Makalah Faal Seminar Fixed
Makalah Faal Seminar Fixed
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui mekanisme kerja antasida dan dampak mengonsumsi
antasida pada gaster, intestinum tenue dan crassum.
1.2.2 Untuk mengetahui cara penanggulangan alternatif terhadap heartburn dan
gastritis.
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Menambah wawasan kita mengenai mekanisme kerja antasida dan dampak
mengonsumsi antasida terhadap gaster, intestinum tenue dan crassum.
1.3.2 Memberikan solusi dan penanganan alternatif terhadap heartburn dan gastritis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tadi (melindungi dari efek autodigestif). Ketidakseimbangan antara kedua faktor tadi
dapat menyebabkan penyakit - penyakit tertentu. Misalnya saja, patogenesis dasar
terjadinya gastritis dan tukak peptik adalah jika terjadi ketidakseimbangan antara
faktor agresif dan faktor defensif pada mukosa gastroduodenal, yaitu peningkatan
faktor agresif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa.1,2
Intestinum crassum terdiri dari usus besar (kolon) dan poros usus (rectum).
Fungsi utamanya adalah mengabsorbsi air, membentuk feses dan membentuk lendir
untuk melumasi permukaan mukosa. Pada pertemuan antara usus halus dan usus
besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum (usus buntu) dan apendiks (umbai
cacing). Pada manusia diduga umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi.
Peradangan pada umbai cacing disebut Apendiksitis . Di dalam usus besar hidup
bakteri Escherichia coli yang berfungsi membusukkan sisa makanan dan pembentuk
vitamin K dan B kompleks. Pada kolon juga terjadi pengaturan kadar air dan gerakan
peristaltic mendorong makanan ke rectum. Feses terbentuk di dalam rectum dan di
keluarkan lewat anus. Proses pengeluaran feses disebut defekasi. 3,4
2.2 Antasida
Sekitar 95 juta penduduk Amerika menderita heartburn yang disebabkan
karena stress, makan terlalu banyak atau terlalu cepat, atau karena makan makanan
yang terlalu pedas dan berlemak. Gejala yang tampak adalah burning sensation
(sensasi panas), buang gas, mual dan nyeri pada ulu hati. Banyak orang mengatasi
kondisi ini dengan menggunakan antasida, yakni obat OTC (Over-The-Counter) yang
biasanya diminum dalam bentuk cairan atau tablet. Merk yang biasa digunakan di
Indonesia adalah Mylanta, Promag. Salah satu merk yang berbentuk cairan adalah
Mylanta. Pada tablet terdiri dari bubuk antasida yang dikombinasikan dengan perisa
dan pengikat. Seringkali zat simetikon ditambahkan pada antasida sebagai bahan aktif
anti gas lambung.5
6
2.2.1 Kaidah
Antasida membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung.
Keefektifan antasida dibedakan dari tahap reaksi dan kemampuan bertahannya, yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antasida non-metal juga dikembangkan karena
antasida yang mengandung logam dapat menghambat absorpsi banyak obat yang
diresepkan, terutama antibiotik. Antasida murni atau berkombinasi dengan simetikon
dapat digunakan dalam masalah-masalah lambung dan oedema usus 12 jari. Jika
antasida dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan efek laksatif. Beberapa
antasida, seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida, dapat diresepkan
dengan diet rendah fosfat untuk mengobati sakit hiperfosfatemia (terlalu banyak
fosfat dalam darah). Aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat digunakan
untuk mencegah pembentukan beberapa batu ginjal.
Kerja antasida adalah berbasis netralisasi. Sebagai contoh, ketika asam
bereaksi dengan ion hidroksida, garam dan air terbentuk melalui persamaan berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O
Apabila digunakan natrium bikarbonat (NaHCO 3), maka reaksi akan cepat
terbentuk dengan asam lambung untuk meningkatkan pH lambung. NaCl, CO2 dan
H2O terbentuk sebagai hasil reaksi. Satu gram NaHCO 3 dapat menetralisir 11.9 mEq
dari asam lambung. Namun, dosis yang sangat besar dapat menyebabkan urin yang
bersifat basa dan mengakibatkan masalah pada ginjal.
7
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan
alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang
bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan
mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasida ini
mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat
besi) ke dalam darah.
c. Alumunium Hidroksida
Merupakan antasida yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium
dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi
kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko
timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan
penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga
bisa menyebabkan sembelit.
d. Magnesium Hidroksida
Merupakan antasida yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4
kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang
air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumlah kecil
magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis
kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasida yang
mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
2.2.3 Indikasi
Antasida digunakan secara oral untuk menghentikan heartburn, yang
merupakan gejala utama dari penyakit gastroesophageal reflux. Pengobatan dengan
antasida bersifat simptomatis dan hanya dapat digunakan untuk gejala-gejala minor.
Kegunaan dari banyak kombinasi antasida tidaklah jelas, meski kombinasi garam
magnesium dan aluminium dapat mencegah kejanggalan perilaku defekasi.6
2.2.4 Kontra-indikasi
Ada beberapa kontra-indikasi antasida yang terdapat dalam obat maag,
antara lain : 8,9,10,11
9
BAB 3
PEMBAHASAN
10
Antasida merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit maag.
Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana
lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung
dilepas untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi
dari asam dengan berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam
ataupun mekanisme perlindungan kurang memadai, lambung, usus dan esophagus
bisa rusak karena asam memberikan gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa
terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.
Pada umumnya, antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat
aktif yang mengandung alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, dan kalsium
(bisa anda lihat di kemasan antasida). Terkadang antasida dikombinasikan juga
dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.
b. Kalsium karbonat
i. Cara Kerja : kalsium karbonat, suatu jenis zat kapur adalah antasida yang
pertama kali digunakan. Kerjanya cepat dan kapistas penetralan asam
lambungnya cukup tinggi.
11
ii. Efek yang tidak diinginkan : obat ini tidak dianjurkan untuk penggunaan dalam
jangka waktu lama, karena dapat menimbulkan acid rebound dan meningkatkan
kadar gastrin dalam serum.
c. Senyawa magnesium (magnesium oksida, magnesium karbonat, magnesium
trisilikat)
i. Cara Kerja : magnesium oksida lebih efektif mengikat asam daripada kalsium
karbonat karena ia tidak diserap sehingga tidak menimbulkan alkalosis.
Magnesium trisilikat adalah antasida non-sistemik, bekerja lebih lambat dan
bertahan lebih lama daripada kalsium karbonat. Obat ini dalam lambung
melepaskan silisium oksida yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan
lapisan pelindung.
ii. Efek yang tidak diinginkan : diare, untuk mengatasi hal ini biasanya
dikombinasikan dengan aluminium hidroksida yang menimbulkan sembelit.
menurunkan asam lambung. Namun, jika makan dalam jumlah yang banyak maka
asam ini akan membengkak dan sulit untuk mendorong asam turun dengan saliva
yang akan mengakibatkan luka atau erosi pada esophagus. Erosi inilah yang
menimbulkan rasa nyeri atau yang disebut dengan heartburn.
Ketika terjadi heartburn, biasanya sebagian besar orang akan memilih untuk
mengkonsumsi antasida yang bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri pada
lambung namun sebagaimana perlu kita ketahui bahwa asam lambung berfungsi
untuk membunuh bakteri yang masuk bersama makanan dalam lambung. Namun, jika
sekresi asam lambung ini dihambat dengan mengkonsumsi antasida maka banyak
efek negatif terhadap tubuh kita yang tidak kita sadari, yaitu sebagai berikut:12
a. Bakteri mengandung racun kuat yang seharusnya tidak dapat masuk ke dalam usus
akan lolos karena kurangnya volume asam lambung yang digunakan untuk
membunuh bakteri ini. Akibatnya bakteri ini akan memicu terjadinya diarrhea atau
penyakit yang lain.
b. Menurunkan sekresi pepsin dan asam hidroklorida yang sebenarnya digunakan
untuk mengaktivasi enzim pencernaan. Akibat enzim pencernaan yang kurang ini
menyebabkan gaster dan intestinum sulit untuk menguraikan makanan dan
menyerap nutrisi. Enzim pencernaan ini dikeluarkan setiap tahap pencernaan mulai
dari saliva sampai di intestinum tenue. Jika sekresi lancar maka absorpsi juga akan
berjalan dengan lancer. Namun sebaliknya, jika absorpsi kurang maka akan timbul
berbagai masalah pencernaan dan membebani organ lain. Dalam hal ini pada
proses jalannya makanan ke intestinum crassum, zat-zat makanan yang seharusnya
sudah diserap oleh intestinum tenue sampai di intestinum crassum dalam keadaan
yang belum tercerna dengan baik. Makanan yang tidak dapat diserap lagi oleh
tubuh ini akan membusuk oleh karena suhu pada intestinum crassum yang hangat
yaitu sekitar 37°C dan menyebabkan terjadinya fermentasi abnormal yang akan
meningkatkan jumlah bakteri jahat. Bakteri jahat dalam jumlah banyak ini akan
melemahkan sistem kekebalan tubuh pada tubuh manusia.
c. Mempersulit penyerapan zat besi dan mineral seperti Ca dan Mg. Hal ini yang
menyebabkan pada orang yang telah mengalami gastrektomi (pemotongan pada
13
gaster) selalu diikuti dengan anemia. Anemia yang dialami ini disebabkan karena
tidak adanya sekresi asam lambung yang sebenarnya berfungsi untuk menyerap zat
besi.
d. Mengacaukan keseimbangan bakteri dalam intestinum yang akan berujung pada
melemahnya sistem kekebalan tubuh. Asam lambung pada manusia dikeluarkan
oleh vili yang berupa tonjolan-tonjolan kecil atau jonjot-jonjot usus di permukaan
mukosa lambung. Jika terbiasa untuk mengkonsumsi antasida saat kita mengalami
heartburn, maka vili akan menjadi semakin pendek sehingga fungsinya melemah.
Melemahnya fungsi vili ini dapat berangsur pada penyusutan mukosa yang akan
menimbulkan peradangan (gastritis atrofi) dan menjadikan usus sebagai tempat
berkembang biak bagi nakteri Heliobacter pylori. Bakteri ini dapat memperburuk
gastritis atrofi dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kanker
lambung. Bakteri H.pylori dapat menyembunyikan diri dalam sel mukosa atau
dalam mucus yang melindungi mukosa dari asam lambung dan dapat ditularkan
melalui mulut sehingga tingkat infeksi bakteri ini meningkat seiring dengan umur
dan diperkirakan sebesar 50 persen pada orang yang berusia di atas 50 tahun.
Namun, orang yang mengidap H.pylori tidak selalu berujung pada kanker lambung
tetapi untuk mencegah H.pylori berkembang baik sebaiknya dihindari konsumsi
antasida sebanyak mungkin. Sesungguhnya tidak ada terlalu banyak sekresi asam
lambung sebab asam lambung diproduksi karena diperlukan untuk menjaga
keseimbangan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
BAB 4
PENUTUP
15
4.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja senyawa-senyawa yang terdapat dalam antisida berbeda-
beda antara satu dengan lainnya. Senyawa-senyawa antisida tersebut juga memiliki
efek samping yang berbeda-beda pula. Mengonsumsi antasida dapat menyebabkan
sekresi asam lambung menjadi terhambat sehingga bisa mengakibatkan gangguan
fungsi lambung. Penanganan yang tepat terhadap heartburn dan gastritis adalah
dengan mengonsumsi suplemen enzim pencernaan yang dapat membantu sekresi
enzim ini sehingga dapat membantu mencerna dan menguraikan makanan yang
melewati setiap organ pencernaan terutama pada gaster dan intestinum tennue.
4.2 Saran
Penulisan makalah ini masih belum lengkap dan belum tertuang secara detail
terhadap topik yang kami bahas. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada penulis
selanjutnya untuk menggali dan menelaah lebih dalam lagi tentang apa pengaruh lain
dari antasida yang belum tertulis dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Martini, Frederic .H. with William C. Ober. 2001. Fundamentals of Anatomy and
Physiology. 5th ed. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice. pp. 861-863, 865.
Accessed at : May,2009.
2. Adi P. Paradigma Baru dalam Terapi Tukak Lambung. Available from : www.
pgh.or.id/ pustaka2.html. Diakses pada : 20 Mei 2009.
3. Dfs. Sistem Pencernaan. Available from : http://dfs0007.blogspot.com/2009/03/
sistem pencernaan.html. Diakses pada : 20 Mei 2009.
4. Uswatun. Sistem Penceraan Makanan. Available from : http://uswatunpoenya.
blogspot.com/ 2008/12/sistem-pencernaan-makanan.html. Diakses pada : 20 Mei
2009.
5. Bookrags. Antacid. Available from : http://www.bookrags.com/research/antacid-
woc/. Accessed at : Mei 2009.
6. Wiki. 2009. Antasida. Available from : http://wikipedia.com. Diakses pada : Mei
2009.
7. Anonim.2009.Penyakit Maag dan Antisida. Available from : http://kangmass.
multiply.com/journal/item/15. Diakses pada : Mei 2009.
8. Media informasi obat. Ulkus Peptikum. Available from : http://www.indonesia
indonesia. com/f/10771-ulkus-peptikum/. Diakses pada : Mei 2009.
9. Ridho. 2009. Tentang antasida-another story oret-oretannya seorang apotheker.
Available from : http://potterclay.wordpress.com/2009/02/18/tentang-antasida/.
Diakses pada : Mei 2009.
10. Anonim. Available from : http://www.pom.go.id/public/publikasi/kompendia/
berkas_pdf /Saluran%20cerna.pdf. Accessed at : Mei 2009.
11. Bilalsas67. 2008. Antasida. Available from : http://bilalsas67.wordpress.com/
2008/05/14/antasida/. Diakses pada : Mei 2009.
12. Shinya, Hiromi. 2007. The Miracle Of Enzyme. Council Oak Books, Oklahoma :
Qanita. pp. 58-78.