Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMPETISI ANTAR KOMPONEN PENYUSUN DALAM


EKOSISTEM VEGETASI TANAMAN KELENGKENG

Oleh:
Golongan F/ Kelompok 5A
1. Imamatul Choir (191510601041)
2. Fifi Fitriyani Romadhon (191510601037)
3. Irma Rahmawati (191510601078)

LABORATORIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang melimpah. Keanekaragaman hayati merupakan suatu
keberagaman makhluk hidup yang didasarkan pada ciri-ciri makhluk hidup yang
ada pada suatu wilayah. Ekosistem tersusun dari sekumpulan individu dengan
ciri-ciri yang sama atau spesies yang hidup dalam suatu wilayah yang sama dan
dapat bereproduksi di antara sesamanya. Ekosistem dapat dikatakan sebagai suatu
tatanan kesatuan secara utuh yang dapat memengaruhi berbagai unsur lingkungan
yang ada. Organisme yang ada pada suatu wilayah nantinya akan melakukan
adaptasi pada suatu wilayah yang nantinya organisme tersebut akan memengaruhi
wilayah tersebut. Keadaan ini membuat unsur-unsur yang ada saling
berhubungan dan terjadi timbal balik antar unsur-unsur tersebut. Unsur –unsur
yang ada bisa mencakup unsur-unsur biotik dan unsur-unsur abiotik yang terdapat
pada suatu lingkungan.
Agroekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan ynag secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi dan
berkaitan dengan pertanian yang secara luas. Agroekosistem sendiri terdapat
komponen-komponen didalamnya yang saling memengaruhi antara komponen
agroekosistem dan saling berinteraksi satu sama lainnya. Komponen-komponen
yang ada pada agroekosistem antara lain tanah, biota tanah, vegetasi, manusia dan
teknologi, nutrisi dan pemupukan, OPT dan pestisida, hewan ternak dan sumber-
sumber energi. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama
lainnya sehingga terjadi keseimbangan dalam ekosistem.
Ekosistem yang ada saling berinteraksi satu sama lainnya dan terdapat jenis,
sifat, dan tingkah laku dari organisme yang ada di muka bumi ini. Interaksi yang
terjadi dari berbagai macam organisme dapat menyebabkan pola interaksi yang
terjadi pun semakin beragam. Keberagaman interaksi yang terjadi antar spesies
dalam suatu ekosistem dapat terjadi disebabkan karena adanya pengaruh antar
kombinasi. Pengaruh yang terjadi tersebut meliputi berbagai macam interaksi
agroekosistem yaitu netralisme, amensalisme, komensalisme, sinekrosis,
mutualisme, predasi atau parasitisme. Interaksi antar makhluk hidup juga dapat
terjadi berdasarkan mekanisme antar kombisani yaitu meliputi simbiosis dan
kompetisi.
Simbiosis makhluk hidup sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Simbiosis merupakan semua jenis interaksi yang terjadi pada makhluk hidup
antar dua organisme atau lebih yang terjadi timbal balik. Simbosis yang terjadi
juga memiliki fungsi yaitu untuk bertahan hidup dengan berbagai makhluk hidup
yang ada di muka bumi dengan mengandalkan sebuah hubungan yang ada.
Simbiosis pada umumnya terdapat interaksi yang saling menguntungkan antara
dua makhluk hidup, saling merugikan, hanya salah satu saja yang mendapatkan
keuntungan, salah satu mendapatkan kerugian dan satunya mendapatkan
keuntungan atau bahkan satunya tidak dirugikan.
Kompetisi terjadi karena adanya persaingan antar dua makhluk hidup dalam
mendapatkan makanan. Kompetisi merupakan bentuk interaksi antar individu
sejenis atau antar populasi dimana individu atau populasi tersebut bersaing untuk
memenuhi sumber-sumber kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Kompetisi
yang terjadi bisa berupa kompetisi dalam mendapatkan kebutuhan hidup dan
kompetisi yang terjadi antar makhluk hidup. Kompetisi dapat terjadi dalam
perebutan ruang hidup, kebutuhan makanan atau nutrisi tanaman, sinar matahari,
air, dan kebutuhan yang lainnya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui bentuk kompetisi antar komponen penyusun dalam suatu
ekosistem vegetasi tanaman kelengkeng.
2. Mengetahui hubungan antar populasi dan komunitas sebagai penyusun
suatu agroekosistem yang terdapat dalam vegetai tanaman kelengkeng.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agroteknologi yang berjudul “Kompetisi Antar Komponen
Penyusun dalam Ekosistem” dilaksanakan pada tanggal 2, 7, 11, 16 November
2019 yang bertempat di Agrotechnopark Kampus Jember.

3.2 Alat dan Bahan


1.2.1 Alat
1. Ajir
2. Alat Dokumentasi
3. Tali rafia
3.2.2 Bahan
1. Lembar pengamatan
2. Lembar identitas (jenis vegetasi)

1.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Mengunjungi salah satu petak pertanaman yang ada di kebun
Agrotehcnopark Kampus Universitas Jember
2. Mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di petak pertanaman tersebut
(memjenis tanaman, umur, jumlah, kondisi atau hal lain yang terkait dengan
keberadaan tanaman tersebut)
3. Mengidentifikasi kondisi lingkungan dimana tanaman itu berada (kondisi
atmosfer, tanah, tumbuhan di sekitar tanaman, serangga atau hewan di
sekitar tanaman, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT atau hal ini
yang terkait dengan lingkungan tanaman)
4. Melakukan kunjungan dan pengamatan kebun tersebut sebanyak empat kali
dengan rentang waktu satu minggu sekali pada tempat yang sama dengan
pengamatan awal
5. Membuat perumusan dari keseluruhan informasi tentang:
a. Struktur populasi tanaman
b. Struktur komunitas tanaman
c. Kemungkinan terbentuknya rantai makanan
d. Kemungkinan terbentuknya jejaring makanan
e. Kemungkinan terbentuknya siklus energi
f. Kemungkinan terbentuknya siklus materi
6. Memperoleh keseluruhan informasi, kemudian merumuskan apakah kebun
tersebut telah memenuhi empat prinsip sifat agroekosistem
7. Menulis semua hasil rumusan dalam bentuk naskah laporan praktikum

1.4 Analisis Data


Data yang diperoleh dari pengamatan di Agrotechnoprak Kampus Jember
akan diolah dengan analisis pendekatan deskriptif dan kualitatif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
(Terlampir)

4.2 Pembahasan
Agroekositem merupakan sebuah perubahan sistem lingkungan yang
dilakukan oleh manusia untuk memperoleh produksi pangan, serat dan berbabagi
produk pertanian lain, didalam agroekosistem terdapat ekosistem. Ekosistem
terdiri dari bermacam-macam komponen, baik komponen abiotik (mati) dan
komponen biotik (hidup). Komponen abiotik terdiri dari tanah, air, suhu, cahaya,
udara dan lain sebagainya. Komponen biotik atau komponen benda hidup terdiri
dari tumbuhan, hewan, fungi, plantae, mikroorganisme yang berada didalam tanah
maupun dilar tanah dan juga manusia.
Interaksi antar komponen abiotik dan biotik dapat mempengaruhi
ekosistem. Interaksi antar komponen tidak hanya terjadi antara komponen abiotik
dan biotik, bisa juga sesama komponen biotik dan sesama komponen abiotik.
Interaksi ini tentu saja dapat membentuk sebuah kompetisi antar penyusun dalam
suatu ekosistem dan terdapat hubungan antar populasi atau komunitas yang
menjadi penyusun suatu agroekosistem. Berdasarkan hasil studi lapang,
keberadaan komponen antar penyusun dalam agroekosistem yang terdapat di
Agroteknopark sangat banyak, seperti yang ada di sekitar tanaman Kelengkeng.
Pengamatan tidak dilakukan sekali, tetapi dilakukan secara empat kali
dengan rentan waktu seminggu sekali, guna untuk mengetahui apa saja komponen
yang terdapat disekitar tanaman kelengkeng. Hubungan antar populasi juga dapat
kita temukan pada saat pengamatan. Berikut adalah hasil dari pengamatan minggu
pertama dengan menemukan komponen penyusun yang beragam.
Pengamatan minggu ke 1
 Semut hitam kecil = 67 ekor  Lebah =1
 Semut merah = 5 ekor  Lalat =3
 Kupu-kupu = 2 ekor  Belalang =6
 Jangkrik =6  Rumput = 50%
 Rayap =1  Putri Malu = 30%
 Laba-laba =4
Berdasarkan hal tersebut, pengamatan pada minggu pertama mendapatkan
12 komponen penyusun yaitu semut hitam kecil sebanyak 67 ekor yang menjadi
jumlah terbanyak dari beberapa pengamatan, semut merah besar sebanyak 5 ekor,
kupu-kupu sebanyak 2 ekor, lebah 1 ekor, lalat di bawah pohon sebanyak 3 ekor,
belalang dan jangkrik sama-sama 6 ekor, rayap 1 ekor, dan laba-laba 4 ekor, serta
jenis gulma seperti rumput dan tumbuhan putri malu masing-masing sebanyak
50% dan 30%.
Pengamatan minggu ke 2
 Semut hitam kecil = 15  Kecoa =5
 Kupu-kupu =1  Belalang =7
 Lalat =5  Jangkrik =8
 Nyamuk =1  Lalat (dipohon) =1
 Laba-laba =6  Putri Malu = 30%
 Gulma (Rumput) = 51%
Pengamatan minggu kedua sedikit ada perbedaan yaitu munculnya
komponen biotik lain dan berkurang maupun bertambahnya jumlah komponen
penyusun. Pengamatan minggu kedua menjumpai semut hitam yang berukuran
kecil sebanyak 15 ekor, kupu-kupu 1 ekor, lalat dan kecoa sama yaitu 5 ekor,
belalang 7 ekor, jangkrik 8 ekor, nyamuk sebanyak 1 ekor, lalat yang berada
dipohon sebanyak 1 ekor, dan laba-laba sebanyak 6 ekor, gulma / rumput dengan
presentase 51%, serta tumbuhan putri malu 30% yang semakin tumbuh besar.
Pengamatan minggu ke 3
 Jangkrik =3  Lebah =1
 Lalat =6  Semut hitam kecil+besar = 9+3
 Laba-laba =7  Gulma (rumput) = 51%
 Kupu-kupu =1  Putri malu = 30%
 Rayap =4  Kecoa kecil =4
 Belalang =4  Nyamuk =2
Pengamatan pada minggu ketiga menemukan jangkrik sebanyak 3 ekor,
lalat 6 ekor, laba-laba sebanyak 7 ekor, kupu-kupu dan rayam masing-masing 1
ekor, belalang dan kecoa kecil sama yaitu 4 ekor, lebah sebanyak 1 ekor, dan
nyamuk sebanyak 2 ekor, serta jenis gulma yaitu rumput dan tumbuhan putri malu
masing-masing sebanyak 50% dan 30%. Gulma disini tidak bertambah banyak,
melainkan bertambah besar sama seperti minggu sebelumnya.
Pengamatan minggu ke 4
 Semut hitam kecil+besar = 7+1  Nyamuk =4
 Jangkrik =5  Kecoa kecil = 12
 Lalat =7  Lebah =3
Kupu-kupu =1  Semut merah =1
 Laba-laba =2  Gulma/Rumput = 55%
 Rayap =1  Putri malu = 32%
Berdasarkan pada pengamatan ke empat, komponen penyusun yang
ditemui adalah semut hitam kecil dan semut hitam besar masing-masing sebanyak
7 dan 1 ekor, jangkrik sebanyak 5 ekor, lalat sebanyak 7 ekor, laba-laba sebanyak
2 ekor, kupu-kupu 1 ekor, rayap sebanyak 1 ekor, kecoa kecil paling banyak
muncul yaitu 12 ekor, lebah sebanyak 3 ekor, semut merah besar sebanyak 1 dan
nyamuk sebanyak 4 ekor, serta gulma rumput dan tumbuhan putri malu yang
mulai bertambah karena sudah memasuki minggu ke 4 masing-masing sebanyak
55% dan 32%.
Kompetisi antar komponen penyusun dalam agroekosistem pasti ada, yaitu
kompetisi dalam mencari makan, kompetisi dalam mencari tempat tinggal dan lain
sebagainya. Hal ini tentu membuat adanya suatu interaksi atau simbiosis yang
terjadi antara komponen penyusun biotik. Interaksi antar komponen biotik yaitu
komensalisme, mutualisme, parasitisme atau predasi, amensalisme, netralisme,
dan sinekrosis. Simbiosis yang kita temui pada saat studi lapang adalah simbiosis
parasitisme dimana satu untung satu dirugikan, contohnya yaitu tumbuhan puti
malu dengan tanaman kelengkeng, yaitu perebutan zat hara dan nutrisi yang ada
didalam tanah.
Simbiosis parasitisme juga terjadi pada tanaman kelengkeng dengan gulma
rumput lulangan, sama-sama merebutkan unsur hara yang ada didalam tanah.
Petani sering membersihkan gulma rumput lulangan ini dengan menyemprotkan
herbisida agar gulma tersebut mati, jika petani mengaplikasikan herbisida itu
secara berlebihan, maka ada terjadilah simbiosis yaitu sinekrosis dimana
hubungan yang saling merugikan. Simbiosis mutualisme yaitu hubungan antar
komponen biotik yang saling menguntungkan, contohnya tanaman kelengkeng
yang penyerbukannya dibantu oleh lebah. Netralisme merupakan dimana
hubungan antar komponen sama sama tidak diuntungkan dan tidak dirugikan,
seperti adanya semut disekitar pohon. Kemungkinan terbentuknya rantai makanan
sangat sedikit karena komponen penyusun rata rata berukuran kecil.
BAB 5. KESIMPLAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kompetisi antar komponen penyusun dalam ekosistem yang mencakup
unsur biotik dan abiotik. Komponen penyusun biotik antara lain semut hitam
kecil, semut merah besar, lalat, belalang, rayap, kupu-kupu, laba-laba, jangkrik,
kecoa, lebah, nyamuk, gulma seperti tumbuhan rumput lalangan dan tumbuhan
putri malu. Komponen penyusun biotik yang saya temui dari 4 pengamatan
mengalamai perbedaan, dari bertambah atau berkurangnya jumlah komponen
penyusun, maupun adanya komponen penyusun lain. Komponen agroekosistem
ini saling berinteraksi dengan yang lainnya dan akan membentuk suatu hubungan
atau simbiosis. Simbiosi yang dapat kita temui adalah simbiosis parasitisme yaitu
tanaman kelengkeng dengan gulma, netralisme dan simbiosis komensalisme yaitu
lebah dengan tanaman kelengkeng yang membantu proses penyerbukan.

5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermanfaat yang dapat menjadikan kegiatan praktikum lebih baik lagi
untuk masa yang akan datang yaitu:
1. Lama waktu pengamatan, bisa ditetapkan, karena saat praktikan lain sudah
selesai melakukan pengamatan lalu ada praktikan dari kelompok lain baru
datang dan tidak lama kemudian mengikuti praktikan yang sudah selesai. Misal
waktu pengamatan 15 menit.
Dokumentasi

Gambar 1 dan 2. Komponen penyusun


biotik yaitu jangkrik dan semut merah.

Gambar 3 dan 4. Komponen penyusun biotik yaitu laba-laba dan kecoa kecil
Gambar 5 dan 6. Komponen penyusun biotik yaitu lalat dan belalang

Gambar 7 dan 8. Komponen penyusun biotik yaitu tumbuhan putri malu dan
rumput lalangan (gulma).

Anda mungkin juga menyukai