Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN METODE PENGUKURAN

PERCOBAAN 3

ANALISIS DATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAMBAT RALAT

DISUSUN OLEH :

1. Rizki Andriana Dewi (19312244014)

2. Sitoh Unsi Mariami (19312244015)

3. Nadia Viviana Narulita (19312244016)

4. Arum Puspitasari (19312244017)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
A. JUDUL
Analisis Data Dengan Menggunakan Metode Rambat Ralat

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis data pada pengukuran tidak langsung dengan
menggunakan metode rambat ralat baik untuk variabel gayut maupun tidak gayut
serta penerapan aturan angka penting dalam penulisan akhir pengukuran.

C. DASAR TEORI

Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu besaran tertentu,


misalnya seperti tekanan (p), suhu (T), tegangan (V), arus listrik(I), dan lain
sebagainya. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka
(kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebuah kesimpulan
(kualitatif). Untuk memperoleh informasi tersebut, maka kita memerlukan alat ukur,
misalnya untuk mengetahui tegangan V, arus I, hambatan R kita dapat menggunakan
alat multimeter (Paken Pandiangan,2014: 3).

1. Data Pengukuran
Informasi yang diperoleh dalam sebuah pengukuran disebut data. Sesuai dengan sifat
pengukuran, maka data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Data Kualitatif dan
Data Kuantitatif. Melalui data kualitatif, maka semua informasi berupa sebuah
pernyataan kesimpulan dapat diperoleh Sedangkan data kuantitatif adalah informasi
yang diperoleh dalam pengukuran berupa nilai atau angka, Selanjutnya data
kuantitatif dapat digolongkan menjadi dua macam data, yaitu data empiris, dan data
terproses. Data empiris adalah data yang diperoleh langsung saat dilakukan
pengukuran atau apa yang terbaca pada alat ukur, sering disebut juga data mentah,
karena belum diproses lebih lanjut. Tegangan yang terbaca pada voltmeter misalnya,
termasuk data empiris. Sedangkan data terproses adalah data yang diperoleh setelah
dilakukan pengolahan tertentu, misalnya melalui sebuah perhitungan. Sebagai contoh
jika diukur tegangan V dan arus I, maka hambatan R = V/I, dan setelah dihitung
hasilnya disebut data terproses. Data tipe ini biasanya diperoleh dari proses reduksi
data(Paken Pandiangan,2014: 3).

2.Reduksi Data
Berkaitan dengan data di atas maka setelah data terkumpul dari hasil suatu
pengukuran, selanjutnya dilakukan proses perhitungan-perhitungan matematik atau
dilakukan penyusunan ulang data-data. Proses atau prosedur ini disebut reduksi data
atau pengolahan data (Paken Pandiangan,2014: 3).
RALAT (ERROR) DAN KETIDAKPASTIAN (UNCERTAINTY)

Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi
lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil
ukur yang tidak sebenarnya. Simpangan atau selisih antara hasil ukur dan hasil yang
sebenarnya disebut sebagai ralat (error). Perlu dicermati di sini bahwa pengertian
ralat bukan berarti kita salah mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca
alat ukur terhadap nilai “benar” besaran fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita
tidak mengetahui nilai benar dari apa yang ingin kita ukur (Paken Pandiangan,2014:
3).
Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya sebelum dipergunakan agar hasil ukurnya dapat
dipercaya. Termasuk kalibrasi adalah selalu menempatkan jarum penunjuk pada titik
nol yang sesungguhnya, saat alat akan digunakan. Sering pada alat ukur, jarum
penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya sehingga saat digunakan nilai
baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya, sehingga menyumbang
apa yang disebut ralat sistematis. Secara umum pengertian kalibrasi di sini adalah
membandingkan alat ukur Anda dengan referensi. Referensi (standar) yang
digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur Anda dapat ditempuh dengan beberapa
tahap yaitu dengan tahapan standar primer, standar sekunder, maupun dengan standar
lain yang diketahui(Paken Pandiangan,2014: 3).

Telah disepakati bahwa sebuah pengukuran akan selalu menghasilkan dan disertai
dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini menyatakan seberapa besar simpangan
hasil ukur dari nilai benar yang seharusnya. Apabila sebuah variabel fisis dinyatakan
dengan x dan ketidakpastian pengukuran dengan x, maka hasil sebuah pengukuran
variabel harus dituliskan dengan cara:

xterbaik adalah hasil ukur yang terbaca pada alat. Jika kita melakukan pengukuran
secara berulang-ulang untuk x, maka dari teori statistik xterbaik adalah rata-rata
pengukuran yaitu:
(Paken Pandiangan,2014: 4).

Misalkan besaran fisis ( V ) merupakan besaran yang nilainya bergantung dari


besaran-besaran variable ( x ); ( y ); ( z ); ( t ) ; dan seterusnya. Dalam bahasa
matematik dapat ditulis bahwa :

V = f ( x,y,z,t,… ) dengan f = fungsi


Karena variable ( x ); ( y ); ( z ); dan ( t ) merupakan variable yang dapat diamati
secara langsung dengan alat ukur, berarti nilai dari masing-masing besaran tersebut
adalah :
x = 𝑥̅ ± Δx ; y = 𝑦̅ ± Δy
z = 𝑧̅ ± Δz ; dan t = 𝑡̅ ± Δt
Nilai besaran ( V ) dinyatakan sebagai :
V = 𝑣̅ ± ΔV ; dan 𝑣̅ = f( 𝑥̅, 𝑦̅,𝑧,̅ 𝑡̅ )
Deviasi dari besaran-V yaitu ( ΔV ) juga dapat dinyatakan dalam persamaan :
ΔV = f(x,y,z,t,…) – f(𝑥̅ ± Δx; 𝑦̅ ± Δy; 𝑧̅ ± Δz; 𝑡̅ ± Δt )
Persamaan terakhir ini merupakan persamaan perambatan yang cukup rumit dalam
penyelesaian matematiknya, namun kalau kita ambil logika tentang ralat pengukuran
kita dapat menyatakan bahwa ΔV adalah sebuah ralat pengukuran tidak langsung dari
besaran V. Selanjutnya dengan ketekunan kita dalam olah rumusan matematik akan
diperoleh rumusan penyelesaian untuk ralat perambatan sebagai berikut (Drs. Joko
dan Didik, 2020:12).
D. PROSEDUR PERCOBAAN

Alat dan Bahan


 Lensa
 Kubus
 Balok
 Kerucut
 Silinder
 Bola
 Penggaris

E. DATA HASIL PRAKTIKUM


1. Pengukuran Berulang Gayut
Data Percobaan Lensa Cembung

No
Jarak Benda Jarak Bayangan Jarak fokus
(So± 0,05) (S’± 0,05) (f ± Δf)
1. 12,80 20,90 7,93 ± 0,03 cm
2. 12,90 22,50 8,2 ± 0,03 cm
3. 13,20 20,50 8,03 ± 0,03 cm 2.
4. 13,40 21,50 8,25 ± 0,03 cm
5. 12,70 21,60 7,99 ± 0,03 cm
Pengukuran Berulang Tak Gayut
Data Percobaan Mengukur Volume Benda
No Bentuk Benda Dimensi Panjang Volume
1. Balok p = (10,00 ± 0,05 ) cm
l = (4,00 ± 0,05 ) cm (200±3,3) cm3
t = (5,00 ± 0,05 ) cm
2. Kubus
r = (3,00 ± 0,05 ) cm (27±1,2) cm3

3. Silinder d = (7,00 ± 0,05 ) cm


(462±13,3) cm3
t = (12,00 ± 0,05 ) cm
4. Bola
d = (5,00 ± 0,05 ) cm (65,48±1,98) cm3

5. Kerucut d = (7,00 ± 0,05 ) cm


(154±4,4) cm3
t = (12,00 ± 0,05 ) cm

F. ANALISIS DATA

1. Pengukuran Berulang Gayut


Data Percobaan Lensa Cembung
2. Pengukuran berulang tak gayut
G. PEMBAHASAN

Praktikum yang berjudul Analisis Data Dengan Menggunakan Metode Rambat Ralat
memiliki tujuan agar mahasiswa mampu melakukan analisis data pada pengukuran
tidak langsung dengan menggunakan metode rambat ralat baik untuk variabel gayut
maupun tidak gayut serta penerapan aturan angka penting dalam penulisan akhir
pengukuran.

Dalam praktikum ini menggunakan alat dan bahan antara lain lense cembung untuk
percobaan lensa cembung pada pengukuran berulang gayut dan pada pengukuran
berulang tak gayut menggunakan balok, kubus, silinder , bola , dan kerucut, pada
pengukuran ini diukur panjang dimensi menggunakan penggaris dengan ketelitian
penggaris sebesar 0,05 cm.

Pada pengukuran berulang gayut berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh
praktikan diperoleh hasil yaitu mengukur fokus pada lensa cembung dengan jarak
benda yang berbeda-beda. Pengkuran ini dilakukan 5 kali dengan hasil pada jarak
benda 12,80 cm dan jarak bayangan 20,90 cm dihasilkan fokus 7,93±0,03 cm, pada
jarak benda 12,90 cm dan jarak bayangan 22,50 cm dihasilkan fokus sebesar 8,2±0,03
cm , pada jarak benda 13,20 cm dan jarak bayangan 20,50 cm dihasilkan fokus
sebesar 8,03±0,03, pada jarak benda 13,40 dan jarak bayangan 21,50 cm dihasilakan
fokus sebesar 8,25±0,03, pada jarak benda 12,70 cm dan jarak bayangan 21,60 cm,
dihasilkan fokus sebsar 7,99±0,03 cm.

Pada pengukuran berulang tak gayut bedasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh
praktikan diperoleh hasil yaitu mengukur volume benda pada balok dengan panjang
10 cm lebar 4 cm dan tinggi 4 cm dengan ketetilian 0,05 diperoleh volume sebesar
200±3,3 cm3, kemudian pada kubus dengan panjang rusuk 3 cm diperoleh volume
sebesar 27±1,2 cm3, benda ketiga yaitu linder dengan panjang diameter 7 cm dan
tinggi 12 cm ddiperoleh volume 462±13,3 cm3, pada benda keempat adalah bola
dengan panjang diameter 5 cm diperoleh volume 65,48±1,96 cm3, dan pada benda
terakhir yaitu pada kerucut dengan panjang diameter 7 cm dan tinggi 12 cm dipeoleh
volume sebesar 154±4,4 cm.

Penggunaan analisis data dengan metode rambat larat ini membuktikn bahwa setiap
pengukuran yang dilakukan terjadi eror, dan stiap alat ukur memiliki ketelitian
masing-masing. Ralat pengukuran itu bukan salah mengukur tetapi menggambarkan
deviasi hasil baca dari alat ukur yang digunakan . hal ini sesuai dengan teori dari
(Paken Pangandian,2014:3) yang menyatakan bahwa secara konsep pengukuran, baik
karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi lingkungan, maka dipercaya
bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenarnya.
Simpangan atau selisih antara hasil ukur dan hasil yang sebenarnya disebut sebagai
ralat (error). Perlu dicermati di sini bahwa pengertian ralat bukan berarti kita salah
mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat ukur terhadap nilai
“benar” besaran fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita tidak mengetahui nilai
benar dari apa yang ingin kita ukur (Paken Pandiangan,2014: 3).
H. KESIMPULAN

Hasil analisis hitungan gayut dan tidak gayut yaitu


a) Pengukuran berulang gayut 7,93 ± 0,03 cm, 8,2 ± 0,03 cm, 8,03 ± 0,03 cm,
8,25 ± 0,03 cm, 7,99 ± 0,03 cm.
b) Pengukuran berulang tak gayut (200±3,3) cm3, (27±1,2) cm3, (462±13,3) cm3,
(65,48±1,98) cm3, (154±4,4) cm3.

Anda mungkin juga menyukai