Analisis Sumber Daya Alam Dan Geologi Lingkungan
Analisis Sumber Daya Alam Dan Geologi Lingkungan
Analisis Sumber Daya Alam Dan Geologi Lingkungan
Disusun Oleh :
191910501015
2020
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan critical review ini adalah untuk memberikan pemahaman
terkait tentang lahan perkotaan, ciri-ciri lahan perkotaan, permasalahan lahan
perkotaan, strategi pengelolaan lahan perkotaan dan mengetahui pengelolaan
lahan perkotaan Kabupaten Jember dalam pembangunan berkelanjutan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lahan Perkotaan
Penggunaan lahan di suatu wilayah perkotaan cenderung bersifat dinamis
sebab, perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah perkotaan merupakan
pencerminan upaya (tindakan) dan interaksi manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola sumberdaya alam beserta kondisi lingkungan yang menyertainya.
Penggunaan lahan yang oleh Sandy (1995) dimaknai sebagai dampak dari
segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh keadaan alam
(fisik lingkungan) serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu
wilayah. Sementara itu Barlowe (1978), mengemukakan, bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor-faktor fisik-biologis,
faktor pertimbangan ekonomi, dan faktor institusi (kelembagaan). Penggunaan
lahan juga ditentukan oleh keadaan topografi, relief dan ketinggian, aksesibilitas,
kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk. Lahan yang subur
lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat
(Sandy, 1995). Sementara itu Bern (1977), mengemukakan bahwa perubahan
penggunaan lahan adalah akibat dari jumlah dan komposisi penduduk secara
berkala ataupun permanen. Pengaruh yang lain ialah terhadap ekonomi lahan,
seperti harga, sewa dan pasar lahan. Penggunaan lahan perkotaan yang
dikatakan cenderung dinamis ini akan menimbulkan fenomena berubahnya nilai
suatu lahan itu sendiri dimana peningkatan nilai lahan tersebut apabila dikaitkan
dengan wilayah perkotaan akan lebih banyak berhubungan dengan letak
kestrategisannya (faktor lokasi).
4
2.2 Permasalahan Lahan Perkotaan
Wilayah perkotaan yang umumnya menjadi pusat dari segala kegiatan suatu
daerah seperti pusat perekonomian, pusat pemerintahan dan pusat Pendidikan,
namun justru hal tersebut yang di kemudian hari menjadi penyebab timbulnya
permasalahn-permasalah lahan di suatu wilayah perkotaan. Jumlah penduduk
yang semakin meningkat, kebutuhan penduduk yang semakin bertambah, dan
adanya pertumbuhan ekonomi akan memicu munculnya permaslahan-
permasalahan pada lahan perkotaan. Jumlah penduduk pada suatu kota yang
semakin hari semakin meningkat dan ditambah lagi dengan penduduk dari
pedesaan yang ingin meningkatkan taraf kehidupannya dengan berpindah
domisili ke lahan perkotaan menjadikan timbulnya kepadatan lahan di wilayah
perkotaan sehingga akan sangat sulit untuk melakukan pengelolaan lahan yang
semakin sempit dengan baik akibat jumlah penduduk yang semakin bertambah.
Terlebih lagi pertumbuhan ekonomi yang saat ini semakin meningkat pesat
tentunya akan berdampak pada perubahan penggunaan lahan di wilayah
perkotaan. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan membuat suatu wilayah
mengalami perkembangan, terutama di pusat-pusat pelayanan yang diduga akan
menjadi faktor potensial yang mempengaruhi kecepatan perubahan penggunaan
lahan selama kurun waktu tertentu. Pengembangan yang tidak memperhatikan
karakteristik wilayah secara seksama, baik di kawasan budidaya maupun non-
budidaya cenderung akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan yang
akan mempengaruhi pada sustainability (keberlanjutan) pembangunan wilayah
itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan ekosistem lingkungan. Hal tersebut
antara lain tercermin dari adanya fenomena, pencemaran dan pendangkalan
DAS, konversi lahan sawah, abrasi air laut maupun terganggunya hidro-orologis.
Kondisi tersebut apabila tidak dicermati secara lebih dini, diduga akan
menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang.
Secara umum penggunaan lahan perkotaan di Indonesia tidak mencapai optimal
disebabkan sistem pasarnya sering tidak bekerja dengan baik, karena
mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional seperti pengaturan
lahan yang tidak terkoordinasi dengan baik, aturan-aturan dan kepemilikan
(property right) yang tidak jelas, tingginya spekulasi lahan serta banyak lahan
5
yang tidak produktif karena tidak digarap, dan tingginya konversi lahan pertanian
terutama sawah. Permasalahan lahan lain yang juga timbul di wilayah perkotaan
yaitu banyaknya lahan terlantar, lahan terlantar adalah lahan yang telah
diperuntukan tapi belum terbangun. Banyak orang memburu lahan bukan
sekedar untuk keperluan tempat tinggal, tetapi lahan seolah menjadi barang
dagangan dan dianggap sebagai sumber rejeki yang paling menguntungkan.
Masalahnya bukan karena pemilik lahan tidak mempunyai dana yang cukup
untuk membangun tetapi karena lahan tersebut memang hanya sekedar
dijadikan barang dagangan dan spekulasi saja untuk kelak dijual kembali bila
harga lahan saat itu dirasa sudah menguntungkan.
6
yang telah berlaku akan mampu mengendalikan penggunaan lahan di
wilayah perkotaan.
3. Melakukan pengembangan di bidang pertanian perkotaan untuk
mewujudkan kawasan perkotaan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan, dengan prinsip prinsip pengembangan pertanian perkotaan
seperti memanfaatkan lahan sisa, lahan pekarangan, atap bangunan,
lahan lingkungan milik bersama atau lahan kosong dengan sistem
penanaman yang tidak memerlukan tanah banyak.
7
a. Pertanian perkotaan dapat dilakukan dengan pengendalian lahan
pertanian melalui strategi pemanfaatan lahan sisa, lahan pekarangan/atap
bangunan, lahan lingkungan milik Bersama atau lahan kosong dengan
sistem penanaman yang tidak memerlukan tanah banyak.
b. Pengendalian lahan pertanian dilakukan untuk tanaman pangan dan
hortikultura dengan pemanfaatan lahan sawah dan bukan sawah.
c. Pertanian perkotaan kecukupan pangan, pemasaran yang dekat, sumber
penghasilan, serta meningkatkan kualitas ruang kota.
d. Pertanian perkotaan dengan pemanfaatan lahan yang tidak terlalu luas
dan tersebar dinilai tidak banyak membuat pencemaran.
e. Irigasi partisipatif bagi pengairan pertanian perkotaan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan perkotaan tentunya memiliki tantangan tersendiri dalam proses
pengelolaanya tergantung pada ciri-ciri lahannya, dimana banyak sekali
permasalahan-permasalahan yang muncul pada lahan perkotaan yang di
sebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi,
pengembangan lahan yang tidak memperhatikan karakteristik wilayahnya,
pengaturan lahan yang tidak terkoordinir dengan baik dan juga banyaknya lahan
terlantar. Selain itu terdapat pula strategi yang mampu mengatasi permasalahn
lahan tersebut misalnya melalui pendekatan peningkatan produktifitas lahan,
mempertegas penerapkan pajak lahan, dan melakukan pengembangan di bidang
pertanian perkotaan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10