Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

“Konsep Kegawatdaruratan Askep pada Ibu dengan KPD ”

Oleh:

Kelompok 2 :

Aldira Liza Septiani : 183110162

Diana Novita : 183110169

Indra Yaldi Wijaya : 183110177

Nadia Susila Ningsih : 183110183

Reren Yora Yutari : 183110190

Tiara Hestin : 183110196

KELAS 2A

DOSEN PEMBIMBING :

Hj.Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Kegawatdaruratan Askep pada Ibu dengan KPD” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini serta
kesempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Padang, Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar belakang.......................................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................................2

1. Tujuan Umum....................................................................................................2

2. Tujuan Khusus...................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

KONSEP DASAR............................................................................................................3

2.1 Definisi..................................................................................................................3

2.2 Etiologi..................................................................................................................3

2.3 Patofisiologis (Pathways)......................................................................................5

2.4 Manifestasi Klinik.................................................................................................7

2.5 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................7

2.6 Penatalaksanaan....................................................................................................8

2.7 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Sistem Kardiovaskuler

BAB III...........................................................................................................................10

KONSEP DASAR KEPERAWATAN..........................................................................10

3.1 Pengkajian...........................................................................................................10

3.2 Diagnose keperawatan.........................................................................................13

3.3 Intervensi.............................................................................................................14

3.4 Implementasi.......................................................................................................16

3.5 Evaluasi...............................................................................................................17

3
BAB IV............................................................................................................................18

PENUTUP.......................................................................................................................18

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan
80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan
(25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%),
ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia
sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.

5
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan

6
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di
ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah
dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

2.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas,
maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi(Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.

7
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban
di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin
secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI


RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal
berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi
sefalopelvik

8
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.

2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

2.3 Patofisiologis (Pathways)

Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan


hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisi disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar


sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil.

9
2.4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

10
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara
lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

2.5Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain
keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya
tes ferning dan nitrazine tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini


dapat dilakukan:

1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di


froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

11
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

2.6 Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil
umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematuritas

bahkan berat janin kurang dari 1 kg.


Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini

12
Masuk Rumah Sakit :
-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin
-Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD
INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst
 Infeksi
- Infertilitas
 Waktu
- Grandemultipara
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


 Reaksi uterus tidak ada
 Kelainan letkep BERHASIL
 Fase laten dan aktif dan memanjang
 Persalinan
 Distres janin
pervaginal
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

2.7 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Sistem Kardiovaskuler

Dengan pecahnya ketuban pecah terlalu dini terjadi oligohidramnion yang


menekan tali pusar hingga terjadi asfiksi atau hipoksia yabg membuat kinerja jantung
lebih berat karena memompa darah yang mengandung oksigen ke paru-paru dengan
cepak sehingga terjadi takikardi pada janin dan dapat menimbulkan apneu pada janin
tersebut.

13
(Manuaba, 2009)

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan
klien( Hidayat, 2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register, dan diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial

14
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.

15
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

16
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

 (Ibrahim christina, 1993: 50)

 3.2 Diagnose keperawatan

17
1. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (ketuban
pecah sebelum waktunya)
2. Nyeri akut b/d dilatasi serviks
3. Ansietas berhubungan dengan Krisis maturasional
 (SDKI, 2016)

3.3 Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan tanda infeksi tanda-tanda infeksi
dengan keperawatan selama 2. Pantau yang muncul
ketuban pecah 3×24 jam  keadaan umum 2. Untuk melihat
dini diharapkan pasien pasien perkembangan
tidak menunjukan 3. Bina kesehatan pasien
tanda-tanda infeksi hubungan saling 3. Untuk memudahkan
dengan kriteria percaya melalui perawat melakukan
hasil : komunikasi tindakan
terapeutik 4. Agar istirahat pasien
1. Tanda-tanda
4. Berikan terpenuhi
infeksi tidak tidak
lingkungan yang 5. Untuk proses
ada.
nyaman untuk penyembuhan pasien
2. Tidak ada lagi
pasien
cairan ketuban
5. Kolaborasi
yang keluar dari
dengan dokter
pervaginaan.
untuk memberikan
3. DJJ normal
obat antiseptik
4. Leukosit kembali
sesuai terapi
normal
5. Suhu tubuh
normal (36,5-

18
37,5ºC)

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk mengetahui


rasa nyaman: tindakan tanda Vital pasien keadaan umum
nyeri keperawatan selama 2. Kaji skala pasien
berhubungan 3×24 jam  di nyeri (1-10) 2. Untuk mengetahui
dengan harapkan  nyeri 3. Ajarkan derajat nyeri pasien
ketegangan berkurang atau nyeri pasien teknik dan menentukan
otot rahim hilang dengan relaksasi tindakan yang akan
kriteria hasil : 4. Atur posisi dilakukan
pasien 3. Untuk mengurangi 
1. Tanda-tanda vital
5. Berikan nyeri yang dirasakan
dalam batas
lingkungan yang pasien
normal.
nyaman dan batasi 4. Untuk memberikan
TD:120/80 mm
pengunjung rasa nyaman
Hg
5. Untuk mengurangi
N: 60-120 X/
tingkat stress pasien
menit.
dan pasien dapat
2. Pasien tampak
beristirahat
tenang dan rileks
3. Pasien
mengatakan nyeri
pada perut
berkurang

3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji apa 1. Untuk mengetahui


pengetahuan tindakan pasien tahu tentang pemahaman
berhubungan keperawatan selama tentang  tanda- pasien untuk
dengan 3×24 jam  di tanda dan gejala tindakan selanjutnya
pengakuan harapkan pasien normal selama 2. Mencegah terjadinya
persalinan memahami kehamilan hal-hal yang tidak
premature pengetahuan tentang 2. Ajarkan diinginkan terjadi

19
penyakitnya dengan tentang apa yang yang bisa
criteria hasil : harus dilakukan membahayakan ibu-
jika tanda KPD janin
1. Pasien terlihat
muncul kembali 3. Untuk membantu
tidak bingung lagi
3. Libatkan merencanakan
2. Pengetahuan
keluarga agar tindakan berikutnya
Pasien dan
memantau kondisi
keluarga dapat
pasien
bertambah

4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


berhubungan tindakan kecemasan pasien tingkatan kecemasan
dengan keperawatan selama 2. Dorong yang dialami pasien
persalinan 3×24 jam  di pasien untuk 2. Untuk mempercepat 
premature dan harapkan ansietas istirahat total proses penyembuhan
neonatus pasien teratasi 3. Berikan 3. Untuk memberikan
berpotensi dengan kriteria suasana yang rasa nyaman dan
lahir hasil : tenang dan ajarkan menurunkan
premature keluarga untuk kecemasan pasien
1. Pasien tidak cemas
memberikan
lagi
dukungan
2. Pasien sudah
emosional pasien.
mengetahui
tentang penyakit

3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.


Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.
Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan
dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan
tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan
keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan

20
Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat, 2002.

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002).

Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:

1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai


tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.
Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,
diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan berat korioamnionitis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi


Risiko Tinggi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta :


Media Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Material & Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.


Jakarta:Salemba Medika

Tim Pokja DPP PPNI, 2017, Standar diagnosa keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI

23

Anda mungkin juga menyukai