Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, banyak orang yang sering mengalami sakit maag. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal seperti diet yang tidak teratur, terlambat untuk makan,
stress fisik, kondisi medis dan lain-lain. Maag dapat muncul secara tiba-tiba dalam
waktu yang singkat (akut), waktu yang lama (kronik), atau karena kondisi khusus
seperti adanya penyakit lain. Kebanyakan orang mengonsumsi obat maag ketika rasa
sakit maag terasa. Salah satu contoh obat untuk mengatasi rasa sakit maag yang
disediakan di pasaran adalah promag, antasida merupakan suatu unsur yang
terkandung dalam promag. Lambung kita antara lain berisi zat yang bersifat asam,
yaitu asam klorida. Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa
perih akibat suasana lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam
lambung. Selain menetralkan asam lambung, antasida juga meningkatkan pertahanan
mukosa lambung dengan memicu produksi prostaglandin pada mukosa lambung.
Antasida merupakan unsur kimia yang terdapat pada obat maag. Ada
beberapa manfaat positif dari obat maag (yang sudah sedikit tertuang di alinea atas)
apabila penderita mengonsumsinya. Pada makalah ini, kami ingin menggali dan
mencari tahu bagaimana mekanisme kerja antasida dan dampak mengonsumsi
antasida pada gaster, intestinum tenue dan crassum.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui mekanisme kerja antasida dan dampak mengonsumsi
antasida pada gaster, intestinum tenue dan crassum.
1.2.2 Untuk mengetahui cara penanggulangan alternatif terhadap heartburn dan
gastritis.
2

1.3 Manfaat
1.3.1 Menambah wawasan kita mengenai mekanisme kerja antasida dan dampak
mengonsumsi antasida terhadap gaster, intestinum tenue dan crassum.
1.3.2 Memberikan solusi dan penanganan alternatif terhadap heartburn dan gastritis.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaster, Intestinum Tenue dan Crassum


2.1.1 Gaster

Gambar 2.1 Gaster ( Lambung )

Gaster merupakan pembesaran lumen tractus digestivus yang berbentuk


sebagai kantong. Ruang dalam gaster dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu
cardia, fundus, corpus/body, dan pilorus. Cardia merupakan bagian gaster yang
berhubungan dengan esophagus, sedangkan bagian gaster yang berhubungan dengan
duodenum adalah pilorus. Sedangkan dindingnya terdiri dari atas empat lapisan
umum saluran cerna yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.
Lapisan – lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian-bagian lambung tertentu
yang sangat rentan terhadap gesekan-gesekan ataupun tekanan.
Pada pencernaan yang sehat terdapat suatu keseimbangan antara faktor
agresif dan faktor defensif dari gaster. Faktor agresif gaster antara lain asam dan
pepsin, sedangkan faktor defensif gaster antara lain, sekresi mukus, sekresi
bikarbonat, serta aliran darah dalam gaster. Keseimbangan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut : faktor agresif mencerna isi lumen gaster dan
menetralisir organisme patogen yang mungkin ikut masuk bersama makanan,
sedangkan faktor defensif melindungi dinding gaster dari efek merusak faktor agresif
4

tadi (melindungi dari efek autodigestif). Ketidakseimbangan antara kedua faktor tadi
dapat menyebabkan penyakit - penyakit tertentu. Misalnya saja, patogenesis dasar
terjadinya gastritis dan tukak peptik adalah jika terjadi ketidakseimbangan antara
faktor agresif dan faktor defensif pada mukosa gastroduodenal, yaitu peningkatan
faktor agresif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa.1,2

2.1.2 Intestinum tenue

Gambar 2.2 Intestinum tenue ( Usus Halus )

Di dalam usus, terjadi pencernaan kimiawi, yaitu pencernaan dengan


bantuan enzim. Usus halus merupakan saluran penceraan terpanjang. Panjang usus
halus kurang lebih 8,25 m. Usus halus terdiri dari duodenum (usus duabelas jari),
jejenum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Pada duodenum, terdapat
kantong empedu yang berisikan empedu, serta terdapat pula getah pancreas yang
mengandung berbagai macam enzim seperti enzim amilase (mengubah zat tepung
menjadi gula), enzim tripsinogen yang kemudian menjadi tripsin (mengubah pepsin
menjadi asam amino), dan enzim lipase (mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol). Selanjutnya, makanan mengalami pencernaan kimiawi oleh getah usus yang
mengandung lendir dan enzim yang dihasilkan oleh dinding usus kosong (jejunum).
Di dalam usus ini, makanan menjadi bubur yang lumat dan encer. Sedangkan
penyerapan sari makanan, dilakukan oleh permukaan dinding ileum yang dipenuhi
oleh jonjot usus atau vili. Keberadaan jonjot atau vili ini mengakibatkan permukaan
ileum menjadi luas sehingga penyerapan (absorbsi) berjalan baik.3

2.1.3 Intestinum Crassum


5

Gambar 2.3 Intestinum Crassum

Intestinum crassum terdiri dari usus besar (kolon) dan poros usus (rectum).
Fungsi utamanya adalah mengabsorbsi air, membentuk feses dan membentuk lendir
untuk melumasi permukaan mukosa. Pada pertemuan antara usus halus dan usus
besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum (usus buntu) dan apendiks (umbai
cacing). Pada manusia diduga umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi.
Peradangan pada umbai cacing disebut Apendiksitis . Di dalam usus besar hidup
bakteri Escherichia coli yang berfungsi membusukkan sisa makanan dan pembentuk
vitamin K dan B kompleks. Pada kolon juga terjadi pengaturan kadar air dan gerakan
peristaltic mendorong makanan ke rectum. Feses terbentuk di dalam rectum dan di
keluarkan lewat anus. Proses pengeluaran feses disebut defekasi. 3,4

2.2 Antasida
Sekitar 95 juta penduduk Amerika menderita heartburn yang disebabkan
karena stress, makan terlalu banyak atau terlalu cepat, atau karena makan makanan
yang terlalu pedas dan berlemak. Gejala yang tampak adalah burning sensation
(sensasi panas), buang gas, mual dan nyeri pada ulu hati. Banyak orang mengatasi
kondisi ini dengan menggunakan antasida, yakni obat OTC (Over-The-Counter) yang
biasanya diminum dalam bentuk cairan atau tablet. Merk yang biasa digunakan di
Indonesia adalah Mylanta, Promag. Salah satu merk yang berbentuk cairan adalah
Mylanta. Pada tablet terdiri dari bubuk antasida yang dikombinasikan dengan perisa
dan pengikat. Seringkali zat simetikon ditambahkan pada antasida sebagai bahan aktif
anti gas lambung.5
6

Gambar 2.4 Beberapa Contoh Obat Maag ( Antasida )

2.2.1 Kaidah
Antasida membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung.
Keefektifan antasida dibedakan dari tahap reaksi dan kemampuan bertahannya, yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antasida non-metal juga dikembangkan karena
antasida yang mengandung logam dapat menghambat absorpsi banyak obat yang
diresepkan, terutama antibiotik. Antasida murni atau berkombinasi dengan simetikon
dapat digunakan dalam masalah-masalah lambung dan oedema usus 12 jari. Jika
antasida dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan efek laksatif. Beberapa
antasida, seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida, dapat diresepkan
dengan diet rendah fosfat untuk mengobati sakit hiperfosfatemia (terlalu banyak
fosfat dalam darah). Aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat digunakan
untuk mencegah pembentukan beberapa batu ginjal.
Kerja antasida adalah berbasis netralisasi. Sebagai contoh, ketika asam
bereaksi dengan ion hidroksida, garam dan air terbentuk melalui persamaan berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O
Apabila digunakan natrium bikarbonat (NaHCO 3), maka reaksi akan cepat
terbentuk dengan asam lambung untuk meningkatkan pH lambung. NaCl, CO2 dan
H2O terbentuk sebagai hasil reaksi. Satu gram NaHCO 3 dapat menetralisir 11.9 mEq
dari asam lambung. Namun, dosis yang sangat besar dapat menyebabkan urin yang
bersifat basa dan mengakibatkan masalah pada ginjal.
7

Senyawa kalsium karbonat dan senyawa kalsium lainnya digunakan secara


murni atau berkombinasi dengan magnesium. Satu gram antasida jenis ini dapat
menetralisir 20mEq dari asam lambung.6,7
Senyawa magnesium terdiri dari magnesium oksida (MgO), magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) dan magnesium karbonat (MgCO3-Mg(OH)2-3H2O). Mereka
bersenyawa dengan asam lambung dan menghasilkan magnesium klorida dan air.
Satu gram magnesium hidroksida dapat menetralisir 32,6 mEq dari asam lambung.
Senyawa magnesium memiliki kelebihan berupa absorpsi yang kecil, aksi yang tahan
lama dan tidak menghasilkan karbondioksida, kecuali magnesium karbonat. Namun
magnesium klorida menghasilkan efek laksatif sehingga formulasi yang digunakan
umumnya mengandung kalsium karbonat atau aluminium hidroksida juga untuk
mencegah efek ini.8,9
Senyawa aluminium terdiri dari aluminium hidroksida (Al(OH)3), aluminium
karbonat (Al2O3-CO2) dan aluminium glisinat, yang mengandung aluminium oksida
dan asam glisin. Aluminium hidroksida menghasilkan aluminium klorida dan air.
Setiap mililiternya menetralisir 0,4 – 1,8 mEq dari asam lambung dalam jangka
waktu 30 menit. Namun jika pH lebih dari 5, maka reaksi netralisasinya tidak
berlangsung sempurna. Aluminium hidroksida memiliki waktu simpan yang lama,
namun menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu perlu ditambahkan antasida
magnesium.8,9

2.2.2 Jenis-jenis antasida yang beredar di pasaran


a. Antasida yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat
adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera
setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian
terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah
dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini
biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasida yang tidak dapat diserap
8

Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan
alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang
bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan
mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasida ini
mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat
besi) ke dalam darah.
c. Alumunium Hidroksida
Merupakan antasida yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium
dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi
kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko
timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan
penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga
bisa menyebabkan sembelit.
d. Magnesium Hidroksida
Merupakan antasida yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4
kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang
air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumlah kecil
magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis
kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasida yang
mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.

2.2.3 Indikasi
Antasida digunakan secara oral untuk menghentikan heartburn, yang
merupakan gejala utama dari penyakit gastroesophageal reflux. Pengobatan dengan
antasida bersifat simptomatis dan hanya dapat digunakan untuk gejala-gejala minor.
Kegunaan dari banyak kombinasi antasida tidaklah jelas, meski kombinasi garam
magnesium dan aluminium dapat mencegah kejanggalan perilaku defekasi.6
2.2.4 Kontra-indikasi
Ada beberapa kontra-indikasi antasida yang terdapat dalam obat maag,
antara lain : 8,9,10,11
9

a. Karbonat : dosis tinggi yang teratur dapat menyebabkan alkalosis, yang


menghambat kerja obat lain dan menyebabkan batu ginjal. Reaksi antara ion
karbonat dan asam lambung dapat menghasilkan gas karbon dioksida, yang
menyebabkan mual muntah yang tidak dapat ditoleransi dengan baik. Karbon
dioksida juga menyebabkan sakit kepala dan mengurangi fleksibilitas otot.
b. Aluminium hidroksida : dapat menyebabkan pembentukan kompleks aluminium
fosfat yang sukar larut, sehingga menyebabkan hipofosfatemia dan osteomalasia.
Meskipun aluminium memiliki daya absorpsi yang rendah pada gastrointestinal,
dapat terjadi akumulasi yang menyebabkan kerusakan ginjal dan konstipasi.
c. Magnesium hidroksida : memiliki efek laksatif dan dapat berakumulasi dalam
tubuh yang berakibat gagal ginjal yang mengarah pada hipermagnesia dan
komplikasi kardiovaskular dan neurologis.
d. Natrium : peningkatan konsumsi natrium dapat membahayakan hipertensi arteri,
gagal jantung dan penyakit ginjal lainnya.

Lambung yang kurang masam dapat mengakibatkan beberapa gangguan


fungsi lambung, seperti kecacatan fungsi mencerna dan menyerap nutrient (misal: zat
besi dan vitamin B kompleks). Selain itu, antasida juga dapat meningkatkan
prevalensi infeksi bakteri pada lambung dan usus, serta bioavailability pada beberapa
obat, misalnya: bioavailability dari ketoconazole (antifungal) berkurang pada pH
tinggi lambung.

BAB 3
PEMBAHASAN
10

Antasida merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit maag.
Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana
lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung
dilepas untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi
dari asam dengan berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam
ataupun mekanisme perlindungan kurang memadai, lambung, usus dan esophagus
bisa rusak karena asam memberikan gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa
terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.
Pada umumnya, antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat
aktif yang mengandung alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, dan kalsium
(bisa anda lihat di kemasan antasida). Terkadang antasida dikombinasikan juga
dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.

3.1 Mekanisme Kerja Antasida terhadap Gaster


Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang berlebihan
dan melindungi selaput lendir lambung. Berikut ini adalah mekanisme kerja senyawa-
senyawa yang terdapat dalam antisida :
a. Senyawa alumunium
i. Cara Kerja : senyawa alumunium merupakan suatu zat koloid yang terdiri dari
alumunium hidroksida dan alumunium oksida yang terikat pada molekul air.
Alumunium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung sebagai lapisan
pelindung.
ii. Efek yang tidak diinginkan : sembelit

b. Kalsium karbonat
i. Cara Kerja : kalsium karbonat, suatu jenis zat kapur adalah antasida yang
pertama kali digunakan. Kerjanya cepat dan kapistas penetralan asam
lambungnya cukup tinggi.
11

ii. Efek yang tidak diinginkan : obat ini tidak dianjurkan untuk penggunaan dalam
jangka waktu lama, karena dapat menimbulkan acid rebound dan meningkatkan
kadar gastrin dalam serum.
c. Senyawa magnesium (magnesium oksida, magnesium karbonat, magnesium
trisilikat)
i. Cara Kerja : magnesium oksida lebih efektif mengikat asam daripada kalsium
karbonat karena ia tidak diserap sehingga tidak menimbulkan alkalosis.
Magnesium trisilikat adalah antasida non-sistemik, bekerja lebih lambat dan
bertahan lebih lama daripada kalsium karbonat. Obat ini dalam lambung
melepaskan silisium oksida yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan
lapisan pelindung.
ii. Efek yang tidak diinginkan : diare, untuk mengatasi hal ini biasanya
dikombinasikan dengan aluminium hidroksida yang menimbulkan sembelit.

3.2 Dampak Konsumsi Antasida Pada Gaster dan Intestinum


Seperti yang kita ketahui bahwa masih banyak orang yang menganggap
antasida atau lebih dikenal sebagai obat sakit maag yang banyak dijual di pasaran
untuk mengatasi gastritis, dispepsia, ulkus lambung, ulkus duodenum, maupun
penyakit pada gaster dan intestinum lainnya. Pada dasarnya efek yang diharapkan
dari konsumsi antasida ini ialah untuk menekan sekresi asam lambung yang dianggap
berlebihan, sehingga para dokterpun menyarankan pada pasiennya yang menderita
gastritis atau gangguan lain yang berhubungan dengan gangguan asam lambung
untuk mengkonsumsi antasida karena guna menekan sekresi asam lambung karena
mereka percaya bahwa gastritis adalah “hiperkeasaman lambung”. Gastritis pada
umumnya ditandai dengan beberapa gejala seperti mual, dispepsia (nyeri pada perut
bagian atas) ataupun heartburn (rasa panas dan nyeri pada ulu hati). Heartburn terjadi
jika asam lambung mengalir naik kembali ke esophagus. sedangkan sebenarnya
esophagus rentan terhadap asam karena lingkungan pada esophagus bersifat basa. Hal
ini yang biasanya menyebabkan orang banyak menelan saliva ketika asam lambung
terkumpul di esophagus karena saliva yang bersifat basa diperlukan untuk
12

menurunkan asam lambung. Namun, jika makan dalam jumlah yang banyak maka
asam ini akan membengkak dan sulit untuk mendorong asam turun dengan saliva
yang akan mengakibatkan luka atau erosi pada esophagus. Erosi inilah yang
menimbulkan rasa nyeri atau yang disebut dengan heartburn.
Ketika terjadi heartburn, biasanya sebagian besar orang akan memilih untuk
mengkonsumsi antasida yang bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri pada
lambung namun sebagaimana perlu kita ketahui bahwa asam lambung berfungsi
untuk membunuh bakteri yang masuk bersama makanan dalam lambung. Namun, jika
sekresi asam lambung ini dihambat dengan mengkonsumsi antasida maka banyak
efek negatif terhadap tubuh kita yang tidak kita sadari, yaitu sebagai berikut:12
a. Bakteri mengandung racun kuat yang seharusnya tidak dapat masuk ke dalam usus
akan lolos karena kurangnya volume asam lambung yang digunakan untuk
membunuh bakteri ini. Akibatnya bakteri ini akan memicu terjadinya diarrhea atau
penyakit yang lain.
b. Menurunkan sekresi pepsin dan asam hidroklorida yang sebenarnya digunakan
untuk mengaktivasi enzim pencernaan. Akibat enzim pencernaan yang kurang ini
menyebabkan gaster dan intestinum sulit untuk menguraikan makanan dan
menyerap nutrisi. Enzim pencernaan ini dikeluarkan setiap tahap pencernaan mulai
dari saliva sampai di intestinum tenue. Jika sekresi lancar maka absorpsi juga akan
berjalan dengan lancer. Namun sebaliknya, jika absorpsi kurang maka akan timbul
berbagai masalah pencernaan dan membebani organ lain. Dalam hal ini pada
proses jalannya makanan ke intestinum crassum, zat-zat makanan yang seharusnya
sudah diserap oleh intestinum tenue sampai di intestinum crassum dalam keadaan
yang belum tercerna dengan baik. Makanan yang tidak dapat diserap lagi oleh
tubuh ini akan membusuk oleh karena suhu pada intestinum crassum yang hangat
yaitu sekitar 37°C dan menyebabkan terjadinya fermentasi abnormal yang akan
meningkatkan jumlah bakteri jahat. Bakteri jahat dalam jumlah banyak ini akan
melemahkan sistem kekebalan tubuh pada tubuh manusia.
c. Mempersulit penyerapan zat besi dan mineral seperti Ca dan Mg. Hal ini yang
menyebabkan pada orang yang telah mengalami gastrektomi (pemotongan pada
13

gaster) selalu diikuti dengan anemia. Anemia yang dialami ini disebabkan karena
tidak adanya sekresi asam lambung yang sebenarnya berfungsi untuk menyerap zat
besi.
d. Mengacaukan keseimbangan bakteri dalam intestinum yang akan berujung pada
melemahnya sistem kekebalan tubuh. Asam lambung pada manusia dikeluarkan
oleh vili yang berupa tonjolan-tonjolan kecil atau jonjot-jonjot usus di permukaan
mukosa lambung. Jika terbiasa untuk mengkonsumsi antasida saat kita mengalami
heartburn, maka vili akan menjadi semakin pendek sehingga fungsinya melemah.
Melemahnya fungsi vili ini dapat berangsur pada penyusutan mukosa yang akan
menimbulkan peradangan (gastritis atrofi) dan menjadikan usus sebagai tempat
berkembang biak bagi nakteri Heliobacter pylori. Bakteri ini dapat memperburuk
gastritis atrofi dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kanker
lambung. Bakteri H.pylori dapat menyembunyikan diri dalam sel mukosa atau
dalam mucus yang melindungi mukosa dari asam lambung dan dapat ditularkan
melalui mulut sehingga tingkat infeksi bakteri ini meningkat seiring dengan umur
dan diperkirakan sebesar 50 persen pada orang yang berusia di atas 50 tahun.
Namun, orang yang mengidap H.pylori tidak selalu berujung pada kanker lambung
tetapi untuk mencegah H.pylori berkembang baik sebaiknya dihindari konsumsi
antasida sebanyak mungkin. Sesungguhnya tidak ada terlalu banyak sekresi asam
lambung sebab asam lambung diproduksi karena diperlukan untuk menjaga
keseimbangan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

3.3 Cara Penanganan Alternatif terhadap Heartburn dan Gastritis


Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan antasida yang selama ini masih
banyak digunakan oleh masyarakat baik karena kurangnya pengetahuan maupun atas
saran dari sebagian dokter membawa dampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh
secara keseluruhan, maka sebaiknya konsumsi antasida dihindari sebisa mungkin.
Kebanyakan orang mengkonsumsi antasida bahkan dalam frekuensi yang cukup
sering ketika mereka mengalami heartburn, oleh sebab itu cara paling sederhana
untuk mencegah mengkonsumsi antasida ialah mencegah dahulu untuk tidak
14

mengalami heartburn. Heartburn yang merupakan proses naiknya asam lambung


kembali ke kerongkongan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:12
a. Tidak terlalu banyak makan atau minum
b. Mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok
c. Mengurangi alkohol
d. Mengurangi kopi
e. Menyelesaikan makan malam 4-5 jam sebelum tidur agar ketika tidur lambung
dalam keadaan yang kosong.
Dengan cara mencegah heartburn melalui cara-cara di atas, orang akan
terhindar dari konsumsi antasida karena sebenarnya asam lambung tidak perlu
ditekan oleh antasida. Gastritis atrofi yang selama ini dianggap orang karena
”hiperkeasaman lambung” ternyata tidak demikian karena sebaliknya gastritis atrofi
terjadi karena konsumsi antasida dalam jumlah yang cukup banyak ataupun dengan
frekuensi yang banyak. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan
antasida akan melemahkan fungsi vili dan akan berujung pada penyusutan mukosa.
Oleh sebab itu ketika orang mengalami heartburn sebenarnya yang menjadi
permasalahan adalah makanan yang sulit dicerna ketika orang tersebut
mengkonsumsi makanan terlebih dalam jumlah yang banyak. Kesulitan mencerna
makanan ini disebabkan karena kurangnya jumlah enzim pencernaan yang juga
disebabkan oleh penggunaan antasida. Oleh karena itu langkah yang tepat ialah
mengkonsumsi suplemen enzim pencernaan yang dapat membantu sekresi enzim ini
agar dapat membantu mencerna dan menguraikan makanan yang melewati setiap
organ pencernaan terutama pada gaster dan intestinum tennue.

BAB 4
PENUTUP
15

4.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja senyawa-senyawa yang terdapat dalam antisida berbeda-
beda antara satu dengan lainnya. Senyawa-senyawa antisida tersebut juga memiliki
efek samping yang berbeda-beda pula. Mengonsumsi antasida dapat menyebabkan
sekresi asam lambung menjadi terhambat sehingga bisa mengakibatkan gangguan
fungsi lambung. Penanganan yang tepat terhadap heartburn dan gastritis adalah
dengan mengonsumsi suplemen enzim pencernaan yang dapat membantu sekresi
enzim ini sehingga dapat membantu mencerna dan menguraikan makanan yang
melewati setiap organ pencernaan terutama pada gaster dan intestinum tennue.

4.2 Saran
Penulisan makalah ini masih belum lengkap dan belum tertuang secara detail
terhadap topik yang kami bahas. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada penulis
selanjutnya untuk menggali dan menelaah lebih dalam lagi tentang apa pengaruh lain
dari antasida yang belum tertulis dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
16

1. Martini, Frederic .H. with William C. Ober. 2001. Fundamentals of Anatomy and
Physiology. 5th ed. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice. pp. 861-863, 865.
Accessed at : May,2009.
2. Adi P. Paradigma Baru dalam Terapi Tukak Lambung. Available from : www.
pgh.or.id/ pustaka2.html. Diakses pada : 20 Mei 2009.
3. Dfs. Sistem Pencernaan. Available from : http://dfs0007.blogspot.com/2009/03/
sistem pencernaan.html. Diakses pada : 20 Mei 2009.
4. Uswatun. Sistem Penceraan Makanan. Available from : http://uswatunpoenya.
blogspot.com/ 2008/12/sistem-pencernaan-makanan.html. Diakses pada : 20 Mei
2009.
5. Bookrags. Antacid. Available from : http://www.bookrags.com/research/antacid-
woc/. Accessed at : Mei 2009.
6. Wiki. 2009. Antasida. Available from : http://wikipedia.com. Diakses pada : Mei
2009.
7. Anonim.2009.Penyakit Maag dan Antisida. Available from : http://kangmass.
multiply.com/journal/item/15. Diakses pada : Mei 2009.
8. Media informasi obat. Ulkus Peptikum. Available from : http://www.indonesia
indonesia. com/f/10771-ulkus-peptikum/. Diakses pada : Mei 2009.
9. Ridho. 2009. Tentang antasida-another story oret-oretannya seorang apotheker.
Available from : http://potterclay.wordpress.com/2009/02/18/tentang-antasida/.
Diakses pada : Mei 2009.
10. Anonim. Available from : http://www.pom.go.id/public/publikasi/kompendia/
berkas_pdf /Saluran%20cerna.pdf. Accessed at : Mei 2009.
11. Bilalsas67. 2008. Antasida. Available from : http://bilalsas67.wordpress.com/
2008/05/14/antasida/. Diakses pada : Mei 2009.
12. Shinya, Hiromi. 2007. The Miracle Of Enzyme. Council Oak Books, Oklahoma :
Qanita. pp. 58-78.

Anda mungkin juga menyukai