Anda di halaman 1dari 29

Makalah E-Government

PENERAPAN E- MUSRENBANG SEBAGAI PERWUJUDAN KONSEP


GOOD GOVERNANCE KABUPATEN KUTAI TIMUR

Disusun Oleh :
Susepti Eli Yanti
NPM: 1711100133509132

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-

Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu

untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah E-

Goverment dengan judul “Penerapan E-Musrenbang Sebagai Perwujudan

Konsep Good Governance Kabupaten Kutai Timur”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian

apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada

ii
dosen Mata Kuliah E-Goverment kami yang telah membimbing dalam menulis

makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Samarinda, 8 Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3. Tujuan Makalah..............................................................................................3

1.4. Manfaat Makalah............................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hambatan dan Tantangan E-Musrenbang......................................................4

2.2. Pelaksanaan E-Goverment Pada E-Musrenbang...........................................6

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan....................................................................................................22

iv
3.2 Saran...............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

DAFTAR TABLE......................................................................................................

1.1 Tabel penerapan e-musrenbang sebagai perwujudan konsep good

governance di Kutai Timur..........................................................................8

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................

1.1Tampilan Home E-musrenbang..................................................................20

1.1 Rekapitulasi hasil inputan aspirasi masyarakat di E-Musrenbang Kutai

Timur...........................................................................................................21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Good Governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi

dan idealisme yang ingin dicapai di Indonesia. Tetapi pemahaman masyarakat

mengenai good governance ini berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar

dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat

memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik, angka korupsi menjadi semakin

rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.

Namun banyak kendala-kendala yang masih dihadapi oleh pemerintah dalam

mewujudkan good governace tersebut.

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai

keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat

sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi.

Prasyarat minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi,

akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan

keadilan. Dengan demikian, untuk mewujudkan konsep good governance selain

dibutuhkan sinergi 3 (tiga) pilar utama pembangunan (pemerintah, swasta,

masyarakat), juga diperlukan tools yang membantu pemerintah dalam

melaksanakan perannya, yang dapat berupa kebijakan, program/kegiatan,

peralatan/piranti/sistem, dll.

Dalam kaitannya dengan konsep good governance, Pemerintah Daerah

Kabupaten Kutai Timur sudah berupaya untuk mewujudkannya baik melalui

1
reformasi birokrasi, perubahan struktur organisasi, penyusunan SOTK (Struktur

Organisasi dan Tata Kerja) setiap instansinya, perbaikan pelayanan masyarakat

melalui PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), perbaikan mekanisme dan

pelaksanaan e-musrenbang, dst.

Siagian (1994) perencanaan pembangunan adalah pengalokasian sebagian

sumber daya yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan

pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dari pengertian

ini dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan pembangunan juga diperlukan

pelibatan aktif masyarakat dan swasta. Untuk mewujudkan partisipasi aktif

masyarakat, Pemkab Kutai Timur mengalami kesulitan karena di kalangan

masyarakat telah terbentuk sikap apatis dan ketidak pedulian terhadap

perencanaan. Sebagian besar masyarakat berpikiran bahwa Musrenbang dan

Rembuk RW hanyalah kegiatan seremonial yang hasil dan outcomenya tidak

jelas, tidak ada rekam jejaknya, bahkan yang lebih mengecewakan masyarakat

adalah pelaksanaan hasil musrenbang dan rembuk RW tidak sesuai dengan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Hal ini selanjutnya mengakibatkan

ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah.

Berangkat dari banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan

pembangunan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kutai

Timur membangun suatu sistem berbasis online/internet untuk membantu

memfasilitasi pelaksanaan Musrenbang dan Rembuk RW sekaligus untuk

mempermudah masyarakat dalam menyalurkan dan memonitor aspirasi

masyarakat, yang selanjutnya dikenal sebagai e-musrenbang. e-Musrenbang

2
adalah aplikasi perencanaan berbasis website untuk mendukung pelaksanaan

Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD, dengan alamat

http://musrenbang.kutaitimur.go.id.

1.2 Rumusan masalah

1. apa saja tantangan dan hambatan E-Musrenbang di Kab. Kutai Timur ?

1.3 Tujuan makalah

Melalui makalah ini, penulis berusaha untuk menganalisis penerapan e-

musrenbang di Kutai Timur dikaitkan dengan konsep good governance. Sehingga

diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menunjukkan sejauh manakah

keefektifan e-musrenbang dalam perwujudan good governance di Kutai Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap makalah nantinya akan bermanfaat menambah wawasan

dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata

kuliah e-goverment yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tantangan dan Hambatan E-Musrenbang

Terciptanya e-Musrenbang ini membantu pembangunan masyarakat atau

kelompok masyrakat untuk menjadikan kota Surabaya lebih baik, sesuai dengan

kebutuhan daerahnya masing-masing. Hal ini juga memudahkan pemerintah

untuk melakukan pembangunan dan lebih peduli terhadap kondisi sekitar, serta

pemberian pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat.

Sistem e-Musrenbang ini memiliki dampak yang manfaat antara lain,

yaitu :

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah

2. Meningkatkan transparasi, kontrol, dan akuntabilitas dalam rangka

implementasi goverment to citizens dan goverment to goverment

3. Mengurangi biaya administrasi relasi dan interaksi yang dikeluarkan oleh

pemerintah maupun stakeholdernya

4. Membuka peluang pemerintah untuk mendapatkan sumber pendapatan baru

melalui interaksinya dengan stakeholder

5. Menciptakan lingkungan masyrakat baru yang dapat dengan cepat dan tepat

menjawab berbagai permasalahan terkait perubahan global dan trend yang

ada

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak – pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam kebijakan publik secara merata dan demokratis (Indrajit,

4
2005:4)

Akan tetapi, penggunaan teknologi informasi tidak hanya akan

menimbulkan sejumlah manfaat saja, selain manfaat penggunaan teknologi

informasi juga dapat menimbulkan tantangan dari pihak – pihak tertentu

terutama di negara sedang berkembang di mana tingkat pengembangan sumber

daya manusianya masih relatif rendah. Ada beberapa tantangan yang kerap

muncul dalam setiap inisiatif pengembangan teknologi informasi, yaitu :

1. Ketakutan bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh

teknologi;

2. Kekhawatiran bahwa otoritas yang dimiliki akan menjadi berkurang jika

teknologi informasi di implementasikan;

3. Ketidakmampuan mereka dalam menggunakan teknologi seperti komputer

atau perangkat lainnya;

4. Kesadaran bahwa dengan adanya teknologi maka mereka akan kehilangan

pendapat tidak resmi yang kerap diperoleh sebagai balas jasa dari orang –

orang yang dilayani; dan lain sebagainya (Indrajit,2005:200) Melalui

pengembangan teknologi pada instansi–instansi pemerintah diharapkan agar

pemerintah dapat menyediakan kemudahan dalam akses publik.

Terdapat juga hambatan-hambatan yang mempengaruhi e-musrenbang di

antaranya yaitu:

1. Untuk login dan mengetahui e-musrenbang lebih lanjut masyarakat harus

login terlebih dahulu dengan meminta username dan pasword dari desa/

kelurahan, kecamatan, SKPD, dan Bapeda. Tentunya hal tersebut sangat

5
rumit sekali, jika tidak mendapatkan username dan pasword dari instansi

terkait sangat susah mengetahui e-musrenbang selanjutnya

2. Di aplikasi e-musrenbang hanya terdapat usulan fisik saja, sedanggkan

usulan non fisiknya tidak di jelaskan seecara terperinci . uussulan non fisik

yang berupa barang selain pelatihan harus menunggu peraturan dari

pemerintah pusat terkait pemberian barang oleh pemerintah kepada

masyarakat.

Hal-hal demikian tentunya menjadi penghambat e-musrenbang tersebut

sehingga memberikan spekulasi lain dibenak masyarakat.

2.2 Pelaksanaan e-goverment pada e-musrenbang

Dengan dibangunnya sistem e-musrenbang ini apakah pelaksanaan

musrenbang dan rembuk RW di Kutai Timur sudah sesuai dengan konsep good

governance? Dari pertanyaan ini penulis membagi analisis menjadi 2 variabel

analisis, yaitu:

1) e-musrenbang sebagai e-government

2) e-musrenbang dalam kaitannya dengan prinsip good governance.

prinsip utama good governance adalah menjadi fokus kajian dan digunakan

sebagai acuan analisa dalam tulisan ini antara lain:

1.) Akuntabilitas

2.) Transparansi/keterbukaan

3.) Partisipatif

4.) Supremasi Hukum (Rule of Law)

6
5.) Efisiensi dan Efektivitas

6.) Profesionalitas

Sedangkan dalam kaitannya dengan e-government, hal yang akan dijadikan

sebagai indikator analisis yaitu mengenai tipe penerapan e-Government

sebagaimana dikemukakan oleh Seifert dan Bonham (2003); serta bagaimanakah

manfaat implementasi e-musrenbang di Kutai Timur. Untuk lebih jelasnya,

analisis tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini.

7
Tabel 1.1. Penerapan e-Musrenbang Sebagai Perwujudan Konsep Good Governance di Kutai Timur

No VARIABEL INDIKATOR URAIAN INDIKATOR PELAKSANAN


1. e-musrenbang 1.Tipe Penerapan e-gov 1. Government to Citizens Dalam penerapan e-muarenbang di Kutai Timur, hubungan 3 pilar

dalam sebagai e- menurut Seifert dan (Pemerintah ke Masyarakat) utama pembangunan yaitu: masyarakat, swasta dan pemerintah

government Bonham (2003) 2. Government to Business menjadi lebih baik. Sebelum adanya aplikasi ini, masyarakat

(Pemerintah ke Pelaku Usaha) mempunyai persepsi dan pandangan yang buruk terhadap pemerintah,

3. Government to Government karena memandang musrenbang dan Rembuk RW hanya merupakan

(Pemerintah ke Pemerintah) formalitas dan seremonial saja. Demikian pula dengan swasta yang

4. Government to Employees sebelumnya jarang dilibatkan dalam proses dan kegiatan ini. Tetapi

(Pemerintah ke Aparatnya) setelah adanya e-musrenbang peran swasta menjadi prioritas, karena

pada saat pembahasan usulan, pihak swasta dilibatkan dalam program

yang disebut Filantropi, dimana swasta ditempatkan sebagai pihak

yang berbagi dukungan dan sumber daya secara sukarela untuk

membiayai program pembangunan/pemberdayaan berdasarkan

usulan/aspirasi masyarakat dalam Musrenbang. Sedangkan dalam

hubungan Pemerintah dengan aparatnya, dengan melalui e-

8
musrenbang dapat diketahui pembagian job describe yang jelas sesuai

dengan TUSI dan kewenangannya masing-masing sehingga tidak ada

lagi duplikasi kegiatan dalam Rencana Kerja SKPD atau tumpang

tindih kewenangan yang mengakibatkan pemborosan anggara. Selain

itu, hal ini dapat dijadikan acuan/arahan bagi aparat (staf) dalam

menjalankan tugasnya sesuai dengan arahan pimpinan berdasarkan

hasil Aspirasi masyarakat yang diinput dalam e-musrenbang. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa e-musrenbang merupakan bentuk

dari e-government jika dianalisis dengan tipe e-gov menurut Seifert

dan Bonham (2003).


No VARIABEL INDIKATOR URAIAN INDIKATOR PELAKSANAAN
2.Manfaat e-government 1. Meningkatkan hubungan dan 1.Dengan penerapan e-musrenbang di Kutai Timur telah terjadi

interaksi 3 (tiga) pilar transformasi sosial dalam masyarakat dan pemerintah, yaitu dengan

pembangunan perubahan sikap dan budaya masyararakat yang sebelumnya apatis

2. Perubahan/transformasi sosial terhadap musrenbang, menjadi lebih antusias dan pro aktif dalam

3. Meningkatkan kualitas mengikuti dan memantau setiap tahap Musrenbang. Demikian pula

9
pelayanan publik di sisi pemerintah, terjadi perubahan sikap menjadi lebih peduli dan

4. Mengefisienkan biaya sigap dalam merespon usulan dan aspirasi masyarakat. hasil respon

5. Peluang investasi dari terhadap aspirasi masyarakat juga dapat langsung dilakukan melalui

stakeholder non pemerintah e-musrenbang, sehingga informasi berlangsung 2 (dua) arah.

6. Pengambilan keputusan lebih 2.Dengan fasilitas e-musrenbang, ada kemudahan distribusi informasi

demokratis. secara 2(dua) arah antara pemerintah dengan masyarakat sehingga

kualitas pelayanan publik semakin baik, dan kepuasan masyarakat

terhadap kinerja pemerintah meningkat.

3.Usulan kegiatan melaui musrenbang konvensional/manual tanpa

didasari oleh kemampuan teknis masyarakat mengenai intervensi

yang sesuai dengan jenis permasalahan wilayah dan perhitungan

anggaran yang tepat menyebabkan usulan ini menjadi efisien dari

segi penganggaran. Dengan adanya e-musrenbang yang sudah

dilengkapi dengan template kegiatan (yang sesuai dengan jenis

masalah, volume,dan status catatan, cara perhitungan perkiraan

anggaran, dll.) sangat membantu masyarakat dalam mengusulkan

10
kegiatan dan rencana anggarannya lebih efisien dan lebih

applicable.
No VARIABEL INDIKATOR URAIAN INDIKATOR PELAKSANAAN
4.Dengan adanya pelibatan aktif dari masyrarakat dan swasta dalam

perencanaan pembangunan yang dikemas melalui aplikasi e-

musrenbang, menujukkan tingkat partisipasi masyarakat menjadi

meningkat dan hal ini mencerminkan bentuk perumusan keputusan

(perencanaan anggaran) yang lebih demokratis.

2. e-musrenbang 1.Akuntabilitas Akuntabilitas dalam e-musrenbang merupakan aplikasi dan piranti yang kompleks dan

dalam kaitannya penyelenggaraan pemerintahan smart yang dilengkapi dengan tools-tools yang membantu user-nya

dengan prinsip dituntut di semua tahap mulai dari untuk mengaplikasinnya. e-musrenbang dilengkapi dengan pilihan

good governance penyusunan program kegiatan mengenai jenis kegiatan yang bias dipilih oleh masyarakat dalam

dalam rangka pelayanan publik, mengusulkan aspirasinya disesuaikan dengan jenis permasalahan

11
pembiayaan, pelaksanaan, dan yang akan dikemukakan oleh masyarakat. Setiap jenis kegiatan sudah

evaluasinya maupun hasil dan dilengkapi dengan definisi yang menjelaskan tentang kegiatan, satuan

dampaknya untuk volume, cara menghitung volume usulan dan formulasi

anggarannya SKPD tujuan yang sudah disesuaikan dengan setiap

jenis kegiatan. Dengan


No VARIABEL INDIKATOR URAIAN INDIKATOR PELAKSANAAN
demikian, usulan/aspirasi masyarakat menjadi jelas, terukur dan pasti

sehingga usulan menjadi lebih lengkap dan tidak salah sasaran

(SKPD). Hal ini mengurangi kemungkinan usulan ditolak atau tidak

diakomodir dalam Renja SKPD seperti pada mekanisme Rembuk RW

dan Musrenbang sebelum adanya e-musrenbang. Selain itu setiap

usulan yang diinput dalam e-musrenbang dapat dimonitor secara

langsung perkembangannya oleh setiap user pengusulnya, apakah

usulan tersebut diakomodir oleh SKPD tujuan atau ditolak (dengan

alasan tertentu), sehingga memungkinkan masyarakat memonitor

perkembangan usulannya ini. Dengan demikian, prinsip good

12
governance tentang akuntabilitas telah disediakan dalam e-

musrenbang.
2.Transparansi / Transparansi harus dibangun dalam e-musrenbang memungkinkan semua masyarakat Kutai Timur dapat

Keterbukaan kerangka kebebasan aliran mengaksesnya dengan mudah walaupun tanpa harus login, sehingga

informasi. Berbagai proses, semua informasi mulai dari informasi pembangunan (tahun berjalan)

kelembagaan, dan informasi harus dan informasi mengenai usulan/aspirasi masyarakat dapat diketahui

dapat diakses secara bebas oleh secara umum, demikian pula dengan rekapitulasi usulan dan anggaran

mereka yang membutuhkannya, dalam setiap tahapan perencanaan, mulai dari Rembuk RW,

dari informasinya harus dapat Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, Kota bahkan sampai

disediakan secara memadai dan Musrenbang Provinsi dapat diakses dan diketahui oleh seluruh

mudah dimengerti, sehingga dapat masyarakat Kutai Timur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

digunakan sebagai alat monitoring e-musrenbang sudah mengaplikasikan prinsip

dan evaluasi. transparansi/keterbukaan dalam konsep good governance.


Sumber: Hasil Penerapan, 2020

13
Dari hasil pelaksanan pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapanan e-musrenbang di Kutai Timur merupakan bentuk e-government yang output

serta outcomenya sudah menunjukkan prinsip-prinsip good governance. Tetapi masih perlu

peningkatan lagi dalam kaitannya dengan kecepatan, dan keakuratan informasi dan data

sehingga perlu dilakukan evaluasi dan upgrade aplikasi setiap tahunnya.

Hasil implementasi dari pelaksanaan e-goverment pada e-musrenbang

Awalnya hasil implementasi kegiatan yang diusulkan masyarakat melalui Rembuk RW

dan musrenbang seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat sehingga outputnya

mengecewakan masyarakat secara umum, dan dampak terburuknya adalah terbentuknya

sikap apatis masyarakat dalam mengikuti Rembuk RW dan Musrenbang pada tahun-tahun

selanjutnya karena beranggapan bahwa Rembuk RW dan Musrenbang hanya merupakan

seremonial saja yang output dan outcomenya tidak jelas serta tidak ada rekam jejak/histori

setiap usulan aspirasi masyarakat. Demikian pula dengan pihak swasta yang dalam

pelaksanaan Musrenbang tidak ada peduli dan tidak ikut berperanserta sama sekali.

Sedangkan dari pihak pemerintah, masalah yang dihadapi adalah banyaknya protes dan

kecamatan dari masyarakat terkait pelaksanaan musrenbang yang dianggap hanya formalitas

dan menjalankan agenda tahunan saja. Selain itu, ada kesulitan dari sisi aparat pemerintah

untuk mengimplemetasikan usulan/aspirasi masyarakat dalam musrenbang dan Rembuk RW

karena usulan yang disampaikan tidak dilengkapi dengan kejelasan permasalahan, alamat

lokasi usulan, volume yang tidak tepat (yang berdampak pada kesalahan perhitungan

anggaran) dan keterangan pelangkap usulan lainnya, bahkan ada usulan yang salah SKPD

sasaran, misalnya: masalah pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Pedesaan(PNPM-MP) di Desa Martadinata Kec. Teluk Pandan Kab. Kutim

Kalimantan Timur, karena masyarakat tidak memperoleh sarana air bersih padahal dalam

14
pembangunan PNPM sendiri menghabiskan dana sebesar Rp 153 juta lebih di tahun 2011

sampai sekarang tidak berfungsi. Dan akhirnya pembangunan sarana air bersih pun

terbengkalai dan tidak efektif dan efisien. Sekretaris Kecamatan Teluk Pandan Drs H Amir

membenarkan adanya proyek pembangunan sarana air bersih PNPM di Desa Martadinata,

tapi tidak mengetahui proses pekerjaannya, karena memang ada penanggung jawabnya dan

ada pengawasnya, seperti penanggung jawab operasional kegiatan (PJOK). Dimana antara

Sekertaris Kecamatan maupun penanggung jawab operasional kegiatan (PJOK) saling

lempar tanggung jawab. Menurut penanggung jawab operasional kegiatan (PJOK) ia hanya

memfasilitasi sebagai perantara saja. Hal inilah yang menyebabkan tidak efektifnya

pelaksanaan Rembuk RW dan Musrenbang pada masa itu.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut, Bappeda melakukan evaluasi dan

kajian lebih lanjut untuk menemukan jenis intervensi yang tepat dan merumuskan kebijakan

publik yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan ini. Berbekal pada Instruksi Presiden

nomor 6 tahun 2001 tentang Telematika, yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia

telah menggunakan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mendukung good

governance; dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang

Kebijakan Dan Strategi Nasional yang menyatakan bahwa pengembangan e-government

merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis

(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara

efektif dan efisien, maka Bappeda Provinsi Kabupaten Kutai Timur membangun suatu

aplikasi/sistem berbasis internet/online yang dinamakan e-musrenbang. e-Musrenbang

diharapkan mampu membuka ruang partisipasi masyarakat dari segala tingkatan untuk

memberikan aspirasi terkait perncanaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

Kebijakan ini mulai diimplementasikan pada tahun 2020 dan setiap tahun dievaluasi

15
untuk meningkatkan kualitas kebijakan. Aplikasi e-Musrenbang ini menunjukkan rekam

jejak setiap usulan/aspirasi masyarakat yang telah di musyawarahkan dalam Rembuk RW

dan perjalanannya dalam setiap fase/tahapan perencanaan dalam Musrenbang Tingkat Ke-

lurahan, Tingkat Kecamatan, Tingkat Kota (Forum SKPD dan Musrenbang Tingkat Kota),

bergulir terus menjadi KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran- Penetapan Plafon

Anggaran Sementara), penetapan RAPBD yang dirapatkan dengan legislatif, sampai pada

penetapan APBD. Dengan diimplementasikannya kebijakan ini, seluruh usulan/aspirasi

masyarakat terekam di sistem, dan setiap usulan mempunyai rekam jejak/historis yang jelas.

Dampak lainnya adalah masyarakat dapat memantau secara langsung perjalanan

usulan/aspirasi masyarakatnya, apakah diakomodir dan diimplementasikan oleh instansi

teknis atau tidak, selain itu masyarakat dapat mengetahui alasan tidak diakomodirnya

aspirasi mereka dengan memantau e-musrenbang secara langsung. Respon masyarakat

terkait kebijakan ini sangat bagus dan antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi dalam

Rembuk RW dan Musrenbang semakin meningkat pasca kebijakan ini diimplementasikan.

Dengan demikian kebijakan penggunaan sistem/aplikasi e-musrenbang dalam menjalankan

kegiatan Rembuk RW dan Musrenbang dinilai efektif dan berhasil karena dengan adanya

sistem ini antusiasme masyrakat dalam berpartisipasi dalam Rembuk RW dan Musrenbang

semakin meningkat.

Berikut merupakan tampilan gambaran model e-musrenbang Kutai Timur yang

penulis paparkan.

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah pemerintahan akan sangat ditentukan

oleh bagaimana kualitas perencanaan pembangunannya. Seperti dipahami bahwa

perencanaan akan menunjukan arah yang jelas tentang apa yang menjadi kebutuhan warga

dalam periode tertentu. Dengan perencanaan, semua kegiatan pembangunan dalam berbagai

16
sektor memiliki target yang jelas dan terukur. Oleh karena itu perencanaan akan

memudahkan para pelaku pembangunan dalam mencapai target-target yang telah ditentukan.

Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh World Bank bahwa ada 3 (tiga) pilar utama dalam

pembangunan yaitu: pemerintah, swasta dan masyarakat yang selanjutnya bersinergi satu

sama lain untuk mewujudkan konsep good governance (Tamin, 2004:49-53). Dengan

demikian diperlukan partisipatif aktif ke-3 aktor utama ini dalam melaksanakan perencanaan

pembanguan, yaitu melalui Rembuk RW dan Musrenbang.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

disebutkan bahwa mekanisme penyusunan rencana pembangunan, baik di tingkat pusat

maupun daerah dilakukan melalui mekanisme forum yang disebut dengan musyawarah

perencanaan pembangunan (Musrenbang)..

e-Musrenbang Kutai Timur merupakan suatu inovasi dan terobosan dalam sistem

perencanaan pembangunan daerah dengan mengadopsi perkembangan teknologi, informasi

dan komunikasi berupa pembangunan sistem berbasis internet/online yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan aplikasi e-musrenbang ini, seluruh warga Kutai

Timur difasilitasi untuk melaksanakan Rembuk RW dan Musrenbang berbasis online sistem,

sehingga setiap usulan akan terekam dengan jelas dan setiap warga yang menginput

aspirasinya akan mempunyai akses (melalui akun/email pribadinya) untuk memonitor

perkembangan usulannya. Dengan aplikasi ini seluruh aspirasi masyarakat hasil pembahasan

dalam Rembuk RW dan Musrenbang diinput melalui internet dengan alamat website

http://musrenbang.kutaitimur.go.id. Adapun tampilan aplikasi dan menu-menu e-

musrenbang dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini:

17
Gambar 1.1. Tampilan Home e-Musrenbang

18
Sumber: Bappeda Kab. Kutai Timur, 2020

Gambar 1.2. Rekapitulasi Hasil Inputan Aspirasi Masyarakat di e-Musrenbang

Kutai Timur

19
Sumber: Bappeda Kab. Kutai Timur, 2020

20
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Perubahan terhadap lingkungan, tuntutan masyarakat, perkembangan

teknologi, dan perubahan pola pikir pimpinan mengharuskan Pemerintah

Kabupaten Kutai Timur menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, salah

satunya adalah dengan membuat terobosan baru dan perubahan pada

produk/layanan yang lebih adaptif, inovatif dan mampu menjawab tantangan di

masa depan dengan tetap memperhatikan dan memprioritaskan pelibatan aktif

masyarakat dalam setiap aspeknya. Perubahan ini harus senantiasa diupayakan

tidak hanya dikarenakan kebutuhan (internal) organisasi tetapi lebih kepada

mengedepankan konsep Administrasi Publik, dimana dalam setiap kebijakan

pemerintah yang dihasilkan tidak hanya ditujukan untuk menyelesaikan

permasalahan dan melayani masyarakat, tetapi juga melibatkan masyarakat secara

aktif dalam penyusunan kebijakannya. Dari hasil kajian teori dan analisis yang

telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapanan e-

musrenbang di Kabupaten Kutai Timur merupakan bentuk e-government yang

output serta outcomenya sudah menunjukkan prinsip-prinsip good governance.

Tetapi masih perlu peningkatan lagi dalam kaitannya dengan kecepatan, dan

keakuratan informasi dan data sehingga perlu dilakukan evaluasi dan upgrade

aplikasi setiap tahunnya dengan didasarkan pada temuan-temuan dan

permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi dari hasil evaluasi implementasi

kebijakan setiap tahunnya. Sehingga dapat dilakukan penyempurnaan sistem

21
aplikasi dengan maksud memberikan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

3.2 Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa

dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki

makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai

pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas

22
DAFTAR PUSTAKA

Grindle, Merilee S. 2010. Good Governance: The Inflation of an Idea. HKS

Faculty Research Working Paper Series, RWP10-023, John F. Kennedy

School of Government, Harvard University.

Mustopadidjaja. 1999. Administrasi Negara, Demokrasi dan Masyarakat Madani.

Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Rahardjo, Budi .2001.  Membangun E-Government. Bandung: PPAU

Mikroelektronika, ITB.

Sedarmayanti. 2004. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Bagian

Kedua Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan

Produktivitas Menuju Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik).

Bandung: Mandar Maju.

Siagian, Yolanda M. 1994. Aplikasi Supply Chain Manajemen Dalam Dunia

Bisnis. Jakarta: Grasindo.

Syakrani, MS dan Syahriani. 2009. Implemantasi Otonomi Daerah dalam

Perspektif Good Governance. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tamin, Feisal. 2004. Reformasi Birokrasi Analisis Pendayagunaan Aparatur

Negara. Jakarta: Belantika.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2001. Good Governance (Paradigma Baru manajemen

Pembangunan). Jakarta: ISBN

http://emusrenbang.kutaitimurkab.go.id/musrenbang2020 diakses minggu

23
8/03/2020

24

Anda mungkin juga menyukai