Kertas Puyer,
f. Punya Etiket,
g. Punya kotak obat,
h. Ada Pemisahan Obat “Look a like Sound a like (LASA),
i. Punya komputer,
j. Punya printer,
k. Punya Formularium Nasional,
l. Punya tempat penyimpanan obat khusus,
m. Punya buku catatan harian,
n. Punya buku catatan obat Psikotropika dan Narkotika
4.1.4. Dari variabel Pemberian Informasi Obat ada 6 indikator mutu, yaitu :
a. Nama Obat,
b. Sediaan,
c. Dosis,
d. Cara pakai,
e. Penyimpanan,
f. Efek samping.
4.1.5. Dari variabel Perilaku Pemberi Layanan menurut persepsi pasien, ada 8 indikator
mutu, yaitu :
a. Ketanggapan petugas terhadap Pasien,
b. Keramahan Petugas,
c. Kejelasan Petugas dalam Memberikan Informasi Obat,
d. Kecepatan Pelayanan Obat,
e. Kelengkapan Kemasan Obat,
f. Kebersihan Ruang Tunggu,
g. Ketersediaan Brosur, Leaflet, Poster, dll sebagai Informasi Obat
Kalau dijumlahkan semuanya, maka terdapat 35 Indikator Mutu yang berasal dari 5
variabel mutu dalam pelayanan kefarmasian. Dengan disusunnya indikator mutu ini, akan
memudahkan Tim Audit Internal melakukan audit terhadap pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Taram.
Bagi tim audit internal, indikator mutu yang disusun bisa dijadikan sebagai “kriteria
audit”. Kriteria audit adalah pembanding dari “hasil audit” untuk variabel yang sama.
15
Perbandingan antara kriteria audit dengan hasil audit akan menjadi “temuan audit”.
Temuan audit inilah yang akan diinterpretasikan oleh tim audit internal untuk dianalisis.
Interpretasi dari audit internal, akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu ;
1. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan baik apabila temuan audit di satu
variabel > 80%,
2. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan sedang apabila temuan audit di satu
variabel 60 – 80%,
3. Mutu pelayanan kefarmasian dikatakan kurang apabila temuan audit < 60%.
Berdasarkan interpretasi di atas, tim audit internal akan memberikan rekomendasi
untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan rekomendasi ini, dibuat rencana tindak lanjut untuk
perbaikan mutu layanan kefarmasian selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan mutu
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Taram akan bisa ditingkatkan secara
berkesinambungan (Continues Quality Improvement).
16
Indikator Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Taram
Interpretasi
Metode
Mutu Baik > 80%
No Variabel No Indikator Mutu Audit Hasil Persentase
Mutu Sedang 60 – 80%
Internal
Mutu Kurang < 60%
1 Tenaga 1 Minimal lulusan D3 Farmasi Memeriksa Ada/tidak ada
2 Memiliki STR Memeriksa Ada/tidak ada
3 Memiliki SIKTTK Memeriksa Ada/tidak ada
17
4 Pemberian 1 Nama Obat Mengamati Diberikan/tidak
Informasi 2 Sediaan Mengamati Diberikan/tidak
Obat 3 Dosis Mengamati Diberikan/tidak
4 Cara Pakai Mengamati Diberikan/tidak
5 Penyimpanan Mengamati Diberikan/tidak
6 Efek samping Mengamati Diberikan/tidak
18
4.2. Indikator Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah upaya yang dirancang untuk
mencegah terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan sebagai akibat tindakan yang tidak aman
atau kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan.
19
Adalah suatu pendekatan untuk mengenali dan menemukan kemungkina
terjadinya kegagalan pada system dan strategi untuk mencegah terjadinya
kegagalan tersebut.
8. Kesalahan (error)
Adalah deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnya
dikerjakan, kegagalan dari tindakan yang direncanakan dalam mencapai hasil
yang diharapkan (James Reason).
9. Risiko
Adalah probabilitas terjadinya insiden.
10. Hazard
Adalah suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cedera
22