PENDAHULUAN
sekarang ini juga banyak sekali masalah kesehatan yang muncul di masyarakat.
Dari hari kehari semakin banyak muncul berbagai macam penyakit infeksi
ataupun penyakit lainnya, salah satunya adalah penyakit tonsilitis atau yang sering
kita kenal dengan radang amandel. Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil atau amandel yang dapat
komplikasi. Bila tonsilitis akut sering kambuh walaupun penderita telah mendapat
Tonsilitis akut merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada saluran
napas bagian atas, terutama pada anak – anak. Insiden tertinggi terjadi pada usia 4
membranosa dan tonsilitis kronik. Tonsilitis akut dibagi menjadi dua yaitu
Tonsilitis viral dan Tonsilitis bakterial. Pada tonsilitis viral penyebab yang paling
1
sering adalah Epstein Barr virus, sedangkan tonsilitis bakterial disebabkan kuman
grup A Streptococcus 4.
Gejala tonsilitis akut berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika
penderita menelan dan nyeri sering kali dirasakan ditelinga karena tenggorokan
dan telinga memiliki persarafan yang sama. Gejala lainnya berupa demam, tidak
dampak yang cukup besar akibat dari infeksinya pada penderitanya, penulis
tertarik untuk membuat tulisan tentang tonsilitis ini. Diharapkan dengan adanya
tulisan ini dapat menjadi referensi sekaligus sebagai bahan bacaan untuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. tonsil terdiri dari 3 macam yaitu tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori 7.
Gambar 2.1. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer (Snow,
2003)
3
Embriologi
fosa tonsil pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel.
Bagian yang mengalami invaginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian,
janin, berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat
epitel tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan
ikat limfoid. Kapsul dan jaringan ikat lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur
yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar
Secara histologis, lapisan pada tonsil terbagi atas tiga zona. Ketiga zona
b. Extrafolicular area
c. Limphoid follicle
Terdiri atas mantle zone (sel-B matur) dan germinal center (sel-B aktif) 8.
4
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
kutub (kutub atas dan kutub bawah. Berikut ini penjelasan dari bagian bagian 5 :
a. Lapisan medial
masuk dari 12 – 15 kripta dapat terlihat pada lapisan medial ini. Salah satu
dari kripta tadi, yang terletak dekat dengan kutub atas merupakan kripta
dengan ukuran paling besar dan dalam yang dikenal dengan crypta magna
atau intratonsillar cleft. Kripta dapat diisi oleh material seperti sel epitel,
5
b. Lapisan lateral
Lapisan ini ditutupi oleh kapsul berupa jaringan fibrosa. Diantara kapsul dan
bagian dalam tonsil terdapat jaringan ikat longgar yang menjadi batas saat
c. Kutub atas
oleh lipatan semilunar, yang memanjang diantara pilar anterior dan posterior,
d. Kutub bawah
Bagian ini melekat pada pangkal lidah. Lipatan triangular dari membran
tonsil dan menutupi anterior pillar space. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh
6
Gambar 2.2. Gambaran anatomi tonsil palatina (Dhingra, 2005)
Gambar 2.3. Anatomi tonsil palatina dan komponen disekitarnya (Probst, 2006)
7
c. A. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden.
e. A. faringeal asenden.
a. A. faringeal asenden
b. A. palatina desenden.
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
8
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresI10
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata10
Fossa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah
otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX
lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub
atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden 4.
9
Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faringeal7.
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada. Tonsil bagian bawah
mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga
limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang.
jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4
area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel
2. Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik 6.
10
Gambar 2.5. Anatomi Faring dan Tonsil (Snow, 2003)
2.2 Definisi
oleh bakteri, virus, dan jamur6. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan
kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal
( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ),
tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlach’s tonsil 12,20.
2.3 Klasifikasi
11
1. Tonsilitis Akut
tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla
palatina, yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi
lapisan lateral.
pada tonsil
permukaan tonsil 5.
12
serta Angina Plaut Vincent, penyakit kelainan darah seperti leukemia akut,
skarlatina.
Gambar 2.6.
Gambaran Acute
parenchymatous
tonsilitis
(Dhingra, 2005)
2. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi
11
akut atau subklinis yang berulang . Ukuran tonsil membesar akibat
namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan
sikatrik yang kronis. Durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit
dari 4 minggu dan kadang dapat menetap 13 . Tonsilitis kronis adalah suatu
kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi
tonsil yang
berulang9.
13
2.4 Etiologi
Tonsil berfungsi untuk membuat limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang
bertugas membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut 15. Tonsil
manusia yang menimbulkan invasi lokal, sistemik dan kelainan imunologi pasca
streptococcus11.
14
dengan persentase sekitar 15 – 30% dari semua jenis bakteri 13. Beberapa etiologi
lain yang juga cukup tinggi insidennya dalah menyebabkan terjadinya tonsilitis
Pyogens3.
15
Gambar 2.7. Gambaran tonsilitis akut. Etiologi disebabkan oleh (a)
Streptococcus beta hemoliticus grup A (b) Lesi eksudatif terlihat pada kedua
adalah flora normal14. Flora normal di tenggorok terdiri dari bakteri gram positif
dan gram negatif baik yang aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob seperti
terbentuknya gigi9.
Neisseria spp dan lain-lain. Kondisi yang menguntungkan dari host terhadap
menjadi patogen9.
merupakan flora normal pada tonsil. Tidak ditemukan perbedaan bakteri anaerob
pada tonsil yang sehat dengan tonsilitis akut. Pada tonsilitis kronis juga tidak
16
dengan di inti tonsil. Namun demikian secara invitro ditemukan sinergi antara
bakteriologi terhadap tonsil kanan dan tonsil kiri tidak ditemukan perbedaan6,9.
2.6 Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil
berperan sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan
secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
17
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,
Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
sakit menelan dan demam tinggi. Sekresi yang berlebih membuat pasien
mengeluh sakit menelan, tenggorokan akan terasa mengental. Tetapi bila penjamu
memiliki kadar imunitas antivirus atau antibakteri yang tinggi terhadap infeksi
virus atau bakteri tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh ataupun
penyakit. Sistem imun selain melawan mikroba dan sel mutan, sel imun juga
Gambar 2.9. Tonsilitis akut dengan folikel pada tonsil (Snow, 2003)
Infeksi berulang pada tonsilitis akut sering tejadi pada pengobatan yang
tidak adekuat. Hal terjadi dikarenakan kemampuan bakteri untuk bertahan pada
antibiotik yang diberikan pada pasien. Dengan begitu bakteri tersebut dapat
dapat menjelaskan kejadian ini adalah karena penetrasi antibiotik ke dalam tonsil
18
yang rendah akibat jaringan parut karena infeksi tonsilitis. Selain itu juga adanya
flora normal yang menghasilkan enzim protektif dan membentuk lapisan biofilm
Gambar 2.10. Pembesaran tonsil. Disebabkan oleh (A) Tonsilitis berulang (B)
Pada pasien Obstructive Sleep Apnea (C) Unilateral hipertrofi tonsil (Alasil,
2011)
berulang diikuti oleh episode serangan akut atau keadaan subklinis dari suatu
hampir sama dengan tonsilitis kronis17. Akan tetapi pada keadaan tonsilitis
berulang, ada suatu keadaan dimana tonsil kembali ke keadaan normal secara
makroskopis dan histologis diantara dua serangan. Hal ini yang membedakannya
menyebabkan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
19
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus. Infiltrasi bakteri pada epitel jaringan tonsil akan menimbulkan radang
dari kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang lepas5.
tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut
yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil
20
Gambar 2.11. Gambaran tonsilitis kronis. Tidak ada kriteria diagnostik yang jelas
untuk tonsilitis kronis. Kripta tonsil yang dalam, debris putih pada kripta, dan
vaskularisasi pada pilar anterior tampak pada tonsilitis kronis. Debris putih terdiri
dari sisa sisa makanan yang dapat menyebabkan halitosis (Onerci, 2009)
ringan hingga menjadi parah, sakit menelan, kadang muntah. Pada tonsillitis dapat
tonsil1.
21
Tanda klinisnya dijumpai tonsil membengkak dan meradang. Tonsila
membran dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan local 17 .
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dialami oleh pasien yang
1. Tanda
2. Gejala
Gejala yang sering ditemui berupa kesulitan dalam menelan, gangguan fonasi,
respirasi dan pendengaran. Selain itu gejala yang dapat muncul antara lain :
a. Sakit tenggorokan
b. Sakit menelan
f. Napas berbau
22
g. Gangguan pendengaran
(Dhingra, 2005)
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T2 : Tonsil keluar dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara
pinggir
lateral faring-uvula
T3 : Tonsil sudah melewati garis tengah namun tidak sampai uvula
23
2.8 Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dialami oleh penderita tonsilitis adalah disfagia
dan pembesaran pada tonsil. Berikut ini beberapa penyakit yang bisa menjadi
Hipertrofi tonsil
Leukemia
(Shah, 2014)
24
Gambar 2.13. Gambaran hipertrofi tonsil (a) Tonsil kanan yang mengalami
hipertrofi (b) Kissing tonsils, tonsil menyebabkan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
(Onerci, 2009)
kronis perlu dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sebagai bukti empiris
tonsil dengan bakteri di dalam inti tonsil sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
swab permukaan tonsil maupun pemeriksaan dari inti tonsil. Swab dari inti tonsil
25
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini penatalaksanan
1. Antibiotik golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin
atau klindomisin.
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4. Pemberian antipiretik.
2. Unilateral peritonsilitis
4. Keadaan immunosupresi
dari 5 hari. Pemberian antibiotik secepatnya akan mengurangi gejala dan tanda
lebih cepat. Meskipun demikian, tanpa antibiotik, demam dan gejala lainnya dapat
berkurang selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala lainnya dapat berkurang
26
selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala dapat bertahan sampai 9 hari selama
pemberian terapi5.
tetap diperlukan untuk mengurangi gejala. Jika dalam 48 jam gejala tidak
terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur/hisap dan terapi radikal
berhasil 6.
bakteri lain yang sensitif terhadap ciprofloxacin dan gentamisin 11. Pada pasien
menjadi kontraindikasi3,6.
27
Tabel 2.2. Uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri patogen penyebab tonsilitis
hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap
digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek dan teknik tidak
1. Indikasi absolut
28
b. Lima kali per tahun dalam dua tahun
d. Dua minggu atau lebih tidak masuk sekolah atau kerja dalam satu
tahun
indikasi asolut.
b. Sulit menelan
2. Indikasi relatif5
medikamentosa
disease.
29
b. Neurektomi glossofaringeal. Tonsil diangkat terlebih dahulu baru
ditinggalkan.
1. Perawatan awal
anestesi hilang
2. Diet
Saat pasien sudah sadar, pasien dapat mulai diberikan makanan cair,
seperti susu dingin atau es krim. Kulum – kulum es batu juga dapat
30
mengurangi rasa nyeri. Diet diberikan bertahap mulai dari makanan lunak
3. Oral hygine
4. Analgesik
makan.
5. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dapat diberikan secara injeksi /oral selama sekitar
satu minggu
Pasien dapat dipulangkan 24 jam setelah operasi jika tidak ada komplikasi
(Dhingra, 2005)
31
Gambar 2.14. Tonsil yang sudah diangkat beserta kapsulnya (Onerci, 2009)
2.10 Komplikasi
1. Abses peritonsil
Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya.
Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang
mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan
abses18.
2. Abses parafaring
32
3. Abses intratonsilar
diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai nyeri
lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah.
Biasanya terjadi karena tatalaksana tonsilitis akut yang tidak adekuat. Infeksi
kronis dapat terjadi pada folikel limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses19.
Serangan berulang otitis media akut berkaitan erat dengan serangan berulang
Tonsilolith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila kripta diblokade oleh
secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolith
lebih sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau
foreign body sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan
7. Kista tonsilar
33
Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai pembesaran
kekuningan di atas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala. Dapat
swab tonsil yang merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini
penyakit Glomerulonefritis5,6,14.
2.11 Prognosis
34
dapat membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman bila antibiotika diberikan untuk
dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi
bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya. Infeksi yang sering
terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang,
pneumonia6,14.
2.12 Pencegahan
Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari
satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau
beberapa anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang sama,
dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderíta Tonsilitis atau yang
memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga
untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan
air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang talah lama
sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang
lain9.
35
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama :M
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
No. RM : XX-XX-XX
ANAMNESA PENYAKIT
Telaah :
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke poli THT RSU Haji Medan dengan
keluhan nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan sejak 6
Bulan yang lalu. Dalam satu bulan pasien merasakan nyeri dua kali. Bila nyeri
timbul, pasien merasakan badannya mulai panas. Amandel nyeri setelah pasien
Sejak + 2 bulan sebelum masuk rumh sakit, nyeri saat menelan semakin
sering dirasakan os. Selain keluhan nyari menelan, os. juga mengeluh susah
36
berlendir (+), terasa kering (-), sulit membuka mulut (-). Demam (+). Demam
hilang timbul tanpa disertai menggigil. Batuk berdahak (+), pilek (+). + 1 minggu
merasakan nyeri tenggorokan saat menelan air liur. Keluhan demam (-), batuk (-),
STATUS PRESENT
Temperature : 380c
STATUS LOKALISATA
- LIANG TELINGA
37
1. Luas DBN DBN
2. Benjolan DBN DBN
3. Cairan DBN DBN
4. Darah DBN DBN
5. Polip DBN DBN
6. Serumen DBN DBN
7. Corpus Alienum DBN DBN
8. Nanah DBN DBN
9. Granulasi DBN DBN
10. Fistula Mastoid DBN DBN
- MEMBRAN
TIMPANI
1. Warna Putih mutiara Putih mutiara
2. Atrofi DBN DBN
3. Bulging DBN DBN
4. Perforasi DBN DBN
5. R.cahaya + +
6. Refraksi DBN DBN
B. HIDUNG KANAN KIRI
- RHINOSKOPI
ANTERIOR
Cavum Nasi
1. Nanah DBN DBN
2. Darah DBN DBN
3. Kista DBN DBN
4. Polip DBN DBN
5. Corpus alienum DBN DBN
6. Massa /Tumor DBN DBN
- SELAPUT LENDIR
1. Permukaan Licin Licin
2. Warna Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- CONCHA
1. Inferior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
38
2. Medial Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
3. Superior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- MEATUS NASI
1. Inferior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
2. Medial Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
3. Posterior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- SEPTUM NASI
1. Deviasi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
2. Hematoma Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- SINUS
PARANASAL
1. Frontalis Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
2. Maksilaris Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
3. Etmoid Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
4. Spenoid Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
C. RONGGA MULUT
- LIDAH DBN
- GIGI DBN
- BIBIR DBN
- PALATUM MOLE
1. Warna Merah Muda
- FARING
1. Selaput Merah muda
2. Benjolan -
- TONSIL
1. Permukaan Kasar Kasar
2. Besar T2 T2
3. Plika anterior DBN DBN
4. Kripta Melebar Melebar
5. Lakuna DBN DBN
D. KELENJAR LIMFE Tidak dijumpai benjolan Tidak dijumpai benjolan
E. RHINOSKOPI
39
ANTERIOR
1. Koana Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Torus Tubarius Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Konka Inferior Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
dan Media
4. Dinding Posterior Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSA BANDING
1. Tonsilitis Kronis
2. Tumor Tonsil
3. Limfoma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
03-2020
DARAH
Darah Rutin
Hematokrit 43.0% 40 – 52
Index Eritrosit
MCH 30.2 pg 26 – 34
MCHC 34.2% 32 – 36
40
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2% 1–3
Basofil 0% 0–1
N. stab 0% 2–6
N. seg 52 % 53 – 75
Limfosit 37 % 20 – 45
Monosit 6% 4–8
FUNGSI HATI
Ureum 20 mg/dl 20 – 40
DIAGNOSA KERJA
1. Tonsilitis Kronik
TINDAKAN
tanggal 07-03-2020
TERAPI
41
Inj. Ceftriaxone 500 mg / 12 jam
PERSIAPAN OPERASI
1. Masuk IGD Rumah Sakit Haji Medan untuk mendapatkan ruang rawat
inap sehari sebelum jadwal operasi dilakukan dan membawa seluruh hal-
4. Jaga kebersihan
5. Berdoa
FOLLOW UP PRE-OPERASI
Tanggal 07-03-2020
O :
TD : 120/80 mmhg
42
HR : 80x/i
RR : 18x/i
T : 36,5C
A : Tonsilitis Kronik
P : IVFD RL 20 gtt/i
TINDAKAN OPERASI
6. Perdarahan dirawat.
7. Operasi selesai.
FOLLOW UP POST-OPERASI
43
O : HR : 120/80mmHg Nadi : 80x/menit
A : Post-op Tonsilektomi
P : IVFD RL 20 gtt/i
A : Post-op Tonsilektomi
P : IVFD RL 20 gtt/i
44
RR : 16X/menit Suhu : 37ºc
A : Post-op Tonsilektomi
P : IVFD RL 20 gtt/i
FOLLOW UP PULANG
A : Post-op Tonsilektomi
P : IVFD RL 20 gtt/i
KONTROL ULANG
45
Pasien kontrol kembali ke poli THT Rumah Sakit Haji Medan Tanggal 17-03-
2020
46
BAB IV
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Anamnesa Gejala pada tonsillitis Kronik Odynophagia (+)
tonsil membengkak.
Tonsilitis Kronik dua macam gambaran tonsil dari Permukaan kasar (+)
47
tetap kecil, mengeriput, kadang-
Ukuran Tonsil :
fossa tonsil
uvula
uvula
48
luas selama 1 minggu dan Vitamin Inj. Ceftriaxone 500
Non Farmakologi
TONSILEKTOMI
BAB V
KESIMPULAN
cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri dari susunan kelenjer limfa yang terdapat
49
di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba eustachius (lateral
band dinding faring / gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara (air-
bond droplets), tangan dan ciuman dapat terjadi pada semua umur terutama pada
anak.
Tonsilitis akut sering mengenai anak-anak usia sekolah, tetapi juga dapat
mengenai orang dewasa. Jarang mngenai bayi dan usia lanjut > 50 tahun.
yaitu sekitar 50% dari kasus. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsillitis
50
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview
51
2. Farokah. 2005. Laporan Penelitian: Hubungan Tonsilitis Kronik dengan
FKUGM : Yogyakarta.
Hal :1-46
1012-1105
England p: 567-569
5. Dhingra, P.L., dan Shruti Dhingra. 2005. Diseases of Ear, Nose and
6. Soepardi, E.A. et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
52
10. Probst, Rudolf., Gerhard Greves, dan Heinrich Iro. 2006. Basic
11. Flint, Paul W. et al. 2010. Cummings Otolaryngology Head & Neck
12. Campisi, Paolo., dan Ted L. Tewfik. 2003. Tonsilitis and its
13. Hsieh, T.H., et al. 2011. Are empiric antibiotics for acute exudative
16. Ugras, Serdar., dan Ahmet Kuthulan. 2008. Chronic Tonsilitis can be
17. Liston, S.L. 1997. Adams, Boeis dan Higler. Eds. Buku Ajar Penyakit THT
18. Ludman, H., dan Patrick J.B. 2007. ABC of Ear, Nose and Throat, Fifth
10
53
20. Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi. 2002. Penyakit serta Kelainan
Faring dan Tonsil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit THT; Edisi V; Jakarta : Balai
54