Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AOMK MATERI KARBOHIDRAT ( KELOMPOK 9 D )

Isna Nurul Hidayati / 110117388 / D

Aprilia Nina Elim / 110117398 / D

Masruro Hoirun Nisya / 110117413 / D

1. b PENENTUAN GULA REDUKSI

(Cara spektrofotometri, metode Nelson-Somogyl)

Metode Nelson-Somogyl adalah metode penentuan gula pereduksi dengan prinsip gula
pereduksi yang diuji akan mereduksi ion Cu2+ yang terdapat dalam reagen Nelson-Samogy
menjadi Cu+ melalui pemanasan, kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa
arsenomolibdat yang ditambahkan membentuk larutan molybdenum dengan kompleks
berwarna biru kehijauan. Warna biru yang terbentuk menunjukan ukuran konsentrasi yang
terkandung didalam sampel. Konsentrasi ditentukan dengan cara membandingkan nilai
absorbansi larutan sampel dan nilai absorbansi larutan standar. Intensitas warna biru yang
terbentuk ekivalen dengan jumlah gula reduksi dalam sampel (Sudarmadji et al., 1997).
Metode ini lebih spesifik jika digunakan dalam penetapan kadar gula pereduksi pada sampel
yang memiliki senyawa gula campuran didalamnya.

 Penyiapan Kurva Standar


- Buat larutan glukosa standar (10 mg glukosa anhidrat /100 ml)
- Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran sehingga diperoleh
larutan glukosa dengan kosentrasi : 2,4,6,8 dan 10 mg/100 ml
- Siapkan 7 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 1 ml larutan
glukosa standar tersebut di atas. Satu tabung diisi 1 ml air suling sebagai blanko
- Tambahkan ke dalam masing-masing tabung diatas 1 ml reagensia Nelson dan
panaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit
- Ambil semua tabung dan segera didinginkan bersama-sama dalam gelas piala
yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25oC
- Setelah dingin tambahkan 1 ml reagensia Arsenomolybdat, gojog sampai semua
endapan Cu2O yang ada larut kembali
- Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, tambahkan 7 ml air suling, gojoglah
sampai homogen
- Teralah “optical density” (OD) masing – masing larutan tersebut pada Panjang
gelombang 540 nm
- Buatlah kurva standar yang menunjukan hubungan antara konsentrasi glukosa dan
OD

 Penentuan gula reduksi pada contoh


- Siapkan larutan contoh yang mempunyai kadar gula reduksi sekitar 2-8mg/100ml.
Perlu diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karena itu bila dijumpai
larutan contoh yang keruh atau berwarna maka perlu dilakukan penjernihan
terlebih dahulu dengan menggunakan Pb-asetat atau bubur Aluminium hidroksida.
- Pipetlah 1 ml larutan contoh yang jernih tersebut kedalam tabung reaksi yang
bersih.
- Tambahkan 1 ml reagensia Nelson dan selanjutnya diperlakukan seperti pada
penyiapan kurva standar diatas.
- Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan OD larutan contoh dan kurva
standar larutan glukosa.

2.a Sampel = 5,6754 g / + Aquadem sampai 50,0 ml

X 1000

= 5675,4 mg / + sampai 50,0 ml

X 20

= 113508 bpj (mg/L)

Dipipet 25 ml + 25 ml LS dipanaskan 10 menit , + H 2SO4 26,5% 25 ml + 15 ml KI 20%


dititrasi dengan Na2S2O3 0,10125N 15,25 ml V Na2S2O3 ( blanko) = 22,80 ml

V Na2S2O3 = Vb – Vt

= 22,80 ml – 15,25 ml

= 7,55 ml dengan N Na2S2O3 = 0,10125 N

Na2S2O3 ∽ Na2S2O3 (tabel)

V1 x N1 = V2 x N2

(7,55 ml ) x ( 0,10125 N ) = V Na2S2O3 (tabel ) x (0,1N)

V Na2S2O3 (tablet ) = 7,644375 ml

7ml  17,2mg

. 7,644375 ml  x ?

8ml  19,8mg

7,644375−7 x−17,2
=
8−7 19,8−17,2

0,644375 x−17,2
=
1 2,6

1,675375 = x – 17,2

1,675375 + 17,2 = x
x = 18,875375 mg

x = 18,875375 mg / 25 ml

x 40

kadar =( 755,015 bpj


113508 bpj
x 100 ) % = 0,6651645699 %

2.b Sukrosa termasuk dalam gula reduksi yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi
dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Inversi sukrosa menghasilkan gula
invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi
sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Laju inversi sukrosa akan semakin
besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan
temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).

Pada penentuan gula cara Luff Schoorl yang ditentukan bukan kuprooksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan
dengan sampel gula reduksi dan sesudah direaksikan dengan reduksi yang dititrasi dengan
Na-Thiosulfat. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff Schoorl
adalah monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff Schoorl menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih sehingga I2 akan dibebaskan. I2 yang
dibebaskan akan di titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Pada proses tersebut terdapat
penambahan zat oksidator kuat yaitu H2SO4 yang larutannya bersifat netral atau sedikit asam
sehingga penambahan ion iodide berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator Untuk mengetahui bahwa
titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warna dari
biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Supaya perubahan warna biru menjadi putih
dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri
adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.

Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian
dikonsultasikan dengan table yang sudah tersedia yang meggambarkan hubungan antara
banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula reduksi.

Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan sebagai berikut :

R – COH + CuO → Cu2O ↓ + R – COOH

H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2 KI → Cu I2 + K2SO4

2 CuI2 + → Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI

I2 + amilum : biru

Anda mungkin juga menyukai