Anda di halaman 1dari 10

IV

PEMBAHASAN

4.1 Rupa darah secara makroskopik

4.1.1 Penambahan Larutan Hipotonis

Hasil pengamatan secara makroskopis didapatkan hasil bahwa darah

tembus cahaya dan berwarna merah bening. Hal tersebut karena terjadinya proses

hemolisis. Darah yang mendapatkan tambahan cairan yang berkonsentrasi rendah

jika dibandingkan dengan darah atau jika dalam praktikum ini kami menggunakan

aquadest sebagai cairan tersebut. Mengapa aquadest? Karena aquadest merupakan

cairan yang bersifat hipotonis jika dibandingkan dengan darah. Oleh karena itu

darah yang kami berikan tambahan aquadest kedalam lingkungannya maka darah

tersebut akan mengalami hemolisis hal tersebut terjadi dikarenakan oleh

perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi

aquadest sehingga beberapa cairan dari aquadest masuk kedalam sel-sel darah

merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan

yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah

Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Sehingga tulisan pada kertas yang kita

lihat dengan ditutupi oleh tabung reaksi yang beriikan darah tersebut maka tulisan

tersebut akan nampak terlihat karena sel-sel darah terebut telah mati, akibatnya

sifat optik darah sudah tidak dimilikinya lagi.

Hasil pengamatan 1 ml + 1 ml aquades + 1 ml NaCl 3% adalah darah

bewarna lebih terang dan darah tercampur sempurna, dengan kata lain darah

kembali pada keadaan semula/normal.


4.1.2 Penambahan Larutan Hipertonis

Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 3% merupakan salah satu cairan

yang termasuk kedalam golongan cairan hipertonis jika kita bandingkan dengan

konsentrasi yang dimiliki oleh darah. Oleh karena itu jika kita mencampurkan

darah dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (Apoptosis)

yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma

yang selalu menyelimutinya. Maka dari itu kita tidak akan bisa melihat tulisan

yang akan kita lihat melalui tabung reaksi tersebut karena darah tidak pecah

melainkan hanya mengkerut. Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita

lakukan terhadap darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya darah

terlihat keruh dan warnanya merah keruh. Hal tersebut karena terjadinya proses

krenas, tulisan yang dikenakan darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu

jelas, karena darah tidak pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih

mengandung Hb yang menghalangi cahaya yang tembus.

Hasil pengamatan 1 ml + 1 ml NaCl 3% + 1 ml aquades adalah darah

bewarna menggumpal di dasar tabung reaksi dan berwarna lebih gelap dan darah

kembali pada keadaan semula/normal.

4.1.3 Tanpa Penambahan Larutan

Hasil pengamatan menunujukkan bahwa darah dalam keadaan utuh, tidak

tembus cahaya, dan isotonis. Darah yang tidak mendapatkan perlakuan apapun

tidak mengalami perubahan struktur akan tetapi jika darah tersebut terlalu lama di

diamkan maka darah tersebut akan membeku dan terbentuklah benang-benang


fibrin yang akan membuat darah tersebut menjadi kentak dan tidak dapat tembus

cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca.

Cairan isotonis adalah cairan yang mengandung osmolalitas yang setara

dengan plasma, cairan isotonik tidak menyebabkan pergerakan signifikan air dari

pembuluh darah ke dalam sel. [ CITATION Way19 \l 1057 ]

4.2 Rupa Darah Secara Mikroskopik

4.2.1 Penambahan Larutan Hipotonis

Darah yang kita beri campuran aquadest tersebut ketika dilihat dengan

kasat mata darah tersebut terlihat baik-baik saja hanya warnanya saja yang

berubah menjadi agak bening akan tetapi ketika kita lihat dengan menggunakan

mikroskop, sel-sel darah tersebut banyak yang telah pecah tetapi tidak semuanya

pecah karena masih adanya sel-sel darah merah yang mampu bertahan sampai

pada saat tersebut. Mungkin hal ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang

dicampurkan dengan aquadest dapat di tembus oleh cahaya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Lolita (2010), ketika sel darah di beri

aquades sel menjadi lisis artinya sel menjadi pecah hal ini di karenakan aquades

merupakan larutan berkonsentrasi rendah atau hipotonik, karena konsentrasi di

dalam sel lebih rendah mengakibatkan pelarut yang berada di luar yaitu

konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang berkonsentrasi rendah, karena

membran eritrosit tidak lagi mampu menahan tekanan zat yang masuk

mengakibatkan sel pecah atau mengalami lisis.


Carian hipotonis memiliki osmolalitas yang rendah dibandingkan plasma.

Cairan ini akan menyebabkan pergerakan air dari intravaskular menuju

ekstravaskular dan dapat menuju ke dalam sel. [ CITATION Way19 \l 1057 ]

Pada penambahan Nacl 3%, sel-sel darah yang mampu bertahan ataupun

sel-sel darah merah yang telah pecah akibat penambahan aquadest dapat diamati

melalui mikroskop. Sel - sel darah merah yang mampu bertahan jika ditambahkan

dengan dengan Nacl 3% dapat kembali ke bentuk normal karena sifat tekanan

osmotik akan selalu menyeimbangkan konsentrasi sistem dengan konsentrasi

lingkungan. Tekanan osmotik akan menyeimbangkan konsentrasi sistem dengan

cara mengambil cairan dari lingkungan jika konsentrasi di dalam sistem lebih

tinggi dan sebaliknya. Ketika darah yang masih dapat mampu bertahan

ditambahkan aquadest kedalam lingkungannya lalu ditambahkan lagi larutan yang

memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi aquadest maka darah

yang tadinya akan mengalami lisis akan kembali kedalam keadaan normal namun

organel-organel sel darah merah yang berada di dalamnya telah mati.

4.2.2 Penambahan Larutan Hipertonis

Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita lakukan terhadap darah

yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya kita tidak bisa membaca tulisan

yang berada dibalik tabung reaksi yang berisikan darah tersebut tanpa mengetahui

sebabyang pasti mengapa darah tersebut tidak bisa di tembus oleh cahaya. Namun

sekarang setelah saya melihat rupa darah secara mikroskopik, saya dapat melihat

jelas apa yang telah terjadi terhadap kondisi darah yang kita campurkan dengan

larutan NaCl 3% yang ternyata darah tersebut nampak terlihat kisut atau
mengkerut karena cairan yang berada di dalamnya telah keluar. Hal tersebut

dikarenakan oleh perbedaan konsentrsi yang dimiliki oleh darah dan NaCl,

dimana konsentrasi darah lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi yang

dimiiki oleh NaCl.

Cairan hipertonis memiliki osmolalitas yang tinggi dibadingkan plasma.

Pemberian cairan hipertonis dapat menyebabkan pergerakan air dari rongga

ekstravaskular menuju ke pembuluh darah, sehingga menyebabkan peningkatan

volume intravaskular. [ CITATION Way19 \l 1057 ]

Tekanan osmotik pada sel-sel darah dapat terganggu ketika sel-sel darah

diberikan atau dicampurkan dengan larutan yang lain (larutan yang mempunyai

konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi yang dimiliki oleh sel-sel darah).

Pada praktikum pertama yaitu mengamati darah secara mikroskopik maupun

secara makroskopik, sel-sel darah yang diberi perlakuan dengan mencampurkan

NaCl 3% telah kisut keadaanya. Namun jika sel-sel yang telah kisut tersebut

diberi perlakuan tambahan dengan cara menambahkan aquadest kedalam

lingkungannya maka sel-sel darah tersebut kembali ke seperti semula yaitu ke

dalam kondisi yang normal, tetapi kondisi tersebut tidak mampu bertahan lama

karena lama-kelamaan sel-sel darah tersebut akan mengalami Hemolisis. Hal ini

menunjukkan bahwa tekanan osmotik sel-sel darah tidak cocok dengan perlakuan

tersebut karena dapat menyebabkan gangguan pada sel-sel darah.

4.2.3 Tanpa Penambahan Larutan

Rupa sel-sel darah yang berada dalam tabung reaksi yang tidak

mendapatkan perlakuan apapun dari kita saat kita amati secara mikroskopik
teryata kondisi dari darah tersebut baik-baik saja layakya darah yang masih

normal. Darah yang tidak mendapatkan perlakuan apapun tidak mengalami

perubahan struktur namun jika darah tersebut terlalu lama didiamkan maka darah

akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah

menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya, sehingga tulisan tidak akan

terbaca.

Tulisan tidak dapat dilihat ketika ada buku yang ditempelkan dibelakang tabung

reaksi, ini karena sifat optik yang masih dimiliki oleh sel-sel darah tersebut yaitu sifat

yang dapat memendarkan cahaya sehingga cahaya tidak dapat melaluinya.

4.3 Tahanan Osmotik Sel Darah Merah

4.3.1 NaCl 0%

Pada percobaan menentukan tahanan osmotik sel darah merah, darah yang

dilarutkan pada larutan NaCl 0% (aquadest) memperlihatkan bentuk yang berbeda

dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% , NaCl 1,5% 

dan NaCl 3%. Pada percobaan ini, tidak terdapat lapiran putih yang terbentuk

karena tekanan osmotik pada NaCl 0% ini sel-sel pada darah tersebut ada yang

telah mengalami lisis.

Darah yang diberi campuran aquadest pada saat dilihat dengan kasat mata,

darah kelihatan baik, tetapi ketika dilihat dengan menggunakan mikroskop, sel-sel

darah tersebut banyak yang telah pecah namun tidak semua pecah karena masih ada

sel-sel darah merah yang mampu bertahan sampai pada saat tersebut.

Darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades

merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana

konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa


cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai

konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah

tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya

sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,

karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel

darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0%

4.3.2 NaCl 0,5%

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat lapisan putih yang terbentuk.

Tekanan osmotik yang dimiliki oleh aquadest dan NaCl 3% itu tidak sama

dengantekanan osmotik dalam darah, sehingga kami coba dengan larutan NaCl

akan tetapi dengan konsentrasi yang berbeda dengan NaCl yang dahulu yang

memiliki besar 3% namun sekarang kita campurkan dengan NaCl yang memiliki

konsentrasi sebesar 0,5% dengan harapan larutan tersebut memiliki tekanan

osmotik yang sama dengan darah, namun hasilnya tidak seperti apa yang kita

harapkan. Sel-sel darah yang masih normal ketika ditambahkan dengan NaCl

berkonsentrasi 0,5% ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan darah yang kita

campur dengan aquadest. Sel-sel pada darah tersebut ada yang telah mengalami

lisis dan ada juga yang masih mampu bertahan. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel

darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5%.

Fujaya (2004) menyatakan, membran sel darah merah sifatnya permiabel

terhadap air, glukosa dan urea, tetapi impermiabel terhadap garam-garam.

Airdapat mengalir melalui membran sel, oleh karena itu bila darah dimasukan

kedalam larutan yang hipotonis maka sel darah merah akan pecah. Peristiwa
pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh larutan disebut

Haemolisis.

4.3.3 NaCl 0,9%

Terdapat lapisan putih yang terbentuk setlah didiamkan selama 30 menit.

Ketika sel-sel darah merah kita beri larutan NaCl yang mempunyai konsentrasi

0,9% ternyata ketika kita lihat di bawah mikroskop tidak ada pengaruh apapun

terhadap kondisi fisiologik sel-sel darah tersebut. Hal ini mungkin disebabkan

oleh tekanan osmotik yang dimiliki sel-sel darah denga tekanan osmotik yang

dimiliki oleh NaCl 0,9% itu sama, karena sejauh pandangan yang telah kami lihat

khususnya saya sendiri menyimpulkan bahwa tekanan osmotik antara sel-sel

darah dan NaCl 0,9% adalah sama, sehingga darah maih dalam kondisi yang

normal. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel darah sama dengan tekanan osmotik

larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%.

Hasil pengamatan kelompok kami berbeda dengan pendapat Lolita (2010),

yang menyatakan bahwa pada NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan

poikilotermik yaitu kadal mengalami lisis artinya larutan tersebut merupakan

larutan hipotonis bagi sel darah pada hewan poikilotermik yaitu kadal, lisis atau

hemolisis sendiri dapat terjadi di karenakan masuknya zat pelarut dari luar sel

yang merupakan konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang merupakan

konsentrasi rendah yang mengakibatkan membran plasma tidak lagi kuat menahan

larutan dan akhirnya pecah atau lisis kejadian ini dinamakan dengan osmosis

erirosit.

4.3.4 NaCl 1%
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut

lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air

bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan

air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma

akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.

Larutan hipertonik terdiri dari NaCl 1% dan 3%.

Darah yang ditambahkan Nacl 1% dilihat secara makroskopis terdapat

lapisan putih yang terbentuk setelah didiamkan selama 30 menit. Pada saat

diamati dalam keadaan mikroskopis, sampe tersebut mempunyai bentuk bulat dan

jumlahnya relative lebih banyak dibandingkan dengan sampel yang diberi NaCl

0%, NaCl 0,5%, dan NaCl 0,9%. Pada tabung yang ditambahkan NaCl 1% ini

darah akan mengalami krenasi, karena NaCl 1% merupakan cairan hipertonis. Jika

darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan

(krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari

membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah

merah akan keluar dari sel tersebut. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel darah tidak

sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 1%.

4.3.5 NaCl 3%

Pada darah yang ditambahkan NaCl 3% apabila dilihat secara makroskopis

berwarna merah keruhdan terdapat lapisan putih yang terbentuk. Darah yang

ditambahkan NaCl 3% akan mengalami krenasi, karena NaCl 3% merupakan

cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan

terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah

merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena
pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. Jadi tekanan

osmotik dari sel-sel darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl

dengan konsentrasi 3%.

 Jika cairan didalam sel hypertonis terhadap cairan didalam selmaka sel-sel

akan kehilangan cairan sehingga mengakibatkan sel mengalami peng kerutan,

(Windarti, dkk., 2012). 

DAFTAR PUSTAKA

Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi

Perikanan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Lolita, R. (2010). Toleransi Osmotik Eritrosit Hewan Poikilotermik Dan


Homoiotermik Terhadap Berbagai Tingkat Kepekaan Medium. Jurnal
Fisiologi Hewan , 12-21.

Parwata, W. S. (2019). Perbedaan pemberian cairan isotonis dan hipotonis


terhadap osmolalitas plasma pada penderita gangguan intrakranial akut di
RSUP Sanglah,Denpasar, Bali. Intisari Sains Medis , 82-87.

Windarti, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Riau: Fakultas


Perikanan Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai