Oleh :
Nidya Diramayana
1
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternatif jawaban yang belum tentu jaaban-jawaban tersbut bersifat memuaskan
semua pihak. Hal itulah yang sering dikatan dilema etik. Dalam dunia
keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehigga
seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara
penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik.
B. Tujuan Penulisan
BAB II
1
TINJAUAN TEORITIS
1
pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson (1985) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak
ada yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung
pada pemikiran yang rasional bukan emosional (Wulan, 2011).
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan
dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
1
dipikirkan. Seseorang dapat berkeliling ke setiap helai daun sampai dia merasa
bahwa semua pertanyaan atau isu telah terungkapkan dan memuaskan semua
pihak. Dan sebagaimana peserta dalam perjalanan ini berkeliling bersama dalam
pembuatan keputusan mereka, mereka akan kembali ke dalam pusat ‘ethical
concern’. Pemikiran tentang isu ini tidak akan mengikuti jalan pemikiran yang
sama karena selalu akan ada informasi baru. Sulit menentukan suatu keputusan
dalam sebuah rentang waktu, atau apakah keputusan ini memang sudah yang
paling benar.
1
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan Keputusan Secara
Etis Dalam Pelayanan Kesehatan
1
pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan
pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan,
memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai
sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.
BAB III
1
KASUS DILEMA ETIK
A. Kasus
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn.S karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi.
B. Pembahasan
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh
1
pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya
sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah
memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi
dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan
kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara
pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor
utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien
yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus
memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar
mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien.
Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah
komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas
akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan
keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model
Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo
dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn.A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1
1. Mengkaji situasi
a. Tn. S menggunakan
haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang dideritanya
sekarang sehingga Tn. S meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
b. Rasa kasih sayang
keluarga Tn. S terhadap Tn. S membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan
meminta perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. S dengan
pertimbangan keluarga takut jika Tn. S akan frustasi tidak bisa menerima
kondisinya sekarang
c. Perawat merasa
bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan
atau kondisinya.
1
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. S kepada Tn. S saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn.S tidak panic yang berlebihan
ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah
dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk
alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support
sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. S
tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. S. Dengan demikian diharapkan
secara perlahan, Tn. S akan merasa nyaman dengan support yang ada
sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang
sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu
Tn. S tentang kondisinya dan ternyata Tn. S menanyakan kondisinya
ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil
pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak
segera memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. S dan tidak jujur
saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat.
Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik
keperawatan.
1
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang
membocorkan informasi, maka Tn. S akan beranggapan bahwa tim
medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong
kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau
berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat
mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. S nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn.S. Sehingga pemberian informasi secara
langsung dan jujur kepada Tn. S perlu dilakukan untuk menghindari
hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut
kepada Tn.S
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak
ingin Tn. S frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang
diceritakan diatas bahwa ketika Tn. S tahu dengan sendirinya justru
akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang
bersifat emosional dari Tn. S tersebut sehingga bisa memperburuk
kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn.S dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak
menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak
mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan
bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang
terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001
yang mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang
memberikan permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan
profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. S denial dengan informasi
yang diberikan perawat.
Denail atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika
seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia
tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. S. Perawat juga
1
meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan
tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. S tersebut. Hal ini
perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. S diharapkan
dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk
sembuh.
4. Melaksanakan Rencana
1
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. S tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. S secara benar dan jujur sehingga Tn.S akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. S
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat
bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn.S jika
hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. S terhadap perawat tersebut
nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien
dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan
pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
5. Mengevaluasi Hasil
1
Tn. S masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan
support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien
merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media.
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek.
Jakarta: EGC.
Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ.
Co