Anda di halaman 1dari 3

Nama : Masroina (1702110801)

Revi yovita (1802123933)

Cici Rahmawati (1802124043)

Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor
akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.
Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar
kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa
New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was
dengan pola anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker
melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal
AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act,
undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja
Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun,
kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan KPMG pun terselamatkan.

Analisis Kasus
Menurut kami, akuntan internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono belum sepenuhnya
menerapkan 4 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang
dilanggar antara lain :
1. Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono kurang bertanggung jawab karena dia terbukti menyogok aparat pajak di
Indonesia sebesar US$ 75 ribu.

2. Independensi, dalam kasus KAP-KPMG-SSH tidak menunjukkan adanya independensi


karena KAP KPMG-SSH telah melakukan hubungan afiliasi dengan kliennnya yaitu
melakukan tindakan penyuapan terhadap kantor pajak Jakarta Selatan, dimana KAP KPMG-
SSH membantu kliennya agar dikenakan pajak seminimum mungkin oleh kantor pajak
Jakarta Selatan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa KAP KPMG-SSH telah bersikap tidak
jujur, dan memihak kepada kliennya.

3. Kepentingan Publik, dimana dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono
diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja terbukti menyogok
aparat pajak di Indonesia yang disiati telah menerbitkan faktur palsu untuk biaya jasa
profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan
Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Hal ini tentu saja sangat berbahaya,
termasuk bagi perusahaan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono.

4. Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini
akuntan KPMG-Siddharta tidak menjaga integritasnya, karena telah melakukan penyogokan
aparat pajak di indonesia.

5. Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak
memihak siapapun. Dalam kasus ini akuntan KPMG memihak kepada kliennya dan
melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.

Komentar : Pada kasus ini KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak
memenuhi tanggung jawab profesionalnya sebagai Kantor Akuntan Publik
sehingga memungkinkan KPMG kehilangan kepercayaan publik. KPMG juga
telah melanggar prinsip objektivitas karena telah memihak kepada kliennya dan
melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.

Saran : KPMG seharusnya bersikap independen tidak boleh berpihak dalam melaksanakan
tugasnya. Sebuah kantor akuntan publik seharusnya bersih dari adanya kecurangan dan
professional di bidangnya.

Maka dari itu, berdasarkan kasus yang terjadi didalam KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono
kami menyimpulkan bahwa telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi
diantaranya sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
2. Independensi
3. Kepentingan Publik
4. Integritas
5. Objektifitas

Anda mungkin juga menyukai