Anda di halaman 1dari 13

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL LOGAM

DI DAERAH KABUPATEN DONGGALA DAN TOLITOLI


PROPINSI SULAWESI SELATAN
Oleh :
Hotma Simangunsong, Dipl.ME, Deddy T. Sutisna, MSc,
SUB DIT. MINERAL LOGAM

SARI

Lokasi inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam berada di bagian leher P. Sulawesi
secara administratip meliputi 2 kabupaten, yakni Kabupaten Donggala dan Kabupaten Tolitoli, Provinsi
Sulawesi Tengah.
Stratigrafi batuan yang terdapat adalah batuan malihan (merupakan batuan tertua berumur
Kapur), selang seling batuan gunungap dan batuan sedimen, batuan terobosan intermedier dan endapan
permukaan berumur Holosen.
Struktur utama yang terdapat di daerah ini berarah Baratlaut – Tenggara, berupa sesar
mendatar mengiri disebut sebagai sesar Palu – Koro yang sampai sekarang masih aktip bergerak dengan
kecepatan 2 – 3,5 mm setiap tahun, diperkirakan berumur Oligosen (Sudradjat, 1981).
. Bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Donggala antara lain adalah :
- Bahan galian logam terdiri dari emas, tembaga dan timbal.
- Bahan galian non-logam terdiri dari granit/diorit/andesit, sirtu/pasir, lempung, batugamping,
marmer, pasir kuarsa, felsfar, kaolin, kalsedon dan mika.
- Bahan galian batubara dan gambut terdiri dari batubara.
. Bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Tolitoli antara lain adalah :
- Bahan galian logam terdiri dari molibdenit, emas dan timbal.
- Bahan galian non-logam terdiri dari granit.
Secara umum bahan galian tersebut belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal,
sehingga perlu dipelajari bagaimana cara memanfaatkan dan mengembangkan bahan galian dengan
benar dan berwawasan lingkungan, sehingga dapat bermanfaat secara maksimal untuk kesejahteraan
masyarakat sekitarnya.

1. PENDAHULUAN daerah setempat dalam rangka pengembangan


wilayah guna menggali pendapatan asli daerah
Lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi dibidang pertambangan.
sumber daya mineral di daerah Kabupaten Metoda yang digunakan dalam
Donggala dan Kabupaten Toli-Toli, Provinsi melaksanakan pekerjaan adalah pengumpulan
Sulawesi Tengah; merupakan kegiatan sub tolok data sekunder, pengumpulan data primer dan
ukur mineral logam untuk tahun anggaran 2002 pemeriksaan laboratorium. Pengumpulan data
(Gambar 1). sekunder berasal dari laporan-laporan
Maksud dilakukannya inventarisasi dan penyelidikan mineral yang telah dilakukan
evaluasi sumberdaya mineral di Kabupaten sebelumnya oleh instansi terkait (pemerintah)
Donggala dan Kabupaten Toli-toli adalah untuk maupun pihak swasta. Pengumpulan data primer
mencari data primer maupun data sekunder diperoleh dengan cara melakukan uji petik di
tentang potensi sumber daya mineral yang lapangan guna mendapatkan data primer untuk
terdapat di daerah ini untuk melengkapi bank pengecekan akurasi data yang didapat (terutama
data yang telah dimiliki oleh Direktorat dari instansi terkait maupun dari data sekunder)
Inventarisasi Sumber Daya Mineral. dengan melakukan kegiatan pengamatan
Tujuannya adalah untuk pembuatan Bank lapangan, pengambilan conto batuan & bongkah,
Data Sumber Daya Mineral Nasional dengan sedimen sungai dan konsentrat dulang.
data terbaru dan akurat. Data tersebut dapat Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada conto-
membantu untuk memudahkan pemerintah conto dari hasil uji petik di lapangan.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 1


2. GEOLOGI UMUM Batuan intrusi juga berumur Miosen terdiri
dari granit, diorit granodiorit dan sienit, setempat
2.1. Stratigrafi mengalami ubahan terkersikan. Masih banyak
Pulau Sulawesi terbentuk pada sepanjang terdapat intrusi-intrusi kecil yang tak terpetakan
zona tumbukan Neogen antara Lempeng Benua terdiri dari andesit, basalt, diorit, diorit porfir dan
Eurasia dan mikrokontinen dari Lempeng mikrodiorit. Mineralisasi di daerah penelitian
Australia-Hindia. Daerah penyelidikan diperkirakan berhubungan erat dengan terobosan
merupakan bagian leher dan lengan Utara batuan ini.
Sulawesi, terletak di bagian Timur Kraton Sunda Molasa Sulawesi Sarasin dan Sarasin, terdiri
yang merupakan inti dari pada lempeng Eurasia dari konglomerat, batupasir, batulempung,
bagian Tenggara yang mengalami pengangkatan batugamping koral dan napal, semuanya
kuat. mengeras lemah, menindih secara tidak selaras
Satuan batuan yang tertua di daerah Formasi Tinombo dan komplek batuan malihan
penyelidikan adalah Komplek Batuan Malihan, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Di
terdiri dari sekis amfibolit, sekis genes, kuarsit bagian Selatan daerah penelitian formasi ini
dan pualam, diperkirakan berumur Kapur. Pada disebut Formasi Lariang, terdapat sebagian kecil
beberapa tempat terdapat intrusi-intrusi kecil di daerah penelitian, penyebaran terbesar berada
diorit, granodiorit mengandung urat kuarsa yang di luar daerah penelitian.
kadang-kadang berpirit. Batuan Gunungapi andesitan, terdiri dari
Formasi Tinombo menindih tidak selaras andesitan – dasitan, breksi gunungapi,
Komplek Batuan Malihan, terbentuk dalam aglomerat, tufa lapilli (batuapung), lava (andesit
lingkungan laut dalam, berumur Oligosen hingga – dasit), berumur Pliosen.
Miosen Awal. Formasi ini merupakan Batuan berumur Miosen-Plistosen menutupi
perselingan antara batuan gunungapi (lava tidak selaras batuan yang berada di bawahnya
basalt, andesit, breksi) dengan batuan sedimen terdiri dari Formasi Pasangkayu, Formasi Puna
(batupasir wake, batupasir, batugamping, rijang) dan Formasi Napu. Formasi Pasangkayu terdapat
dan batuan malihan. dalam lingkungan pengendapan laut dangkal
Komplek Batuan Malihan ditindih secara hingga agak dalam, terdiri dari perselingan
tidak selaras oleh Formasi Latimojong, berumur batugamping dan batulempung, setempat
Kapur-Paleosen, terbentuk pada lingkungan laut bersisipan konglomerat dan batugamping.
dalam. Formasi ini pada umumnya termalihkan Formasi Puna, berupa pengendapan laut dangkal,
lemah, terdiri dari perselingan batusabak, filit, terdiri dari batupasir, konglomerat, batulanau,
grewake, batupasir kuarsa, batugamping, argilit serpih, batulempung gampingan dan batu
dan batulanau dengan sisipan konglomerat, gamping. Formasi Napu, terdiri dari batupasir,
rijang dan batuan gunungapi. konglomerat, batulanau dengan sisipan lempung
Batuan Gunungapi Lamasi yang terdiri dari dan gambut, berada dalam lingkungan
breksi gunungapi, tuf, batupasir tufaan dan pengendapan laut dangkal sampai payau.
napal, berumur Oligosen-Miosen Awal menindih Sedimen Plistosen, terdiri dari kerikil, pasir,
tidak selaras Formasi Latimojong. lanau, lempung hitam, sisipan batupasir tufaan
Batuan Gunungapi yang terdiri dari lava dan napal.
andesit horblenda, lava basalt, lava latit kuarsa Batuan berumur Plistosen-Holosen terdiri
dan breksi yang juga berumur Oligosen-Miosen dari Formasi Pakuli, batu gamping koral, dan
Awal. endapan danau. Formasi Pakuli terdiri dari
Batuan Gunungapi Tineba dan Tuf Rampi. konglomerat dan batupasir, setempat batu
Batuan Gunungapi Tineba berumur Miosen lempung karbonatan, merupakan endapan darat
Tengah-Akhir, terdiri dari lava andesit pada lereng pegunungan yang berbentuk kipas
hornblenda, lava basalt, lava latit kuarsa dan dan teras sungai. Batugamping koral terdiri dari
breksi. Tuf Rampi umumnya batuan tufaan yang batugamping koral dan breksi koral dengan
sudah terubah dan berlapis baik yang terdiri dari cangkang moluska dan napal, terdapat pada
tuf hablur, batupasir tufan dan tuf abu. lingkungan laut dangkal. Endapan danau terdiri
Satuan Batuan Sedimen Miosen, berupa dari pasir, lempung dan kerikil, sebagian
lingkungan pengendapan delta, terdiri dari mengeras, terdapat pada cekungan-cekungan
batupasir kuarsa sampai litos, batulumpur, terpisah di atas dataran tinggi daerah Sulawesi
sedikit konglomerat, setempat lignit dan Tengah.
batubara, batugamping koral ; di bagian atas Alluvium merupakan endapan termuda,
lava, tufa, aglomerat, breksi gunungapi bersusun berumur Holosen, terdiri dari lempung, pasir,
asam sampai basa, kayu terkersikan. kerikil dan setempat-setempat terumbu koral,
merupakan endapan sungai, pantai dan rawa.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 2


Secara keseluruhan penyebaran batuan Sebanyak 13 conto sedimen sungai aktip
daerah penyelidikan dapat dilihat pada Gambar2. yang dianalisa kimia dari daerah ini didapat hasil
sebagai berikut : Cu (8 – 75 ppm), Pb (21 – 205
2.2. Struktur Geologi
ppm), Zn (30 – 214 ppm), Sb (0 – 10 ppm), Mn
Struktur utama yang terdapat di daerah
(287 – 548 ppm), Ag (1 – 2 ppb), Au (4 – 2119
penelitian adalah sesar Palu – Koro yang
ppb), As (0 – 50 ppb).
merupakan sesar utama, berarah Baratlaut –
Hasil yang cukup menarik adalah conto
Tenggara, berupa sesar mendatar mengiri dan
bongkah batuan R 19 / F / ST yaitu batuan diorit
masih giat hingga kini, percepatan
porpir yang mengalami ubahan propilitik,
pergeserannya diperkirakan 2 – 3,5 mm setiap
mengandung pirit, kalkopirit, galena dan spalerit
tahun (Sudradjat, 1981), sesar ini diperkirakan
yang tersebar merata. Hasil analisa kimia
terbentuk sejak Oligosen. Lajur sesar ini melebar
menunjukkan Cu = 45 ppm, Pb = 1140 ppm, Zn
kearah Utara dan juga banyak berkembang sesar
= 1320 ppm, Au = 27 ppb. Bongkah batuan
menangga yang menyebabkan terbentuknya
diorit yang terkersikan mengandung pirit, galena
lembah Palu. Di bagian tengah daerah
terdapat pada conto R 21 / F / ST. Analisa kimia
penyelidikan terdapat sesar-sesar lainnya berarah
menunjukkan Cu = 45 ppm, Pb = 138 ppm, Zn =
sejajar maupun tegak lurus arah sesar utama
180 ppm, Au = 22 ppb. Conto bongkah (R 22 / F
yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar
/ ST) berupa batuan gunungapi andesitik
utama. Semakin kearah Utara di samping sesar
dipotong oleh urat kuarsa yang mengandung
mendatar juga terjadi pergeseran tegak,
pirit, kalkopirit, galena, spalerit dan mengalami
dimungkinkan oleh terjadinya pengangkatan
ubahan propilitik, menunjukan hasil analisa
akibat tabrakan lempeng benua.
kimia Cu = 194 ppm, Pb = 3540 ppm, Pb =
3240 ppm, Au = 2 ppb. Ditemukan juga bongkah
batuan lanau (R / 23 / F / ST), mengalami
3. HASIL PENYELIDIKAN ubahan propilitik, dipotong oleh urat kuarsa
mengandung pirit, kalkopirit dan juga mengisi
3.1. Uji Petik Daerah Ogowele rekahan. Analisa kimianya menunjukkan Cu =
Daerah Ogowele termasuk dalam Desa 90 ppm, Pb = 100 ppm, Zn = 88 ppm, Au = 38
Ogowele, Kecamatan Dondo, Kabupaten ppb. R 20 / F / ST merupakan conto batuan sekis
Tolitoli. Stratigrafi daerah Ogowele terdiri dari dipotong oleh urat kuarsa yang mengalami
Formasi Tinombo yang berumur Oligosen ubahan propilitik mengandung pirit, sfalerit dan
hingga Miosen-Awal, terdiri dari batusabak, filit, kalkopirit, analisa kimia menunjukkan Cu = 181
batupasir, gamping yang termarmerkan, rijang, ppm, Pb = 133 ppm, Zn = 97 ppm, Au = 2 ppb.
batulanau dengan sisipan konglomerat dan Bongkah conto R 24 / F / ST merupakan urat
batuan gunungapi. Formasi ini diterobos oleh kuarsa mengandung bercak pirit dan oksida
batuan granit bertekstur holokristalin, berbutir mangan pada rekahan, terdapat ubahan advance
halus hingga > 2mm, bentuk mineral anhedral – argilic. Analisa kimia mengandung Cu = 18
subhedral, disusun oleh mineral ortoklas, kuarsa, ppm, Pb = 58 ppm, Zn = 27 ppm, Au = 72 ppb.
plagioklas, horblende, biotit dan mineral opak, Dari hasil analisa tersebut diatas dan
mengalami ubahan lempung, serisit, klorit dan berdasarkan pengamatan lapangan, menunjukan
sebagian batuan ini mengalami pelapukan yang bahwa di daerah Ogowele terdapat mineralisasi
cukup dalam. Kontak dengan Formasi Tinombo logam dasar (timbal, tembaga, seng) dan juga
berupa daerah patahan yang berarah Baratdaya – emas. Secara umum singkapan batuan dan
Timurlaut. Setempat batuan granit diterobos oleh bongkah mengalami ubahan propilitik.
retas kecil 10 – 20 cm dioritik terkersikan dan Diperkirakan mineralisasi tipe „epithermal
juga mengalami ubahan propilit mengandung low sulphidation“ di daerah ini berhubungan
pirit dan klorit. Keseluruhan batuan tersebut di dengan batuan intrusi.
atas ditutupi oleh endapan alluvial (Gambar 3).
Hasil pemeriksaan mineralogi butir terhadap 3.2. Uji Petik Daerah Nalu
konsentrat dulang ditemukan butiran emas pada Daerah Nalu termasuk dalam Desa Nalu,
lokasi conto PC.18/ST dan PC.19/ST di daerah Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli. Batuan
bagian hulu S. Ogogasang. Bentuk batas tepi di daerah ini berupa lempung merah termalihkan,
butir menyudut lancip sampai dengan tumpul merupakan bagian dari Formasi Tinombo,
tidak beraturan, padat dan permukaan kasar, berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Batuan
terkesan tranportasi belum jauh. Mineral lain ini dipotong oleh urat-urat kuarsa dengan
yang ditemukan pada lokasi ini antara lain ketebalan 5 – 10 cm, dengan arah utama N 340°
adalah Wolframit, kalkopirit, pirit. E / 75° – 85° diisi oleh oksida mangan dan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 3


bercak galena, beberapa urat kuarsa bertekstur Hasil analisa PIMA menunjukkan adanya
sugary (Gambar 4a s/d 4c). ubahan filik-serisitik dan pada daerah breksiasi
Rekahan banyak terdapat pada batuan, ditemukan fragmen urat kuarsa yang dibungkus
dengan arah utama N 330° – 350° E, dipotong oleh “clay alteration“, hal ini menunjukkan
oleh lineasi patahan dengan arah N 240° – 260° bahwa indikasi endapan adalah tipe urat yang
E. Sebagian besar rekahan diisi oleh oksida berhubungan dengan batuan intrusi di daerah ini.
mangan dan limonit. Pada struktur “bedding”
3.4. Uji Petik Daerah Kayu Lompa
dengan arah N 230° / E pada bagian-bagian
Geologi daerah Kayu Lompa ditempati oleh
tertentu diisi oleh galena.
endapan sungai (alluvial) yang terdiri dari
Ubahan terkersikan ditemukan pada batuan
lumpur, pasir, kerikil dan bongkah batuan.
ini terdapat pada zona breksiasi yang
Morfologi daerah ini datar, berada pada 2 aliran
membentuk “ boudinage “, mengandung pirit
sungai, yaitu S.Tungkaran dan S.Gendopo. Pada
sangat halus. Selain itu ditemukan juga ubahan
pengecekan dengan melakukan pendulangan
argilit hingga advance argilite.
ditiga lokasi ditemukan adanya mineralisasi
Dari 3 conto batuan Daerah Nalu yang
emas (Gambar 6). Sekitar daerah ini terdapat
dianalisa kimia, ditemukan adanya kandungan
urat-urat kuarsa yang terperangkap pada batuan
emas meskipun nilainya rendah (7 – 22 ppb), Cu
malihan dengan arah N 275° - 285° E dengan
(28 – 167 ppm), Pb (55 – 65 ppm), Zn (28 – 311
kemiringan 75° - 80°, selain itu urat-urat kuarsa
ppm), Mn (720 – 8400 ppm), Sb (2 – 6 ppb), Ag
juga terdapat pada Formasi Tinombo.
(4 – 29 ppb) dan As (16 – 26 ppb).
Emas plaser ditemukan dalam conto
Analisis mineragrafi pada conto urat kuarsa
konsentrat dulang dari aliran S.Tungkuan dan
(R 17/ ST) menunjukkan hasil yang tidak
S.Gindopo, daerah Kayu Lompa, Kecamatan
menggembirakan, hanya mengandung pirit dan
Dondo. Pada waktu-waktu tertentu atau pada
oksida besi. Oleh karena itu dapat disimpulkan
musim kemarau beberapa penduduk setempat
bahwa di daerah ini indikasi mineralisasi logam
melakukan pendulangan guna mendapatkan
dasar (timbal, seng, tembaga), mangan dan emas
emas. Analisa butir conto konsentrat dulang
yang merupakan tipe endapan „epithermal low
PC26/ST, PC27/ST dan PC28/ST (Gambar 6),
sulphidation“, potensinya kurang prospek.
memperlihatkan butiran-butiran emas berukuran
3.3. Uji Petik Daerah Pasir Putih FC sampai dengan CC (300 – 1200 mikron),
Daerah Pasir Putih termasuk dalam Desa dengan bentuk batas tepi menyudut tumpul tak
Pasir Putih, Kecamatan Dondo, Kabupaten beraturan sampai dengan membulat tanggung
Tolitoli. Tufa pasiran berwarna putih kecoklatan yang menunjukkan kesan transportasi belum
merupakan bagian dari Formasi Tinombo, jauh.
berumur Oligosen hingga Miosen Awal adalah Pada daerah sekitar terdapat urat-urat kuarsa
batuan yang terdapat di daerah ini. Batuan ini berstruktur “banded”, mengandung oksida
dipotong oleh urat kuarsa berstruktur “ banded “ mangan dan pada beberapa tempat terdapat
dengan arah N 10° E / 50°, terdapat oksida ubahan hydrothermal berupa argillitisasi dan
mangan berupa “ stain “. Urat kuarsa ini kaolinisasi.
dipotong oleh urat-urat lain yang mengisi Perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut
rekahan (Gambar 5). Beberapa tempat di bagian untuk mengetahui tempat kedudukan emas
dasar singkapan terjadi breksiasi dengan dengan primer dan potensi endapan emas plaser di
kuarsa sebagai fragmen dan lempung ubahan daerah ini.
sebagai pengikat.
3.5. Uji Petik Daerah S. Fiura.
Adanya mineralisasi mangan berupa
Daerah S.Fiura secara administrasi termasuk
“stainning“ memungkinkan juga untuk
Desa Kalora, Kecamatan Warawola, Kabupaten
terdapatnya mineralisasi emas pada urat kuarsa
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Stratigrafi
bertekstur „banded“ (conto R 12 / ST) yang
batuan yang terdapat didaerah ini (Gambar 7)
menerobos batuan dasar berupa tufa pasiran
mulai yang tertua hingga ke yang lebih muda
(conto R 12 A / ST dan R 12 B / ST, Gambar 5).
adalah :
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisa kimia
Formasi Tinombo terdiri dari serpih,
batuan pada conto R.12 / ST yang nilai unsur
batupasir, konglomerat, batuan gunungapi,
emas (Au) = 5 ppb dan mangan (Mn) = 150 ppm.
batugamping, rijang, filit, batusabak dan kuarsit,
Analisis mineragrafi menunjukkan bahwa
diperkirakan berumur Eosen Tengah hingga Atas
conto urat kuarsa R 12/ ST hanya mengandung
(Bouwer, 1934).
pirit dan oksida besi. Kedua jenis analisa
Batuan intrusi yang ditemukan didaerah S.
tersebut tidak saling menunjang, sehingga
Fiura didominasi oleh batuan diorit kuarsa
mineralisasi daerah ini kurang prospek.
disusun oleh mineral kuarsa, plagioklas, biotit,

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 4


hornblende dan mineral opak, berbutir halus (conto R1 / F/ ST) dan bongkah batuan malihan
hingga > 2 mm dengan bentuk anhedral – yang juga dipotong oleh urat kuarsa halus
subhedral dengan tekstur holokristalin, mengandung butiran halus pirit dan kalkopirit
diperkirakan berumur Miosen. (conto R2 / F/ ST). Pada daerah ini (Gambar 7)
Endapan Molasa, berumur Miosen Tengah diambil satu conto sedimen sungai dan
terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, konsentrat dulang (conto SS/PC/1/ST).
batugamping koral dan napal yang kesemuanya Berdasarkan data – data yang disebutkan di
hanya mengeras lemah. Batuan ini berasal dari atas dapat disimpulkan bahwa di daerah ini
rombakan batuan tua seperti batuan malihan dan terdapat mineralisasi logam dasar (tembaga,
batuan dari Formasi Tinombo, ke arah laut timbal, seng) dan emas tipe porpiri.
batuan ini beralih menjadi batuan klastik berbutir
3.6. Neraca Sumber Daya Mineral
halus, singkapannya dijumpai di dekat pantai
sekitar desa Buluri. Lingkungan pengendapan 3.6.1. Bahan Galian Logam Kabupaten
adalah laut dangkal, sehingga endapan sungai Donggala
kuarter juga dimasukkan ke dalam satuan ini. Secara keseluruhan lokasi keterdapatan
Struktur patahan ditemukan di mura S. Fiura mineral logam di Kabupaten Donggala dapat
yang berarah Baratlaut – Tenggara, merupakan dilihat pada Gambar 8. Mineral-mineral tersebut
sesar utama di daerah penyelidikan. Sesar ini antara lain adalah :
memisahkan endapan Molasa dengan batuan Emas, terdapat pada 7 lokasi. Daerah
lainnya. Struktur patahan lainnya dapat diamati Poboya merupakan salah satu lokasi yang
di S.Yola dengan arah baratdaya – timurlaut. diperkirakan mempunyai sumber daya hipotetik
Sesar ini merupakan zona kontak antara batuan 18 juta ton dengan kadar rata-rata Au = 3,4 gr /
dari Formasi Tinombo dengan batuan terobosan ton, merupakan endapan primer tipe “epithermal
granitik. low sulphidation”. Kuasa Pertambangan daerah
Hasil pemeriksaan mineralogi butir dari ini dimiliki oleh PT. Citra Palu Mineral dan
conto PC.1/ST dan PC.51/ST yang berasal dari keterdapatan cadangan emas berada dalam
daerah S. Fiura tidak menunjukkan adanya kawasan hutan lindung. Hal ini merupakan
mineralisasi logam di daerah ini, tetapi hasil masalah yang harus dipikirkan pemecahannya.
analisa kimia dari conto sedimen sungai aktip, Tembaga, terdapat di 6 titik lokasi,
yakni conto SS.1/ST dan SS.51/ST pada lokasi kesemuanya masih berupa indikasi yang
yang sama menunjukkan adanya indikasi ditemukan pada bongkah- bongkah batuan
mineralisasi emas (Au) dengan nilai yang sangat intrusi granodiorit, diorit dan malihan yang
kecil (Au = 4 ppb). dipotong oleh urat kuarsa.
Dari hasil 3 conto bongkah batuan yang Timbal, berupa indikasi mineralisasi
dianalisa kimia dari daerah S. Fiura ditemukan timbal/galena, ditemukan pada singkapan
adanya mineralisasi emas (Au), tembaga (Cu), maupun bongkah – bongkah batuan intrusi granit
galena (Pb) dan seng (Zn), yakni : conto Y 6 F dan granodiorit yang diterobos oleh urat-urat
(Au = 66500 ppb, Cu = 400 ppm, Pb = 89000 kuarsa, di 6 ttitik lokasi.
ppm, Zn = 810 ppm); Y 7 F ( Au = 91 ppb, Cu =
!60 ppm, Pb = 201 ppm, Zn = 16600 ppm); Y 8 3.6.2. Bahan Galian Non-logam Kabupaten
F ( Au = 14 ppb, Cu = 35 ppm, Pb = 64 ppm, Zn Donggala
= 36 ppm). Beberapa jenis bahan galian non-logam di
Secara megaskopis bongkah batuan conto daerah Kabupaten Donggala lokasi dan
no. Y 7 F dan Y 8 F adalah urat kuarsa yang penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 9.
memotong batuan granitik mengandung Bahan galian tersebut antara lain adalah granit /
diorit / andesit (16 titik lokasi dengan jumlah
mineralisasi pirit, oksida tembaga, kalkopirit dan
urat-urat galena. sumberdaya 281.873,93 juta ton), sirtu / pasir
Berdasarkan PIMA conto Y7F mengalami (29 titik lokasi sirtu/pasir, besar sumberdaya
sebanyak 1.80 juta.ton), lempung (4 titik lokasi
ubahan filik dan conto Y8F mengalami ubahan
potasik. Pada conto bongkah Y 6 F ditemukan dengan potensi sumberdaya sebesar 12,65 juta
urat kuarsa lebar 2 – 5 cm dalam granit terubah ton), batugamping (potensi sumberdaya
berjumlah 695,65 juta ton), sebahagian besar
yang mengandung bijih galena, Selain itu juga
terdapat pirit halus tersebar, kalkopirit, covelit potensi tersebut berada di Kecamatan Banawa
dan oksida besi, serta mengalami ubahan yang merupakan daerah konsesi PT.Cipta Cakra
Murti, marmer (1 titik lokasi), di daerah Desa
advande argilik.
Di daerah S. Yola ditemukan bongkah Parigintu, Kecamatan Parigi, Kabupaten
batupasir dipotong oleh urat kuarsa mengandung Donggala dengan luas > 2 ha, sumberdaya 1,10
pirit, oksida tembaga dan kemungkinan galena juta ton, pasir kuarsa, (3 titik lokasi) dengan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 5


jumlah potensi sebesar 0,05 juta ton, felsfar (4 aliran sungai di setiap kecamatan. Belum ada
titik lokasi) dengan jumlah potensi sumberdaya catatan yang teratur tentang keterdapatan atau
sebesar 40,81 juta ton, kaolin (terdapat pada 1 produksi bahan-bahan lainnya.
titik lokasi), sumberdaya belum diketahui dan
3.6.6. Pembahasan Neraca Sumber Daya
sampai sekarang belum diusahakan, mika (2 titik
Mineral
lokasi), potensi sumber dayanya belum
Secara umum data-data potensi mineral
diketahui, kalsedon (1 titik lokasi), berupa
yang diperoleh hanya berupa sumberdaya, hanya
indikasi pada endapan alluvial yang terdiri dari
satu potensi mineral yang berupa cadangan yakni
bongkah-bongkah kalsedon bersama dengan
cadangan molibdenit di daerah Kabupaten
rijang, agat dan jasper, potensi sumberdaya
Tolitoli. Data produksi tahunan bahan galian dari
endapan ini belum diketahui.
masing-masing kabupaten juga masih sulit
3.6.3. Bahan Galian Batubara dan Gambut diperoleh, mengingat pemberian ijin dan
Kabupaten Donggala pengawasan dari pihak yang berwenang masih
Batubara ditemukan di Desa Toaya hingga belum dijalankan dengan baik. Sehubungan
Tamarenja, Kecamatan Sindue, Kabupaten dengan hal tersebut di atas maka status neraca
Donggala, merupakan batu bara jenis “peat” sumberdaya / cadangan tahun 2001 belum dapat
hingga “lignit brown coal” dengan ketebalan ditampilkan dengan sempurna. Dengan kata lain
0.15 – 3.0 m, penyebarannya ± 15 ha, terdapat status neraca sumberdaya/cadangan tahun 2001
dalam Formasi Molasa berselang seling dengan sama dengan nilai potensi sumberdaya/
lempung dan batupasir. Hasil analisa batubara cadangannya, seperti yang telah dijelaskan di
tersebut yang dilakukan oleh Dinas atas.
Pertambangan Kabupaten Donggala
3.6.7. Prospek Pemanfaatan dan
menunjukkan komposisi dari kadar air 20,79 %,
Pengembangan Bahan Galian
abu 9,68 %, fix carbon 29,55 %, belerang 1,26 %
Berdasarkan pengamatan dan data-data
dan nilai kalori 4130 kkal. Lokasi keterdapatan
lapangan serta hasil studi literatur dari data
batubara di daerah Donggala dapat dilihat pada
sekunder, maka komoditi yang dianggap
Gambar 9. Potensi sumberdaya batubara belum
mempunyai nilai prospek pemanfaatan dan
diketahui.
pengembangan pada saat ini untuk Kabupaten
Donggala adalah : granit, diorit, andesit ; sirtu,
3.6.4. Bahan Galian Logam Kabupaten Toli-
pasir ; batugamping ; marmer ; emas letakan /
Toli
alluvial ; dan untuk Kabupaten Tolitoli adalah :
Lokasi keterdapatan mineral logam di
granit ; emas letakan / alluvial.
daerah Tolitoli dapat dilihat pada Gambar 10,
bahan galian tersebut antara lain adalah :
Molibdenit (1 lokasi) di daerah Malala,
Kecamatan Dondo merupakan potensi yang 4. KESIMPULAN
paling besar dengan jumlah cadangan terkira
sebesar 81 juta ton bijih dengan kadar 0,15 1. Hasil evaluasi data sekunder dan primer yang
MoS2, yang telah dieksplorasi oleh PT.Rio Tinto dituangkan dalan peta digital (GIS),
Indonesia, timbal (2 titik lokasi), berupa indikasi menunjukan sebaran titik lokasi keterdapatan
dimana mineral galena terdapat dalam urat-urat bahan galian mineral untuk tiap kabupaten
kuarsa yang memotong batuan intrusi dengan diperoleh hasil sebagai berikut : Kabupaten
kadar 7920 ppm, emas (3 titik lokasi), Donggala (mineral logam 19 titik lokasi,
ditemukan baru berupa indikasi endapan alluvial mineral non-logam 72 lokasi, batubara 1 titik
pada sungai-sungai di daerah Kayu Lompa. lokasi), Kabupaten Tolitoli (mineral logam 6
titik lokasi, mineral non-logam 4 titik lokasi).
3.6.5. Bahan Galian Non-logam Kabupaten 2. Hasil uji petik dari daerah S. Fiura, daerah
Tolitoli Ogowele dan terutama daerah Kayu Lompa,
Lokasi keterdapatan mineral non-logam di menyimpulkan bahwa suatu kajian dan
daerah Tolitoli dapat dilihat pada Gambar 11, penyelidikan lanjutan sangat dianjurkan,
dengan rincian sebagai berikut : granit (terdapat sedangkan untuk daerah Nalu dan Pasir Putih
4 titik lokasi) dengan jumlah sumberdaya diperkirakan kurang prospek.
sebesar 19.995,40 juta ton, dengan rincian 3. Potensi Kabupaten Donggala untuk bahan
sumberdaya hipotetik sebesar 19.993,81 juta ton galian logam yang dapat dimanfaatkan dan
dan sumberdaya tereka sebesar 1,59 juta ton. dikembangkan saat ini adalah emas letakan /
Bahan bangunan lainnya berupa pasir dan sirtu plaser, sedang untuk bahan galian non-logam
penambangannya banyak dilakukan rakyat antara lain adalah granit, diorit, andesit ; sirtu /
secara tradisional pada hampir setiap muara atau pasir dan batugamping.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 6
4. Potensi bahan galian logam Kabupaten Tolitoli Herman Darman (Shell) & F.Hasan Sidi, 2000,
yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan An Outline of The Geology of Indonesia,
saat ini adalah emas letakan / plaser, sedang Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
untuk bahan galian non-logam hanya granit. Kanwil Departemen Pertambangan Dan Energi
5. Perlu dilakukan pembuatan ‘’database’’ dan Propinsi Sulawesi Utara, April 1995, Data
neraca sumberdaya mineral secara rinci untuk dan Potensi Pertambangan dan Energi
menginventarisasi seluruh bahan galian yang Propinsi Sulawesi Utara & Propinsi
terdapat disetiap kabupaten. Sulawesi Tengah.
6. Diperlukan data yang lengkap tentang Nur A.Latif, Moch.Rochjadi Noer, Sri Hadi
produksi bahan galian untuk memudah-kan Sukotjo, Tisna Sutisna, 1999, Laporan
pembuatan neraca sumberdaya mineral, Eksplorasi Mineral Industri di Daerah
dimana sekarang data tersebut kurang / belum Kabupaten Donggala dan Sekitarnya,
lengkap dimasing-masing kabupaten. Sulawesi Tengah, Skala 1 : 100.000,
7. Untuk menjaga keseimbangan lingkungan, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
demi terlaksananya pembangunan yang Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Donggala,
berwawasan lingkungan, perlu dilakukan Dinas Pertambangan, Januari 1998, Potensi
pengawasan pertambangan yang ketat baik dan Prospek Usaha Pertambangan Bahan
dari segi produksi dan daya dukung Galian Di Kabupaten Donggala.
lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral, April 2000, Buletin Bahan Galian
Industri, Volume 4 Nomor 9, ISSN 0853-
DAFTAR PUSTAKA 716X.
Rab.Sukamto, H. Sumadirdja, T. Suptandar,
Bemmelen, 1949, The Geology of Indonesia S.Hardjoprawiro dan D.Sudana, 1973, Peta
Vol.II, Martinus Nijhoff, The Hague. Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi,
Dinas Pertambangan Propinsi Sulawesi Tengah, sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Agustus 2000, Potensi Energi dan Sumber Pengembangan Geologi, Bandung.
Daya Mineral Sulawesi Tengah. Rab.Sukamto, 1990, Peta Geologi Lembar
Denni Widhiyatna, 2000, Eksplorasi Geokimia Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, sekala
Regionaal Bersistem Daerah Lembar 1 : 1000.000, Pusat Penelitian dan
Tilamuta-A Kabupaten Buol Tolitoli Pengembangan Geologi, Bandung.
Propinsi Sulawesi Tengah, Direktorat Sabtanto Joko Suprapto, 1999, Eksplorasi
Sumberdaya Mineral, Bandung. Geokimia Regional Bersistem Daerah
Hartono Lahar, 1999, Eksplorasi Geokimia Lembar Tolitoli-A Kab.Donggala dan
Regional Bersistem Daerah Lembar Buol Tolitoli Prop.Sulawesi Tengah,
Tolitoli-B Kabupaten Buol Tolitoli dan Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, S.Hadiwijoyo, D.Sukarna & K.Sutisna, 1993,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Geologi Lembar Pasangkayu, Sulawesi,
sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 7


Gambar 1 : Peta Lokasi Daerah Penyelidikan Gambar 2: Peta Geologi DaerahPenyelidikan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 8


Gambar 3 : Peta Geologi Daerah Ogowele

Gambar 4 : Peta Lokasi Dareah Nalu

Gambar 5 : Peta Sketsa Penampang Geologi Gambar 6 : Peta Sketsa Penampang Geologi
(A) dan (B) Daerah Nalu (C) dan (D) Daerah Nalu

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 9


Gambar 7 : Peta Sketsa Penampang Geologi
Daerah Pasir Putih

Gambar 8 : Peta Geologi Daerah Kayu


Lompa

Gambar 9 : Peta Geologi Daerah S.Fiura Gambar 10 : Peta Lokasi Mineral Logam
Kabupaten Donggala

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 10


Gambar 11 : Peta Lokasi Mineral Non-logam Dan Gambar 12 : Peta Lokasi Mineral Logam
Batubara Kabupaten Donggala Kabupaten Tolitoli

Gambar 13 : Peta Lokasi Mineral Non-logam


Kabupaten Tolitoli

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 11


Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 12
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002 18 - 13

Anda mungkin juga menyukai