Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN


“PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT
DALAM KEPERAWATAN”

PEMBIMBING : DR. Yulastri Arif, M.Kep

Oleh :
Nidya Diramayana

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan


limpahan rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Etika dan Hukum Keperawatan tentang “Pengambilan Keputusan Yang
Tepat Dalam Keperawatan”.
Penulis menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini sangat banyak
memperoleh bimbingan dan dorongan baik secara moril maupun material dari
berbagai pihak. Namun secara khusus penulis ingin mengungkapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan masukan atau arahan untuk
penyelesaian tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sangat diperlukan untuk
perbaikan tugas ini.

Padang, November 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang


garap pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada
individu yang sehat maupun yang sakit untuk menjalankan hidup sehari-harinya.
Salah satu yang mengatur hubungan perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika
dn moral sering digunakan secara bergantian (Wulan, 2011).
Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan
berinterkasi langsung dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga,
keompok dan masyarakat. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika
keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat maka ia harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktek
keperawatan itu sendiri, dimanaseorang perawat harus membantu klien dalam
mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan
autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya. Perawat mendukung martabat
kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya, perawat menjaga
kerahasiaan klien, berorientasi pada akuntabilitas perawat dan perawat bekerja
dalam lingkungan yang kompeten, etik dan aman (Dalami, dkk, 2010).
Hubungan antara perawat dan pasien atau tim medis lainnya tidak selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik
dan konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka
dalam praktek profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien dan
hukum telah berperan dalam meningkatkan perhatian terhadap etik. Standar
perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi
keperawatan internasional, nasional dan negara bagian atau provinsi. Perawat
harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan diri klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang
terlihat (Ismani, 2001).
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan

1
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternatif jawaban yang belum tentu jaaban-jawaban tersbut bersifat memuaskan
semua pihak. Hal itulah yang sering dikatan dilema etik. Dalam dunia
keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehigga
seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara
penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:


1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang etik dan dilema etik
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahu dan memahami difinisi etika
b. Mampu mengetahu dan memahami prinsip-prinsip etik.
c. Mampu mengetahu dan memahami dilema etik dan cara penyelesaiannya.
d. Mampu mengetahu dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesaiannya.

BAB II

1
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap


hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.
Pengambilan keputusan merupakan proses pada saat ada sejumlah langkah
yang harus dilakukan dan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari
semua alternatif yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemecahan
masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Defenisi Dilema Etik

Dilema didefinsikan sebagai sebuah masalah yang menghadapkan seseorang


dengan pilihan diantara beberapa opsi yang terlihat sama sama tidak difavoritkan.
Sebagai contoh dalam kasus dimana seseorang dalam kondisi ‘vegetative stage’
atau tidak kunjung membaik, mungkin menghadapi keputusan untuk
memperpanjang kemungkinan hidup yang kecil , atau tidak memiliki harapan
hidup yang terlihat seperti sebuah kehidupan namun tanpa kualitas, atau
membiarkan pasien meninggal dengan sendirinya. Dilema ini sepertinya akan
menghadapkan tenaga kesehatan, orang tua, dan mereka yang mencintainya
sebagai seorang pasien. Bagaimanapun ini akan menjadi fokus bagi perawat dan
juga terlebih lagi, keluarga sering meminta bantuan perawat untuk memberian
pertolongan dan kenyamanan  dalam situasi ini (Lachman, 2006).
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menetukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul

1
pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson (1985) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak
ada yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung
pada pemikiran yang rasional bukan emosional (Wulan, 2011).
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan
dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.

C. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengambilan keputusan

Banyakfaktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam


pengambilan keputusan, antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional
dan fisik, personal karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi,
pengalaman masalalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan
yang dimiliki
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu.Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah
pernyataan masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai
ditentukan oleh salah satu kultural, sosial, latarbelakang, filosofi, social dan
kultural.

D. Model Pertanyaan Etik

Model dari pertanyaan etik dalam gambaran bunga mungkin  dapat


menunjukkan sebuah proses keputusan etik ini  bekerja.  Setiap helai daun bunga
akan menunjukkan rentetan pertanyaan dari sebuah topik atau isu yang

1
dipikirkan. Seseorang dapat berkeliling ke setiap helai daun sampai dia merasa
bahwa semua pertanyaan atau isu telah terungkapkan dan memuaskan semua
pihak. Dan sebagaimana peserta dalam perjalanan ini berkeliling bersama dalam
pembuatan keputusan mereka, mereka akan kembali ke dalam pusat ‘ethical
concern’. Pemikiran tentang isu ini tidak akan mengikuti jalan pemikiran yang
sama karena selalu akan ada informasi baru. Sulit menentukan suatu keputusan
dalam sebuah rentang waktu, atau apakah keputusan ini memang sudah yang
paling benar.

Tujuan dari digunakannya bermacam  pendekatan ini untuk menunjukkan


bahwa tidak ada satu jalan saja untuk mengekspose situasi ini. Juga penting untuk
dikenali bahwa hasil dari isu etik ini akan bergantung kepada orang-orang yang
terlibat di dalamnya, bukan berarti bahwa keputusan etik yang dibuat dipengaruhi
oleh pendapat personal. Ini hanya berarti bahwa memecahkan isu ini tidak
didalam keadaan yang abstrak. Setiap situasi akan berbeda, bergantung kepada
faktor hubungan, prinsip, outcomes, kewajiban dan komitmen dari setiap orang
yang terlibat didalamnya (CARNA, 2005).

1
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan Keputusan Secara
Etis Dalam Pelayanan Kesehatan

Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus


mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya. Beberapa ahli
menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, perawat sebenarnya telah
menghadapi permasalahan etis, bahkan Thompson dan Thompson menyatakan
semua keputusan yang dibuat dengan, atau tentang pasien mempunyai
dimensietis.Setiap perawat harus dapat mendeterminasi dasar-dasar yang dimiliki
dalam membuat keputusan misalnya agama, kepercayaan atau falsafah moral
tertentu yang menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan dengan keburukan.
Beberapa orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan
buruk dari keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan
pengalamannya. Dalam membuat keputusan etis, seseorang harus berpikir secara
rasional, bukan emosional.

F. Pengambilan keputusan kelompok

Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:


1. Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran
yang sebelumnya telah didefinisikan.
2. Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggung jawab
melaksanakannya. Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting untuk
mencapai informasi dan mengambil keputusan. Ada keuntungan-keuntungan
tertentu yang dapat dipetik melalui suatu rapat, yaitu :
a. Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam
forum terbuka.
b. Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran
serta pengertian yang mendalam.
c. Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta rapat.
d. Rapat melatih menerima pendapat orang lain.
e. Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain dan
belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses

1
pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan
pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan,
memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai
sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.

G. Langkah-langkah pengambilan keputusan

Langkah-langkah menurut Megan (1989)


1. Mengkaji situasi.
2. Mendiagnosis masalah etik.
3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan.
4. Melaksanakan rencana.
5. Mengevaluasi hasil.

BAB III

1
KASUS DILEMA ETIK

A. Kasus

Di sebuah Rumah Sakit tipe C, katakanlah RSUD A ada seorang pasien


bernama Tn.S yang saat ini sedang menjalani proses rawatan di ruang penyakit
dalam. Tn.S di diagnosa penyakit infeksi menular yaitu HIV/AIDS. Dokter belum
memberitahu Tn.S akan penyakit nya, namun bersama dokter dan dengan izin
dokter perawat memberitahukan keadaan dan penyakit pasien kepada istrinya.
Setelah istrinya mengetahui keadaan dari pasien, dia meminta untuk
merahasiakan keadaan pasien terhadap pasien itu sendiri. Karena istrinya takut
kondisi klien akan menurun karena frustasi dan takut ditolak atau dikucilkan oleh
masyarakat.

Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn.S karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi.

B. Pembahasan

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh

1
pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya
sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah
memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi
dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan
kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara
pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor
utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien
yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus
memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar
mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien.
Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah
komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas
akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan
keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model
Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo
dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.

Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn.A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :

1
1. Mengkaji situasi

Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi


masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut:

a. Tn. S menggunakan
haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang dideritanya
sekarang sehingga Tn. S meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya. 
b. Rasa kasih sayang
keluarga Tn. S terhadap Tn. S membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan
meminta perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. S dengan
pertimbangan keluarga takut jika Tn. S akan frustasi tidak bisa menerima
kondisinya sekarang
c. Perawat merasa
bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan
atau kondisinya.

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral

Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan


permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi
kepada Tn. S terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan

Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh


perawat bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema
etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :

1
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. S kepada Tn. S saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn.S tidak panic yang berlebihan
ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah
dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk
alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support
sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. S
tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. S. Dengan demikian diharapkan
secara perlahan, Tn. S akan merasa nyaman dengan support yang ada
sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang
sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu
Tn. S tentang kondisinya dan ternyata Tn. S menanyakan kondisinya
ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil
pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak
segera memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. S dan tidak jujur
saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat.
Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik
keperawatan.

b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam


memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. S untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. S tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. S merasa dihargai dan
dihormati haknya sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar
etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada psikologisnya
dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. S secara lambat laun

1
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang
membocorkan informasi, maka Tn. S akan beranggapan bahwa tim
medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong
kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau
berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat
mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. S nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn.S. Sehingga pemberian informasi secara
langsung dan jujur kepada Tn. S perlu dilakukan untuk menghindari
hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut
kepada Tn.S
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak
ingin Tn. S frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang
diceritakan diatas bahwa ketika Tn. S tahu dengan sendirinya justru
akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang
bersifat emosional dari Tn. S tersebut sehingga bisa memperburuk
kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn.S dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak
menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak
mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan
bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang
terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001
yang mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang
memberikan permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan
profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. S denial dengan informasi
yang diberikan perawat.
Denail atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika
seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia
tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. S. Perawat juga

1
meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan
tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. S tersebut. Hal ini
perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. S diharapkan
dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk
sembuh.

4. Melaksanakan Rencana

Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan


didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode
etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan
diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam
situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya
dan keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak
Tn. S tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. S. Sehingga perawat bisa
memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat
untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn.S.
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti Tn. S mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang
lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang
penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan\
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak
menimbulkan kerugian pada Tn.S baik secara fisik ataupun psikis yang
kronis nantinya.

1
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. S tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. S secara benar dan jujur sehingga Tn.S akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. S
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat
bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn.S jika
hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. S terhadap perawat tersebut
nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien
dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan
pasien kepadanya kecuali seijin pasien.

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan


yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk
alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan informasi tentang kondisi
pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua
yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai
dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut
memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian
dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caring
serta komunikasi terapeutik.

5. Mengevaluasi Hasil

Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi


sejauh mana Tn. S beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika

1
Tn. S masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan
support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien
merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.

1
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas


sehingga keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak
baik pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas
dan membuat kerangka penyelesaian masalah etik, tetapi penyelesaian secara
umum bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan peninjauan
kembali terhadap kejadian, memanggil saksi-saksi, mengkaji dan mengidentifikasi
pelanggaran etik yang dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap pelanggaran
atau memberikan rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal
tersebut yang penting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan
dengan baik dan memuaskan semua pihak.

B. Saran

Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat


dipertanggung jawabkan. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang
mengatur dan sebagai bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima
praktek keperawatan Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung
dengan adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan
secara baik dilapangan.
Keputusan dilemma etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling
memuaskan dan tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik
disetiap Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan. Perlunya sosialisasi
yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan pelatiham
yang review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.

1
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media.

Ismani, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Marriner, A.T. (1995). Nursing Management and Leadership( 5thed), Mosby St


Louis, Baltimore.

Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek.
Jakarta: EGC.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan,


lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI

Siagin, P (2011). Kepemimpinan & Perilaku Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Syafaruddin & Anzizhan. (2013). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.


Jakarta : Grasindo

Wulan dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengakap Menjadi


Perawat Profesional Berwawasan etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ.
Co

Anda mungkin juga menyukai