Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Regina Aulia

NIM : 201910230311404

Kelas : H

Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian

Teori Alfred Adler Psikologi Individual


Mula-mula Adler merupakan seorang ketua di organisasi pengembang teori Freud, namun
kemudian memisahkan diri karena mengembangkan ide-ide sendiri dan membentuk kelompok
sendiri, yakni individual psychology .
Menurut Adler, manusia itu lahir dalam keadaan tubuh tang lemah, tak berdaya. Kondisi
ketidak berdayaan itu menimbulkan perasaan Inferioritas dan ketergantungan kepada orang lain.
Psikologi individual memandang individu sebagau makhluk yang saling tergantung secara sosial.
Perasaan bersatu dengan orang lain (interes sosial) ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi satu-
satunya ukuran untuk menilai sehat tidaknya seseorang secara psikis Terdapat enam prinsip atau
enam rincian teori Adler, yaitu :

1. Perjuangan Menjadi Sukses atau Superiorita


Prinsip pertama dari teori Adler adalah kekuatan dinamis di balik perilaku manusia
merupakan perjuangan untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Adler yakin bahwa setiap
orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior, perasaan yang
memotivasi seseorang untuk berjuang menjadi superioritas atau untuk menjadi sukses. Individu yang
tidak sehat secara psikologis berjuang untuk superioritas pribadi. Individu yang sehat secara
psikologis berjuang untuk keberhasilan semua manuisa karena mereka memiliki minat sosial.
Terlepas dari motivasi berjuang, setiap Individu dikendalikan oleh tujuan akhir.
 Fictional Final Goals
Menurut Adler, tingkah laku ditentukan oleh persepsi harapan yang mungkin dicapai di masa
datang, bukan oleh apa yang sudah dikerjakan di masa lalu. Untuk membimbing tingkah laku,
setiap orang menciptakan Tujuan Final yang Semu (Fictional Final Goals). Tujuan semu ini karena
mereka tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih menggambarkan pikiran
orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu didasarkan pada interpretasi
subjektifnya mengenai dunia. Tujuan akhir adalah hasil dari kekuatan kreatif individu;
kemampuan untuk membentuk tingkah laku diri dan menciptakan kepribadian diri.

Pada usia 4 atau 5 tahun, pikiran kreatif anak mencapai tingkat perkembangan yang
membuat mereka mampu menentukan tujuan akhir, bahkan bayi sesungguhnya sudah memiliki
dorongan (yang dibawa sejak lahir) untuk tumbuh, menjadi lengkap, atau sukses. Karena mereka
kecil, tidak lengkap, dan lemah, mereka merasa inferior(lebih rendah) dan tanpa tenaga, untuk
mengatasi keadaan ini mereka menetapkan tujuan akhir menjadi besar, lengkap dan kuat. Tujuan
akhir semacam ini mengurangi penderitaan akibat perasaan inferior (lebih rendah), dan
menunjukkan arah menuju superioritas dan sukses. Pada prinsip ini Adler menekankan untuk
tidak memanja anak, dikarenakan anak bisa jadi ketergantungan dan tidak punya tujuan.

 Mengatasi Inferioritas (rasa rendah diri) dan Menjadi Sukses : Dorongan Maju
Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utama, dorongan untuk
mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Inferioritas atau rendah diri bagi Adler berarti
perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Perasaan
inferioritas yang melahirkan superioritas, dan bersama-sama keduanya menjadi dorongan maju
yang sangat besar yang mendorong orang terus menerus bergerak dari minus ke plus, dari bawah
ke atas. Dorongan ini menurut Adler dibawa sejak lahir dan menjadi tenaga semua dorongan
lainnya.
Perasaan inferioritas akan terus muncul ketika orang menghadapi tugas baru dan belum
dikenal apa yang harus diselesaikan dan justru perasaan ini menjadi sebab semua perbaikan
dalam tinglah laku manusia.
Kondisi-kondisi Khusus seperti kelemahan organik/cacat, pemanjaan dan pengabaian,
mungkin dapat membuat orang mengembangkan kompleks inferioritas atau komplex
superioritas. Kompleks superior selalu menyembunyikan perasaan inferior, sebaliknya kompleks
inferior sering menyembunyikan perasaan superioritas.
Banyak orang yang berjuang menjadi superior dengan tidak memperhatikan orang lain.
Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi oleh perasaan diri inferior yang
berlebihan. Pembunuhan, pencuri, pemain film porno adalah contoh ekstrem orang yang
berjuang hanya untuk mencapai keuntungan pribadi.

2. Pengamatan Subyektif (Subjective Perceprions)


Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengatasi perasaan inferiornya, maka seseorang akan
berjuang. Namun, sikap juang yang muncul tidak ditentukan oleh kenyataan, melainkan oleh
persepsi subjektif akan kenyataan, yaitu oleh fiksi atau harapan masa depan. Fiksi adalah gagasan
yang tidak berbentuk nyata. Misalnya, manusia memiliki kehendak bebas untuk membuat pilihan-
pilihan. Contoh ini menunjukkan bahwa setiap orang seolah-olah memiliki kehendak bebas dan
bertanggung jawab atas pilihan mereka, walaupun tidak ada yang dapat membuktikan bahwa
kehendak bebas itu nyata.

Fiksi (gagasan yang tidak memiliki bentuk nyata) individu yang paling penting adalah tujuan
meraih superioritas / keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan diawal kehidupan dan mungkin tidak
dipahami dengan jelas.. Tujuan akhir yang Fiksional dan Subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan
menyatikan kepribadian kita. Contoh fiksi : pria lebih superior dibanding wanita. Walau gagasan ini
tidak memiliki bentuk nyata, namun banyak orang baik pria atau wanita bertindak seolah-olah ini
nyata.

Adler bersikeras bahwa semua umat manusia “dikaruniai” kelemahan anggota tubuh.
Keterbatasan fisik ini sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali bagi manusia. Namun,
keterbatasan fisik ini menstimulasi persepsi subjektif tentang inferioritas yang berfungsi sebagai
dorongan menuju kesempurnaan / keutuha. Beberapa orang mengganti perasaan inferioritas ini
dengan bergerak menuju keadaan psikologis yang sehat dan gaya hidup yang bermanfaat,
sementara yang lain melakukan kompensasi secara berlebihan termotivasi menaklukan oranglain
atau menarik diri dari orang lain. Contoh : Adler yang lemah dan sakit-sakitan waktu masih kecil.
Penyakitnya ini mendorong Ia untuk mengalahkan kematian dengan menjadi dokter dan
mendorongnya bersaing dengan kakak laki-lakinya. Kelemahan fisik tidak menyebabkan seseorang
menjalani gaya hidup tertentu, namun hanya memberikan motivasi pada saat ini untuk meraih masa
depan.

3. Kesatuan dan Konsistensi-Diri dari Kepribadian


Adler memilih nama Psikologi Individual dengan harapan dapat menekankan keyakinannya
bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Pikiran, perasaan, dan tindakan
semuanya mengarah pada suatu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Ada dua cara
dimana keseluruhan diri manusia berfungsi sebagai satu kesatuan :
 Bahasa Organ
Kesatuan kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti motivasi,
perasaan, dan pikiran, tetapi kesatuan juga meliputi keseluruhan organ tubuh. Gangguan
terhadap suatu bagian tubuh tidak bisa dilihat secara terpisah atau tersendiri karena hal ini
memengaruhi keseluruhan diri seseorang. Faktanya, kelemahan suatu organ tubuh
menggambarkan arah dari tujuan seseorang, suatu kondisi yang dikenal sebagai bahasa organ
(organ dialect). Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh “berbicara sebuah bahasa yang
biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebih jelas daripada yang
bisa diungkapkan oleh kata-kata” (Adler, 1956, hlm.223).
 Kesadaran dan Ketidaksadaran
Adler (1956) mendefinisikan ketidaksadaran sebagai tujuan yang tidak dirumuskan dengan
jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh seseorang. Berdasarkan definisi ini, Adler menghindari
dikotomi antara ketidaksadaran dan kesadaran, yaitu ia memandangnya sebagai dua bagian yang
bekerja sama dalam satu sistem yang terpadu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dipahami
dan diperlakukan oleh seseorang sebagai hal yang mendukungnya dalam upaya meraih
keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah pikiran yang tidak mendukung usaha
tersebut.
4. Minat Sosial
Prinsip ini menyatakan bahwa nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang
minat sosial. Minat sosial adalah perasaan menjadi satu dengan umat manusia. Seseorang dengan
minat sosial yang berkembang dengan baik, tidak akan berjuang untuk superioritas pribadi, tetapi
untuk kesempurnaan semua umat manusia. Minat sosial ini termanifestasi dalam bentuk kerjasama
dengan orang lain untuk kemajuan sosial. Minat sosial berasal dari potensi bawaan manusia, yang
harus dikembangkan kemudian. Minat sosial merupakan ukuran tunggal Adler untuk mengukur
kesehatan psikologis. Sebagai barometer kenormalan, maka minat sosial adalah standar yang
digunakan untuk menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang. Orang yang memiliki minat
sosial akan dianggap dewasa secara psikologis.
Minat sosial atau perasaan sosial membuat orang mampu berjuang mengejar superipritas fengan
cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah sesuaian. Semua kegagalan neurotic, psikotik, kriminal,
pemabuk, dll adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki minat sosial. Mereka menyelesaikan
masalah pekerjaan, persahabatan, dan seks tanpa keyakinan bahwa itu dapat dipecahkan dengan
kerjasama.
 Sumber Minat Sosial
Walaupun minat sosial itu dilahirkan, menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat
berkembang sendiri. Minat sosial harus dikembangkan terutama pada masa 5 tahun pertama
hidup seseorang. Sumber dari minat sosial ada 2 yaitu, hubungan ibu dan anak dan hubungan
ayah dan anak. Pada hubungan ibu dan anak, tugas ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan
yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak dan membantu berkembangnya minat
bekerja sama. Ibu harus memberi perhatian yang seimbang kepada anak, suami, dan masyarakat,
agar minat sosial anak berkembang dengan baik. Sumber yang kedua adalah hubungan ayah dan
anak, menurut Adler ayah yang berhasil merupakan ayah yang bisa menghindari 2 kesalahan,
yaitu mengabaikan anak dan otoriter kepada anak.
 Pentingnya Minat Sosial
Minat Sosial adalah cara Adler (1927) untuk mengukur kesehatan psikologis, sehingga hal ini
dianggap sebagai “Kriteria Tunggal dari Nilai Manusia”. Menurut Adler Minat Sosial adalah satu-
satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang. Sampai pada tingkat di mana
seseorang memiliki Minat Sosial, maka Ia dianggap dewasa secara psikologis. Individu tidak
dewasa secara psikologis berpusat pada diri sendiri dan berjuang untuk meraih kekuasan juga
superioritas pribadi atas orang lain. Minat Sosial tidak memiliki arti yang sama dengan derma
atau sifat tidak mementingkan diri sendiri. Tindakan kedermawanan dan kebaikan mungkin atau
tidak mungkin di motivasi oleh Minat Sosial.
 Kriteria Nilai-Nilai Kemanusiaan
Individu yang neirotik atau patologis
mengembangkan perasaan inferiorita yang
berlebihan, dan berusaha
mengkompensasikannya dengan membuat
tujuan menjadi superioriti personal. Mereka
dimotivasi oleh keuntungan pribadi alih-alih
minat sosial. Sebaliknya,seseorang yang sehat
dimotivasi oleh perasaan normal
ketidaklengkapan diri, dan minat sosial yang
tinggi. Mereka berjuang menjadi sukses,
mengacu ke kesempurnaan dan kebahagiaan siapa saja. Perjuangan mencapai tujuan final
senagai kompensasi pribadi sebagai perkembangan minat sosial.
5. Gaya Hidup (Style of Life)
Prinsip ini menyatakan bahwa struktur kepribadian yang konsisten dan menyatu akan
berkembang menjadi gaya hidup seseorang. Gaya hidup menunjukkan selera hidup seseorang, yang
mencakup tujuan, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup
merupakan interaksi antara faktor keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang
dimiliki seseorang. Gaya hidup seseorang terbentuk pada saat seseorang mencapai usia empat atau
lima tahun.
Setelah masa tersebut, semua tindakan manusia berputar di sekitar gaya hidup yang sudah
terbentuk itu. Individu yang tidak sehat secara psikologis menjalani hidup dengan tidak fleksibel,
yaitu tidak mampu memilih cara baru dalam bereaksi dengan lingkungan. Sedangkan, orang yang
sehat secara psikologis, akan berperilaku dengan cara yang berbeda, fleksibel dalam gaya hidup yang
kompleks, selalu berkembang, dan berubah. Manusia yang sehat melihat banyak cara dalam meraih
keberhasilan, dan terus menerus mencari cara untuk menciptakan pilihan-pilihan baru dalam hidup
mereka.
Gaya hidup ini tidak mudah berubah. Ekspresi nyata dari gaya hidup mungkin berubah tetapi
dasar gayanya tetap sama, kecuali orang yang memyadari kesalahannya dan secara sengaja
mengubah arah yang ditujunya.
6. Daya Kreatif
Prinsip ini menyatakan bahwa gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif yang ada dalam diri
manusia. Adler meyakini bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya
sendiri. Pada akhirnya, setiap orang akan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Daya kreatif
yang manusia miliki akan membantu manusia mengendalikan kehidupan mereka, bertanggung
jawab akan tujuan akhir, menentukan cara mereka pakai untuk meraih tujuan, dan berperan dalam
membentuk minat sosial. Daya kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku,
penggerak utama, sendi dan obat mujarab kehiduoan, yang membawahi dua kekuatan dan konsep-
konsep lainnya (kekuatan pertama: keturunan, kedua: lingkungan).
Menurut Adler, keturunan memberikan "kemampuan tertentu" dan lingkungan memberikan
"impresi/kesan tertentu". Setiap orang menggunakan factor keturunan dan lingkungan sebagai
“batu bata” dan “palu” untuk membangun kepribadian, tetapi rancangan arsitekturnya
menggambarkan gaya hidup seseorang. Dengan kata lain, manusia adalah arsitek bagi dirinya
sendiri, yang dapat membangun gaya hidup yang berguna atau tidak berguna.

Perkembangan Abnormal
Setelah memahami karakteristik orang yang sehat secara psikis, kita juga akan memahami orang
yang tidak sehat secara psikis atau abnormal. Salah satu karakteristik orang yang abnormal adalah
orang yang tidak mampu menyesuaikan diri. Ketidakmampuan menyesuaikan diri disebabkan oleh
minat sosial yang tidak berkembang, menetapkan tujuan yang terlalu tinggi, hidup dalam dunia
sendiri, memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis. Dengan kata lain, manusia akan gagal dalam
hidup jika terlalu berfokus pada diri sendiri dan tidak memperhatikan orang lain.

 Faktor Eksternal Penyebab Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri


1. Kelemahan Fisik yang Berlebihan
Setiap orang lahir dengan kelemahan fisik, baik karena faktor keturunan, kecelakaan, atau
penyakit. Kondisi ini tidak cukup untuk menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu
menyesuaikan diri dengan baik. Hal ini harus didukung oleh perasaan inferior yang menonjol dan
berlebihan. Mereka cenderung berusaha keras untuk melakukan kompensasi terhadap
kelemahan mereka, cenderung menjadi tidak peduli pada diri sendiri, dan kurang memperhatikan
keadaan orang lain. Perasaan inferior ini mengalahkan keinginan mereka untuk mencapai
keberhasilan. Mereka yakin bahwa masalah utama dalam hidup hanya dapat diselesaikan hanya
dengan sikap mementingkan diri sendiri.
2. Gaya Hidup Manja
Gaya hidup manja banyak terdapat dalam diri orang yang neurotis. Orang yang manja memiliki
minat sosial yang lemah. Mereka mengharapkan orang lain untuk merawat, melindungi, dan
memuaskan kebutuhan mereka. Karakteristik menonjol dari orang yang manja adalah putus asa
berlebihan, mudah bimbang, oversensitif, tidak sabar, atau cemas berlebihan. Orang manja selalu
memandang dunia sekitarnya dengan sudut pandangnya sendiri. Mereka yakin bahwa mereka
berhak untuk selalu menjadi orang yang pertama dari segalanya. Orang yang manja memiliki
orangtua yang menunjukkan kurangnya kasih sayang. Artinya, orangtua tersebut melakukan
terlalu banyak untuk anaknya, dan menganggap anak tersebut tidak mampu menyelesaikan
masalah sendiri. Anak-anak dengan orangtua yang seperti ini menyebabkan anaknya merasa
dimanja, dan membentuk perilaku dan gaya hidup yang manja .
3. Gaya Hidup Diabaikan
Orang dengan gaya hidup terabaikan adalah orang yang diabaikan, sehingga merasa tidak
dicintai, tidak diinginkan, dan pada akhirnya membentuk gaya hidup yang terabaikan. Selain
diabaikan, anak yang disiksa dan diperlakukan tidak adil, memiliki minat sosial yang rendah, dan
cenderung menciptakan gaya hidup terabaikan. Orang-orang yang seperti ini akan merasa tidak
percaya diri, tidak percaya pada orang lain, tidak mampu bekerjasama, merasa terasing dari
orang lain, dan mengalami rasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Anak yang diabaikan
mempunyai banyak persamaan dengan ciri dengan anak yang dimanjakan, tetapi umumnya anak
yang diabaikan cenderung lebih dicurigai dan dianggap lebih berbahaya.
 Keenderungan Untuk Melindungi
Adler yakin bahwa manusia menciptakan perilaku melindungi perasaan akan harga diri mereka
terhadap rasa malu di muka umum. Alat perlindungan ini disebut KECENDERUNGAN UNTUK
MELINDUNGI. Konsep ini sama dengan konsep Freud mengenai mekanisme pertahanan diri.
Namun, ada perbedaan di antara kedua konsep tersebut. Konsep Adler mengenai perlindungan
terhadap diri itu dilakukan secara sadar. Sedangkan konsep Freud mengenai mekanisme
pertahanan diri itu dilakukan secara tidak sadar. Ada tiga bentuk kecenderungan untuk
melindungi diri menurut Adler, yaitu :
1. Membuat Alasan
Membuat alasan adalah bentuk paling umum dari melindungi diri. Membuat alasan muncul
dalam bentuk “Iya, tetapi…” Hal ini menunjukkan bahwa orang menyatakan sesuatu yang akan
mereka lakukan, namun diikuti dengan alasan. Misalnya “Ya, saya akan kuliah lagi, tetapi anak
saya membutuhkan terlalu banyak perhatian saya”. Selain itu alasan dapat berbentuk “Jika
saja…”. Misalnya, “Jika saja kalau istri saya lebih banyak memberikan saya dukungan, saya
mungkin bisa maju lebih cepat dalam profesi saya”.
2. Agresi
Adler yakin bahwa orang menggunakan agresi untuk melindungi superioritas berlebihan dan
harga diri yang rapuh. Perlindungan diri melalui agresi dapat berbentuk : (1) Depreciation, adalah
kecenderungan untuk menilai rendah hasil pencapaian orang lain dan meninggikan penilaian
terhadap diri sendiri. Misalnya, dia berhasil mendapat posisi itu karena ia sudah lebih lama
bekerja dari saya, kalau tidak pasti saya yang akan dapat posisi itu ; (2) Accusation, yaitu
kecenderungan untuk mendakwa atau menyalahkan orang lain untuk kegagalan seseorang dan
untuk membalas dendam demi melindungi harga diri yang lemah. Misalnya, “Saya ingin belajar
ilmu kedokteran, tetapi orangtua saya memaksa saya masuk psikologi. Akhirnya IPK saya
sekarang jelek sekali” ; (3) Self Accusation, yaitu menyiksa diri sendiri dan memenuhi diri sendiri
dengan perasaan bersalah. Misalnya, “Saya bodoh sekali karena tidak bersikap baik kepada nenek
saya selama hidupnya. Sekarang semua sudah terlambat”.
3. Menarik Diri
Kepribadian seseorang akan berhenti berkembang jika ia lari dari kesulitan atau menarik diri
atau membuat jarak. Ada empat cara dalam menarik diri, yaitu : (1) Moving Backward, yaitu
kecenderungan bergerak mundur pada periode kehidupan yang lebih aman dan nyaman. Konsep
ini sama dengan konsep regresi pada Freud ; (2) Standing Still, yaitu kecenderungan untuk tidak
bergerak ke arah manapun dan menghindari semua tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dengan tidak melakukan apapun, orang akan melindungi harga diri dan melindungi diri dari
kegagalan ; (3) Hasitating, yaitu kecenderungan ragu-ragu ketika dihadapkan pada masalah yang
sulit ; (4) Constructing Obstacles, yaitu kecenderungan untuk membangun penghalang.

Anda mungkin juga menyukai