Anda di halaman 1dari 12

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA WANITA

(Menurut Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003).


Joupy G.Z. Mambu
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Manado
E-Mail : joupymambu@yahoo.co.id

Abstrak
The total number of job seekers has been growing in recent years. It is not only men who are
seeking for job vacancy, but also women. This situation is getting harder for people to be em-
ployed particulalry women workers. This research applied normative-juridical analysis in ana-
lyzing secondary and tertiary data. The result shows that regulation Number 13, year 2003 on
labor is considered unsufficient in terms of women workers protection. In this regulation, there
are only five verses which specially accommodate women workers.
Jumlah angka pencari kerja dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain pencari kerja pria
yang terus bertambah, di sisi lain tenaga kerja wanita juga terus meningkat. Kondisi ini tentu
saja akan semakin mempersulit dalam memperoleh pekerjaan, terutama pencari kerja wanita.
Penelitian ini menggunakan analisis yuridis normatif yang mengkaji sumber hukum primer
dan sekunder. Hasil analisa dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa UU No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan dirasa masih kurang memadai dalam hal perlindungan terhadap
tenaga kerja wanita. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan hanya ada 5
pasal yang secara khusus mengatur mengenai tenaga kerja wanita.

Kata kunci: Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja Wanita, Hak Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita yang potensial be- Kondisi di atas sangat bertentangan den-
rada pada posisi tersulit, hal ini dapat terja- gan Pasal 5 dan Pasal 6 UU RI No. 13 Tahun
di antara lain di sebabkan masih kentalnya 2003 yang mengatur Setiap pekerja memili-
budaya patriarki, walaupun isu persamaan ki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
gender, hak dan kebebasan mengembang- untuk memperoleh pekerjaan. Setiap peker-
kan diri telah dikenal dan beredar di te­ngah- ja berhak memperoleh perlakuan yang sama
tengah masyarakat, namun tetap saja masih tanpa diskriminasi pengusaha (Pasal 6).
ditemui adanya praktik-praktik diskrimi- Fenomena lain yang tidak kalah rumit-
nasi. Pendapat yang beranggapan pria ada- nya bagi wanita dalam mencari kerja adalah
lah sosok yang superior dalam segala hal lemahnya penerapan perlindungan hukum
masih banyak ditemukan bahkan masih ada terhadap tenaga kerja wanita. Meskipun te-
di dalam dunia kerja. Salah satu efek negatif lah ada organisasi pekerja yang khusus me­
dari pendapat yang menganggap bahwa ngakomodir segala bentuk kepentingan
pria meru­pakan sosok yang superior adalah pekerja dalam dunia kerja, namun oleh se-
dominasi akan penerimaan dan posisi strate- bagian pihak dinilai belum maksimal dalam
gis bagi tenaga kerja pria. Hal ini mengham- melaksanakan fungsinya, antara lain dalam
bat tenaga kerja wanita untuk mengembang- hal perlindungan terhadap tenaga kerja wa­
kan diri. nita. Hal ini semakin diperburuk oleh masih

150
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 151

lemahnya kemampuan dan pengetahuan se- dari pemberitaan tentang fenomena kese-
cara personal, dari tenaga kerja wa­nita ten- jahteraan ketenagakerjaan, yang tentu saja
tang haknya. Sementara di sisi lain ada ini mengindikasikan bahwa masalah kese-
orang-orang yang tidak bertanggung jawab jahteraan harus mendapat perhatian yang
yang memanfaatkan ketidaktahuan tersebut sangat serius.
dan mengabaikan peraturan yang ada.
Konsep Perlindungan Hukum
Penyebab utamanya adalah adanya ke­ku­
Perlindungan hukum diartikan sebagai
asaan dan ketidaksetaraan ekonomi serta pan-
serangkaian tindakan dalam bentuk jaminan
dangan keliru yang meluas dalam ma­syarakat,
kepada subyek hukum, dalam upaya mem-
dimana posisi kaum laki-laki dianggap lebih
berikan kepastian dan supremasi hukum. Se-
tinggi daripada wanita. Pan­dangan ini kemu-
hingga diharapkan pihak tenaga kerja dap-
dian membenarkan pemi­ki­ran bahwa tubuh
at terhindar dari perbuatan pengusaha yang
wanita adalah objek seksual.1
melanggar hukum dan tidak bertanggung
Tenaga kerja wanita sebagai bagian yang
jawab. Selain itu tidak dapat dipungkiri Pe­
tidak terpisahkan keberadaannya dari peker-
ran serta pekerja dalam pembangunan na-
ja pa­da umumnya, memiliki karakter fisik
sional adalah penting dengan disertai berba-
dan psikis yang khas yang membedakan me­
gai tantangan dan risiko yang dihadapinya.
reka dengan pria. Di masa mendatang wani-
ta semakin dituntut untuk mandiri, jauh dari Dalam rangka memberikan perlindu­ngan
kesan lemah dan sebisa mungkin menyesuai- hukum, maka secara khusus dalam UU No.
kan diri dengan kondisi persaingan yang se- 13 Tahun 2003 pada bagian penjelasan umum
makin berat. disebutkan: Perlindungan hukum terhadap
pekerja, termasuk perlindungan atas hak-
Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Pe­
hak dasar pekerja untuk berun­ding de­ngan
rem­puan Indonesia untuk Keadilan (LBH
pengusaha, perlindungan keselamatan, dan
APIK) pada tahun 2005 menerima 16 kasus
kesehatan kerja, perlindungan khusus bagi
yang berkaitan dengan kasus ketenagaker-
tenaga kerja wanita, anak, dan penyandang
jaan dengan perincian  1 kasus mutasi se­
cacat, serta perlindungan tentang upah,
pi­hak, 1 kasus kejahatan dalam jabatan, 3 
kesejahtera­an, dan jaminan sosial pekerja.
kasus peraturan perusahaan yang merugi-
Di dalam negara hukum Pancasila, per-
kan, 2 kasus upah yang tidak dibayar, 1 ka-
lindungan hukum bagi pekerja diarahkan ke-
sus berkaitan dengan jasa tenaga kerja, 3 ka-
pada usaha-usaha untuk mencegah terjadi­
sus PHK sepihak dan 5 kasus Tenaga Kerja
nya sengketa antara pengusaha dan pekerja,
Wani­ta di luar negeri. Sedangkan sepanjang
menyelesaikan sengketa antara pengusaha
tahun 2006, LBH APIK melakukan pendam­
dan pekerja secara musyawarah serta pera-
pingan hukum terhadap 24 kasus kekerasan
dilan merupakan sarana terakhir dalam usa-
seksual, dengan perincian 4 kasus pelecehan
ha menyelesaikan sengketa pengusaha dan
seksual, 4 kasus pencabulan 15 kasus perko-
pekerja.
saan dan 1 kasus percobaan perkosaan.
Dengan adanya UU No. 13 Tahun 2003,
Masalah Tenaga kerja wanita yang te-
menurut Kusmana, sesungguhnya tidak se-
lah disampaikan di atas adalah sebagian ke-
mata-mata memberikan perlindungan ter-
cil dari permasalahan-permasalahan peker-
hadap hak-hak perseorangan, tetapi juga
ja yang ada. Permasalahan-permasalahan
sekaligus melindungi hak-hak masyarakat,
ter­sebut akan semakin tak terhitung jum-
yang menimbulkan kewajiban-kewajiban.2
lahnya jika kita benar-benar serius untuk
Jadi perlindungan hukum terhadap pekerja
menyi­maknya hingga ke pelosok daerah. Se-
tidak hanya mengutamakan individualisme
tiap harinya berbagai media massa, baik ce­
melainkan juga secara komunal kelompok
tak maupun elektronik tidak pernah sepi
1
Ganjar Kusuma 2007: Pelecehan seksual di tempat Sebagai cara untuk menyelaraskan kepen­
kerja. sumber http//www.hukumonline.com 2
Ibid..., h. 5
152 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 150-161

tingan dan peranan pribadi individu dengan rut Pasal 1 Angka 3 UU RI No. 13 Tahun 2003
kepentingan masyarakat. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja
Selanjutnya dalam UU No. 13 Tahun 2003 dengan menerima upah atau imbalan dalam
Pasal 86 ayat (1) disebutkan bahwa Setiap bentuk lain.
pekerja mempunyai hak untuk memperoleh Dari definisi di atas terdapat dua unsur
perlindungan atas: a) Keselamatan dan kese- pokok yaitu unsur orang yang bekerja dan
hatan kerja, b) Moral dan kesusilaan, c) Per- unsur menerima upah atau imbalan dalam
lakuan yang sesuai dengan harkat dan mar- bentuk lain. Istilah pekerja diupayakan di-
tabat manusia serta nilai-nilai agama. ganti dengan istilah pekerja karena istilah
Sebelum adanya UU Ketenagakerjaan No. pekerja dipandang kasar dan kurang sesuai
13 Tahun 2003, peraturan Perundang-Un- dengan kepribadian bangsa.
dangan yang memberikan perlindu­ngan hu- Selanjutnya UU RI No. 3 Tahun 1992 ten-
kum terhadap pekerja sangat minim. Walau- tang Perlindungan Sosial Pekerja pada Pasal
pun diakui bahwa pengaturan perlindungan 8 dalam hal kepentingan santunan jaminan
hukum dalam Undang-undang Ketenaga­ kecelakaan kerja, pengertian pekerja diper-
kerjaan No 13 Tahun 2003 belum menjawab luas yaitu: a) Magang dan murid yang beker­
semua permasalahan yang begitu luas dan ja pada perusahaan baik yang menerima
kompleks, namun setidak-tidaknya selang- upah maupun tidak, b) Mereka yang mem-
kah lebih maju dan diharapkan dapat mem- borong pekerjaan kecuali jika yang membo-
berikan perlindungan hukum terhadap rong adalah perusahaan, c) Narapidana yang
pekerja terutama yang menyangkut syarat- dipekerjakan diperusahakan.
syarat kerja, kondisi kerja serta jaminan so- Secara garis besar ada tiga motivasi yang
sial dan perlindungan kerja lainnya serta mendorong wanita untuk turut serta dalam
dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian lapangan pekerjaan yaitu: 1) Faktor ekono-
perselisihan hubungan industrial. mi yaitu untuk mencari tambahan pendapa-
Penyelenggaraan perlindungan hukum, tan, 2) Faktor sosial yaitu meningkatkan sta-
pemeliharaan dan peningkatan kesejahtera­ tus sosial dalam masyarakat., 3) Aktualisasi
an merupakan tanggung jawab dan kewa- diri terhadap keluarga dan masyarakat.3
jiban negara. Manfaat perlindungan hukum
Menurut Tatty problematika pekerja wa­
tersebut dapat memberikan rasa aman kepa-
ni­ta ada 2 faktor yaitu: Pertama, Faktor Inter-
da pekerja sehingga dapat lebih berkonsen-
nal: a) Diri sendiri, menggambarkan men-
trasi dalam meningkatkan motivasi maupun
tal atau kondisi psikologis wanita tersebut
produktivitas kerja.
dalam menghadapi problematika yang
Konsep Tenaga Kerja Wanita. ada, b) Tingkat pendidikan, semakin ting-
Penyebutan istilah buruh terhadap orang gi syarat pendidikan dan keterampilan un-
yang bekerja pada orang lain telah dipa­ tuk para pekerja wanita dalam meniti kari-
kai jauh sebelum bangsa Indonesia merde- er, c) Lingkungan keluarga, Dukungan dari
ka. Yang buruk dari penyebutan ini adalah keluarga sangat penting bagi seorang wani­
sulitnya menghindari konotasi negatif yang ta karena keluarga yang terbuka, demokra-
seakan-akan melekat dengan sendirinya dan tis dan modern lebih cenderung mendukung
tidak bisa dipisahkan lagi. Hampir semua wanita bekerja, d) Kesehatan. Masalah kes-
orang yang mendengar istilah buruh akan ehatan wanita berbeda dengan pria karena
selalu berpikir tentang segolongan pekerja masalah kesehatan wanita berpengaruh ke-
kasar yang selalu ditekan dan berada pada pada dirinya sendiri juga berpengaruh ke-
posisi di bawah pihak lain. pada kondisi janin jika dia sedang hamil.
Kedua, Faktor Eksternal: a) Lingkungan so-
Konotasi yang negatif tersebut maka pe-
sial, Nilai-nilai sosial yang ada hanya sete­
nyebutan istilah buruh di dalam undang-un- 3
Hanartani 2002, Tajuk Rencana Hukum Perlindungan
dang diganti dengan istilah pekerja. Menu- Tenaga Kerja Wanita. Sumber:http//www
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 153

ngah hati memberikan peluang kepada wa­ pada subyek hukum tertentu supaya ia ber-
nita untuk maju, sebagai contoh: pilot selalu buat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu atau
identik dengan pria. Wanita juga dihadap- memberikan sesuatu.
kan de­ngan adanya pandangan negatif dari Hak dapat timbul atau lahir karena be-
sebagian masyarakat terhadap wanita yang berapa sebab yaitu: 1) Karena adanya sub-
pulang malam. b)Lingkungan kerja, Kultur yek hukum baru baik berupa orang atau ba-
dan budaya membentuk ego pria yang kuat dan hukum, 2) Karena adanya perjanjian
dan kokoh sehingga dunia luar rumah tang- yang disepakati oleh para pihak yang me­
ga dikukuhkan sebagai milik pria. ngadakan perjanjian, 3) Karena adanya keru-
gian yang diderita oleh seseorang karena
Konsep Hak
kesalahan orang lain, 4) Karena seseorang te-
Penghormatan terhadap hak-hak manu- lah melaksanakan kewajiban yang merupa-
sia memerlukan proses panjang mengingat kan syarat untuk memperoleh suatu hak, 5)
sifat hak-hak manusia yang sarat akan nilai- Karena kadaluwarsa (verjaring) yang bersi-
nilai moral. Dalam mewujudkan perlindu­ fat akuisitif yaitu yang dapat melahirkan hak
ngan dan penghormatan hak-hak manusia bagi seseorang.
tersebut, telah banyak peraturan-peraturan
Sedangkan lenyap atau hapusnya hak da-
hukum yang dibuat, termasuk peraturan di
pat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1)
bidang ketenagakerjaan. Begitu pun juga
Karena meninggalnya pemegang hak, dan
dalam mengawal peraturan tersebut tidak
tidak adanya ahli waris dari pemegang hak
sedikit organisasi yang dibentuk baik itu
yang meninggal tersebut, 2) karena masa
LSM swasta maupun badan-badan yang
berlakunya telah habis dan tidak diperpan-
dibentuk oleh pemerintah.
jang, 3) Karena telah dipenuhinya kewajiban
Secara sederhana hak dapat dirumus- seseorang kepada pihak pemegang hak, 4)
kan sebagai suatu kekuatan/kekuasaan atau Berlakunya kadaluwarsa, 5) karena ketentu-
kewenangan yang diatur oleh hukum dan
an undang-undang, 6) adanya peralihan ke-
kekuasaan itu didasarkan pada kesusilaan
wajiban dari salah satu pihak ke pihak lain,
(moral) dan tidak hanya kekuatan fisik saja.
7) adanya sebab yang di luar kemampuan
Sedangkan Kekuasaan atau kewenangan
manusia, sehingga ia tidak dapat memenuhi
itu sendiri lahir dikarenakan oleh adanya
kewajiban tersebut.
hubungan hukum.
Diakui bahwa hak-hak asasi manusia ber-
Apeldoorn mengatakan, yang disebut hak
sifat universal dan masyarakat internasional
adalah hukum yang dihubungkan dengan
juga telah mengakui dan menyepakati bah-
seorang manusia atau subyek hukum terten-
wa pelaksanaannya merupakan wewenang
tu dan dengan demikian menjelma menjadi
dan tanggung jawab pemerintah dengan
suatu kekuasaan, dan suatu hak timbul apa-
memperhatikan sepenuhnya keanekaraga-
bila hukum mulai bergerak.4
man tata nilai, sejarah, kebudayaan, sistem
Selanjutnya hak dapat digolongkan ke da- politik, tingkat pertumbuhan sosial dan
lam dua golongan besar yaitu: Pertama, Hak ekonomi, serta faktor-faktor lain yang dimi-
mutlak (Absolut rechten), Hak mutlak ada- liki bangsa yang bersangkutan.
lah setiap kekuasaan mutlak yang diberikan
kepada subyek hukum untuk berbuat ses- Metode Penelitian
uatu/bertindak dalam mengurus kepenti­ Jenis penelitian yang digunakan dalam
ngannya. Hak mutlak ini antara lain hak asa- penelitian ini adalah penelitian hukum nor-
si, hak publik absolut dan sebagian dari hak matif atau penelitian hukum kepustakaan (li-
privat. Kedua, Hak relatif (Relative rechten), brary research) (Soekanto dan Mamudji, 1995:
Hak relatif adalah setiap kekuasaan atau ke- 90). Penelitian hukum normatif mengkaji hu-
wenangan yang oleh hukum diberikan ke- kum yang dikonsepkan sebagai norma atau
Apeldoorn, 1982: 11
4
kaidah yang berlaku. Norma hukum yang
154 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 150-161

berlaku itu berupa norma hukum positif hingga saling melengkapi, dikaitkan dengan
tertulis berbentuk lembaga perundang-un- UU No. 13 Tahun 2003 dan peraturan lain-
dangan (undang-undang dasar), kodifikasi, nya yang mengatur mengenai perlindungan
undang-undang, peraturan pemerintah dan hukum terhadap pekerja wanita. 
sebagainya.5 Data yang telah dikumpulkan peneliti,
Penelitian tipe ini disebut sebagai “Studi diolah dan disusun secara teratur, beruru-
Dogmatik”, atau yang dikenal dengan Doc- tan, logis, sehingga mudah dipahami dan di-
trinal Research. Penelitian tipe doctrinal (doc- interpretasikan. Kemudian data-data yang
trinal research) adalah mirip dengan tipe telah dikumpulkan, diseleksi dan dianali-
penelitian hukum normatif. Penelitian hu- sis tersebut kemudian ditempatkan menu-
kum normatif disebut juga penelitian hu- rut kerangka sistematika atau pengelompo-
kum teoritis/dogmatik hukum bersifat teor- kan sesuai objek penelitian yaitu apa yang
itis-rasional, sehingga pengungkapannya menjadi titik perhatian dalam penelitian ini.
terikat pada metode yang di dasarkan pada Dengan demikian akan nampak data kuali-
persyaratan logika deduktif. Di samping itu, tatif hasil penelitian tentang perlindungan
maka dogmatik hukum memperhitungkan hukum bagi pekerja wanita.
kecermatan, ketetapan dan kejelasan. Peneli- Karena data dalam penelitian ini ha­nya ber-
tian hukum normatif atau penelitian hukum dasarkan data kepustakaan dan doku­mentasi
kepustakaan (library research) ini dilakukan tanpa mengadakan penelitian la­pa­ngan, maka
dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka uraiannya bersifat kualitatif ar­tinya data akan
atau data sekunder belaka.6 disajikan dalam bentuk ka­limat-kalimat seh-
Pengumpulan data dilakukan melalui ingga membentuk suatu teks.7
kegiatan studi kepustakaan dan studi doku- Penelitian ini juga memusatkan perhatian-
men. Data-data yang dikumpulkan dan di- nya pada hukum sebagai sistem peraturan-
gunakan dalam penulisan ini sumber dari: peraturan yang abstrak, hukum sebagai suatu
1) Kaidah-kaidah hukum yang dianggap se- lembaga yang benar-benar otonom, terlepas
suai, baik itu kaidah hukum primer seperti dari kaitannya dengan hal-hal di luar pera-
UUD tahun 1945, kaidah hukum sekunder turan Perundang-Undangan. Menurut Mu-
seperti hasil karya dari kalangan ahli hukum hammad, apabila penelitian itu mengguna-
maupun kaidah hukum tersier yang beru- kan pendekatan normatif analitis subs­tansi
pa keterangan-keterangan yang mendukung hukum (approach of lega icontent analysis), ada
bahan hukum primer dan sekunder, 2) Ar- 3 (tiga) gradasi pendekatan normatif anali-
tikel-artikel, karya tulis ilmiah yang diang- sis yang dapat digunakan, yaitu: penjelajah-
gap relevan dan pendapat para ahli sebagai an hukum (legal exploration); tinjauan hukum
penunjang penelitian ini. (legal review), dan analisis hukum atau ana­
Data-data tersebut di atas diperoleh mela- lisis yuridis (legal analysis). Analisis yuridis
lui studi kepustakaan, melalui media cetak adalah tingkatan tertinggi serta le­bih kom-
seperti surat kabar dan melalui media elek- prehensif dalam kajian substansi hukum.8
tronik seperti televisi dan internet. Berdasarkan uraian tersebut di atas, kare­
Data yang diperoleh dari sumber-sum- na data dalam penelitian ini bersifat data
ber data, diolah secara kualitatif dengan me- kualitatif, maka dalam penelitian ini meng-
tode berpikir deduktif normatif, yaitu me- gunakan analisis yuridis normatif (hukum
tode berpikir dari hal yang bersifat umum normatif). dengan melalui 3 gradasi (ting-
kemudian menarik kesimpulan yang bersi- kat) pendekatan normatif analisis, yaitu: hu-
fat khusus, yaitu dari hasil penelitian yang kum (legal exploration), hukum (legal review),
diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan (c) analisis hukum atau analisis yuridis
disusun menjadi satu secara sistematis se­ (legal analiysis).
5
Muhammad, 2004: 86 7
Hadikusuma, 1995: 79
6
Soekanto dan Mamudji, 1995: 91 8
Muhammad, 2004 55
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 155

Hasil dan Pembahasan Kedua, Perlindungan yang bersifat korektif,


Perjanjian Kerja dalam Kaitannya dengan berupa pengawasan terhadap kemungkinan
Perlindungan Hukum Pekerja Wanita. terjadinya pelarangan berupa pemutusan
hubungan kerja (PHK) dengan alasan hamil,
Seiring dengan perjalanan waktu, secara
melahirkan, keguguran kandungan ataupun
perlahan-lahan wanita mendapat tempat
menyusui. Ketiga, Perlindungan mengenai
se­tara dengan pria dalam beragam bidang
ke­setaraan memperoleh kesempatan kerja
pekerjaan. Bukan zamannya lagi seseorang
dan perlakuan tanpa diskriminasi diwujud-
dinilai kinerjanya berdasarkan jenis kelamin.
kan dalam bentuk larangan diskriminasi da-
Kemampuan dan keahlian individulah
lam hal pengupahan, pekerjaan dan jabatan.
yang menentukan kesuksesan karier sese­
orang. Meski begitu, kodrat seorang wani- Dalam hal ini, pengusaha tidak boleh mem-
ta tak da­pat dielakkan dan tetap punya tem- beda-bedakan antara laki-laki dan wanita
pat tersendiri yang harus dijaga.9 Karena itu, dari segi upah, promosi jabatan dan hak atas
adanya kesepakatan kerja yang sesuai den- jaminan sosial.10
gan undang-undang ketenagakerjaan dan Selanjutnya jika mengacu pada UU RI
perjanjian kerja sangat penting untuk dipa- No. 13Tahun 2003, maka isi perjanjian kerja
hami. Baik pekerja wa­ni­ta maupun pekerja an­tara pihak perusahaan dan pihak peker-
pria, mengetahui setiap butir dalam undang- ja wanita, maka isi perjanjian kerja minimal
undang dan perjanjian kerja adalah sebuah me­liputi: a) Perjanjian perlindungan dalam
keharusan. Terkhusus untuk wanita, menge- hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul
tahui dan memahami akan hak-hak dan ke- 23.00 sampai pukul 07.00). Dalam pelaksa-
wajibannya dalam sebuah pekerjaan akan naannya masih ada perusahaan yang tidak
memberikan rasa nyaman dan kepastian hu- memberikan makanan dan minuman bergi­zi
kum selama bekerja. tetapi diganti dengan uang padahal ketentu­
Perjanjian kerja bagi seorang karyawan annya tidak boleh diganti dengan uang, b)
baru adalah sangat penting karena di dalam- Perj­anjian perlindungan terhadap peker-
nya, berisi pernyataan-pernyataan yang sa­ ja wanita yang dalam masa haid tidak wa-
ngat mendasar yang berisi persetujuan para jib bekerja pada hari pertama dan kedua pa­
pihak untuk mengikuti segala kesepaka­ da waktu haid dengan upah penuh. Dalam
tan. Dalam sebuah surat perjanjian kerja an­ pe­laksanaannya lebih banyak yang tidak
tara pihak perusahaan dan pekerja wani- m­eng­gunakan haknya dengan alasan tidak
ta setidak-tidaknya memuat tiga hal pokok mendapatkan premi hadir, c) Perjanjian per-
mengenai perlindungan terhadap pekerja lindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bu-
wanita, tiga hal pokok tersebut yaitu: Perta- lan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bu-
ma, Perlindungan yang bersifat proteksi, Per- lan sesudah melahirkan dengan upah penuh.
lindungan protektif bertujuan memberikan Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada
perlindungan terhadap fungsi reproduksi perusahaan yang tidak membayar upah se-
wanita. Wujudnya berupa pemberian istira- cara penuh. d. Pemberian kesempatan pada
hat pada waktu haid, hamil, melahirkan atau pekerja wanita yang anaknya masih meny-
keguguran kandungan. Selain itu dengan usu untuk menyusui anaknya hanya efektif
memberikan kesempatan menyusui anak untuk yang lokasinya dekat dengan perusa-
da­lam waktu kerja. Perlindungan protektif haan.11
juga diwujudkan dalam bentuk pengaturan Perjanjian kerja memiliki manfaat yang
waktu kerja malam bagi wanita, penyedia­ besar bagi para pihak yang terlibat dalam
an kendaraan antar-jemput dan tambahan perjanjian tersebut. Perjanjian ini menjadi be-
makanan dan minuman bergizi. Tak kalah gitu penting karena dengan perjanjian ker-
penting adalah adanya perlindungan terha­ ja yang dibuat dan ditaati bersama akan da­
dap keamanan dan kesusilaan para pekerja. 10
Suksesyadi, 2008: 11
9
Pambudy, 2006: 15 11
Raharjo dan Sitomurang, 2006: 52
156 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 150-161

pat menciptakan ketenangan kerja, jaminan matif seperti berbagai hak cuti. Entah itu cuti
kepastian hak dan kewajiban baik bagi pihak melahirkan, cuti tahunan, atau yang lainnya.
pekerja maupun pengusaha (Huni, 2003: 10). Ketentuan jam kerja dan aturan main lain-
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 butir nya yang bisa juga termasuk hak dan kewa-
14 Perjanjian kerja adalah: jiban karyawan dalam perusahaan juga bisa
“Perjanjian antara pekerja/buruh dengan dicantumkan.12
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat Jika poin-poin tersebut sudah tercantum
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para di surat perjanjian kerja, maka perjanjian
pihak”. kerja tersebut dibuat rangkap dua dengan
Selain pengertian di atas ada pengertian meterai yang cukup nilainya. Kedua belah
lain yang diberikan oleh Halim, menurut be- pihak ba­ik karyawan maupun perusahaan
liau: kemudian membubuhkan tanda tangan di
atas per­janjian atau kontrak kerja yang te-
“Perjanjian kerja adalah perjanjian yang
lah dise­pa­kati. Dan Masing-masing pihak
diadakan antara pekerja dan majikan dima-
mendapat­kan surat perjanjian yang asli.
na mereka saling mengikat diri satu sama
lain untuk bekerja sama dimana pekerja ber- Pengetahuan akan Undang-Undang tena-
janji akan melaksanakan perintah majikan ga kerja terutama pasal-pasal yang menyang-
sebagai pekerjaannya dengan baik dan ma- kut pekerja wanita sebaiknya juga dibarengi
jikan akan menanggung kehidupan buruh dengan pemahaman terhadap aturan peru-
(dan keluarganya) dengan baik pula, selaras sahaan secara detail. Antara lain, menyang-
dengan kemampuan dan persetujuan mere- kut perlindungan apa saja yang diberikan
ka masing-masing (Halim, 2002: 16)” pe­rusahaan. Hal ini sering luput dari perha-
tian karyawan. Yang kebanyakan hanya me-
Di dalam Undang-undang No. 13 Ta-
mentingkan butir kesepakatan kerja yang
hun 2003 dibahas mengenai Ketenagaker­
menyangkut gaji, atau paket asuransi yang
jaan yang disebutkan bahwa hubungan
disediakan, serta bonus-bonus tambahan
ker­ja terja­di karena adanya perjanjian ker-
yang tak jauh dari masalah nominal.
ja antara pengusaha dan pekerja/ buruh.
Dan diperku­at lagi terbitnya Undang-un- Pelaksanaan Perlindungan Hukum
dang No. 2 Tahun 2004 mengenai Penye- Terhadap Pekerja Wanita Menurut UU No.
lesaian Perselisihan Hubungan Industrial 13 Tahun 2003.
yang memiliki dampak sangat besar dalam
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang
pena­nganan masalah-masalah perselisihan
bekerja dengan menerima upah atau imbalan
perbu­ruhan di Indonesia.
dalam bentuk lain. Hal ini sesuai dengan Un-
Selanjutnya Raharjo dan Situmorang, me- dang-Undang Nomor 13 tahun 2003, Pasal 1
nambahkan bahwa sebelum seorang calon tentang ketentuan-ketentuan umum menge-
pe­kerja menandatangani surat perjanjian nai pekerja. Wanita baik sebagai warga nega-
ker­ja, maka terlebih dahulu harus memasti- ra maupun sebagai pekerja yang turut andil
kan bahwa isi perjanjian kerja tersebut telah dalam pembangunan mempunyai hak, ke-
memuat hal-hal sebagai: a) Ketentuan hak wajiban dan kesempatan yang sama dengan
dan kewajiban antara pihak pertama yaitu pria disegala bidang kehidupan bangsa da-
perusahaan dan pihak kedua yaitu pekerja, lam segenap kegiatan pembangunan.13
b) Besarnya jumlah gaji yang telah disepaka­
Demikian juga jika pekerja wanita yang
ti, apakah akan diterima per bulan ataukah
bekerja di perusahaan atau pabrik maupun
per hari, c) Benefit lain yang bisa didapatkan
yang menjual jasa atau tenaganya, harus
oleh seorang pekerja. Misalnya tunjangan
mendapat perlindungan yang baik atas ke-
JAMSOSTEK, ataupun ketentuan THR yang
selamatan, kesehatan, serta kesusilaan, pe-
bi­sa diterima karyawan di kemudian hari, d)
Ketentuan-ketentuan lain yang bersifat nor- Raharjo dan Sitomurang, 2006: 22
12

Susanti, 2000: 9
13
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 157

meliharaan moril kerja serta perlakuan yang Diskriminasi upah terjadi antara lain di­
sesuai dengan martabat manusia dan moral ka­renakan oleh pandangan yang menilai
agama. bah­wa pekerja wanita hanya sebagai sumber
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 ada 2 Bab pelengkap/tambahan bagi perekonomian ke-
yang mengakomodir perlindungan terhadap luarga, sehingga pekerja wanita menerima
pekerja wanita, yaitu bab III tentang kesem- upah yang lebih rendah dari laki-laki. Akibat
patan dan perlakuan yang sama. Serta bab X lebih jauh adalah pemotongan pajak yang
paragraf 3 yang sepenuhnya membahas ten- lebih besar pada pekerja wanita dibanding-
tang pekerja wanita. Untuk mengetahui lebih kan laki-laki karena pada pekerja laki-laki
jauh, seberapa dalam UU No. 13 Tahun 2003 pa­jak dikurangi dengan tunjangan istri dan
mengatur perlindungan terhadap pekerja anak.15
wanita, maka berikut ini dipaparkan semua Pembedaan upah karyawan laki-laki
pasal yang menyangkut pekerja wanita. dan wa­nita untuk pekerjaan yang sama ser-
ing kali menggunakan pembenaran bahwa
Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hukum Yang “wanita bukan pencari nafkah utama” atau
Umumnya Dialami Oleh Pekerja Wanita. “wanita adalah tanggungan suami”. Pengha-
Persoalan Kesejahteraan dan Upah Yang pusan hak karyawan wanita untuk menda-
Rendah. pat tunja­ngan keluarga dan kesehatan bagi
Agar para pekerja dapat menjalankan dirinya dan keluarganya, juga memakai pem-
pekerjaannya dengan semangat dan bergai­ benaran yang sama (Jehani, 2006: 8). Hukum
rah, masalah kesejahteraan dan pengupahan ketenagakerjaan di Indonesia tidak membe-
adalah sesuatu yang mutlak. kesejahteraan narkan diskriminasi tersebut, namun dalam
yang dimaksud antara lain jaminan sakit, ha­ri prakteknya sering dipelintir oleh pengusa-
tua, jaminan kesehatan, jaminan perumahan, ha. Fakta bahwa Indonesia telah meratifika-
jaminan Kematian dan sebagainya.14 Secara si Convention on the Elimination of All Forms of
umum hak dan kewajiban bagi pekerja laki Discrimination against Women (CEDAW) seo-
– laki maupun wanita adalah sama, seperti lah terlupakan.
halnya penga­turan jam kerja/lembur, wak- Hal lain yang juga perlu diperhatikan ada­
tu kerja dan istirahat, peraturan tentang is- lah bahwa dalam penetapan upah mini­mum
tirahat/cuti ta­hunan, dan pengupahan. Men- regional sendiri, yang digunakan sebag­ai
genai pengu­pahan ini sudah diatur secara standar adalah buruh laki-laki dengan hitu­
normatif di dalam perundangan, sehingga ngan hidup lajang, yang memiliki kebutuhan
bagi perusahaan yang belum atau tidak me- berbeda dari buruh wanita. Dalam penentu­
menuhi standar yang sudah ditetapkan da­ an upah tersebut, laporan menyebutkan, ti­
pat dikenakan sanksi. dak dimasukkan kebutuhan spesifik wanita
Dalam prakteknya masih ditemui kelu- se­perti pembelian BH dan pembalut wanita.
han dari para pekerja wanita mengenai be- Hal yang kelihatannya sepele ini, berakibat
lum terlaksananya secara optimal peraturan pada upah riil buruh wanita yang secara riil
ter­sebut, keluhan itu antara lain Tidak diberi menjadi lebih kecil karena dikurangi untuk
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan memenuhi kebutuhan tersebut.16
tambahan atas beban perusahaan, Ada­nya Diskriminasi Dalam Hak-Hak Khusus
diskriminasi atas pengupahan yang sama Pekerja Wanita.
untuk masa kerja yang sama dan pekerjaan
Pada dasarnya peraturan ketenagakerjaan
yang sama nilainya, Pekerja wanita dianggap
melindungi hak-hak pekerja pria dan wani­
lajang sehingga tidak mendapat tunjangan
ta. Namun disebabkan oleh kodrat wanita
keluarga, meskipun kenyataannya dia telah
yang berbeda dengan laki-laki maka ada be-
bersuami dan mempunyai anak.
Munti, 1999: 37
15
14
Gunarto, 2002: 24 Tim Rifka Annisa, 2003: 6
16
158 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 150-161

berapa pengaturan yang khusus mengenai Cuti Hamil, Melahirkan, Gugur Kandungan
hak-hak pekerja wanita. Hak-hak khusus pe­ dan Kesempatan Menyusui.
kerja wanita ini meliputi cuti haid, ha­mil dan Bagi pekerja wanita yang hamil, dilindu­
melahirkan. Kesemua hak-hak khusus terse- ngi oleh UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 82 ayat
but telah ditetapkan dalam beberapa rang- (2) dan (3) yang menyatakan: 1) Pekerja/bu-
kaian peraturan antara lain Convention on ruh wanita berhak memperoleh istirahat se-
the Elimination of All Forms of Discrimination lama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saat-
against Women (CEDAW), UU RI No. 13 Ta- nya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah)
hun 1993 Tentang Ketenagakerjaan, Peratu­ bulan sesudah melahirkan menurut perhi-
ran Menteri Pekerja No. 03/Men/1989 dan tungan dokter kandungan atau bidan, 2)
lain-lain. Pekerja/buruh wanita yang mengalami ke­
guguran kandungan berhak memperoleh is-
Cuti Haid
tirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai
Bagi wanita yang normal dan sehat, pada dengan surat keterangan dokter kandungan
usia tertentu akan mengalami haid. Di dalam atau bidan.
prakteknya, banyak wanita yang sedang da-
Ketentuan tersebut dinyatakan berlaku
lam masa haid tetap bekerja tanpa gangguan
dengan peraturan pemerintahan No. 4 ta-
apapun. Tetapi kalau keadaan fisiknya tidak
hun 1951 Pasal 1 butir 1 yang berbunyi bagi
memungkinkan sehingga yang bersangku- pekerja yang akan menggunakan hak cuti­
tan tidak dapat melakukan pekerjaan terse- nya diwajibkan: a) Mengajukan permohonan
but. Hal ini diatur dalam UU No. 13 Tahun yang dilampiri surat keterangan dokter, bi-
2003 Pasal 81 ayat (1) yang berbunyi: “Peker- dan atau keduanya jika tidak ada, dapat dari
ja/buruh wanita yang dalam masa haid pegawai pamong praja atau sederajatnya ca-
merasakan sakit dan memberitahukan kepa- mat. b) Permohonan diajukan selambatnya
da pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari 10 hari sebelum waktu cuti mulai.
pertama dan kedua pada waktu haid. Cuti sebelum saatnya melahirkan dimung-
Selanjutnya Sadli, mengatakan bahwa: kinkan untuk diperpanjang apabila ada ke­
“meskipun ada negara-negara yang tidak lagi terangan dokter yang menerangkan bahwa
memberikan cuti haid, tetapi untuk peker- yang bersangkutan perlu mendapatkan is-
ja Wanita, hal ini harus diberikan”.17 Sing- tirahat untuk menjaga kehamilannya. Per-
katnya, alasan untuk tetap diadakannya cuti panjangan waktu istirahat sebelum melahir-
haid ini adalah bahwa ketika haid datang, kan memungkinkan sampai selama-lamanya
pekerja wanita yang bekerja pada satu posi- tiga bulan.
si selama beberapa jam terus menerus akan Seorang pekerja wanita tidak bisa di-PHK
merasa sangat tidak nyaman dalam bekerja. karena alasan menikah, sedang hamil dan
Namun dalam pelaksanaannya tidak se- melahirkan. Hal ini diatur dalam Peraturan
mua perusahaan memberikan dengan suka Menteri Pekerja No. 03/Men/1989. Selanjut-
rela. Sebagai salah satu contoh adalah apa nya dalam UU Pekerja No. 13 Tahun 1993
yang kemukakan oleh salah seorang man- Pasal 76 ayat (2) menyebutkan bahwa:
tan pekerja pada sebuah perusahaan bahwa: Pengusaha dilarang mempekerjakan pe­
“Ada pabrik yang menuntut buruh wanita­ kerja/buruh wanita hamil yang menurut kete­
nya memperlihatkan (maaf) pembalut yang rangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
dia pakai untuk memastikan bahwa si buruh keselamatan kandungannya maupun dirinya
memang sedang haid hari pertama dan kedua. apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d. 07.00.
Bila dianggap haid itu bukan hari pertama dan Pekerja yang hamil harus mendapat cuti de­
kedua, cutinya ditolak.18 ngan bayaran atau tunjangan sosial sebanding
tanpa kehilangan pekerjaannya. Tempat pe­
17 Sadli, 2007: 3 nitipan anak di tempat kerja pun menjadi se-
18 Apong, 1998: 5
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 159

suatu yang harus diadakan oleh perusahaan, memandang rendah seseorang karena hal-hal
dan memberi perlindu­ngan khusus kepada yang berkenaan dengan seks, jenis kelamin
wanita selama hamil pada jenis pekerjaan yang atau aktivitas seksual antara pria dan wanita.
terbukti berbahaya bagi mereka. Sedangkan menurut Eliyawati, pelece-
Sedangkan untuk menyusui diatur dalam han seksual yaitu semua tindakan seksual
Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003 yaitu: Peker- atau kecenderungan bertindak secara seksu-
ja/buruh wanita yang anaknya masih me- al yang bersifat intimidasi non fisik (kata-ka-
nyusu harus diberi kesempatan sepatutnya ta, bahasa, gambar) atau fisik (gerakan yang
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus kasat mata seperti memegang, me­nyentuh,
dilakukan selama waktu kerja. Yang dimak- meraba, mencium bagian-bagian tubuh ter-
sud dengan kesempatan sepatutnya dalam tentu) yang dilakukan oleh seseorang atau
Pasal ini adalah lamanya waktu yang diberi- kelompok terhadap seseorang atau kelom-
kan kepada pekerja/buruh wanita untuk me- pok lain. Tindakan tersebut dipahami seba­
nyusui bayinya dengan memperhatikan terse- gai tindakan merendahkan, mengaibkan,
dianya tempat yang sesuai dengan kondisi dan dan mencemarkan keberadaan pihak yang
kemampuan perusahaan, yang diatur dalam ber­sangkutan. Yang mana tindakan tersebut
peraturan atau perjanjian kerja bersama. dapat berupa siulan, colekan, kata-kata tidak
senonoh.19
Mengalami Pelecehan Seksual.
Sesuai dengan pengertian yang di kemu­
Istilah Pelecehan seksual (sexual harass­ ka­kan di atas maka dapat disimpulkan bah-
ment) memang cukup populer dalam ma­sya­ wa pelecehan seksual merupakan bentuk
rakat Indonesia, istilah tersebut sebenarnya ting­kah laku verbal maupun non verbal yang
te­lah ada sejak pertengahan tahun 70-an. dilakukan sekali atau lebih oleh pelakunya
Munculnya istilah ini marak seiring dengan untuk tujuan kesenangan seksual yang tidak
kesadaran kaum wanita akan hak dan dera­ di­inginkan dan dikehendaki oleh korbannya
jatnya. Hal ini karena masalah pelecehan (ti­dak timbal balik) dan dianggap sebagai sesu­
seksual tidak dapat dipisahkan dari masalah atu yang dapat mengancam kesejahtera­annya
diskriminasi gender. secara fisik, psikologis, sosial dan eko­nomi.
Dalam bukunya yang komprehensif yang Pelecehan seksual umumnya lebih ba­nyak
membahas tentang pelecehan seksual, Farley terjadi terhadap pekerja wanita, meskipun
menyebutkan bahwa pelecehan seksual ter­ dalam satu dua kasus langka, ada juga pe­
hadap wanita di tempat kerja telah tercatat kerja lelaki yang menjadi korban. Akar da­
sejak pertama kali wanita memasuki pasar ri pelecehan seksual di tempat kerja, sama
pe­kerja. Artinya, pelecehan seksual terhadap de­ngan basis dari berbagai diskriminasi,
wa­nita di tempat kerja bukanlah suatu per- penin­dasan dan ketidakadilan lainnya yang
soalan yang baru, tetapi sudah setua umur dia­lami oleh kaum wanita, seperti keke­
se­jarah wanita memasuki dunia kerja publik, rasan dalam rumah tangga, diskriminasi
yaitu sejak kapitalisme berkembang. upah, perkosaan, pelacuran dan perdagan-
Menurut pengertian Kamus Besar Baha- gan wa­nita. Penyebab utamanya adalah ada­
sa Indonesia kata pelecehan merupakan ben- nya kekuasaan dan ketidaksetaraan ekonomi
tuk kata benda dari kata kerja melecehkan serta pandangan seksis yang meluas dalam
yang berarti menghinakan, memandang ren- masyarakat. Pelecehan seksual di tempat
dah, mengabaikan. Sedangkan kata seksu- ker­ja adalah hal yang sering terjadi namun
al memiliki arti hal yang berkenan dengan ja­rang diungkapkan. Pekerja wanita harus
seks atau jenis kelamin, hal yang berkenan me­­nanggung risiko atau beban pelecehan
dengan perkara persetubuhan antara pria dari dua arah: Pertama, pelecehan bisa terjadi
dan wanita. Dengan demikian, berdasarkan dari atasannya. Pelecehan seksual ini terjadi
pengertian tersebut maka pelecehan seksu- ketika seseorang yang dengan “kekuasaan-
al diartikan sebagai bentuk penghinaan atau 19 Eliyawati, 2005: 56
160 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 150-161

nya” bisa memanfaatkan kedudukannya itu dan hukum-hukum internasional yang te-
untuk mendesak orang lain dengan tinda- lah ada, semestinya kasus pelanggaran hu-
kan seksual yang tidak dikehendaki. Kedua, kum terhadap pekerja wanita akan semakin
pelecehan terjadi dari sesama pekerja teruta- jarang terdengar. Namun pada kenyataan-
ma pekerja laki-laki. Atasan yang memper- nya pelaksanaan dari semua aturan-aturan
lakukan pekerja wanita secara diskriminatif tersebut terkadang tidak dilaksanakan sepe­
akan memicu situasi dimana para pekerja nuhnya. Ketiga, Umumnya pekerja wanita
laki-laki merasa bahwa ini adalah hal “wa- yang dilanggar hak-haknya, ataupun menga­
jar”, karenanya kepentingan menghapus lami pelecehan di tempat kerja lebih banyak
terjadinya pelecehan seksual bukan sema- “diam” dan berusaha “melupakan” pelangga­
ta karena pekerja wanita berhak atas suasa- ran-pelanggaran yang mereka alami.
na dan syarat-syarat kerja yang setara dan Saran
adil, namun juga karena pelecehan seksu-
Dengan mengacu dari hasil penelitian ke-
al memecah belah persatuan dan kekompa­ pustakaan yang selama ini dilakukan, ser-
kan kaum pekerja, dan menjerumuskan para ta ulasan-ulasan pembahasan pada bab-bab
pekerja dalam situasi saling curiga dan kon­ sebelumnya, maka saran yang dapat diberi-
flik di antara mereka. kan pada penulisan skripsi ini yaitu: Pertama,
Bentuk-bentuk perilaku pelecehan seksu­ Berdasarkan hasil bedah UU No. 13 Tahun
al yang sering terjadi dan dikategorikan se­ 2003 Tentang Tenaga Kerja, ditemui hanya
ba­gai pelecehan seksual di antaranya: 1) ada 5 pasal yang mengatur secara khusus
Ting­­kah laku dan komentar yang berkenaan bagi pekerja wanita. Harus diakui bahwa
dengan peran jenis kelamin wanita (gender ha- jumlah ini sangatlah sedikit, dan menjadi
rassmen), 2) Ajakan untuk kesena­ngan seksu­ lebih baik jika dibuatkan peraturan seting-
al yang tidak dikehendaki dan memaksa na- kat UU yang mengatur secara dan detail ten-
mun tidak memiliki sanksi apapun (seductive tang perlindungan hukum terhadap peker-
behavior), 3) Permintaan untuk melakukan ja wani­ta beserta permasalahannya, lengkap
kegiatan seksual atau hal yang berhubun- dengan metode pembuktian, bahkan bentuk-
gan dengan disertai janji atau imba­lan ter- bentuk rehabilitasi dan terapi jika sekiranya
tentu (sexual bribery), 4) Pemaksaan untuk dibutuhkan, Kedua, Keterlibatan yang pal-
melakukan hubungan seksual dengan diser­
ing utama bagi pemerintah adalah dalam
tai anca­man hukuman (sexual coercion), 5)
bentuk pembuatan dan penerapan berba-
Kejahatan seksual dan pelanggaran hukum
gai bentuk peraturan yang memberi pelu-
yang dilakukan secara terang-terangan (sex-
ang untuk dia­dilinya kasus pelecehan sek-
ual assault).20
sual sebagai kasus pidana, setara dengan
Kesimpulan pidana-pidana umum lainnya, Ketiga, Pe-
Pertama, Sesungguhnya pekerja wanita nyadaran mengenai kesetaraan gender dan
me­nyadari bahwa masih ada perjanjian ker- pandangan mengenai kedudukan yang set-
ja yang merugikan dirinya, karena terkadang ara dalam kerja juga perlu ditanamkan se-
tidak semua hak khusus pekerja wanita di- jak dini pada semua lapisan dan kalangan.
cantumkan dalam perjanjian kerja terse- Selain itu perlu ditanamkan sejak tingkat
but. Namun mereka pasrah dengan perjanji­ pendidikan dasar bahwa pelecehan sek-
an kerja tersebut karena faktor posisi tawar sual merupakan tindakan yang salah, dan
yang lemah dan keterbatasan lapangan ker- dikenalkan pula bentuk-bentuk perilaku
ja. Kedua, Dengan adanya UU No. 13 Tahun pelecehan seksual kepada peserta didik
2003, beberapa peraturan menteri lainnya apa, mengapa dan bagaimana mengatasi
20 Kusmana, 2007: 4 pelecehan seksual.
Joupy G.Z. Mambu Aspek Perlindungan Hukum Terhadap..... | 161

DAFTAR RUJUKAN
Apeldoorn, L. J. Van. 1982. Pengantar Ilmu Penelitian Hukum Cet. 1. Bandung: Cit-
Hukum (Inleiding tot de Studie van Het ra Aditya Bakti.
Nederlandse Recht). Jakarta: Pradnya Munti, Ratna B. 2007. Refleksi dan Catatan Ker-
Paramita. ja LBH APIK Jakarta Tahun 2006. Sum-
Apong, Herlina.  1998. Kekerasan terhadap ber: http://www.lbh-apik.com
Perempuan di Dunia Kerja.  Depok:  Munti, Ratna B. 1999. Perempuan Sebagai
Pusat Kajian Wanita dan Jender Uni- Kepala Rumah Tangga. Jakarta: Lemba-
versitas Indonesia. ga Kajian agama dan Gender.
Asikin, Zainal, dkk. 1993. Dasar-Dasar Hu- Pambudy, Ninuk M. 2006. Artikel: Memahami
kum Perburuhan. Jakarta: Rajawali pers. Konsep Diri. Harian Kompas dan Hari-
Eliyawati. tth. Artikel: Awas Pelecehan Seksual an swara. ttp.
di Tempat Kerja. Sumber: http://fspmipe- Raharjo dan Sitomurang. 2006. Artikel: Perlind-
mi.multiply.com ungan Hukum Bagi Pekerja Wanita. Sum-
Gunarto, Suhardi. 2002. Peranan Hukum Da- ber: http://www.lppm.uns.ac.id.
lam Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Sadli, Saparinah. 2007. Artikel: Kesetaraan
Universitas Atmajaya. Gender. Sumber: Situs Resmi Kemen-
Hadikusuma, Hilman. 1995. Metode Pem- trian Pemberdayaan Perempuan.
buatan Kertas Kerja atau Skripsi Hukum. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1995.
Bandung: Mandar Maju. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tin-
Hakim, Abdul. 2006. Aspek Hukum Pengupah- jauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindo
an, Bandung: Citra Aditya Bakti. Persada.
Hakim, Abdul. 2007. Pengantar Hukum Suksesyadi. 2008. Artikel: Perlindungan Terh-
Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: adap Perempuan Pekerja.. Sumber: http://
Citra Aditya Bakti. www.bangkapos.com.
Hanartani. 2002. Artikel: Tajuk Rencana Un- Sunggono, Bambang. 2003. Metodologi Peneli-
dang-undang Perlindungan Pekerja Wani- tian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Per-
ta. Sumber: http://www.nakertrans.go.id. sada.
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan In- Susanti, Dewi M. tth. Artikel: Peranan Perem-
donesia. Jakarta: Rajawali Pers. puan Dalam Upaya Penanggulangan
Kusmana, Ganjar. 2007. Artikel: Pelecehan Kemiskinan. Sumber: http://www.
Seksual Di Tempat Kerja. Sumber: http:// bappeda-purwakarta.or.id
www.hukumonline.com. Tim Rifka Annisa. 2003. Kumpulan Artikel, Yo-
Muhammad, Abdul kadir. 2004. Hukum dan gyakarta: Women’s Crisis Center.

Anda mungkin juga menyukai