Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Dan Pos Operasi Jantung “

Disusun Oleh:

Fadhly Hidayat

183110172

Dosen Pembimbing:

Ns. Defia Roza, S.Kep M.Biomed

Prodi D-III Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini saya susun sebagai tugas dari mata kuliah Kardiovaskuler dengan judul “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Dan Pos Operasi Jantung”.
Terima kasih saya sampaikan Ns. Defia Roza , S.Kep , M.Biomed selaku dosen mata
kuliah kardiovaskuler yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah Kardiovaskuler dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan
khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.

Padang, 18 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………….....…1

b. Rumusan Masalah…………………………………………..……..1

c. Tujuan..................……………………………………………...….2

BAB II

TINJAUAN TEORI

a. Defenisi Bedah Jantung……………………………………..…….3

b. Klasifikasi Bedah jantung………………………............…………3

c. Tujuan Operasi Bedah Jantung………………………...………..…3

d. Toleransi dan perkiraan resiko operasi Bedah jantung…….……....4

e. Waktu terbaik operasi Bedah Jantung…………..……………….…5

f. Pemilihan teknik operasi Bedah Jantung.……………………...…..5

g. Pemeriksaan penunjang…………………………………...………..6

h. Persiapan pra bedah...........................................................................7

i. Perawatan pasca bedah......................................................................9

BAB III

Asuhan Keperawatan.............................................................................13
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………………………………….27

b. Saran………………………………………………………….…..27

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang sering
mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan
penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih
awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program
rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk
pasien dengan penyakit jantung.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Bedah Jantung ?
2.      Apa saja klasifikasi Bedah Jantung ?
3.      Apa Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
4.      Apa saja Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi ?
5.      Apa saja Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ?
6. Apa saja Persiapan Pra Bedah?
7.      Bagaimana Perawatan Perioperative Dikamar Operasi ?
8.      Bagaimana Perawatan Pasca Bedah?

B. Tujuan
1)      Mengetahui pengertian dari bedah jantung
2)      Mengetahui klasifikasi bedah jantung
3)      Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
4)      Mengetahui toleransi dan perkiraan resiko operasi
5)      Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
6)      Mengetahui perawatan perioperative dikamar operasi
7)      Mengetahui perawatan pasca bedah
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan
bagian tubuh yang akan ditangani. Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian
tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,
dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.

B. Klasifikasi
a. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
b. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

C. Tujuan Operasi Bedah Jantung


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
a. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot.
b. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada
anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
c. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi
yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu,
misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
d. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
e. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
f. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri
koroner.
g. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok
total atrioventrikel.
h. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki
lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain

D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi


Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain
sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan resiko
yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot
adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu
insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat
operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x
lebih tinggi bila dilakukan elektif.\

E. Waktu Terbaik untuk Operasi


Hal ini ditentukan berdasarkan risiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat
untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun. Hal ini yaitu
berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi pada
kelas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada kelas III. Hal ini adalah saat operasi
dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2 kali
lebih tinggi bila dilakukan elektif.Pembagian waktu dibagi atas:
1. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung
persiapan yang diperlukan.
2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner dilakukan
3 x 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung.
3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu,
waktunya lebih dari 3 hari.

F. Pemilihan Teknik Operasi


Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Apakah bisa dilakukan koreksi total
2. Kalau tidak bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan
anatomi/kelainan yang didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk membantu
operasi definitif misalnya “ shunt “ pada Tetralogi Fallot.
3. Apabila tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko yang tinggi
maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita tersebut misalnya
“shunt” saja.
4. “Repair” katub lebih diutamakan/dianjurkan dari pada “replacement” atau
penggantian katub yang rusak.
5. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.

G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka diperlukan
tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium,
maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
a. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat
elektrokardiografi.
b. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
c. Fonokardiografi
d. Ekhocardiografi  yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran
rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler
Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat
shunt, kebocoran katup atau kolateral.
e. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
f. Kateterisasi   jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

H. Persiapan Pra Bedah.


Setelah paasien diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi dapat
berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
1. Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi,
komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan
dialami atau yang akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan
dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain
dicabut.
2. Persiapan medikal
a. Obat-obatan
1) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi
(minimal 3 hari sebelum operasi).
2) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
3) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.
4) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi selama
operasi.
5) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
6) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi
di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada alergi.
b. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
1) Hematologi lengkap + hemostasis.
2) LFT.
3) Ureum, Creatinin.
4) Gula darah.
5) Urine lengkap.
6) Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
7) Hb S Ag.
8) Gas darah.
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan
bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan
menyebabkan perdarahan pasca bedah.
3. Persiapan darah untuk operasi.
4. Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
Packad cell : 750 cc
Frash Frozen Plasma : 1000 cc
Trombosit : 3 unit.
5. Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu
tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
6. Mencari infeksi fokal.
7. Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke bagian
THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul harus diobati dan juga
tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.
8. Fisioterapi dada.
9. Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan
bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi sputum.
Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri
juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter
ahli paru untuk problem yang dihadapi.
10. Perawatan sebelum operasi.
11. Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari
poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2
hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga
supaya tidak bosan di Rumah Sakit.

Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan


1) Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
2) Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
3) Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
4) Memberikan surport kepada pasien
5) Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,
pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
6) Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
7) Menciptakan situasi yang tenang
8) Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat bantu
dengar
9) Membawa pasien keruang operasi

I. Perawatan Pasca-bedah
Dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah
dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain
1) Perawatan di ICU.
a.   Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke
ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan
setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
·         CVP,  RAP,  LAP.
·         Denyut jantung.
·         Wedge presure dan PAP.
·         Tekanan darah.
·         Curah jantung.
·         Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya
dan lain-lain.
·         Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b.  EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya
kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll.  Rekording/pencatatan EKG
lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila
ada perubahan  irama dasar jantung yang membahayakan.
c.   Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi
sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
·         Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
·         Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
·         Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan,
kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d.  Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan
sedatif pelumpuh otot.  Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4
ektremitasnya.
e.   Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis  dan
lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f.   Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila
tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g.   Laboratorium
      Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :
·         HB,HT,trombosit.
·         ACT.
·         Analisa gas darah.
·         LFT / Albumin.
·         Ureum, kreatinin, gula darah.
·         Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h.   Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa
diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka
observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc
untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan  pasca bedah dan mungkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i.    Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP,
Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang
dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan
terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca
bedah.
j.  Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah
ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural
drinase).

2) Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.


Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ  terus
dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya
pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,
Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
·         Elektrolit thrombosis.
·         Ureum
·         Gula darah.
·         Thoraks foto
·         EKG  12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5          : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

      
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama   : tidak berpengaruh
Umur   : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti  pada kelainan
jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung)
tapi lebih sering pada anak-anak
Jenis kelamin   : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan
terjadi juga pada perempuan

Pengkajian Pasien yang telah menjalani Operasi Jantung


2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan
nafas cepat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat
warung
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran       : Composmentis
Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
TTV : 120/80 mmhg
Nadi                : 90-110 x/menit
TD                   : 110/70-140/90 mmHg
RR                   : 24-27 x/menit
Suhu                : 37,5-38.5 ̊ C
Kepala dan Leher
Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah              : Normal, konjungtiva pucat
Hidung            : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
Mulut              : Bersih
Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Jantung
Inspeksi           : tampak ictus cordis
Palpasi             : ictus cordis kuat angkat
Perkusi            : batas jantung melebar
Auskultasi       : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : sonor
Auskultasi       : weezing
Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi            : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
 Ekstremitas 
Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
Genetalia         : Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid

4. Pengkajian Fungsional
1.  Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit
maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2.  Pola nutrisi dan metabolik
Makan  : Tidak nafsu makan disebabkan dipsnea
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3.  Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
4.  Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena adanya sesak dan nafas
pendek.
5.  Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6.  Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7.  Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8.  Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan
seksual .
9.  Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10.  Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman sekali dan memegangi dadanya.
11.  Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan
dari Allah SWT.

J. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan kardiak output b.d penurunan kontraktilitas miokard.
2) Gangguan intoleransi aktifitas  b.d adanya ketidakseimbangan  antara suplay oksigen
3) Kelebihan volume cairan b.d menurunnya filtrasi glomelurus

K. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o
1 Penurunan cardiac Setelah dilakukan proses 1.      Observasi TTV
output keperawatan selama 1x24 2.     Auskultasi bunyi jantung,
berhubungan jam diharapkan : catat frekuensi, irama. Catat
dengan penurunan 1.Pasien dan keluarga adaya denyut jantung ekstra,
kontraktilitas pasien mengetahui apa penurunan nadi.
miokard. yang menyebabkan dari 3.      Observasi status mental,
menurunnya cardiac catat perkembangan
output. kekacauan, disorientasi.
2.Pasien dan keluarga 4.      Catat warna kulit, adanya
pasien bisa menunjukan kuwalitas pulse
bagaimana cara untuk 5.      Pantau status
menjaga cardiac output kardivaskuler setiap jam
tetap stabil. sampai stabil melalui
3.Pasien dan keluarga parameter hemodinamik
pasien bisa 6.      Kolaborasi obat anti
mempertahankan cardiac aritmia
output tetap stabil
4. TTV normal
TD: 110/70-120/80 mmHg
Suhu: 36,5-37,50 C
RR: 16-24  x/mnt
Nadi: 60-100 x/mnt
5.Tidak ada bunyi jantung
tambahan
6.Keluaran urin adekuat
7.Tidak ada edema
2 Gangguan Setelah dilakukan proses 1.      Observasi TTV
intoleransi keperawatan selama 1x24 2.      Catat respon
aktifitas berhubung jam pasien dapat kardiopulmonal terhadap
an dengan adanya melakukan aktivitas aktivitas, catat takikardi,
ketidakseimbangan  dengan KH : disritmia, dispnea, berkeringat,
antara suplay 1.Pasien dan keluarga pucat.
oksigen pasien mengetahui 3.      Observasi warna kulit,
penyebab dari gangguan membran mukosa dan kuku.
intoleransi aktivitas Catat adanya sianosis perifer
2.Pasien dan keluarga (kuku) atau sianosis sentral.
pasien mampu 4.       Evaluasi peningkatan
menunjukan bagaimana intoleransi aktivitas.
cara mengatasi gangguan 5.      Anjurkan untuk menarik
intoleransi aktivitas nafas dalam, batuk efektif,
3.Pasien dan keluarga berpindah posisi, memakai
pasien mampu mengatasi spirometer dan mematuhi
gangguan intoleransi terapi nafas.
aktivitas
4.TTV normal
TD : 110/70-120/80
mmHg
Suhu: 36,5-37,50 C
RR: 16-24  x/mnt
Nadi: 60-100 x/mnt
5.Suara nafas vesikuler
6.Mukosa dan dasar kuku
berwarna merah muda
3 Kelebihan volume Setelah dilakukan proses 1.      Observasi TTV.
cairan berhubungan keperawatan selama 1x24 2.      Observasi output urine,
dengan jam diharapkan catat jumlah dan warnanya
menurunnya filtrasi keseimbangan cairan 3.       Atur posisi semi fowler
glomelurus. dalam tubuh dapat tercapai selama fase akut
dengan KH: 4.      Periksa tubuh dari edema
1.Pasien dan keluraga dengan/tanpa pitting, catat
pasien mengetahui adanya edema seluruh tubuh
penyebab dari kelebihan (anasarka)
volume cairan 5.      Palpasi adanya
2.Pasien dan keluarga hepatomegali. Catat keluhan
pasien mampu nyeri pada kwadran atas bagian
menunjukan bagaimana kanan
cara menangani kelebihan 6.      Kolaborasi dengan tim
volume cairan kesehatan dengan pemberian
3.Pasien dan keluarga diuretic, thiazide dan pengganti
pasien mampu mengatasi potasium.
kelebihan volume cairan
4.TTV normal
TD : 110/70-120/80
mmHg
Suhu: 36,5-37,50 C
RR: 16-24  x/mnt
Nadi: 60-100 x/mnt
5.Gambaran adanya
kestabilan volume cairan
dengan seimbangnya
intake output.
6.Tidak ada edema. 

Pengkajian Pasien yang telah menjalani Operasi Jantung


2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan keluhannya
sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan pembedahan

3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran        : Apatis
Keadaan umun : biasanya dalam keadaan lemas
TTV
Nadi                 : 55-80 x/menit
TD                    : 90/65-120/85 mmHg
RR                   : 22-27 x/menit
Suhu                  : 37,5-38.5 ̊ C
Kepala dan Leher
Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah              : Normal, konjungtiva agak merah muda
Hidung            : Tidak ada polip
Mulut              : Bersih
Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Thorax
Jantung
Inspeksi           : terdapat bekas jahitan luka operasi
Palpasi             : adanya nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : terdengar BJ 1 dan 2
Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : tidak ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : -
Auskultasi       : weezing
Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
Ekstremitas 
Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid,dan
terpasang kateter

Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan
pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien
dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks,
gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge
pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah
jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru
bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
3.  Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan
napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga
dada, gas darah arteri.
4. Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan
cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5.  Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas.
6. Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah
jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a.       Hipokalemia    : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang
T yang datar atau terbalik).
b.      Hiperkalemia   : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia
eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo,
pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT).
c.       Hiponatremia  : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d.      Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e.       Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
7.  Nyeri : Sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina),
aprehensi, respons terhadap analgetika. Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan
dan pipa untuk menentukan apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor
CO2 akhir tidal, monitor SaO2, kateter arteri paru, monitor saturasi oksigen arteri paru (SavO2),
pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan
sistem drainase urin.

4. Diagnosa Keperawatan
1.      Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang
terganggu.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
3.      Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi

5.Proses Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o
1 Menurunnya Setelah dilakukan proses 1. Observasi TTV
curah jantung keperawatan selama 2x24 jam 2. Raba nadi (radial, carotid,
berhubungan diharapkan curah jantung femoral, dorsalis pedis) catat
dengan pasien normal dengan KH : frekuensi, keteraturan,
kehilangan darah 1.Pasien dan keluarga pasien amplitude (penuh/kuat) dan
dan fungsi jantung mengetahui apa yang simetris. Catat adanya pulsus
yang terganggu. menyebabkan dari menurunnya alternan, nadi bigeminal, atau
curah jantung. deficit nadi.
2.Pasien dan keluarga pasien 3. Auskultasi bunyi jantung,
bisa menunjukan bagaimana catat frekuensi, irama. Catat
cara untuk menjaga curah adaya denyut jantung ekstra,
jantung tetap stabil. penurunan nadi.
3.Pasien dan keluarga pasien 4. Pantau keluaran urin
bisa mempertahankan curah 5. Pantau status kardivaskuler
jantung tetap stabil setiap jam sampai stabil
4.TTV normal melalui parameter
TD : 110/70-120/80 mmHg hemodinamik
Suhu: 36,5-37,50 C 6. Kolaborasi obat anti
RR: 16-24  x/mnt aritmia
Nadi: 60-100 x/mnt
5.Tidak ada bunyi jantung
tambahan
6.Keluaran urin adekuat
7.Tidak ada edema
2 Gangguan Setelah dilakukan proses 1. Observasi TTV
pertukaran gas keperawatan selama 1x24 jam 2. Pantau gas darah volume
berhubungan pertukaran gas adekuat dengan tidal, tekanan inspirasi
dengan trauma KH : puncak, dan parameter
akibat 1.Pasien dan keluarga pasien ektubasi
pembedahan dada mengetahui penyebab dari 3. Observasi warna kulit,
ekstensi. gangguan pertukaran gas membran mukosa dan kuku.
2.Pasien dan keluarga pasien Catat adanya sianosis perifer
mampu menunjukan bagaimana (kuku) atau sianosis sentral.
cara mengatasi gangguan 4. Auskultasi dada terhadap
pertukaran gas suara nafas
3.Pasien dan keluarga pasien 5. Berikan fisioterapi
mampu mengatasi gangguan dadasesuai resep
pertukaran gas 6. Anjurkan untuk menarik
4.TTV normal nafas dalam, batuk efektif,
TD : 110/70-120/80 mmHg berpindah posisi, memakai
Suhu: 36,5-37,50 C spirometer dan mematuhi
RR: 16-24  x/mnt terapi nafas.
Nadi: 60-100 x/mnt
5.AGD  normal
(PO2 :  80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 : 21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45
SO2: 90-100  mmHg)
6.Suara nafas vesikuler
7.Jalan nafas tidak terganggu
8.Mukosa dan dasar kuku
berwarna merah muda
3 Terjadinya Setelah dilakukan proses 1.      Observasi TTV
hipertermi keperawatan diharapkan pasien khususnya suhu
berhubungan dapat melakukan aktifitas 2.      Gunakan teknik steril
dengan terjadinya seperti biasa dengan KH : saat mengganti balutan
infeksi 1.Pasien dan keluarga pasien 3.      Observasi adanya gejala
mengetahui penyebab sindrom pasca perikardiotomi
hipertermi atau demam : demam, malese, efusi
2.Pasien dan keluarga pasien pericardium, nyeri sendi
mampu menunjukan cara 4.      Ajarkan teknik kompres
mengurangi demam air hangat untuk mengurangi
3.Pasien dan keluarga pasien demam
mampu melakukan 5.      Kolaborasi pemberian
pengurangan demam antiradang sesuai resep
4.TTV normal
TD : 110/70-120/80 mmHg
Suhu: 36,5-37,50 C
RR: 16-24  x/mnt
Nadi: 60-100 x/mnt
5.Tidak ada bengkak
6.Tidak ada kemerahan
7.Tidak ada rasa nyeri
       

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
1) Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2) Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Peran perawat pada fase intra operatif ini meliputi yaitu, :
I. Pemeliharaan keselamatan
II. Pematauan fisiologis
III. Dukungan psikologis
IV. Penatalaksanaan keperawatan

B. Saran
1) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Mengurangi nyeri pada pasien
3) Meningkatkan istirahat yang cukup
4) Mencegah suhu tubuh agar tetap normal
5) Jaga pola makan dan gaya hidup

DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai