Disusun Oleh :
Putri Regina Aulia
NIM :
201910230311404
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Tahun 2020
BAB I
Pendahuluan
Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing
berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia
akan bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannya. Kedua pakar teori tersebut menolak
penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung,
malah mereka menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang
adalah determinan utama dari perilaku.
Teori kognitif sosial Mischel mempunyai banyak kesamaan dengan teori kognitf
sosial Bandura dan teori belajar sosial Rotter. Seperti Bandura dan Rotter, Mischel yakin
bahwa faktor kognitif, seperti ekspektasi, persepsi subjektif, nilai, tujuan, dan standar
personal mempunyai peran yang penting dalam pembentukan kepribadian. Kontribusi
difaktor kognitif terhadap teori kepribadian telah berkembang dari penelitian mengenai
penundaan kepuasan (delay of gratification), pada penelitian mengenai konsistensi atau
ketidakkonsistensian kepribadian, dan baru-baru ini bekerja sama dengan Yuichi Shoda
dalam pengembangan sistem kepribadian kognitif-afektif.
1.3 Tujuan
2. Ekspektasi
Ekspektasi (E) mengacu pada harapan seseorang bahwa penguatan tertentu
atau seperangkat penguatan akan muncul pada situasi tertentu. Sifat Ekspektansi
(E) dapat bersifat umum ataupun spesifik. Ekspektasi umum (General
Expectancies - GE) yang dipelajari lewat pengalaman sebelumnya dgn respon
tertentu atau serupa.
Ekspektansi Spesific ditentukan sebagai E’ (E prime). Dalam situasi apapun
ekspektansi terhadap penguatan ditentukan oleh kombinasi antara ekspektansi
spesifik (E,) dan ekspektansi Umum (GE).
Ekspektansi Total tehadap keberhasilan adalah fungsi dari ekspektansi
umum + spesific. Bila ekpektansi tinggi terhadap keberhasilan maka akan
mengeluarkan banyak upaya dan tetap bertahan, walaupun pencapaian tujuan
agak sulit dicapai (misalnya motivasi jadi Sarjana, dll). Sebaliknya pribadi
dengan ekspektasi total rendah maka individu tidak akan mengejar (kurang
upaya).
3. Nilai Penguatan
Variabel lain dalam rumusan prediksi adalah nilai penguatan
(Reinforcement Value - RV) yaitu preferensi seseorang untuk melekat kepada
penguatan tertentu meskipun kemungkinan bagi pemunculan penguatan berbeda-
beda di semua tingkat.
Hal yang mempengaruhi nilai penguatan adalah persepsi individu dalam
menilai positif dan negatifnya suatu peristiwa dan kebutuhan manusia. Rotter
menyebut hal ini sebagai penguatan internal (internal reinforcement) dan penguatan
eksternal (eksternal reinforcement). Contohnya jika anda menyukai film populer,
yang disukai oleh banyak orang (penguatan internal dan penguatan eksternal
mendukung). Namun, bila kesukaan anda terhadap film berbeda dengan
temanteman maka penguatan internal dan eksternal bertentangan.
Kontributor lain bagi penguatan adalah kebutuhan manusia. Secara umum,
penguatan cenderung akan meningkat nilainya apabila kebutuhan yang akan
dipuaskannya menjadi lebih kuat.
Rotter percaya bahwa manusia sanggup menggunakan kognisi untuk
mengantisipasi rantai peristiwa yang mengarah kepada beberapa tujuan ke depan.
Tujuan akhir memberikan kontribusi bagi nilai penguatan setiap peristiwa ini secara
berurutan. Penguatan saat ini nampak dalam bentuk rangkaian penguatan (sequence
reinforcement), yang disebut Rotter sebagai kelompok-kelompok penguatan.
Penguatan saat ini tidak muncul secara independent.
4. Situasi Psikologis
Situasi psikologis (Psychological Situation - S) didefinisikan sebagai bagian
dari dunia internal yang direspons oleh manusia. Situasi psikologis tidak sama
dengan stimulus eksternal walaupun peristiwa fisik biasanya penting bagi situasi
psikologis.
Perilaku bukanlah hasil peristiwa lingkungan atau sifat personal, melainkan
lebih berasal dari interaksi seseorang dengan dengan lingkungannya.Teori Belajar
Rotter berhipotesis bahwa interaksi antara pribadi dan lingkungan adalah faktor
krusial dalam membentuk perilaku. Situasi psikologis ini adalah ”Jalinan kompleks
interaksi yang ada pada individu selama periode waktu tertentu”(Rotter, hal.318).
Manusia tidak pernah bersikap netral melainkan selalu merespon tentang apa atau
bagaimana persepsi atau pemahaman individu (mereka) tentang lingkungan.
Periode hubungan bisa beragam dari peristiwa sekejap sampai moment penguatan
yang cukup lama.
5. Rumusan Prediksi Dasar
Sebagai cara hipotesis untuk memprediksi perilaku spesifik, Rotter
mengajukan suatu rumusan dasar yang memasukan kekempat variabel
prediksi.rumusan ini merepresentasikan cara memprediksi yang cenderung idealus
daripada realistis, dan tidak ada nilai pasti yang dapat diambil dari rumusan ini.
1. Ekspektasi Umum
Pada kondisi David diatas konsep dari generalisasi dan ekspektasi umum
masuk ke dalm teori Rotter. Apabila dimasa lalu, David terbiasa mendapatkan
penghargaan atas perilakunya yang telah meningkatkan status sosialnya, maka
kecil probabilitasnya bahwa ia akan memohon pada Mr. Hoffman untuk suatu
pekerjaan, karena bertentangan dengan status sosialnya. Di sisi lain, apabila
usahanya terdahulu dalam perilaku bertanggung jawab dan mandiri telah terbiasa
mendapatkan penguatan, dan apabila ia mempunyai kebebasan dalam bergerak
yaitu kesempatan untuk melamar pekerjaan lain, kemudian mengasumsikan
bahwa ia membutuhkan pekerjaan, maka tinggi probabilitasnya bahwa ia akan
melamar untuk pekerjaan lain atau apabila tidak, ia akan tetap berprilaku secara
mandiri. Memprediksikan reaksi dari David atas kemungkinan kehilangan
pekerjaan, berarti mengetahui bagaiamana ia melihat pilihan-pilihan yang
tersedia untuknya dan juga status dari kebutuhannya saat ini.
2. Kebutuhan
Menurut Rotter (1982) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau
perangkat perilaku yang menggerakkan manusia mencapai satu tujuan tertentu.
Perbedaan kebutuhan dan tujuan adalah jika diarahkan kpd lingkungan,yang
muncul adalah tujuan, namun jika diarahkan pada manusia, yang muncul adalah
kebutuhan.
Kategori Kebutuhan
Rotter & Hochreich (1875) mendata enam kategori kebutuhan, dimana
setiap kategori mempresentasikan kelompok perilaku yang berkaitan secara
fungsional, yaitu perilaku - perilaku yang mengarah pada penguatan yang sama
atau serupa. Enam kategori kebutuhan tersebut yaitu :
• Status Pengakuan, artinya kebutuhan ingin diakui oleh orang lain.
• Dominasi, artinya kebutuhan mengontrol perilaku orang lain. Biasanya
dalam bentuk meyakinkan teman untuk menerima gagasan Anda adalah
gagasan spesifik dominasi.
• Independensi, artinya kebutuhan untuk menjadi bebas dari dominasi
orang lain.
• Ketergantungan Perlindungan, artinya kebutuhan akan perlindungan
dan ketergantungan.
• Cinta dan afeksi, artinya kebutuhan untuk diterima orang lain yg
dianggap memiliki perasaan hangat dan positif.
• Kenyaman fisik, artinya kebutuhan paling dasar berupa makan,
kesehatan yang baik.
Komponen Kebutuhan
• Potensi Kebutuhan (Need Potential/NP)
Mengacu pada kemungkinan kemunculan seperangkat perilaku yang
saling berkaitan secara potential menuju pemuasan tujuan yang sama atau
serupa.
• Kebebasan Bergerak (Freedom of Movement/FM)
Mengacu pada keseluruhan ekspektansi manusia untuk diperkuat
ketika melakukan tindakan-tindakan menuju pemuasan-pemuasan
kebutuhan umumnya.
• Nilai kebutuhan (Need Value/ NV)
Mengacu pada derajat seseorang lebih menyukai seperangakat
penguatan ketimbang perangkat penguatan yang lainnya. Rotter, chance
dan Phares (1972) mendefinisikan nilai kebutuhan sebagai “nilai
preferensi rata-rata seperangkat penguatan yang berkaitan secara
fungsional”.
NP= f (FM+NV)
C. Perilaku Maladaptif
Menurut Rotter, perilaku maladaptif adalah perilaku apapun yang gagal
menggerakkan seseorang mendekati tujuan yang diinginkan. Hal ini sering muncul
dari kombinasi antara tingginya nilai kebutuhan dan rendahnya kebebasan
bergerak, meski bukan berarti tak terelakkan, kebanyakan hal ini berakar dari
tujuan yang sangat tidak realistik yang jauh di luar kemampuan seseorang untuk
meraihnya (Rotter 1964).
D. Psikoterapi
Kelemahan pada psikoterapi adalah memaksakan perubahan perilaku melalui
interaksi dengan orang lain. Sedangkan, ketertarikan Rotter lebih kepada perubahan
yang bertahan lama dan memperluas orientasi pasien mengenai hidup. Dua cara
terapi, yaitu:
a. Psikoterapi (Mengubah Tujuan Hidup), ada 3 masalah utama, yaitu : adanya
konflik di antara dua atau lebih tujuan hidup yang terpenting, tujuan yang
sifatnya destruktif, dan menetapkan tujuan yang terlalu tinggi sehingga terus
merasa frustrasi jika tidak mampu mencapainya.
b. Psikoterapi (Menghilangkan Ekspektasi-ekspektasi rendah), seseorang dapat
memiliki kebebasan bergerak yang rendah minimal karena tiga alasan sebagai
berikut: tidak memilih keahlian atau informasi yg dibutuhkan untuk
memperjuangkan keberhasilan tujuan-tujuan mereka (Rotter 1970), rendahnya
kebebasan bergerak, adalah kekeliruan mengevaluasi situasi saat ini, dan
generalisasi yang tidak tepat. Pasien sering keliru menggunakan suatu situasi
sebagai bukti bahwa mrk tidak bisa berhasil di wilayah lain.
B. Variabel-Variabel Situasi
Mischel yakin, bahwa pengaruh variable - variabel situasi dan sifat pribadi
ralatif dapat ditemukan dengan mengamati bermacam - macam respon seseorang
dalam situasi - situasi tertentu. Contoh: Pekerja yg mengundurkan diri dari pekerjaan
mrk, umumnya alasan kemundurannya tergantung dari kebutuhan masing2 individu,
keyakinan thd t. kemampuan, dan kemamp.diri menemukan pekerjaan yg cocok.
3.1 Kesimpulan
Teori Belajar Kognitif Sosial dari Rotter dan Mischel berusaha untuk
membuat teori kekuatan penguatan dengan memakai teori kognitif. Menurut Rotter,
perilaku manusia dalam situasi yang spesifik adalah fungsi dari ekspektasi mereka atas
penguatan dan kekuatan dari kebutuhan yang terpuaskan oleh penguatan tersebut. Unit
Kognitif-Afektif meliputi strategi econding, atau cara mereka menginterpretasi dan
menggolongkan informasi; kompetensi dan rencana regulasi diri, atau apa yang dapat
mereka lakukan dan strategi mereka untuk melakukannya; ekspektasi dan keyakinan
mereka mengenai persepsi konsekuensi dari tindakan mereka; tujuan dan nilai; serta
respons afektif mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J., Feist, Gregory J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori Kepribadian Edisi 8 Buku
2. Jakarta: Salemba Humanika .