MENINGITIS TUBERKULOSIS
Oleh:
Dwi Fitria Nova 1840312453
Preseptor:
dr. Syarif Indra, Sp. S
2
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
resiko, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis dari meningitis tuberkulosis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.4 Patofisiologi
5
c. Vaskulitis obliteratif dapat menyebabkan sindorma infark dan stroke.
Kelainan juga terjadi pada pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dalam ruang subarachnoid berupa kongesti, peradangan dan penyumbatan,
sehingga selain ateritis dan flebitis juga mengakibatkan infark otak terutama
pada bagian korteks, medula oblongata dan ganglia basalis yang kemudian
mengakibatkan perlunakan otak dengan segala akibatnya.10,11
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Lincoln, Manifestasi klinis dari meningitis tuberculosa
dikelompokkan dalam tiga stadium :12
a. Stadium I (stadium inisial / stadium non spesifik / fase prodromal)
- Prodromal, berlangsung 1 - 3 minggu
- Gejala yang tidak khas, timbul perlahan- lahan, tanpa kelainan
neurologis
- Demam yang tidak terlalu tinggi
- Rasa lemah
- Nafsu makan menurun (anorexia),
- Nyeri perut
- Sakit kepala,
- tidur terganggu
- Mual, muntah, konstipasi
b. Stadium II (stadium transisional / fase meningitik)
- Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak / meningen.
- Adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas
lengkung serebri.
- Kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+)
- Pada fase ini, eksudat yang mengalami organisasi akan
mengakibatkan kelumpuhan saraf kranial dan hidrosefalus,
gangguan kesadaran, papiledema ringan serta adanya tuberkel di
koroid. Vaskulitis dapat menyebabkan gangguan fokal, saraf
kranial dan medulla spinalis. Hemiparesis yang timbul disebabkan
karena infark/ iskemia, quadriparesis dapat terjadi akibat infark
bilateral atau edema otak yang berat.
6
- Gejala : Akibat rangsang meningen sakit kepala berat dan muntah
- Akibat peradangan / penyempitan arteri di otak:
o disorientasi
o bingung
o kejang
o tremor
o hemibalismus / hemikorea
o hemiparesis / quadriparesis
o penurunan kesadaran
- Gangguan otak / batang otak / gangguan saraf kranial:
o Saraf kranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI,
dan VII
o Tanda: - strabismus - diplopia
o ptosis - reaksi pupil lambat
o gangguan penglihatan kabur
7
o Hiperpireksia
o akhirnya, pasien dapat meninggal.
Manifestasi klinis yang terjadi pada anak-anak dan dewasa berbeda. Pada
anak-anak biasanya gejala awal tidak khas seperti demam, batuk, muntah,
malaise, dan penurunan berat badan. Durasi dari gejala tersebut biasanya lebih
dari enam hari. Kejang pada anak lebih sering daripada dewasa. Sedangkan pada
dewasa biasanya gejala prodromal bersifat gradual selama + 1-2 minggu dan bisa
memburuk dengan adanya sakit kepala yang meningkat, kaku kuduk, muntah,
kebingungan, dan koma.10,13
Tabel 2.1 Gejala, Manifestasi Klinis Dan Hasil CSF Pada Anak Dan Dewasa. 10
2.6 Diagnosis
Diagnosa meningitis tuberkulosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, peme
riksaan fisik, dan pemeriksaan penunjuang.14
a. Anamnesis
8
Pasien meningitis tuberkulosa biasanya datang dengan nyeri kepala
yang semakin memburuk disertai dengan demam. Demam pada meningitis
tuberkulosa tidak setinggi demam pada meningitis bakterialis. Kadang jug
a terdapat keluhan lain berupa anoreksia, malaise, perubahan kesadaran, ke
jang, dan kelemahan satu sisi. 14
Anamnesis juga diarahkan pada riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis, keadaan sosio-ekonomi, imunisasi, dan sebagainya.11
Meningitis tuberkulosis dapat bermanifestasi sebagai satu-satunya infeksi
TB atau dapat juga bersamaan dengan infeksi pulmonal atau
ekstrapulmonal lainnya. Pada pasien dengan meningitis tuberkulosis
terdapat tanda dan gejala meningitis yang khas termasuk sakit kepala,
demam, dan kaku kuduk, meskipun tanda rangsang meningeal mungkin
belum terlihat pada tahap awal.9
b. Pemeriksaan Fisik
9
d. Radiologi 15
Foto toraks: dapat digunakan untuk mencari ada atau tidaknya
tuberkulosis paru sebelumnya atau yang masih aktif. Dapat juga m
enunjukkan gambaran limfadenopati dan infiltrate.
CT Scan kepala dan MRI pada daerah basal otak : gambaran penye
ngatan pada basal meningeal dan adanya hidrosefalus.
10
kontras: menunjukan dilatasi ventrikel b. setelah kontras: menunjukan
peningkatan (hiperdens) dari sisterna basal16
11
2.7 Penatalaksanaan
Penderita sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif
Perawatan penderita meliputi kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
gizi, posisi penderita, perawatan kandung kemih, dan defekasi
Medikamentosa
o Isoniazid (INH) 10-20 mg/ KgBB/hari (anak), 400 mg/hari
(dewasa)
o Rifampisin 10-20 mg/KgBB/hari, dosis 600 mg/hari (dewasa)
o Etambutol 25 mg/KgBB/hari hingga 150 mg/hari
o PAS (Para-Amino-Salicilyc acid) 200 mg/KgBB/hari dibagi dalam
3 dosis, dapat diberikan sampai 12 g/hari
o Streptomisin IM kurang lebih 3 bulan dengan dosis 30-50
mg/KgBB/hari
o Kortikosteroid: Prednison 2-3 mg/KgBB/hari, 20 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis selama 2-4 minggu kemudian diteruskan dengan
dosis 1 mg/KgBB/hari selama 1-2 minggu. Atau: deksametason IV
dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, bila membaik dapat diturunkan
menjadi 4 mg/ 6 jam.
Operatif: pemasangan VP Shunt atau EVD16
2.8 Prognosis
Adanya hidrosefalus, gangguan kesadaran, tuberkulosis di tempat lain
memiliki angka mortalitas yang tinggi. Sedangkan usia tua, perubahan kesadaran,
hidrosefalus, keparahan meningitis tuberkulosa, keterlambatan pemberian obat
anti tuberkulosis akan berakibat pada prognosis yang buruk bagi penderita
meningitis tuberkulosis.17
12
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Suku bangsa : Minang
Alamat : Padang Panjang
Pekerjaan : Wiraswasta
Alloanamnesis : (istri)
Seorang pasien, Tn. A, laki-laki, umur 22 tahun dirawat di bangsal
Neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Februari 2020 dengan:
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit.
13
Trauma kepala tidak adaa
BAB dan BAK tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Keadaan umum : Berat
Kesadaran : Soporous
Nadi/ irama : 127x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Tekanan darah : 100/60 mmHg
14
Suhu : 37,3oC
Keadaan gizi : Gizi kurang
Status neurologikus
1. GCS: E2M2V2= 6
2. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk : ada
Brudzinsky I : tidak ada
Brudzinsky II : tidak ada
Tanda Kernig : ada
15
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : sulit dinilai
Palpasi : sulit dinilai
3. Tanda peningkatan tekanan intracranial: tidak ada
Pupil isokor, diameter 3m/3mm , reflek cahaya +/+, papil edema tidak
ada
Muntah proyektil tidak ada
4. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Objektif (dengan bahan) Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Lapangan pandang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Melihat warna Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Funduskopi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Gerakan bulbus Dolls eye bergerak Dolls eye bergerak
Strabismus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Nistagmus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Ekso/endotalmus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Refleks konvergensi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
16
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Dills eye bergerak Dolls eye bergerak
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menggerakkan rahang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menggigit Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengunyah Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Divisi mandibula
- Sensibilitas Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Fissura palpebra Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menggerakkan dahi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menutup mata Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mencibir/ bersiul Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Memperlihatkan gigi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Hiperakusis Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Plica nasolabialis Tidak dapat diperiksa
17
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Detik arloji Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Rinne tes Tidak dapat diperiksa
Weber tes Tidak dapat diperiksa
Schwabach tes Tidak dapat diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus
- Pendular Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
- Vertikal Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
- Siklikal Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Pengaruh posisi kepala Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dapat diperiksa
Refleks muntah (Gag Rx) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Tidak dapat diperiksa
Uvula Tidak dapat diperiksa
Menelan Tidak dapat diperiksa
Suara Tidak dapat diperiksa
Nadi Reguler, 115x/menit
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menoleh ke kiri Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengangkat bahu kanan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengangkat bahu kiri Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Tidak bisa diperiksa
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak bisa diperiksa
Tremor Tidak dapat diperiksa
Fasikulasi Tidak dapat diperiksa
18
Atropi Tidak dapat diperiksa
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dapat Tes jari hidung Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Romberg tes Tidak dapat Tes hidung jari Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Reboundphenomen Tidak dapat Supinasi-pronasi Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Test tumit lutut Tidak dapat
diperiksa
7. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil Tidak dapat diperiksa
Sensibilitas nyeri Tidak dapat diperiksa
Sensiblitas termis Tidak dapat diperiksa
Sensibilitas kortikal Tidak dapat diperiksa
Stereognosis Tidak dapat diperiksa
Pengenalan 2 titik Tidak dapat diperiksa
Pengenalan rabaan Tidak dapat diperiksa
8. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Tidak dapat diperiksa Triseps ++ ++
Laring Tidak dapat diperiksa KPR ++ ++
19
Masetter Tidak dapat diperiksa APR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak diperiksa
Atas Tidak dapat diperiksa Cremaster Tidak diperiksa
Tengah Tidak dapat diperiksa Sfingter Tidak diperiksa
Bawah Tidak dapat diperiksa
9. Fungsi otonom
- Miksi : terpasang kateter
- Defekasi : normal
- Sekresi keringat: normal
10. Fungsi luhur : Baik
Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi bicara Tidak dapat Reflek glabela (-)
diperiksa
Fungsi intelek Tidak dapat Reflek snout (-)
diperiksa
Reaksi emosi Tidak dapat Reflek menghisap (-)
diperiksa
Reflek memengang (-)
Reflek palmomental (-)
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Rutin :
Hb : 11.5 gr/dl
Leukosit : 15.600/mm3
Trombosit : 331.000/mm3
Ht : 35%
Kimia darah :
20
Ureum : 39 mg/dl
Kreatinin : 0.8 mg/dl
Na/K/Cl : 142/3,0/93
Pemeriksaan tambahan
CXR: CTR <55%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal,
cardiac wrist (-), infiltrat (+), cranialisasi (-)
Kesan: Bronkopneumoni
21
Brain CT Scan Tampak pelebaran ventrikel lateral dan cisterna
Kesan: Hidrosefalus
22
Diagnosis :
Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran (soporous)
Diagnosis Topik : Meningitis TB
Diagnosis Etiologi : Bakterial TB paru
Diagnosis Sekunder : CAP
Diagnosis Banding
Meningitis viral( cari penyebab infeksi lainnya)
Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ed malam
Quo ad fungsionam : malam
Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30 derajat
O2 NRM 6L/menit NRM
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet TKTP 1700 kkal
Khusus :
Ceftriaxone 2x2gr (iv)
Levofloxacin 1x 750 mg (iv)
Dexametasone 4x10mg (iv)
Paracetamol 3x 700 (po)
Omeprazole 1x40mg
Acetazolamid 4x 250
KSR 2x60 mg (po)
Nebu ventolin 4x
23
Nebu flumucyl 2x
Khusus :
R/H/Z/E : 600/300/1200/1000
Vit B6 1x50 gr po
Cefepime 3x1 gr
Levofloxasin 1x700 mg (iv)
Dexametasone 4x10mg
Acetazolamid 4x250mg
Flumucyl nebu 3x
Ventolyn nebu 3x
Omeprazole 2x 40mg (iv)
24
KSR 2x600 mg
Suction post nebu
Khusus :
R/H/Z/E : 600/300/1200/1000
Vit B6 1x50 gr po
Cefepime 3x1 gr
Levofloxasin 1x700 mg (iv)
Dexametasone 4x10mg
Acetazolamid 4x250mg
Flumucyl nebu 3x
Ventolyn nebu 3x
25
Omeprazole 2x 40mg (iv)
KSR 2x600 mg
Suction post nebu
BAB IV
DISKUSI
26
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukositosis. Pada pemeriksaan
radiologi ditemukan gambaran infiltrat. Pada pemeriksaan CSS didapatkan cairan
CSS bewarna bening kekuningan dengan jumlah sel 15/mm3 dengan komposisi
PMN 40% dan MN -, kadar glukosa CSS 14 mg/dL, Tes none dan tes pandi dan
none tidak dapat diperiksa karena reagen tidak tersedia. Hal tersebut mendukung
ke arah meningitis tuberkulosis dimana menurut literatur disebutkan bahwa pada
meningitis TB didapatkan cairan serebrospinal yang (a) jernih, (b) pleiositosis
limfositer yang berjumlah 10-350 per mm kubik (c) kadar glukosa kurang dari
40% (d) jumlah protein yang lebih dari 40 mg% dan meningkat pada pemeriksaan
berikutnya (e) kadar CI dibawah 680 mg%. 4 Kemudian dapat dipastikan dengan
pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini baik yang suportif,
medikamentosa maupun yang non medikamentosa sudah dilakukan sesuai
tatalaksana yang ada.
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad malam. Prognosis berdasarkan
diagnosis pasien saat ini yaitu meningitis tuberculosis + GCS 6 memiliki risiko
kematian yang tinggi. Mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosis terkait
dengan hidrosefalus, resistensi obat, gagal terapi, lanjut usia, kejang, penurunan
kesadaran.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
14. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Acuan Panduan Praktik
Klinis Neurologi.2016;192-195
15. Elvina F. Dimyati Y. H Johanes. Amelia F. update diagnosis dan
tatalaksana meningitis tuberkulosa Anak. Majalah Kaedokteran
Nusantara,volume 50 No 3. 2017. 162
16. Thwaites G E. The Diagnosis and Management of Tuberculous
Meningitis. 2002. Diakses pada 27 Januari 2018 dari http://pn.bmj.com
17. Hsu P, Yang C, Ye J, Huang P, Chiang P, Lee M. Prognostic Factors of
Tuberculous Meningitis in Adults: A 6-Year Retrospective Study at a
Tertiary Hospital in Northern Taiwan. Journal Microbiology
Immunology and Infection, 2010; 43(2): 111-118
18. George EL, Iype T, Cherian A et al. Predictors of mortality in patients
with meningeal tuberculosis. Neurol India. 2012; 60:18-22.
29