Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 sejak


tanggal 28 November sampai 12 Desember 2019 di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Sampel penelitian di ambil
menggunakan teknik simple random sampling, didapatkan 138 mahasiswa
yang bersedia sebagai subjek penelitian. Semua data diambil dengan cara
kuisioner dan juga pemeriksaan fisik dengan cara menghitung jumlah,:komedo,
lesi inflamasi,dan kista berdasarkan 2nd Acne Round Table Meeting (South East
Asia), Regional Consensus on Acne Management.

4.1.1 Analisis Univariat

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi karakteristik responden didapatkan sebanyak


138 responden dapat dilihat pada tabel 4.1
Sebanyak 138 responden didapatkan responden dengan
frekuensi terbanyak untuk frekuensi berwudhu lebih dari lima kali sehari,
sumber air wudhu dari PDAM, kejernihan air yang tidak tercemar, cara
berwudhu yang sesuai sunnah, dan derajat keparahan AV derajat ringan.
Secara berurutan sebanyak 118 orang (85.5%), 127 orang (92%), 110
orang (79.7%), 70 orang (50.7%), dan 99 orang (71.7%).
Sedangkan frekuensi terbanyak untuk karakteristik responden
untuk usia 19 tahun sebanyak 54 orang (39.1%), lalu untuk jenis kelamin
responden didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan dengan
jumlah 102 orang (73.9%).
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)
Usia 16 1 .8
(Tahun) 17 20 14.5
18 53 38.4
19 54 39.1
20 10 7.2
Jenis Kelamin Laki-laki 36 26.1
Perempuan 102 73.9
Frekuensi ≥5x 118 85.5
Berwudhu
(dalam sehari) <5x 20 14.5
Sumber Air Air PDAM 127 92.0
Wudhu Air Hujan 0 0
Air Sungai 1 .7
Air Sumur 10 7.2
Kejernihan Air Tercemar 28 20.3
Tidak Tercemar 110 79.7
Cara Berwudhu Sesuai Sunnah 70 50.7
Tidak Sesuai 68 49.3
Sunnah
Derajat Ringan 99 71.7
Keparahan AV Sedang 32 23.2
Berat 7 5.1
4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden dengan Derajat
Keparahan AV

Distribusi frekuensi karakteristik responden dengan derajat keparahan


AV didapatkan sebanyak 138 orang disajikan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden dengan Derajat Keparahan AV


Derajat Keparahan Acne Vulgaris
Karakteristik Responden Ringan Sedang Berat Total
n % n % n % N
Jenis Laki-laki 26 72.2 7 8.3 3 1.8 36
Perempuan 73 73.2 25 23.7 4 5.2 102
Kelamin
Usia 16 1 100 0 0 0 0 1
(Tahun) 17 14 70 5 25 1 5 20
18 39 73.6 10 18.9 4 7.5 53
19 36 66.7 16 29.6 2 3.7 54
20 9 90 1 10 0 0 10
Frekunsi <5x 14 70 5 25 1 5 20
≥5x 85 72 27 22.9 6 5.1 118
Berwudhu
(dalam
sehari)
Sumber Air Air PDAM 91 71.7 29 22.8 7 5.5 127
Air Hujan 0 0 0 0 0 0 0
Wudhu
Air Sungai 1 100 0 0 0 0 1
Air Sumur 7 70 3 30 0 0 10
Kejernihan Tercemar 7 25 19 67.9 2 7.1 28
Tidak 92 83.6 13 11.8 5 4.5 110
Air Wudhu
Tercemar
Cara Tidak Sesuai 46 67.6 18 26.5 4 5.9 68
Berwudhu Sunnah
Sesuai Sunnah 54 75.7 14 16.2 3 4.3 70
Sebanyak 138 responden didapatkan derajat keparahan AV tertinggi pada
laki-laki dan perempuan adalah derajat keparahan AV derajat ringan masing-
masing sebanyak 26 orang (72.2%) dan 73 orang (73.2%). Pada usia didapatkan
usia tertinggi yang mengalami AV adalah responden yang berusia 19 tahun
dengan derajat keparahan AV terbanyak adalah derajat rendah sebanyak 36 orang
(66.7%). Untuk frekuensi berwudhu yang paling sering dilakukan oleh responden
adalah orang yang berwudhu ≥5x sebanyak 118 orang dengan derajat keparahan
AV tertinggi adalah derajat keparahan AV derajat ringan sebanyak 85 orang
(72%). Untuk sumber air wudhu terbanyak digunakan adalah air yang bersumber
dari PDAM dengan derajat keparahan AV paling tinggi adalah AV derajat ringan
sebanyak 91 orang (71.7%). Lalu kejernihan air yang paling banyak digunakan
responden adalah air yang tidak tercemar dengan derajat keparahan AV tertinggi
adalah derajat keparahan AV ringan dengan 92 orang (83.6%). Untuk cara
berwudhu yang paling banyak dilakukan adalah yang sesuai Sunnah dengan
derajat keparahan tertinggi adalah derajat keparahan AV ringan sebanyak 54
orang (75.7%).

4.1.2 Analisis Bivariat

4.1.2.1 Hubungan Derajat Keparahan AV dengan Frekuensi Berwudhu

Tabel 4.3 Data hubungan derajat keparahan AV dengan frekuensi berwudhu


Skor Derajat Keparahan AV
Skor Frekuensi Berwudhu r = -.015
p = >0.05
n = 138
Uji Korelasi Spearman

Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh nilai p = 0.863, yaitu lebih


besar dari 0.05 sehingga tidak terdapat hubungan antara frekuensi berwudhu
dengan derajat keparahan AV.

4.1.2.2 Hubungan Derajat Keparahan AV Dengan Kejernihan Air

Tabel 4.4 data hubungan derajat keparahan AV dengan kejernihan air


Skor Derajat Keparahan AV
Skor Kejernihan Air r = -.500
p = <0.05
n = 138
Uji Korelasi Spearman

Berdarkan tabel 4.4 terdapat hubungan antara kejernihan air dengan derajat
keparahan AV karena didapatkan hasil uji Spearman dengan nilai p = 0.000, yaitu
lebih kecil dari 0.05.
Hasil analisis juga didapatkan nilai r = -0.500, yang artinya korelasi antara
kedua variabel bersifat berlawanan dengan hubungan kuat

4.1.2.3 Hubungan Derajat Keparahan AV dengan Cara Berwudhu

Tabel 4.5 data hubungan derajat keparahan AV dengan cara berwudhu

Skor Derajat Keparahan AV


Skor Cara Berwudhu r = -.089
p = >0.05
n = 138
Uji Korelasi Spearman
Hasil analisis bivariat antara cara berwudhu dengan derajat keparahan AV
ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna karena nilai hasil uji
Spearman p = 0.298, yaitu lebih besar dari 0.05.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa frekuensi berwudhu,


kejernihan air dan cara berwudhu dengan derajat acne vulgaris (AV) didapatkan
hasil korelasi negatif yang artinya korelasi antara kedua variabel bersifat
berlawanan yaitu apabila frekuensi berwudhu, kejernihan air dan cara berwudhu
meningkat akan diikuti dengan menurunya derajat keparahan AV. Hal ini
dikarenakan aktivitas berwudhu dapat mengurangi jumlah kotoran, minyak dan
mikroorganisme yang ada di wajah sehingga mengurangi terjadinya pembentukan
AV. Membersihkan wajah adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan
sel-sel kulit mati dan kelebihan minyak, keringat, kotoran dan sisa kosmetik yang
ada di wajah. Minyak, kotoran, debu dan keringat yang menempel di wajah dapat
menutup dan menyumbat pori – pori sehingga mempermudah pembentukan acne
dan memperparah acne yang telah ada. Maka dapatlah dipahami, menjaga
kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak yang
berlebih di wajah. Membersihkan wajah secara teratur dan benar dengan
pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi yang memiliki problem kulit
berminyak dan berjerawat (Sulastomo, 2013).

Sebanyak 138 responden didapatkan responden terbanyak yang


mengalami AV adalah responden dengan usia 19 tahun dengan jumlah 54 orang
(39.1%), hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan adanya peningkatan hormon
pada umumnya Acne vulgaris dimulai pada usia (12-15 tahun) dengan puncak
tingkat keparahan pada 17-21 tahun. Acne vulgaris adalah penyakit terbanyak
remaja usia 15-18 tahun (Menaldi, 2018). Kelenjar sebasea mewakili densitas
reseptor androgen yang terbanyak pada kulit manusia. Hormon androgen adrenal
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) adalah regulator aktivitas kelenjar
sebasea yang signifikan, yang kadar DHEAS mulai meningkat saat pubertas dan
mulai menurun setelah dewasa (Zaenglein, 2008).Hasil yang hampir sama juga
dilaporkan oleh Wulandari, 2015 yang mendapatkan usia paling banyak pada
responden remaja berusia 20 tahun.
Sebanyak 138 responden yang didapatkan responden terbanyak yang
mengalami AV berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan dengan frekuensi
sebanyak 102 orang (73.9%), hal ini kemungkinan diakibatkan karena jumlah
mahasiswa perempuan yang lebih besar daripada mahasiswa laki-laki dan
perubahan hormon testosteron dan progesteron pada usia dewasa dapat
mempengaruhi ukuran dan aktivitas kelenjar sebaseus (Wilkinson, 2010).
Stimulasi androgenik penting baik pada pria maupun wanita karena berhubungan
dengan sekresi kelenjar sebaseus. Pengaruh hormonal lainnya mungkin
memainkan peran; wanita sering memiliki eksaserbasi aktivitas acne pada masa
perimenstrual (Fleischer, 2000). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Hertanto, 2013 yang hasil responden laki-laki lebih banyak di
bandingkan perempuan, perbedaan ini dapat terjadi karena terdapat hormon
androgen pada pria, mempengaruhi kelenjar sebum yang sangat sensitif terhadap
hormon ini yang dapat menyebabkan kelenjar sebum bertambah besar dan
produksi sebum meningkat, oleh sebab itu gejala acne vulgaris yang berat sering
terjadi pada pria (Wasitaatmadja, 2009).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan uji Spearman,
didapatkan tidak terdapat hubungan antara frekuensi berwudhu dan cara berwudhu
dengan derajat keparahan AV. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan karena
mencuci wajah saja tidak cukup tapi harus diikuti dengan penggunaan sabun
pencuci wajah seperti yang dikatakan oleh Sulastomo, 2013 membersihkan wajah
secara teratur dan benar dengan pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi
yang memiliki problem kulit berminyak dan berjerawat. frekuensi mencuci wajah
yang ideal 3- 4x sehari pada iklim tropis di Indonesia. Frekuensi mencuci wajah
yang ideal dapat mencegah timbulnya akne vulgaris (Draelos, 2015)
Membersikan wajah dapat menanggalkan kotoran debu, bakteri, dan kulit
mati dari wajah yang dapat menyebabkan penyerapan obat topikal dengan lebih
efektif (Subramanyan, 2004). Paradoksnya, membersihkan kulit wajah juga dapat
melemahkan hambatan di mana banyak sulfaktan pembersih yang berinteraksi
dengan protein dan lipid dari stratum korneum (Subramanyan, 2004).
Pengaplikasian sabun wajah atau pembersih yaitu pada wajah dan leher
dengan gerakan mengusap dan melingkar dengan menggunakan ujung jari secara
halus, cara membersihkan bagian leher dengan gerakan dari tengah ke samping
kemudian dari atas ke bawah. Arah pemakaian sabun atau pembersih wajah yaitu
dengan gerakan ke atas, dengan maksud agar kulit tidak tertarik ke bawah yang
dapat menyebabkan kulit wajah mengendur dan untuk membuka pori-pori kulit
agar kotoran mudah dibersihkan (Kraft, 2011). Cara berwudhu yang benar
menurut Rasulullah SAW yang berhubungan dengan membersihkan wajah,
sebagaimana termaktub di dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
adalah sebagai berikut, membasuh dua telapak sebanyak tiga kali, membasuh
wajah sebanyak tiga kali dengan mengusap sudut dua matamu dan melebihkan
membasuhnya dengan digosok-gosok, mengusap ubun-ubun dengan menjalankan
kedua telapak tangan dari ujung wajah hingga tengkuk dan kembali ke permulaan
dan mengusap kedua telinga sebelah luarnya dengan ibu jari dan sebelah
dalamnya dengan dua telunjuk (Hanifah, 2016)
Dari hasil pembahasan didapatkan uji Spearman didapatkan hasil p <
0.05, yaitu p = 0.000, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
derajat keparahan AV dengan kejernihan air. Hal ini kemungkinan terjadi
dikarenakan air yang jernih dapat mengindikasikan air yang tidak tercemar yang
dapat menjadi makanan bakteri dan air bersih dapat mengurangi minyak yang
berlebih dan mengangkat kulit mati yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat.
Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna dan
jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat
organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut
bertambah, maka kesadahan air akan naik dan akhirnya berdampak terhadap
kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan
tanaman atau hewan dan buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan
air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung
pembiakannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang
keruh sulit didisinfeksi,karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut,
sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen
(Soemirat, 2001). Membersihkan wajah hanya membutuhkan dua kali dalam
sehari dengan air dan sabun yang lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih
dan mengangkat kulit mati (Fulton, 2010).
Untuk saat ini penelitian tentang hubungan kejernihan air dan derajat
keparahan AV masih jarang dilakukan sehingga peneliti tidak dapat
membandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai