Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KLIEN DENGAN KEBUTUHAN PERSIAPAN OPERATIF


(PRE–OPERATIF)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan

Oleh:
Kelompok 3

Saeri Septica Anggun Praditias


Sahanah Shyfa Alfadila
Salma Lulu S Silvi Aulia
Sellayunishy H Siska Widyawati
Selvina Rahmawati Siti Aisah
Sephia Exa Marsela

D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Salawat berserta salam saya sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan sekarang.

Terima kasih kepada dosen mata ajar serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung .

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi,
maupun dari segi penulisan, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Sukabumi, Maret 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................i


Daftar Isi ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1........................................................................................................................................
Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2........................................................................................................................................
Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3........................................................................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1........................................................................................................................................
Pengertian Pre Operasi .................................................................................................3
2.2........................................................................................................................................
Jenis-Jenis Operasi .......................................................................................................3
2.3........................................................................................................................................
Persiapan Peralatan Pre Operasi ...................................................................................3
2.4........................................................................................................................................Asuh
an Pada Klien Pre Operasi.............................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................13
Daftar Pustaka ..................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam
perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai
keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998).
Tindakan operasi atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang
agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara
fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
(dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas,
maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah
perioperatif. Tindakan  perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1
1.2. Rumusan Masalah
2. Apa definisi operasi?
3. Apa saja jenis jenis operasi?
4. saja persiapan untuk pasien Pre Operasi?
5. Apa saja prinsip asuhan yang diberikan pada pasien Pre dan Post Operasi?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi operasi
2. Mengetahui jenis jenis operasi
3. persiapan untuk pasien Pre Operasi
4. Mengetahui prinsip asuhan yang diberikan pada pasien Pre dan Post Operasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Operasi


Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi
(pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.2. Jenis Jenis Operasi
a. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks
kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher,
bedah digestif, dan lain-lain.
b. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1) Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala
penyakit seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya
pembendahan apendektomi.
3) Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung
daerah yang terpisah.
4) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
penyakit.
5) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti
rhinoplasti.
2.3. Persiapan dan perawatan pre operasi
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama

3
adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang
prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan
dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pengakajian secara integral dari
fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Adapun persiapan klien di unit perawatan
meliputi :
1. Konsultasi dengan dokter obstetrik dan dokter anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter anestesi
sebelum operasi dilakukan. Anggota multidisiplin lainnya juga dapat terlibat,
misalnya fisioterapis.
2. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai
persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai
bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll.
3. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan
imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum
operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah
terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
4. Mengidentifikasi dan melepas prosthesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus
dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandenya akan
diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang
identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang
identitas untuk bayi.
5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu
persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik
yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :

a. Status kesehatan fisik secara umum


Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien,
riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap;

4
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami stres
fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien wanita tidak
akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup bagi
perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan.
Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase
katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma
yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk perbaikan
jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius
pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa adalah
kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri atau anuria, insufisiensi

5
renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan
fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema
atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca pembedahan.
Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya, jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.
h. Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada

6
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
i. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk
melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan
terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan
kondisi pasien layak menjalani operasi.
j. Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA ( American Society of Anasthesiologist ).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
Kelas Status Fisik
Seorang pasien yang normal dan sehat, selain
ASA I
penyakit yang akan dioperasi.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan
ASA II
sampai sedang.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat
ASA III
yang belum mengancam jiwa.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat
ASA IV
yang mengancam jiwa.

7
Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan
dalam waktu 24 jam dengan atau
tanpapembedahan, kategori ini meliputi penderita
ASA V
yang sebelumnya sehat, disertai dengan
perdarahan yang tidak terkontrol, begitu juga
penderita usia lanjut dengan penyakit terminal.

6. Inform Consent/Izin Persetujuan Operasi


Selain dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang terhadap pasien hal yang
paling penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab adalah inform
consent. Baik pasien maupu keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis dan
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukanya
tindakan medis. Informed consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan keluarga
melalui segala resiko dan konsekuensinya. Jika petugas belum menjelaskan secara
detail maka pihak keluarga harus betul-betul perlu menanyakanya pada petugas
sehingga paham. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang buruk
dikemudian hari jika operasi tak berjalan sesuai harapan.
7. Persiapan Psikis (Mental)
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial
maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang
muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi
jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur
dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita
yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari
biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

8
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi
sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam
menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain :
 Takut nyeri setelah pembedahan.
 Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
( body image ).
 Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
 Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
 Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
 Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.
 Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan
pernafasan, gerakan - gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang
lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering
berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh
pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal - hal
yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan
dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien,
faktor pendukung / support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan
hal - hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
 Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang.
 Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan
petugas kamar operasi.

9
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi
dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk
efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga
tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan
biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi
ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh
karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga / orang terdekat pasien.Persiapan
mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga
hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan
meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dll.
2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga
yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait
dengan operasi yang akan dialami pasien.
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana
dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan
mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil
darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah
yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik

10
4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang
segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
7. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga
juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar
operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di
depan kamar operasi.
8. Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab
membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain itu persiapkan segala surat,
dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk perihal administrasi yang akan kita urus di
RS, dan informasikan semua data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat
(suami/istri, orangtua, adik atau kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari kantor,
jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa
saja yang butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika menggunakan BPJS
ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan semua berkas formulir dan fotokopi
dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita sudah mau masuk ruang operasi sampai
nanti pasca operasi, sudah tentu semua dokumen administrasi otomatis menjadi
urusan keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur
administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.
2.4. Asuhan Pada Pasien Pre Operatif
a. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis,
pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti biotika yang
berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan
perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan

11
hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan lain-
lain. Selain itu terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya,
status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah
radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah,
leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood
urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem
renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

b. Analisa Data
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah adalah :
1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

c. Penatalaksanaan
1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang
peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan
bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan
latihan lain-lain.

12
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan
yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami
dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif. Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat
dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: CV
Trans Info Media

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik


Klinik        Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.

http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html

http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-operasi-elektif-
M20914.html

https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-operasi/

14

Anda mungkin juga menyukai