Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PAPER

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 2
(EKLEKTIK INGGRIS)

OLEH :

Danil Ahmad

03420180055

C1

Dosen Pembimbing : Haryanto A. Halim, ST., MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
A. PENGERTIAN

Eklektik                     :   yaitu  memilih yang baik dari yang sudah ada sebelumnya.

Arsitektur Eklektik :   aliran memilih , memadukan unsur-unsur atau gaya dalam    

                                       bentuk tersendiri.

Eclectismus                 :   suatu semangat menjiplak serba campur aduk dari semua unsur

                                       saja yang kebetulan disukai, tanpa refleksi ,  tanpa prinsip,

                                       selera liar.

 B. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN ARSITEKTUR EKLEKTIK

Berdasarkan arti katanya, eklektisme dalam arsitektur, sudah ada sejak lama, misalnya pada
jaman Renaissan. Dimana elemen-elemen Romawi, ( kolom,ornamen dll ) digabung dan
ditambah dengan unsur-unsur kaidah dan bentuk baru. Demikian juga arsitektur Romawi
telah mengambil unsur-unsur Yunani, digabung dan dikembangkan menjadi bentuk baru.

Dari segi sejarah dan ciri-ciri pengulangan  bentuk-bentuk lama, eklektisme dalam arsitektur
sering disebut sebagai POST RENAISSANCE , NEO KLASIK, KOLONIAL . Pada masa itu
dapat dikatakan belum terlalu banyak pilihan dan pencampuran masih terbatas, terikat pada
kaidah-kaidah klasik . Oleh karena itu, dalam kajian perkembangan arsitektur sering disebut
sebagai neo klasik - neo klasik internasional karena sudah berkembang di seluruh dunia.

Arsitektur Modern mulai berkembang pada abad 16 di Eropa, dimulai dengan eklektisme,


selain karena kejenuhan terhadap pola klasik lama, juga karena semakin banyak pilihan untuk
digabungkan atau diulang, tetapi dalam pola, konsep dan bentuk baru. Eklektisme dalam
arsitektur, pada masa itu lebih komplek dan bervariasi. Dalam sejarah perkembangan
arsitektur istilah eklektisme, dipakai untuk menandai gejala pemilihan atau pencampuran 
gaya-gaya pada abad XIX, masa berakhirnya klasikisme .

Arsitektur Eklektisme, abad XIX, mengandung rasa sentimen dan nostalgia


pada keindahan gaya masa lampau. Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetapi
kadang-kadang hanya menerapkan salah satu gaya saja, tetapi dalam bentuk sistem
konstruksi, fungsi,dan sisi konseptual, berbeda dari sistem klasik asli. Eklektisme menandai
perkembangan arsitektur abad XIX dengan ketidakpastian gaya percampuran bentuk
menghasilkan gaya tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademik,tetapi dalam
bentuk konservatif

 
C. FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA EKLEKTISME

 1. Masyarakat sedang cenderung mengalami kejayaan, ratio ekonomi dan imperialisme kaum
lapisan tengah, yang disebut sebagai kaum borjuis.

2. Adanya mental penjiplak yang menimbulkan dualisme yang tragis bila mengingat bahwa
manusia barat kreatif. Dualisme antara statika bahkan kemacetan cipta karya arsitektur
dengan dinamika serta sukses luar biasa dari alam dan teknologi.

3. Ketidaktenteraman ini pada pergantian abad XIX -XX mencari obat dan gerakan gaya yang
disebut art noveau .

4. Tugas arsitek terlanjur disempitkan menjadi ahli dekorasi, akhirnya karya-karya arsitektur
menjadi tidak berkembang, tidak dihasilkan karya-karya lain tidak monoton.

D. CIRI - CIRI ARSITEKTUR EKLEKTIK

1.    Pengulangan bentuk- bentuk lama

2.  Memadukan unsur - unsur dalam bentuk sendiri , dan dikembangkan menjadi   bentuk
baru.

E. BEBERAPA CONTOH BANGUNAN EKLEKTIK INGGRIS

 British Museum London (1823-1846); Sir Robert Smirke ( Pediment gaya


Romawi dengan kolom Ionik Yunani ),

Gedung ini digunakan untuk menyimpan koleksi benda-benda kuno dan perpustakaan.
Dapat dilihat pada gambar bahwa pada bagian depan atau pintu masuk terdapat portico
mendukung sebuah pedimen bergaya Romawi dengan kolom-kolom ionic octastyle ,
menerus berderet hingga sayap kanan dan kirinya.
 Albert Memorial (1863-1872); London; Sir George Gilbert Scottl ( konsep
Gothic, kolom Romawi , puncak cungkup Gothic),

Albert Memorial monument dibuat untuk memperingati Pangeran Albert yang


merupakan suami dari Ratu Victoria. Monumen ini didominasi konsep gotik. Bagian utama
monument ini adalah patung duduk Pangeran Albert diatas sebuah ketinggian pedestal
(landasan berbentuk segi empat terbuat dari granit dan marmer, penuh dengan relief yang
biasanya digunakan untuk menaruh patung dan pajangan sejak zaman romawi dan yunani
kuno); berada dibawah sebuah ciborium (cungkup dengan empat buah kolom bentuk
Romawi). Atap cungkup meruncing keatas penuh dengan ornament seperti banyak terdapat
pada gereja-gereja Gotik.

 Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basev (Corinthian


Romawi, ujung bangunan gaya Barok).

Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala penuh ukiran, menyangga


pediment penuh ukiran pula, diadaptasikan dalam bentuk portico “raksasa” jauh lebih besar
dari aslinya. Pada ujung kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom pada sudutnya
mem-bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih dominan.
F. PENGARUH EKLEKTISME DI INDONESIA

Pengaruh Eklektisme di Indonesia berawal pada masa pendudukan Belanda. Masa


kolonialisme di Indonesia dimulai abad XVII – pertengahan abad XX. Arsitektur modern di
Indonesia pada abad XIX ditandai dengan bangkitnya  kembali gaya klasik, yang terlihat
pada pembangunan gedung – gedung yang cenderung bercirikan arsitektur Eropa,  dengan
memasukkan unsur budaya setempat dan arsitektur tropis, dalam hal ini arsitektur neo klasik
dan eklektisme banyak diterapkan pada bangunan penting orang – orang Belanda, misalnya
gereja, benteng, kantor pemerintahan, dan lain sebagainya.

Contoh bangunan eklektik di Indonesia :

Gereja Katedral Lapangan Banteng 1891 -1901 (gaya Gothic Inggris),

Bangunan yang stampak menonjol dengan gaya arsitektur neo-gotik yang pernah
popular dieropa. Pada bagian atas terdapat 3 menara yaitu, Menara Banteng Daud (fort of
david) yang terletak disebelah utara, Menara Gading (tower of ivory) yang terletak disebelah
selatan dan hingga kini masih memiliki jam yang masih berfungsi keduanya memiliki tinggi
60m, serta menara berbentuk salib yaitu Menara Malaikat Tuhan (the angelus dei tower)
yang menjulang setinggi 45 meter. Menara banteng daud melambangkan maria sebagai
pelindung kuasa kegelapan, dan menara gading melambangkan keperawanan maria.

Ketika memasuki ke dalam gereja, diatas pintu utama terdapat patung Maria dengan
tilisan “beatam me dicent omnes generations” (semua keturunan menyebut ku bahagia).
Tulisan ini semacam doa bagi penganut agama Kristen katolik agar selalu bahagia. Terlihat
lempengan batu pualam putih menempel ditembok bertuliskan kalimat bahasa latin yang
artinya “gereja ini didirikan Marius J Hulwist tahun 1899-1901” Memasuki ruangan di dalam
gereja terdapat pilar-pilar setinggi 17m yang menyangga atap gereja dan membentuk sebuah
lorong. Bagian plafonnya, terbuat dari material kayu jati yang memberikan kesan hangat dan
penuh keakraban. Pada deretan bangku umat terdapat mimbar pengkhotbah yang dipasang
pada tahun 1905, mimbar ini memiliki atap berbentuk seperti kulit kerang yang berfungsi
sebagai pemantul suara.

Terdapat 3 bauah altar, altar maria disebelah kiri, altar santo yosef disebelah kanan dan
altar utama dibuat pada akhir abad ke 19 di belanda, baru pada tahun 1956 dipindahkan dari
gereja Jesuit di kota grogningen ke Jakarta dari posisi ini kita dapat melihat bentuk denah
ruangan dalam gereja yang berbentuk salib.
Gereja Immanuel Gambir (1834 – 1839)

Pembangunan dimulai tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H Horst. Pada 24
agustus 1835, batu pertama diletakan dan empat tahun kemudian bangunan berhasil
diselesaikan. Bersamaan dengan diresmikannya gereja untuk menghormati raja Willem I raja
belanda periode 1813-1840 maka pada gedung gereja dicantumkan nama willemskerk.

Konsepnya adalah pantheon di roma dengan kubah. Bangunan ini merupakan bangunan
public pertama di koningsplein (Batavia lama). Denah gereja Immanuel ini sangat sederhana
berbentuk lingkaran yang terpusat tepat dibawah kubah atap. Diruang utama berdiameter 9,5
meter, terdapat jajaran bangku melingkar dan mimbar khotbah yang dibuat olelh gebernur
jendral hindia belanda. Ruang ini dilapisi mamer abu – abu, bentuk yang melingkar
dimaksudkan agar membuat kita memusatkan perhatian pada mimbar sewaktu mendengarkan
khotbah.

Pintu utama dari 3 sisi, dengan desain melengkung, kusennya terbuat dari kayu jati solid
dan induk kuncinya dari bahan kiningan berukir. Dahulu, gereja ini disebut dengan gereja
bundar yang bergaya klasisisme. deretan tiang menjulang pada bagian luar menjadi kesan
megah dan tinggi. Batu bata merupakan bahan bangunan utama gereja ini yang diplester
dengan campuran kapur, semen dan pasir dan kayu jati yang digunakan untuk semua kusen,
daun pintu, jendela dan plafond. Permukaan atapnya seluas 700m2 ditutup dengan bahan
sirap kemerahan.

Didalam ruangan, bangku kayu jati berwarna coklat kotras dengan warna putih dank rem
pada dinding. Railing atau balustrade melingkupi semua anak tangga dna kepala pilar
memperlihatkan gaya corintian yang khas dan
dekoratif.
Gereja Protestan Semarang (1753)

Gereja ini sering disebut dengan nama Gereja Blenduk. Gereja ini telah menjadi symbol
dari kawasan kota lama semarang. Gereja ini merupakan peninggalan penjajahan belanda,
yang memiliki ciri budaya indis yaitu pencapuran dua budaya eropa dan belanda dengan
budaya jawa di semarang. Baya ini berpengaruh juga pada kehidupan masyarakat.
Masyarakat indis mempunyai bangunan besar yang memiliki tiang –tiang dan kolom – kolom
besar di depannya, untuk memberikan kesan mewah, megah dan wibawa dari golongan orang
–orang eropa sebagai penguasa di tanah jajahannya.

Gereja ini dibangun tahun 1753 sebagai gereja pertama di semarang dan telah dipugar
pertama kali pada tahun 1894 oleh arsitek belanda HPA de Wilde dan Westmaas. Ruang
dalamnya tidak begitu luas karena dinding gereja ini memilii tebal tiga kali lipat. Memiliki
dua menara di sisi kiri dan kanan. Denah dasarnya berbentuk bujur sangkar tetapi pada
lapisan atas berbentuk bundar. Bentuk bangunan sangat khas colonial belanda. Terdapat
beberapa ornament didalam ruangan yang memiliki ciri gaya eropa yang merupakan ciri dari
budaya indis.

Anda mungkin juga menyukai