Anda di halaman 1dari 7

TAX AMNESTY INDONESIA

Pajak Amnesty (Tax Amnesty) merupakan kebijakan pemerintah yang mengampuni


denda dari pajak terutang kepada wajib pajak yang menghindari pajak. Kebijakan ini bukan
hanya mengampuni bunga pajak saja, melainkan membebaskan penghindar pajak dari hukum
pidana yang mengancam. Keseriusan pemerintah dalam melaksanakan amnesti pajak dibuktikan
dengan adanya peraturan yang mengatur mengenai amnesti pajak dan ditandatangani oleh
Lembaga Legislatif langsung. Lahirnya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 mengatur segala
hal yang berkaitan dengan pengampunan pajak atau amnesti pajak, mulai dari pengertian hingga
proses pembayaran pajak. Hal ini sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang,
pengampunan pajak adalah pengampunan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta
dan membayar uang tebusan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia belakangan ini cenderung melambat yang
memiliki dampak menurunnya penerimaan pajak dan ketersediaan likuiditas dalam negeri
berkurang. Padahal ketersediaan likuiditas tersebut sangat dibutuhkan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Banyaknya harta Warga Negara Indonesia yang disimpan maupun
diinvestasikan di luar negeri. Padahal, seandainya harta tersebut jika disimpan dan di
investasikan di Indonesia tentu akan meningkatkan likuiditas dalam negeri dan memberikan
dorongan pertumbuhan ekonomi. Harta yang diluar negeri tersebut ada, namun belum dilaporkan
di SPT Tahunan, sehingga apabila Wajib Pajak ditelusuri akan ada kewajiban perpajakan yang
mungkin timbul. Hal inilah yang membuat Wajib Pajak memiliki keraguan untuk melakukan
investasi di Indonesia. Selain itu, kesuksesan pembangunan nasional sangat bergantung pada
pembiayaan dalam negeri yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan  pajak.  Pemerintah
perlu membuat satu terobosan kebijakan yang dapat menarik harta tersebut kembali ke
Indonesia. Dengan adanya tranparansi keuangan global, akan sangat sulit untuk
menyembunyikan harta di luar negeri.
Dalam kebijakan Tax Amnesty ini termasuk kebijakan ekonomi yang bersifat mendasar,
dengan adanya Tax Amnesty maka terdapat potensi penerimaan yang akan bertambah dalam
APBN baik di tahun ini atau tahun-tahun berikutnya yang dapat membuat APBN
lebih sustainable serta kemampuan pemerintah untuk spending atau untuk belanja juga semakin
besar, sehingga secara otomatis hal ini akan banyak membantu program-program pembangunan
yang tidak hanya infrastruktur tetapi juga melakukan perbaikan terhadap kesejahteraan
masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa, satu sisi dari adanya Tax Amnesty tahun ini dan
seterusnya akan sangat membantu upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi perekonomian,
pembangunan dan mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki
ketimpangan. Akan tetapi disisi lain, di luar fiskal atau dari segi pajak, melalui
kebijakan amnesty ini diharapkan dengan diikuti repatriasi sebagian atau keseluruhan aset orang
Indonesia di luar negeri maka akan sangat membantu stabilitas ekonomi makro kita. Apakah itu
dilihat dari nilai tukar rupiah, apakah itu dilihat dari cadangan devisa, apakah itu dilihat dari
neraca pembayaran kita atau bahkan sampai kepada likuiditas dari perbankan. Oleh sebab itu,
kebijakan ini sangat strategis karena dampaknya yang bersifat makro, menyeluruh dan
fundamental bagi perekonomian Indonesia.
Pengertian Tax Amnesty
Berdasarkan UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak, Tax Amnesty adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan
sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang
Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa bagi Wajib Pajak yang mengikuti
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) maka akan mendapatkan keuntungan diantaranya adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan
sanksi pidana di bidang perpajakan. Misalnya Wajib Pajak A tidak pernah melaporkan SPT
(Surat Pemberitahuan) baik Masa maupun Tahunan dari tahun 2011 sampai dengan 2015.
Apabila Wajib Pajak A tersebut mengikuti Tax Amnesty maka pajak yang seharusnya terutang
dan sanksi/denda yang seharusnya dibayar menjadi hilang atau dihapus dengan cara
mengungkapkan seluruh hartanya dan membayar uang tebusan. Maksud dari uang tebusan
adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak.
Nantinya uang tebusan ini secara resmi masuk ke kas negara dan dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan.
Tax Amnesty memiliki dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Undang-Undang tersebut di
sahkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 1 Juli 2016. Sesuai dengan pasal 24 Undang-
Undang No. 11 tahun 2016, bahwa ketentuan pelaksanaan pengampunan pajak diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor PMK-118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak. Dalam pelaksanaan secara teknis, Direktorat Jenderal Pajak selaku
pelaksana utama dari kegiatan pengampunan pajak menggunakan SE-30/PJ/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengampunan Pajak untuk menunjang pelaksanaan tersebut. Direktur
Jenderal Pajak mengeluarkan PER-07/PJ/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian
Dokumen dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak.
Secara  garis  besar,  pokok-pokok  ketentuan  yang  diatur  dalam Undang-Undang ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan mengenai subjek Pengampunan Pajak;
2. Pengaturan mengenai objek Pengampunan Pajak;
3. Pengaturan mengenai tarif dan cara menghitung Uang Tebusan:
4. Pengaturan mengenai tata cara penyampaian Surat Pernyataan, penerbitan Surat
Keterangan, dan pengampunan atas kewajiban perpajakan;
5. Pengaturan mengenai kewajiban investasi atas Harta yang diungkapkan dan
pelaporan;
6. Pengaturan mengenai perlakuan perpajakan;
a) Pengaturan mengenai perlakuan atas Harta yang belum atau kurang diungkap;
b) Pengaturan mengenai upaya hukum;
c) Pengaturan mengenai manajemen data dan informasi; dan
d) Pengaturan mengenai ketentuan pidana.
Penyebab Munculnya Tax Amnesty (Pajak Amnesty)
Adapun beberapa hal yang menyebabkan diterapkannya Tax Amnesty di Indonesia, yaitu
moderasi pertumbuhan ekonomi global, perekonomian Amerika yang belum stabil, perlambatan
pertumbuhan Tiongkok, ketidakpastian kebijakan moneter, harga komoditas menurun, risiko
geopolitik (timur tengah & Brexit), banyaknya wajib pajak yang belum melaporkan hartanya di
dalam dan luar negeri, serta belum dikenai pajak di Indonesia, dan rendahnya kepatuhan wajib
pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakan.
Tujuan dan Manfaat Tax Amnesty
Tujuan Tax Amnesty berdasarkan Undang-undang nomor 11 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta,
yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan
nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan
serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi;
dan
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
Manfaat Tax Amnesty
1. Menopang penerimaan Negara sebab uang yang masuk dari wajib pajak dapat
menambah modal pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
program pendidikan, kesehatan, perumahan dan pembangunan infrastruktur;
2. Menghasilkan tambahan penerimaan baru, sebab diperkirakan efektif untuk
memperkecil kekurangan penerimaan negara;
3. Menjadi indikator kebangkitan bisnis properti di Indonesia yang dipercaya
berpengaruh sebagai pengembang agar dapat terus berhubungan dengan para investor.
4. Memberi keuntungan untuk berbisnis yanh mampu membuat konsumen dan investor
lebih berani lagi membeli properti. Sehingga membeli properti bukan lagi sesuatu
yang harus ditakuti.
Kendala Pemerintah dalam Menjalankan Program Pengampunan Pajak
Beberapa kendala yang dialami pemerintah dalam program pengampunan pajak antara lain:
1. Wajib pajak masih sulit mengungkapkan harta atau aset yang mereka miliki sehingga
sulit menentukan jumlah uang tebusan yang akan dibayar
2. Wajib Pajak masih belum percaya akan keamanan dari data yang disampaikan di
surat pengungkapan harta.
3. Wajib Pajak masih belum paham betul mengenai aturan mengenai pengampunan
pajak.
4. Dari pihak internal DJP belum melakukan sosialisasi mengenai program
5. pengampunan pajak keseluruh lini masyarakat.
Analisis SWOT Implementasi Tax Amnesty
Apabila dianalisis dengan SWOT, diberlakukannya Tax Amnesty di Indonesia dapat dilihat dari
sisi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan implementasi penerapan Tax Amnesty, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Strength (kekuatan)
1. Sumber daya yang dimiliki pada instansi aparatur pajak saat ini sudah memadai yang
dapat mendukung diberlakukannya penerapan Tax Amnesty.
2. Apabila kebijakan perpajakan seperti Tax Amnesty diterapkan maka akan menciptakan
kerelaan masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan menunaikan
kewajiban perpajakannya seperti yang dilakukan pemerintah sebelumnya dengan sunset
policy maupun pemebebasan pajak fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak
bepergian ke luar negeri dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Kondisi ekonomi nasional saat ini relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di
atas 5 persen.
4. Dengan diadakannya sensus pajak tahun 2011 maka dapat diketahui gambaran mengenai
kondisi wajib pajak, potensi maupun karakteristik wajib pajak yang dapat meberikan
masukan bagi pengambil keputusan guna menentukan ya atau tidak implementasi Tax
Amnesty dilakukan.
Weakness (Kelemahan )
1. Tidak mempunyai payung hukum yang dapat menjadi landasan hukum implementasi Tax
Amnesty yang dapat memberikan aturan jelas.
2. Pernah dilaksanakan implementasinya. Pertama, pada tahun 1964 melalui Penetapan
Presiden RI No. 5 tahun 1964 tentang Peraturan Pengampunan Pajak yang kemudian
secara berturut-turut diikuti Keppres No. 26 tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak.
Keputusan Menteri Keuangan No. 345/KMK.04/1984 tentang Pelaksanaan Pengampunan
Pajak. Keputusan Menteri Keuangan No. 966/KMK.04/1983 tentang Faktor
Penyessuaian Untuk Penghitungan Pajak Penghasilan. Efektifitas pelaksanaan Tax
Amnesty tersebut masih rendah, efektifitas ini terukur dari rendahnya partisipasi peserta
Tax Amnesty tersebut.
3. Reformasi dan penataan sistem perpajakan sedang dilakukan. Oleh karena itu bila Tax
Amnesty dilakukan maka hasilnya tidak optimal. Idealnya Tax Amnesty dilakukan hanya
sekali.
Opportunity (Peluang)
1. Program ini diharapkan dapat meningkatkan dana-dana masuk ke Indonesia yang cukup
banyak di simpan di luar negeri.
2. Sejumlah negara telah sukses memberlakukan Tax Amnesty, salah satu diantaranya
adalah Afrika Selatan, Korea Selatan dan India.
3. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih tinggi.
4. Kondisi ekonomi Indonesia selama ini yang selalu membaik memberikan kesempatan
untuk dapat diterapkannnya kebijakan Tax Amnesty.
5. Tax Amnesty dapat berpengaruh positif bagi pasar uang pada Bursa Efek Indonesia,
karena perusahaan-perusahaan tidak perlu khawatir atas permasalahan pajak yang telah
lewat.
6. Bila program Tax Amnesty berhasil diimplementasikan maka pemerintah mempunyai
beberapa keuntungan yaitu pemerintah dapat mengkonsentrasikan atau memfokuskan
pada upaya pemberantasan korupsi. Dengan diimplementasikannya Tax Amnesty, maka
asset recoverynya lebih mudah karena tidak perlu melakukan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan dan proses hukum lainnya untuk mengambil asset koruptor.
Treat (Tantangan )
1. Dikembangkan hubungan kerja sama internasional baik dengan institusi negara-negara
lain maupun lembaga keuangan internasional untuk dapat saling tukar menukar data dan
informasi perpajakan.
2. Beberapa peristiwa penyimpangan di Ditjen Pajak seperti ”Kasus Gayus” berakibat pada
penggiringan opini wajib pajak untuk memboikot pembayaran pajak dengan melakukan
penghindaran pajak (tax avoidance).
3. Banyaknya permasalahan yang timbul terkait pengampunan pajak sehingga aturannya
pun menjadi semakin kompleks, maka diperlukan aturan yang jelas yang tidak
menimbulkan persepsi yang berbeda serta berbagai kepentingan.
4. Tax ratio Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 13 persen bila dibandingkan
dengan beberapa negara tetangga, sehingga kebijakan Tax Amnesty adalah salah satu
upaya alternatif guna meningkatkan minat pembayaran pajak di kalangan masyarakat.
Kesimpulan
Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta
dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Tax Amnesty memiliki
dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak. Undang-Undang tersebut di sahkan oleh Presiden RI Joko Widodo
pada tanggal 1 Juli 2016. Sesuai dengan pasal 24 Undang-Undang No. 11 tahun 2016, bahwa
ketentuan pelaksanaan pengampunan pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Penerapan Tax Amnesty di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu moderasi
pertumbuhan ekonomi global, perekonomian Amerika yang belum stabil, perlambatan
pertumbuhan Tiongkok, ketidakpastian kebijakan moneter, harga komoditas menurun, risiko
geopolitik (timur tengah & Brexit), banyaknya wajib pajak yang belum melaporkan hartanya di
dalam dan luar negeri, serta belum dikenai pajak di Indonesia, dan rendahnya kepatuhan wajib
pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakan.
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dikemukakan, Tax Amnesty dapat diimplementasikan
di Indonesia, tetapi harus memiliki payung hukum sebagai dasar serta tujuan yang jelas dalam
pelaksanaannya. Implementasi Tax Amnesty dapat diterapkan bila syarat-syarat keterbukaan dan
akses informasi terhadap masyarakat terpenuhi oleh karena itu apabila Tax Amnesty akan
diterapkan harus menggunakan Tax Amnesty bersyarat. Tax Amnesty dapat diterapkan terutama
pada bidang-bidang atau sektor-sektor industri tertentu saja yang dapat memberikan pengaruh
terhadap peningkatan tax ratio dengan syarat terpenuhinya kesiapan sarana dan prasarana
pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai