Anda di halaman 1dari 3

Mengemas Pembelajaran Tutorial Kejar Paket C

Sebagian besar tutor dan penyelenggara pendidikan kesetaraan, khususnya Paket C, masih
rancu dengan tiga bentuk pembelajaran yaitu tatap muka, tutorial, dan mandiri. Terutama
masih belum jelas bagaimana bentuk pembelajaran tutorial yang sesungguhnya di Paket C.
Seringkali kegiatan pembelajaran yang bentuknya tatap muka biasa dianggap sebagai tutorial,
hanya karena pendidiknya disebut dengan tutor.
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor
kepada warga belajar (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri warga belajar
secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara
tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial dibedakan dengan bentuk pembelajaran mandiri
sebagaimana diatur dalam standar isi dan standar proses program pendidikan kesetaraan.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan
bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri warga
belajar dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor.
Prinsip pokok tutorial adalah ‘’kemandirian warga belajar’’ (student’s independency). Tutorial
tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika warga belajar tidak belajar di rumah, dan datang ke
tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah pembelajaran tatap muka biasa,
bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas
dengan pembelajaran tatap muka, di mana peran tutor sangat besar.
Peran utama tutor dalam tutorial adalah:
1. pemicu dan pemacu kemandirian belajar warga belajar, berpikir dan berdiskusi; dan
2. pembimbing, fasilitator, dan mediator warga belajar dalam membangun pengetahuan, nilai,
sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam
menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya;
3. memberikan bimbingan dan panduan agar warga belajar secara mandiri memahami mata
pelajaran;
4. memberikan umpan balik kepada warga belajar secara tatap muka atau melalui alat
komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk memotivasi dan membantu
warga belajar mengembangkan keterampilan belajarnya.
Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi tatap muka biasa, terbina hubungan bersetara,
mampu memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk:
1. membangkitkan minat warga belajar terhadap materi yang sedang dibahas,
2. menguji pemahaman warga belajar terhadap materi pelajaran,
3. memancing warga belajar agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial,
4. mendiagnosis kelemahan-kelemahan warga belajar, dan
5. menuntun warga belajar untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi (Hyman,
dalam Suroso, 1992).

1
Tutor juga menstimulasi warga belajar untuk terlibat aktif dalam pembahasan:

(a) masalah yang ditemukan warga belajar dalam mempelajari modul;


(b) kompetensi atau konsep esensial mata pelajaran; dan
(c) persoalan yang terkait dengan unjuk kerja warga belajar di dalam/di luar kelas tutorial.
Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara
trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni:
(1) membuka dan menutup tutorial;
(2) bertanya lanjut;
(3) memberi penguatan;
(4) mengadakan variasi;
(5) menjelaskan;
(6) memimpin diskusi kelompok kecil;
(7) mengelola kelas; dan
(8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar
mengajar, yang diadaptasi dari perangkat “Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh
Sydney University tahun 1973.
Sebenarnya ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM); tutorial tertulis (tutis)
lewat surat-menyurat/krespondensi; tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa,
dan internet; dan tutorial online (tuton) lewat internet. Dalam konteks pembelajaran Kejar
Paket C, modus tutorial biasanya berbentuk tutorial tatap muka. Artinya tutorial dilaksanakan
secara dengan bertatap-muka antar warga belajar bersama dengan tutor. Jadi pelaksanaan
tutorial tatap muka juga menuntut kehadiran warga belajar di tempat pembelajaran.
Pembelajaran tutorial dapat dilaksanakan secara klasikal atau dibagi dalam kelompok. Jika
dilakukan secara klasikal tutor jangan terjebak dalam pembelajaran tatap muka. Tutorial secara
klasikal harus menuntut warga belajar untuk membaca terlebih dahulu modul yang ada, dan
fokus kepada permasalahan yang dihadapi warga belajar dalam menguasai modul.
Pembelajaran tutorial dapat juga dilaksanakan secara kelompok, melalui diskusi kelompok.
Diskusi kelompok terbimbing yang merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 warga
belajar pada setiap kelas di bawah bimbingan tutor mata pelajaran dengan menggunakan tutor
sebaya. Tutur sebaya adalah warga belajar yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi
ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan
leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga warga belajar yang
bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi
kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua
kelompok sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari
materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh warga
belajar. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, warga belajar perlu mengajukan calon tutor
sebaya.

2
Tutor sebaya atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari;
2. mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
3. menyampaikan permasalahan kepada tutor pembimbing apabila ada materi ajar yang
belum dikuasai;
4. menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas
maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang
dihadapi;
5. melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada tutor pembimbing pada setiap
materi yang dipelajari.
Peran tutor dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, tutor hanya melakukan intervensi ketika betul-
betul diperlukan oleh warga belajar.

Anda mungkin juga menyukai