Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nisrina Sajid Nurutami

NPM : 1806269221
Kelompok 1 PKIP
Ringkasan Individu Chapter 6 (Modul 17, 18 dan 19)

Modul 17: Classical Conditioning

 Habituation atau pembiasaan adalah penurunan respon terhadap stimulus yang terjadi setelah
terkena stimulus yang sama secara berulang.
 Classical conditioning adalah cara belajar dimana stimulus netral (sebelum pengondisian tidak
memunculkan respon yang menarik secara alami) dapat memunculkan respons setelah
dipasangkan dengan stimulus yang biasanya mengikuti respon tersebut.
 Stimulus tidak terkondisi merupakan respon yang natural dan tidak butuh penelitian, sedangkan
stimulus terkondisi merupakan stimulus yang sebelumnya netral yang telah dipasangkan dengan
suatu stimulus tidak terkondisi untuk menghasilkan respon yang sebelumnya disebabkan oleh
stimulus tidak terkondisi.
 Respon terkondisi merupakan resoin setelah pengondisian, mengikuti stimulus sebelumnya yang
netral.
 Respon emosional biasanya dipelajari melalui classical conditioning.
 Extinction muncul saat respon yang sebelumnya telah terkondisi menurun dalam hal frekuensi
dan bahkan menghilang, sehingga seseorang perlu mengakhiri asosiasi antara stimulus terkondisi
dan stimulus tidak terkondisi.
 Kemunculan kembali respon terkondisi yang telah dihilangkan setelah beberapa waktu dan tanpa
pengondisian lagi  pemulihan spontan.
 Generalisasi stimulus adalah proses setelah stimulus terkondisikan untuk menghasilkan respon
tertentu, stimulus yang mirip dengan stimulus asli menghasilkan respon yang sama.
 Diskriminasi stimulus terjadi saat dua stimulus yang berbeda dan membangkitkan satu stimulus
respon terkondisi, namun respon yang lain tidak menimbulkan respon tersebut  kemampuan
membedakan stimulus.

Modul 18: Operant Conditioning

 Operant conditiong merupakan pembelajaran dari respon yang disadari diperkuat atau
diperlemah yang bergantung pada konsekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,
dibuat agar terulang secara lebih teratur atau tidak teratur. Dapat digunakan jika organisme
menunjukkan niat untuk mengharapkan hasil yang diinginkan.
 Thorndike’s Law of Effect yaitu respon-respon yang mendorong pada konsekuensi yang
memuaskan dan lebih mungkin untuk diulang. Akan bekerja secara otomatis dan seiring
berjalannya waktu dan pengalaman, membuat hubungan langsung antara stimulus dan respons
tanpa menyadari bahwa ada hubungan.
 B.F Skinner  operant response merupakan respon yang dapat dimodifikasi oleh
kepentingan/konsekuensi dan merupakan bagan yang bermaknsa dari perilaku yang
berkelanjutan yang dapat diukur. Dengan mengukur atau mencatat respons operan, Skinner dapat
menganalisis perilaku hewan yang sedang berlangsung selama pembelajaran dan menyebutnya
learning of operant conditioning, yang berfokus pada bagaimana konsekuensi (penghargaan atau
hukuman) mempengaruhi perilaku.
 Reinforcement (penguatan) adalah proses saat stimulus meningkatkan kemungkinan terjadinya
pengulangan perilaku yang diharapkan. Reinforcer (penguat) adalah setiap stimulus yang
meningkatkan kemungkinan akan kembali terjadinya perilaku.
 Primary reinfocer memuaskan beberapa kebutuhan biologis dan bekerja secara alami, terlepas
dari pengalaman seseorang. Secondary reinforcer adalah stimulus yang menjadi memperkuat
karena asosiasi dengan penguat primer.
 Positive reinforcers merupakan stimulus yang ditambahkan ke lingkungan yang menyebabkan
peningkatan dalam respon yang telah terjadi  promosi di tempat kerja karena performa baik.
Negative reinforcers menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa respon akan diulang dimasa depan  memberi minyak untuk mengurangi
ruam gatal, akan melakukan hal serupa dimasa depan jika merasa gatal.
 Punishment adalah stimulus yang menurunkan kemungkinan bahwa perilaku akan kembali
terjadi. Positive punishment akan memperlemah respon melalui penerapan stimulus yang tidak
menyenangkan  berteriak kepada seorang pencuri. Negative punishment merupakan
penghilangan terhadap yang menyenangkan.  melarang menggunakan sesuatu agar tidak rusak.
 Pro dan Kontra dari hukuman: walaupun merupakan rute tercepat untuk mengubah perilaku,
namun dapat membahayakan bagi seorang individu. Seringkali tidak efektif dan bisa digantikan
dengan perilaku lain yang tidak diharapkam. Hukuman fisik dapat memberi ide bahwa agresi
fisik diperbolehkan dan lebih menyenangkan. Hukuman juga dapat menurunkan self-esteem jika
tidak diberitahu alasannya. Serta hukuman tidak memberikan informasi apa pun tentang perilaku
pengganti yang lebih tepat.
 Schedule of reinforcement adalah frekuensi dan waktu pemberian penguat yag mengikuti
perilaku yang diingingkan. A continous reinforcement schedule merupakan perilaku yang
diperkuat setiap kali perilaku terjadi. A partial (intermitten) reinforcement schedule diperkuat
pada beberapa waktu.
 Dua kategori:
1. Mempertimbangkan jumlah respon  rasio
a. Fixed-ratio schedule: penguat diberikan setelah sejumlah respon yang dimunculkan,
sehingga cenderung bekerja secepat mungkin. Misal, menerima makanan setelah setiap
10 kali menekan tuas.
b. Variable-ratio schedule: penguat diberikan setelah sejumlah respon dalam jumlah yang
berbeda. Misal akan menerima makanan setelah berlari 3 putaran, 4 putaran, 5 putaran.
2. Mempertimbangkan jumlah waktu  interval
a. Fixed-interveal schedule: penguat diberikan dalam periode waktu yang tetap. Misal,
diberi makanan setiap 5 menit sekali. Menghasilkan efek scalloping.
b. Variable-interval schedule: penguat diberikan dalam periode waktu yang tidak tetap.
Misal, diberi kuis mendadak dalam 3 tiga kali dalam satu bulan, satu kali dalam dua
minggu. Namun respon lebih stabil dibandingkan dengan fixed interval schedule.
 Latihan kontrol stimulus adalah proses seseorang belajar untuk membedakan stimulus. Stimulus
diskriminatif menandakan kecenderungan bahwa penguatan akan mengikuti respon. Fenomena
generalisasi dimana organisme mempelajari respon terhadap stimulus dan memunculkan respon
yang sama terhadap stimulus yang berbeda.
 Shaping atau pembentukan adalah proses mengajarkan perilaku yang kompleks dengan
memberikan hadiah bagi kemajuan yang dicapai dalam setiap tahap hingga terbentuk perilaku
yang diinginkan. Menurut sumber lain, shaping merupakan prosedur dimana seorang pelaku
eksperimen secara berturut-turut memperkuat perilaku yang mengarah pada atau mendekati
perilaku yang diinginkan.
 Mulai dengan memperkuat setiap perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan  memperkuat
hanya respon yang dekat dengan perilaku yang ingin diajarkan  memperkuat hanya respon
yang diinginkan.
 Terdapat penghalang biologis, keterbatasan bawaan dalam kemampuan binatang untuk
mempelajari perilaku tertentu.
 Operant conditioning dan classical conditioning merupakan satu proses yang dapat menjelaskan
perilaku dengan lebih baik.
 Modifikasi perilaku merupakan teknik yang diformulasikan untuk meningkatkan frekuensi
perilaku yang diinginkan dan menurunkan munculnya perilaku yang tidak diharapkan. Langkah:
mengidentifikasi tujuan dan target perilaku, merancang sistem pencatatan data dan mencatat data
awal, memilih suatu strategi perubahan perilaku, mengimplementasikan program, membuat suatu
catatan mendetail setelah program diimplementasikan, mengevaluasi dan mengubah program
yang sedang berjalan.

Modul 19: Pendekatan Koginitif bagi Pembelajaran

 Teori belajar kognitif merupakan pendekatan tentang belajar yang fokus pada proses
berpikir/kognisi yang mendasarinya.
 Terdapat dua tipe belajar yaitu:
1. Belajar Laten: suatu perilaku yang dipelajari namun tidak didemonstrasikan hingga akhirnya
beberapa insentif diberikan untuk kemunculan perilaku tersebut. Peta kognitif dikembangkan
melalui belajar laten menunjukkan suatu masalah dari pengondisian operan yang kaku.
2. Belajar Observasional: pembelajaran dengan cara melihat perilaku orang lain atau model.
a. Sering disebut pendekatan kognisi sosial tentang belajar.
b. Penting untuk mendapatkan keahlian yang tidak bisa diperoleh dengan penerapan
pendekatan teknik shaping dari operant conditioning.
c. Memiliki dasar genetis  neuron cermin yang menembak ketika kita mengobservasi
orang lain melakukan suatu tindakan menunjukkan bahwa kapasitas untuk meniru orang
lain merupakan bawaan.
d. Faktor krusial yang menentukan apakah kemudian perilaku ditiru atau tidak adalah
apakah model tersebut mendapatkan hadiah atas apa yang diperbuatnya.
3. Gaya belajar:
a. Relasional  menguasai materi melalui eksposure terhadap keseluruhan unit dengan
mempersepsi informasi sebagai bagian dari gambaran total, memunculkan improvisasi
dan pemikiran intuitif, lebih mudah mempelajari materi dengan konteks manusia,
lingkungan dengan relvansi eksperimental atau kultural.
b. Analisis  menganalisis prinsip dan komponen yang mendasari suatu fenomena dengan
memecah informasi dari gambaran total/fokus pada detail, memperlihatkan pemikiran
sekuensial dan terstruktur, lebih mudah mempelajari materi yang statis dan impersonal.

Referensi:
Feldman, Robert S. 2011. Pengantar Psikologi: Understanding Psychology. Terjemahan oleh Petty
Gina Gayatri dan Putri Nadya Sofyan. Jakarta: Salemba Humanika.
Plotnik, R & Kouyoumdjian, H. 2011. Introduction to Psychology, ninth edition. USA: Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai