Makalah Eptm
Makalah Eptm
JUDUL :
KELOMPOK 9 :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Masalah Penyakit
Jiwa” dengan baik.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para pembaca dan
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I.PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................5
BAB III.PENUTUP....................................................................................................19
A. Kesimpulan.....................................................................................................19
B. Saran ..............................................................................................................19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan
sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari
gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang
tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta
berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Masalah Kesehatan Jiwa ?
2. Bagaimana Gambaran Umum Masalah Kesehatan jiwa ?
3. Apa itu Epidemiologi Masalah Kesehatan Jiwa ?
4. Aapa itu Patofisiologis Masalah Kesehatan Jiwa ?
5. Apa saja Faktor Resiko Masalah Kesehatan Jiwa ?
6. Apa saja Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa ?
7. Bagaimana Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa ?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Hampir semua penelitian menunjukan prevalensi depresi lebih tinggi wanita dibandingkan pria,
dengan rasio antara 1,5:1 dan 2:1. Gangguan mental menyumbang 13% dari beban global
penyakit dan akan naik hingga 15% pada tahun 2030. Di tingkat global, jumlah orang berusia 60
tahun ke atas akan meningkat dari 606 juta pada tahun 2000 menjadi 1,9 miliar pada tahun 2050.
Data diatas merupakan jumlah kunjungan kesehatan mental rawat jalan pada tahun 2001
samapai 2006. Layanan perawatan primer untuk kesehatan mental terus bertambah. Pada
tahun 1993, 929 kasus rawat jalan. Pada tahun 2002, jumlah kasus meningkat 25% . pada
tahun 2006, lebih dari 14.000 pasien.
Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa
contoh gejala gangguan mental adalah:
1) Delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan fakta
yang sebenarnya.
2) Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
3) Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
4) Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan.
5) Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.
6) Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
7) Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta
gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
8) Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
9) Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
10) Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.
Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat
mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.
b. Faktor psikologis
1. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
2. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
3. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
4. Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
5. Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
1. Hindari stres
Stess adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu yang dihadapkan pada
peluang,tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang diinginkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan tidak penting oleh individu
tersebut. Stress terjadi ketika individu dihadapkan dengan masalah atau peristiwa
yang mereka anggap membahayakan ketentraman kondisi fisik dan psikologi mereka.
Stres juga dapat memicu seseorang dapat mengalami gangguan jiwa. Hal-hal yang
harus dilakukan agar dapat terhindar dari stress yang dapat meneyebabkan gangguan
jiwa adalah dengan melakukan pola hidup sehat seperti : mengonsumsi makanan
yang bergizi, melakukan olahraga secara rutin,istirahat yang cukup, batasi
mengonsumsi minuman beralkohol dan berkafein, batasi merokok dan penggunaan
NAPZA, banyak mengonsumsi air putih dll.
2. Melakukan Konseling dengan orang-orang sekitar
Jika ada masalah, jangan disimpan atau disembunyikan. Ceritakanlah pada orang
yang dapat kita percaya misalnya : Orang tua, suami, isteri, sahabat, dokter, psikolog,
guru dll. Dengan mengeluarkan ganjalan hati itu akan meringankan beban dalam
batin, serta dapat membantu melihat masalah dari segi yang lebih objektif.
3. Memupuk rasa sosialitas atau kesosialaan
Jika terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat dalam kesulitan-kesulitan
sendiri, cobalah melakukan sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal
ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi dalam masyarakat dan bisa
memberikan makna atau suatu nilai. Perbuatan tersebut dapat membuat kita kepada
penelitian terhadap diri sendiri, distansi diri dan introspeksi dan rasa lebih cepat
mengeluarkan kita dari gangguan batin serta ketegangan. Semua itu akn dapat
menumbuhkan rasa kehangatan, rasa simpati dan rasa kasih sayang kepada sesama
manusia dan akan memupuk kesehatan jiwa dan raga.
4. Jangan mengganggap diri terlalu super.
Ada rang yang takut memutuskan sesuatu, karena ia merasa tidak dapat mencapainya
sesuai dengan apa yang ia inginkan. Biasanya ia mengiginkan kesempurnaan dalam
segala hal yang ia lakukan, maka kecenderungan-kecenderungan seperti ini
merupakan pangkal permulaan dari kegagalan. Kegagalan tersebut yang akan menjadi
pemicu seorang mengalami stess yang tinggi sehingga dapat meneyebabkan
gangguan jiwa terhadap dirinya.
5. Menerima segala kritik dengan lapang dada.
Salah satu cara untuk sehat secara batin adalah dapat menerima kritik dari orang lain.
Orang lain yang mengkritik kita merupakan orang yang menginginkan perbaikan
pada diri kita. Orang yang berbuat sesuatu akan banyak menerima kritikan dan ia
dapat belajar dari pengalaman. Hanya orang-orang yang dapat belajar dari
pengalaman yang dapat maju dan sehat secara jiwa dan mentalnya.
6. Bersikap religius
Dengan selalu memelihara kebersihan jiwa serta bersikap religius adalah sangat
membantu dalam proses pencegahan penyakit kejiwaan. Sikap ini pada dasarnya
adalah bertindak yang positif, dan menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang negatif serta
menyerahkan diri pada Yang Maha Kuasa. Sikap berkomunikasi dengan Yang Maha
Kuasa mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk kesehatan fisik dan terutama
kesehatan mental.
Berikut ini adalah beberapa pengobatan gangguan jiwa yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan terapi
obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga
gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi penyembuhan sakit jiwa ini diberikan
dalam jangka waktu relatif lama, bisa berbulan-bulan hingga memakan waktu bertahun-
tahun.
2. Psikoterapi
Terapi gangguan jiwa yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
3. Terapi psikososial
4. Terapi psikoreligius
Terapi gangguan jiwa lainnya adalah terapi keagamaan. Terapi ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
mendengar ceramah keagamaan, atau kajian kitab suci. Serangkaian penelitian terhadap
pasien pasca epilepsi menemukan bahwa, sebagian besar mengungkapkan pengalaman
spiritualnya dengan menemukan kebenaran tertinggi karena merasa berdekatan dengan
cahaya Ilahi.
5. Rehabilitasi
Penyembuhan sakit jiwa yang paling banyak dilakukan adalah program rehabilitasi. Hal
ini penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat.
Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi.
Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stres dan dapat membantu agar
dapat mengerti sebab dari kesukaran serta membantu terbentuknya mekanisme
pembelaan yang lebih baik dan dapat diterima oleh keluarga/masyarakat. Selain itu,
menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olahraga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, dan rekreasi (Maramis, 1990).
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga
dan ke masyarakat (Hawari, 2007). Selain itu, peran keluarga adalah sesuatu yang
penting dalam penyembuhan sakit jiwa ini. Keluarga adalah orang-orang yang sangat
dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap
paling banyak memberi pengaruh pada pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya
kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996
tentang kesehatan jiwa adalah sebagai suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain.
Penyembuhan sakit jiwa yang paling banyak dilakukan adalah program
rehabilitasi. Hal ini penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali ke
keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi.
B. Saran
Kritik dan Saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ranimpi, Yulius Yusak. 2009. Kemiskinan Dan Kesehatan Mental Di Nusa Tenggara
Timur. Diskusi Program Profesional UKSW
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI
WHO. (2009). Improving health system and service for mental health: WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data.