Anda di halaman 1dari 13

Makalah Psikologi Kepribadian

“Rotter dan Mischel : Teori Belajar Kognitif Sosial”

Disusun Oleh :
Putri Regina Aulia
NIM :
201910230311404

Dosen Pengampu : Sofa Amalia, M.Si.

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Tahun 2020
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Psikolgi kepribadian adalah ilmu yang mencakup upaya sistematis untuk
mengungkapkan dan menjelaskan pola teratur dalam pkiran, perasaan, dan perilaku nyata
seorang yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. DalamPsikologi kepribadian
mempelajari berbagai teori, salah satunya adalah teori belajar kognitif sosial.

Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing
berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia
akan bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannya. Kedua pakar teori tersebut menolak
penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung,
malah mereka menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang
adalah determinan utama dari perilaku.

Rotter beragumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui


pemahaman dari interaksi antara manusia dan lingkungan yang berarti untuk mereka.
Sebagai interaksionis, Rotter yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun lingkungan
itu sendiri yang sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku. Malah, ia beragumen bahwa
kondisi manusia, sejarah masa lalu dan ekspektasi terhadap masa depan adalah kunci
utama untuk memprekdisikan perilaku. Dalam hal ini, ia berbeda dengan Skinner yang
menyakini bahwa penguatan pada dasarnya berasal dari lingkungan.

Teori kognitif sosial Mischel mempunyai banyak kesamaan dengan teori kognitf
sosial Bandura dan teori belajar sosial Rotter. Seperti Bandura dan Rotter, Mischel yakin
bahwa faktor kognitif, seperti ekspektasi, persepsi subjektif, nilai, tujuan, dan standar
personal mempunyai peran yang penting dalam pembentukan kepribadian. Kontribusi
difaktor kognitif terhadap teori kepribadian telah berkembang dari penelitian mengenai
penundaan kepuasan (delay of gratification), pada penelitian mengenai konsistensi atau
ketidakkonsistensian kepribadian, dan baru-baru ini bekerja sama dengan Yuichi Shoda
dalam pengembangan sistem kepribadian kognitif-afektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi dari Julian Rotter dan Mischel?


2. Apa itu teori belajar kognitif sosial menurut Juian Rotter dan Mischel?
3. Apa saja kekurangan dalam teori belajar kognitif sosial?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui biografi dari Juian Rotter dan Mischel.


2. Agar dapat menjelaskan konsep dari teori belajar kognitif sosial menurut Julian
Rotter dan Mischel.
3. Untuk dapat mengetahui apa saja kekurangan dari teori belajar kognitif sosial
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Julian B. Rotter


Julian B. Rotter lahir pada 22 Oktober 1916 di Brooklyn,
New York. Rotter merupakan pencipta dari skala locus of
control yang lahir sebagai anak ketiga dan anak laki-laki
pertama dari pasangan orang tua imigran Yahudi.
Rotter memiliki riwayat pendidikan di Brooklyn College
mengambil jurusan kimia dan lulus tahun 1937. Lalu,Rotter
melanjutkan program pascasarjana psikologi di University of
Lowa, tempatnya menerima gelar master tahun 1938. Pada
tahun 1941, Rotter menerima gelar Ph.D. dibidang psikologi
klinis dari Indiana University dan ditahun yang sama Rotter
menerima posisi sebagai psikolog klinis di Norwich State Hospital di Connecticut. Lalu,
pada awal Perang Dunia II, Rotter ditarik masuk ke militer dan menghabiskan lebih dari
tiga tahun sebagai psikolog militer. Setelah perang, Rotter mengambil pekerjaan di Ohio
State University dan selama lebih dari 12 tahun Rotter dan Kelly berjaya sebagai dua
anggota paling kuat didepartemen psikolog di Ohio State University. Akan tetapi, Rotter
tidak begitu suka dengan dampak politik dari McCarthvism di Ohio, dan pada tahun 1963
ia mengambil posisi di University of Connecticut sebagai direktur dalam Clinical Training
Program dan terus berada diposisi tersebut sampai tahun 1987, saat ia pensiun dan menjadi
profesor emeritus.
Rotter memiliki istri bernama Clara Barnes dan memiliki 2 orang anak, seorang
anak perempuan bernama Lean dan seorang anak laki-laki bernama Richard. Rotter
meninggal pada tahun 6 Januari 2014 di Mansfield, Connecticut, Amerika.
Di antara publikasi Rotter yang paling penting adalah Social Learning and Clinical
Psychology (1954), Chinical Psycology (1964), Application of a Social Learning Theory of
Personality dengan J.E. Chance dan E.J. Phares (1972), Personality dengan D.J. Hochreich
(1975), The Development and Application of Social Learning Theory: Selected Papers
(1982), Rotter Incomplete Sentence Blank (Rotter 1966) dan Interpersonal Trust Scale
(Rotter 1967).

2.2 Pengantar Teori Belajar Sosial Rotter


Teori belajar sosial berlandaskan lima hipotesis dasar. Pertama, teori belajar sosial
meliputi bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya (Rotter
1982). Reaksi manusia terhadap stimulus lingkungan bergantung pada arti atau
kepentingan yang mereka kaitakan dengan suatu kejadian. Penguatan tidak hanya
bergantung pada hanya stimulus eksternal, tetapi pada arti yang deberikan oleh kapastitas
kognitif dari manusia. Rotter yakin bahwa perilaku manusia berasal dari interaksi antara
lingkungan dengan faktor personal.
Asumsi kedua dari teori Rotter adalah bahwa kepribadian manusia bersifat
dipelajari. Dengan demikian, kepribadian tidak diatur atau ditentukan berdasarkan suatu
usia perkembangan tertentu; melainakan dapat diubah atau dimodifikasi selama manusia
mampu untuk belajar. Kita belajar dari pengalama masalalu, tetapi pengalaman tersebut
tidak sepenuhnya konstan-diwarnai oleh perubahan yang masuk sehingga mempengaruhi
persepsi saat ini.
Asumsi ketiga dari teori belajar sosial adalah bahwa kepribadian mempunyai
kesatuan mendasar, yang berarti kepribadian manusia mempunyai stabilitas yang relatif.
Hipotesis keempat dari !otter adalah bahwa motivasi terarah bedasarkan tujuan.
Sebagai contoh, kebanyakan Tujuan mahasiswa adalah lulus maka mereka akan bersedia
menahan tekanan dan tegangan demi kelulusannya. Pernyataan ini merujuk pada hukum
efek empiris, yang “mendefinisikan penguatan sebagai tindakan, kondisi atau kejadian apa
pun yang mempengaruhi pergerakan manusia menuju sauatu tujuan.”
Asumsi kelima Rotter adalah bahwa manusia sanggup mengantisipasi peristiwa
yang akan terjadi di depan. Biasanya mereka dapat menggunakan gerakan sebelumnya ke
arah antisipasi peristiwa sebagai kriteria untuk mengevaluasi penguatnya.

2.3 Perilaku Manusia Menurut Julian Rotter


A. Memprediksi Perilaku Spesifik
Dimulai dengan lima asumsi Rotter diatas, ia kemudian membangun teori
kepribadian yang berusaha memprediksi perilaku manusia, dam ia mengajukan empat
variable yang harus dianalisis untuk membuat prediksi yang akurat dalam suatu situasi
yang spesifik. Variabel-variabel tersebut adalah :
1. Potensi Perilaku
Apabila diperhitungkan secara luas, potensi perilaku (behavior potential-
BP) adalah kemungkinan bahwa suatu respons tertentu akan terjadi pada suatu
waktu dan tempat.
Pendekatan kedua atas prediksi adalah untuk mengasumsikan bahwa nilai
penguatan bersifat konstan dan ekspektasi bervariasi. Apabila total penguatan
dari setiap perilaku yang mungkin dilakukan bernilai sama, maka satu perilaku
yang memiliki ekspetasi untuk diberi penguatan paling tinggi akan menjadi yang
paling mungkin untuk terjadi.
Konsep Rotter menggunakan beragam definisi perilaku yang intinya
mengacu pada respons apa pun, implisit atau eksplisit, yang dapat diobservasi
atau diukur secara langsung atau tidak langsung.

2. Ekspektasi
Ekspektasi (E) mengacu pada harapan seseorang bahwa penguatan tertentu
atau seperangkat penguatan akan muncul pada situasi tertentu. Sifat Ekspektansi
(E) dapat bersifat umum ataupun spesifik. Ekspektasi umum (General
Expectancies - GE) yang dipelajari lewat pengalaman sebelumnya dgn respon
tertentu atau serupa.
Ekspektansi Spesific ditentukan sebagai E’ (E prime). Dalam situasi apapun
ekspektansi terhadap penguatan ditentukan oleh kombinasi antara ekspektansi
spesifik (E,) dan ekspektansi Umum (GE).
Ekspektansi Total tehadap keberhasilan adalah fungsi dari ekspektansi
umum + spesific. Bila ekpektansi tinggi terhadap keberhasilan maka akan
mengeluarkan banyak upaya dan tetap bertahan, walaupun pencapaian tujuan
agak sulit dicapai (misalnya motivasi jadi Sarjana, dll). Sebaliknya pribadi
dengan ekspektasi total rendah maka individu tidak akan mengejar (kurang
upaya).

3. Nilai Penguatan
Variabel lain dalam rumusan prediksi adalah nilai penguatan
(Reinforcement Value - RV) yaitu preferensi seseorang untuk melekat kepada
penguatan tertentu meskipun kemungkinan bagi pemunculan penguatan berbeda-
beda di semua tingkat.
Hal yang mempengaruhi nilai penguatan adalah persepsi individu dalam
menilai positif dan negatifnya suatu peristiwa dan kebutuhan manusia. Rotter
menyebut hal ini sebagai penguatan internal (internal reinforcement) dan penguatan
eksternal (eksternal reinforcement). Contohnya jika anda menyukai film populer,
yang disukai oleh banyak orang (penguatan internal dan penguatan eksternal
mendukung). Namun, bila kesukaan anda terhadap film berbeda dengan
temanteman maka penguatan internal dan eksternal bertentangan.
Kontributor lain bagi penguatan adalah kebutuhan manusia. Secara umum,
penguatan cenderung akan meningkat nilainya apabila kebutuhan yang akan
dipuaskannya menjadi lebih kuat.
Rotter percaya bahwa manusia sanggup menggunakan kognisi untuk
mengantisipasi rantai peristiwa yang mengarah kepada beberapa tujuan ke depan.
Tujuan akhir memberikan kontribusi bagi nilai penguatan setiap peristiwa ini secara
berurutan. Penguatan saat ini nampak dalam bentuk rangkaian penguatan (sequence
reinforcement), yang disebut Rotter sebagai kelompok-kelompok penguatan.
Penguatan saat ini tidak muncul secara independent.

4. Situasi Psikologis
Situasi psikologis (Psychological Situation - S) didefinisikan sebagai bagian
dari dunia internal yang direspons oleh manusia. Situasi psikologis tidak sama
dengan stimulus eksternal walaupun peristiwa fisik biasanya penting bagi situasi
psikologis.
Perilaku bukanlah hasil peristiwa lingkungan atau sifat personal, melainkan
lebih berasal dari interaksi seseorang dengan dengan lingkungannya.Teori Belajar
Rotter berhipotesis bahwa interaksi antara pribadi dan lingkungan adalah faktor
krusial dalam membentuk perilaku. Situasi psikologis ini adalah ”Jalinan kompleks
interaksi yang ada pada individu selama periode waktu tertentu”(Rotter, hal.318).
Manusia tidak pernah bersikap netral melainkan selalu merespon tentang apa atau
bagaimana persepsi atau pemahaman individu (mereka) tentang lingkungan.
Periode hubungan bisa beragam dari peristiwa sekejap sampai moment penguatan
yang cukup lama.
5. Rumusan Prediksi Dasar
Sebagai cara hipotesis untuk memprediksi perilaku spesifik, Rotter
mengajukan suatu rumusan dasar yang memasukan kekempat variabel
prediksi.rumusan ini merepresentasikan cara memprediksi yang cenderung idealus
daripada realistis, dan tidak ada nilai pasti yang dapat diambil dari rumusan ini.

BPx1, S1, ra = f (E x1,ra,S1 + Rva,S1)

Potensi bagi perilaku x untuk muncul dalam situasi 1 dalam kaitannya


dg.penguatan a adalah fungsi dari ekspektansi bahwa perilaku x akan diikuti oleh
penguatan a dalam situasi 1 dan nilai penguatan a dalam situasi 1.

B. Memprediksi Perilaku Umum


Untuk mempredisikan perilaku umum, kita akan melihat David, yang telah
bekerja di Hoffman’s Hardware Store selama 18 tahun. David telah diinformasikan
bahwa karena bisnis sedang lesu, Mr. Hoffman harus mengurangi jumlah
pekerjanya dan David mungkin akan kehilangan pekerjaannya. Bagaiman kita
dapat memprediksikan perilaku David selanjutnya?

1. Ekspektasi Umum
Pada kondisi David diatas konsep dari generalisasi dan ekspektasi umum
masuk ke dalm teori Rotter. Apabila dimasa lalu, David terbiasa mendapatkan
penghargaan atas perilakunya yang telah meningkatkan status sosialnya, maka
kecil probabilitasnya bahwa ia akan memohon pada Mr. Hoffman untuk suatu
pekerjaan, karena bertentangan dengan status sosialnya. Di sisi lain, apabila
usahanya terdahulu dalam perilaku bertanggung jawab dan mandiri telah terbiasa
mendapatkan penguatan, dan apabila ia mempunyai kebebasan dalam bergerak
yaitu kesempatan untuk melamar pekerjaan lain, kemudian mengasumsikan
bahwa ia membutuhkan pekerjaan, maka tinggi probabilitasnya bahwa ia akan
melamar untuk pekerjaan lain atau apabila tidak, ia akan tetap berprilaku secara
mandiri. Memprediksikan reaksi dari David atas kemungkinan kehilangan
pekerjaan, berarti mengetahui bagaiamana ia melihat pilihan-pilihan yang
tersedia untuknya dan juga status dari kebutuhannya saat ini.

2. Kebutuhan
Menurut Rotter (1982) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau
perangkat perilaku yang menggerakkan manusia mencapai satu tujuan tertentu.
Perbedaan kebutuhan dan tujuan adalah jika diarahkan kpd lingkungan,yang
muncul adalah tujuan, namun jika diarahkan pada manusia, yang muncul adalah
kebutuhan.

Kategori Kebutuhan
Rotter & Hochreich (1875) mendata enam kategori kebutuhan, dimana
setiap kategori mempresentasikan kelompok perilaku yang berkaitan secara
fungsional, yaitu perilaku - perilaku yang mengarah pada penguatan yang sama
atau serupa. Enam kategori kebutuhan tersebut yaitu :
• Status Pengakuan, artinya kebutuhan ingin diakui oleh orang lain.
• Dominasi, artinya kebutuhan mengontrol perilaku orang lain. Biasanya
dalam bentuk meyakinkan teman untuk menerima gagasan Anda adalah
gagasan spesifik dominasi.
• Independensi, artinya kebutuhan untuk menjadi bebas dari dominasi
orang lain.
• Ketergantungan Perlindungan, artinya kebutuhan akan perlindungan
dan ketergantungan.
• Cinta dan afeksi, artinya kebutuhan untuk diterima orang lain yg
dianggap memiliki perasaan hangat dan positif.
• Kenyaman fisik, artinya kebutuhan paling dasar berupa makan,
kesehatan yang baik.

Komponen Kebutuhan
• Potensi Kebutuhan (Need Potential/NP)
Mengacu pada kemungkinan kemunculan seperangkat perilaku yang
saling berkaitan secara potential menuju pemuasan tujuan yang sama atau
serupa.
• Kebebasan Bergerak (Freedom of Movement/FM)
Mengacu pada keseluruhan ekspektansi manusia untuk diperkuat
ketika melakukan tindakan-tindakan menuju pemuasan-pemuasan
kebutuhan umumnya.
• Nilai kebutuhan (Need Value/ NV)
Mengacu pada derajat seseorang lebih menyukai seperangakat
penguatan ketimbang perangkat penguatan yang lainnya. Rotter, chance
dan Phares (1972) mendefinisikan nilai kebutuhan sebagai “nilai
preferensi rata-rata seperangkat penguatan yang berkaitan secara
fungsional”.

3. Rumus Prediksi Umum


Saat kebebasan bergerak dianggap konstan, manusia akan melakukan rantai
perilaku yang mengarah kepada pemuasan kebutuhan yang paling disukai.
Jika manusia memiliki ekspektansi setara untuk memperoleh reinforcement
positif bagi perilaku yang ditujukan memuaskan kebutuhan tertentu akan
menjadi determinan utama perilakunya. Rotter memperkenalkan rumus
prediksi umum sebagai berikut :

NP= f (FM+NV)

Keterangan : NV= nilai kebutuhan; FM=Kebebabasan bergerak; Potensi


kebutuhan (NP) adalah fungsi dari kebebasan bergerak (FM) dan nilai
kebutuhan (NV).
4. Kontrol Internal dan Eksternal dari Penguatan
Dua Skala paling populer untuk mengukur ekspektasi umum (Rotter), yaitu
Skala Kontrol Eksternal-Internal dan Skala Kepercayaan Antar pribadi.
Padabagian inti teori belajar sosial Rotter, terdapat pendirian bahwa
penguatan tidak secara otomatis menempel pada perilaku, tetapi orang
memiliki kemmpuan untuk melihat hubungan kausalitas antara perilakunya
sendiri dan kemunculan dari penguat.
Untuk dapat mengkaji control internal dan eksternal dari penguatan, atau
locus of control mengembangkan Internal-Eksternal Control Scale, yang
didasari oleh disertasi 2 mahasiswa . Locus of control adalah ekspektasi
umum yang didasarkan pada keyakinan bisa tidaknya mereka mengontrol
hidup mereka.

6. Skala Kepercayaan Antar Pribadi


Skala Kepercayaan antar pribadi adalah ekspektansi umum yang dipegang
individu bahwa kata-kata, janji, pernyataan lisan maupun tulisan seseorang
dapat diandalkan. Kepercayaan antar pribadi sebagai kepercayaan terhadap
komunikasi orang lain ketika masih belum ada bukti untuk kemunculan
ketidakpercayaan, sementara keluguan adalah mempercayai secara bodoh
atau naif kata-kata orang. Untuk mengukur perbedaan kadar kepercayaan
antar pribadi Rotter mengembangkan Skala Kepercayaan antar pribadi.

C. Perilaku Maladaptif
Menurut Rotter, perilaku maladaptif adalah perilaku apapun yang gagal
menggerakkan seseorang mendekati tujuan yang diinginkan. Hal ini sering muncul
dari kombinasi antara tingginya nilai kebutuhan dan rendahnya kebebasan
bergerak, meski bukan berarti tak terelakkan, kebanyakan hal ini berakar dari
tujuan yang sangat tidak realistik yang jauh di luar kemampuan seseorang untuk
meraihnya (Rotter 1964).

D. Psikoterapi
Kelemahan pada psikoterapi adalah memaksakan perubahan perilaku melalui
interaksi dengan orang lain. Sedangkan, ketertarikan Rotter lebih kepada perubahan
yang bertahan lama dan memperluas orientasi pasien mengenai hidup. Dua cara
terapi, yaitu:
a. Psikoterapi (Mengubah Tujuan Hidup), ada 3 masalah utama, yaitu : adanya
konflik di antara dua atau lebih tujuan hidup yang terpenting, tujuan yang
sifatnya destruktif, dan menetapkan tujuan yang terlalu tinggi sehingga terus
merasa frustrasi jika tidak mampu mencapainya.
b. Psikoterapi (Menghilangkan Ekspektasi-ekspektasi rendah), seseorang dapat
memiliki kebebasan bergerak yang rendah minimal karena tiga alasan sebagai
berikut: tidak memilih keahlian atau informasi yg dibutuhkan untuk
memperjuangkan keberhasilan tujuan-tujuan mereka (Rotter 1970), rendahnya
kebebasan bergerak, adalah kekeliruan mengevaluasi situasi saat ini, dan
generalisasi yang tidak tepat. Pasien sering keliru menggunakan suatu situasi
sebagai bukti bahwa mrk tidak bisa berhasil di wilayah lain.

2.4 Pengantar teori kepribadian mischel


Teori kepribadian memilii dua tipe yakni mereka yang melihat kepribadian
sebagai entitas dinamis yang termotivasi oleh dorongan, persepsi, kebutuhan, tujuan, dan
ekspektasi. Dan mereka yang melihat kepribadian sebagai fungsi darisifat atau disposisi
personal yang relative stabil. Kemudian Mischel mengajukan suatu rekonsiliasi anata
pendekatan proses dinamis dengan pendekatan disposisi personal. Teori kepribadian
kognitif afektif ini berpandangan bahwa perilaku berasal dari disposisi personal yang
relative stabil dan proses kognitif afektif yang berinteraksi dengan situasi tertentu.

2.5 Biografi Walter Mischel


Lahir di Wina, Austria pada 22 Februari 1930. Kuliah
di New York University dan memiliki ketertarikan di bidang seni
(lukis & memahat). Sangat membenci kelas-kelas pengenalan
psikologi yang terfokus pada penelitian tentang tikus.
Menyelesaikan program masternya dalam psikologi klinis di City
College of New York, sambil bekerja sebagai pekerja social di
daerah kumuh, Lower East Side. Mengambil studi Doktornya di
Ohio State University (1953-1956). 1956-1958 di Karibia, ia
belajar kultus-kultus agama yang mempraktikkan pemanggilan
roh & mempelajari penundaan dalam kepuasan pada konteks lintas budaya. Mengajar
selama 2 tahun di University of Colorado dan bergabung dengan Dept. Of Social
Relations, kemudian pindah ke Stanford dan menjadi kolega Albert Bandura selama lebih
dari 20 tahun.

2.6 Latar belakang Sistem Kepribadian Kognitif-Afektif


Berapa pakar teori percaya bahwa perilaku adalah hasil dari sifat kepribadian
yang relative stabil. Tetapi Mschel percaya bahwa kebanyakan perilaku merupakan fungsi
dari situasi.
A. Paradoks Konsistensi
Secara intuitif, perilaku manusia relatif konsistensi. Mischel menilai, bahwa
bukti empiris menunjukkan bahwa terdapat keragaman perilaku manusia, situasi ini
disebut paradoks konsistensi (consistency paradox).

B. Interaksi antara Situasi dan Kepribadian


Mischel mulai menyadari bahwa sebagian besar orang memiliki konsistensi
tertentu dlm perilaku. Namun, situasi spesifik yang berinteraksi dg.kompetensi, minat,
tujuan, nilai dan ekspektansi seseorang yg saling menentukan perilaku. Perilaku tidak
disebabkan oleh sifat-sifat personal secara global namun oleh persepsi individu itu
sendiri thd situasi tertentu.
2.7 Sistem Kepribadian Kognitif-Afektif
Merupakan penyebab keragaman perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda
walaupun sifatnya relatif stabil untuk waktu yg cukup lama. Pola kompleks dan luas dari
keragaman tingkah laku menjadi penanda perilaku kepribadian
A. Prediksi Perilaku
Kepribadian memiliki stabilitas yang bersifat temporer krn perilaku
memperlihatkan beragam dari satu situasi ke situasi yang lain. Prediksi perilaku juga
bersandar sepenuhnya pada pengetahuan tentang bagaimana, kapan kesatuan afektif-
kognisi berperan. Unit afektif-kognitif, meliputi: pengkodean,keyakinan, ekspektansi,
keyakinan kompetensi, rencana dan strategi pengaturan diri, konsekuensi dan tujuan.

B. Variabel-Variabel Situasi
Mischel yakin, bahwa pengaruh variable - variabel situasi dan sifat pribadi
ralatif dapat ditemukan dengan mengamati bermacam - macam respon seseorang
dalam situasi - situasi tertentu. Contoh: Pekerja yg mengundurkan diri dari pekerjaan
mrk, umumnya alasan kemundurannya tergantung dari kebutuhan masing2 individu,
keyakinan thd t. kemampuan, dan kemamp.diri menemukan pekerjaan yg cocok.

C. Unit-unit Afektif Kognitif


Pada tahun 1973, Mischel menawarkan rangkaian dari lima variable
manusia yang saling bertumpukan dan relative stabil yang berinteraksi dengan situasi
untuk menentukan perilaku. Variable manusia bergeser dari penekanan atas apa yang
dimiliki oleh seseorang, menjadi apa yang dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
Unit unit kognitif afektif ini meliputi :
1. Strategi Pengkodean, cara manusia untuk mengonstrak dan mengkategorikan
informasi.
2. Kompetensi dan Rencana pengaturan diri, apa yg dpt mrk lakukan dan strategi-
strategi untuk melakukannya.
3. Ekspektansi dan keyakinan, konsekuensi yang diperkirakan akan muncul dari
tindakan-tindakan seseorang.
4. Tujuan dan nilai yang dianut.
5. Response-response afektif

2.8 Peneliian Terkait


A. Lokus Kontrol dan Pahlawan Holocaust
Midlarsky menggunakan variable kepribadian untuk memprediksikan siapa
yang menjadi pahlawan holocaust dan yang menjadi penonton dalam Perang Dunia II.
Salah satu variabel adalah lokus kontrol. Lebih berorientasi pada perasaan kontrol
internal diprediksikan memiliki hubungan dengan menjadi pahlawan holocaust karena
seseorang yang seperti itu yakin bahwa mereka memiliki kendali atas peristiwa dalam
hidup mereka dan kesuksesan bukanlah hasil dari keberuntungan atau kesempatan (
sebagaimana diyakini oleh orang dengan perasaan control eksternal). Dalam penelitian
ini ditemukan bahwa kepribadian dapat memprediksikan status pahlawan.
B. Interaksi Manusia – situasi
Mischel dan soda mengembangkan metode konseptual dan empiris untuk
mengetahui interaksi manusia situasi dengan hanya membuat partisipan bereaksi
terhadap situasi apabila–maka. Mereka menyimpulkan bahwa konseptualisasi
interaksionis kognitif social dari lingkungan manusia – situasi adalah cara yang lebih
tepat untuk memahami perilaku manusia daripada pandangan tradisional”tanpa
konteks”dari kepribadian yang beranggapan bahwa manusia berperilaku dalam cara
yang terbatas tanpa memedulikan konteks.

C. Regulasi Diri di Sepanjang Kehidupan


Mereka yang mampu mmenahan godaan demi tujuna jangka panjang dapat
melakukannya karena menerpkan dua strategi yakni pengarahan kembali perhatian dan
penyusunan kembali kognitif, memalingkan diri atau mengikuti sesuatu disamping
objek yang menjadi godaan dapat membantu penundaan. Dua hal ini dapat
meningkatkan kemampuan seseorang dalam regulasi diri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori Belajar Kognitif Sosial dari Rotter dan Mischel berusaha untuk
membuat teori kekuatan penguatan dengan memakai teori kognitif. Menurut Rotter,
perilaku manusia dalam situasi yang spesifik adalah fungsi dari ekspektasi mereka atas
penguatan dan kekuatan dari kebutuhan yang terpuaskan oleh penguatan tersebut. Unit
Kognitif-Afektif meliputi strategi econding, atau cara mereka menginterpretasi dan
menggolongkan informasi; kompetensi dan rencana regulasi diri, atau apa yang dapat
mereka lakukan dan strategi mereka untuk melakukannya; ekspektasi dan keyakinan
mereka mengenai persepsi konsekuensi dari tindakan mereka; tujuan dan nilai; serta
respons afektif mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., Feist, Gregory J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori Kepribadian Edisi 8 Buku
2. Jakarta: Salemba Humanika .

Anda mungkin juga menyukai