Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI PADA LANSIA

1. KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA

1.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan

sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 140/90

mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan

hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager

, 2008).

1.2. Klasifikasi

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. (Darmojo 1999)

1.3. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya :

A. Elastisitas dinding aorta menurun

B. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

C. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

D. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi


E. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

1.4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang

menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,

Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

1.5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )

dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

b. BUN

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes

mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan

katekolamin (meningkatkan hipertensi)

c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau

menjadi efek samping terapi diuretik.

d. Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

e. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya

pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

f. Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

g. Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

h. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.

i. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

j. Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

k. IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,

batu ginjal / ureter

l. Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung


m. CT scan

n. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

o. EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

1.6. Penatalaksanaan

1. Terapi Nonfarmakologis

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah restriksi garam secara

moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam

lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol, menghentikan

merokok

b. Edukasi Psikologis : Tehnik relaksasi dan pendidikan kesehatan

( Penyuluhan )

2. Terapi dengan Obat

Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam risiko tinggi

dan apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan

sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg. Golongan/jenis obat anti

hipertensinya, yaitu :

a. Golongan Diuretic : Diuretik Thiazid. Misalnya klortalidon,

hydroklorotiazid dan diuretik Loop, Misalnya furosemid.


b. Golongan Penghambat Simpatis : metildopa dan klonidin atau pada akhir

saraf perifer, seperti golongan reserpin dan goanetidin.

c. Golongan Betabloker : pindo-lol, propanolol, timolol.

d. Golongan Vasodilator : prasosin, hidralasin, minoksidil, diazoksid dan

sodium nitrofusid.

e. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin : captropil.

f. Antagonis Kalsium : nifedifin, diltiasem atau verama-miu.


1.7 Pathway

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian

a. Pengkajian secara Umum

1. Identitas Pasien

2. Riwayat atau adanya factor resiko : Riwayat garis keluarga tentang

hipertensi dan enggunaan obat yang memicu hipertensi

3. Aktivitas / istirahat : Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup

monoton, frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

4. Integritas ego : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria atau marah kronik dan faktor faktor stress multiple

(hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).

5. Makanan dan cairan : Makanan yang disukai, dapat mencakup

makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti

makanan yang digoreng, keju, telur)gula-gula yang berwarna hitam,

kandungan tinggi kalori), mual, muntah, perubahan berat badan akhir-

akhir ini (meningkat atau menurun).

6. Nyeri atau ketidak nyamanan : Angina (penyakit arteri koroner

/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri abdomen.

b. Pengkajian Fisik

1. Sirkulasi : Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung

koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler, dan episode

palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau

obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

3. Neurosensori : Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala subokspital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa

jam).

4. Pernapasan : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja, takipnea,

ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum dan riwayat merokok

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokontriksi

4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kebutuhan metabolic

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung

yang tidak adekuat

6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau

keterbatasan kognitif

C. Intervensi

 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

Cerebral

1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut


Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan

sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung

dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan

yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya

3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang

dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab,

batuk panjang, membungkuk

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan

frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency

istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah

aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan

diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan

dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.

Rasional : Membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap

stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja

yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.


2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,

misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut

atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.

Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan

energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

 DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi

berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi

1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk

evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang

akurat.

Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.

 DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kebutuhan metabolic

1. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung

antara hipertensi dan kegemukan.

Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah

tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan

curah jangtung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh.

2. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan

membatasi masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.


Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya

ateroskelorosis dan kegemukan yang merupakan predesposisi

untuk hipertensi dan komplikasinya.

 DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system

pendukung yang tidak adekuat

1. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi

perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan

perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan

terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari

2. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik

dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya

Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama

dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor

3. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan

beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan

Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri

yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat

meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik

4. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,

kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit

kepala ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah


Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin

merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah

menjadi penentu utama TD diastolic

 DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang

informasi atau keterbatasan kognitif

1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk

orang terdekat

Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena

perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi

minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,

kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas

bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan

perilaku tidak akan dipertahankan.

2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan

tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,

ginjal dan otak

Rasional : Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala

adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan

meskipun ketika merasa sehat

3. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah

“terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam

batas yang diinginkan


Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang

kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan

membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan

pengobatan/medikasi

4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor

risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet

tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok,

dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola

hidup penuh stress.

Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan

dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta

ginjal.

D. Evaluasi

1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan dan

aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.

3. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan,

kuantitas,dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang

diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

4. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya

5. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,

Binarupa Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan

gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little

Brown and Company. Boston

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT

Gramedia, Jakarta.

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.

EGC. Jakarta

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai