Kelompok 1 :
Dosen Pengajar :
Ns. Hermansyah, S. Kep, M. Kep
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Konsep
Manajemen Asuhan Keperawatan” dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
Manajemen Keperawatan. Kelompok juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ns.
Hermansyah, S. Kep, M. Kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini, serta
kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami
jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan...................................................................................................................4
C. Manfaat.................................................................................................................5
D. Sistematikan Penulisan.........................................................................................5
A. Kesimpulan..........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode asuhan keperawatan untuk melaksanakan praktek profesional adalah
dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu
rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, implementasi, pengendalian dan evaluasi.
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen
penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya
manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat
(asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda
pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
B. Tujuan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka konsep
berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat seperti yang disampaikan
oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain
tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi:
mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi
kualitas hidup. Jadi apabila kita menggunakan proses keperawatan harus dipastikan
bahwa pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas, dalam kehidupannya melalui
upaya kesehatan yang kita lakukan.
Tujuan Asuhan Keperawatan untuk mengatasi masalah klien,dalam keadaan sehat
atau sakit,Membantu individu agar dapat mandiri,Mengajak individu untuk bisa
berpartisipasi dalam bidang kesehatan,Membantu individu untuk mengembangkan
potensi dalam memelihara kesehatan secara optimal,Membantu individu agar tidak
tergantung pada orang lain dalam memeliharan kesehatan ,Membantu individu untuk
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
4
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
2. Dapat mengetahui dan memahami konsep manajemen keperawatan
3. Mampu membuat manajemen asuhan keperawatan
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajemen Asuhan Keperawatan
B. Fungsi Manajemen
C. Proses Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Fungsi Manajemen
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi
yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan
fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing
(kepegawaian), directing (pengarahan) dan controlling (pengendalian/ evaluasi).
6
1. Planning (Perencanaan)
Swansburg (1999) mengatakan bahwa perencanaan adalah satu proses
berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil,
memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya & memodifikasi
rencana yang diperlukan. Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen
bersama ( Robbin, 1997). Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen
karena perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien. Di dalam perencanaan ditentukan seberapa luas yang akan
dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya (Swanburg,
2000).
Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa
klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta
pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang
memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1999).
Adapun tujuan perencanaan adalah:
a. Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota
paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai
tujuan baik secara mandiri maupun tim,
b. Mengurangi dampak perubahan,
c. Memininimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta
menghindari pengulangan kegagalan,
d. Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja
dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan
e. Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan,
f. Efektif dalam hal biaya.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang, dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut, fungsi pengorganisasian
7
merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan
yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material, dan tata cara untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama (Swansburg, 2000).
Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (man, money, material, method, machine) akan diatur penggunaannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004).
Melalui pengorganisasian dapat diketahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan atau kelompok,
b. Hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah
organisasi,
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
3. Actuating (Pengarahan)
Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan sebagai
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta pandangan pekerja
sehingga ia dapat berperan
secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif organisasi. Pengarahan
merupakan hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
kerja yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi
pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien, mengembangkan
kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja serta membuat
organisasi berkembang dan dinamis.
Ada 12 aktivitas teknis atau obyektif yang berhubungan dengan fungsi pengarahan
pada manajemen tingkat pertama atau rendah (Douglas dalam Swanburg, 2000).
Aktivitas-aktivitas ini adalah bagian dari fungsi pengarahan manajer perawat yang
mencakup:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk klinik kesehatan Pasien
dan personal perawatan
8
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau klien sehubungan
dengan tugas-tugas staf perawatan
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh
bagian penunjang
d. Mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
staf
Perawatan
e. Memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan,
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang bervariasi dan
Pengembangan staf perawatan,
g. Memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal
pengajaran, konsultasi dan evaluasi
h. Mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati,
i. Menginterpretasikan protocol untuk berespon terhadap hal-hal insidental,
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan darurat
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas,
l. Menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji kualitas pelayanan
yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja individu dan kelompok
kerja staf perawatan.
4. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan, serta mengambil
tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuan
perusahaan (Mockler, 2002). Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan tepat, maka akan dapat diketahui :
9
a. Apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar
atau rencana kerja,
b. Adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas tugasnya
c. Apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah
digunakan secara benar,
d. Staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
lanjutan.
C. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan
Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan
asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan
komunitas. Proses Keperawatan dijadikan sebagai dasar hukum praktik keperawatan (
ANA, 1973), serta untuk Pengembangan Standar Praktik Keperawatan.
Disampaikan oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses keperawatan adalah
suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan
meliputi: mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan normal, dan
memfasilitasi kualitas hidup. Jadi apabila kita menggunakan proses keperawatan
harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas, dalam
kehidupannya melalui upaya kesehatan yang kita lakukan.
Teori yang mendasari Proses Keperawatan :
a. Teori sistem, didasarkan pada input, proses dan keluaran/output
b. Teori kebutuhan manusia, berdasarkan tahapan pemenuhan kebutuhan dasar,
biasanya digunakan teori Maslow
c. Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
1. Pengkajian
Pada tahapan pengkajian dapat gunakan formulir pengkajian. Pengkajian
merupakan tahap awal proses keperawatan, proses sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber, mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
Data yang bisa di kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus :
10
a. Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien, kemampuan
klien mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri, hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lain
Contoh: Biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
b. Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien
Contoh data Fokus Pengkajian Keperawatan
1) Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia
2) Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diagnosa
keperawatan
a. Data obyektif
adalah data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur bisa didapat berdasar
observasi dan pemeriksaan langsung maupun menggunakan alat.
Contoh hasil pemeriksaan Tensi : 120/80 mmHg, hasil Laboratorium Hb : 8 gr
%. Konjungtiva : anemis
b. Data subyektif
adalah data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien dan bersifat subyektif
contoh : pasien mengeluh pusing, mata berkunang kunang
11
Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat dapat melakukan
beberapa metode, yaitu:
a. wawancara melalui komunikasi efektif
b. observasi
c. pemeriksaan fisik.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan status kesehatan baik
aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini terdapat pernyataan
tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu perawat. Diagnosa
keperawatan dapat berupa aktual, resiko, wellness atau sindrom.
a. Diagnose Aktual
Diagnosa actual merupakan pernyataan klinis dimana perawat telah
memfalidasikannya karena adanya ciri-ciri atau tanda-tanda utama yang
mendukung diagnose tersebut
Contoh : Fokus data : Tensi : 100/60 mmHg, Mata cowong, turgor berkurang,
terdapat penurunan Berat Badan , Total Body Water turun 8 % BB, ada riwayat
muntah dan buang air besar cair.
Diagnosa keperawatannya adalah Gangguan keseimbangan cairan : Defisit
sehubungan dengan output berlebih
b. Diagnosa Risiko
12
Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan pernyataan klinis dimana individu atau
kelompok rentan mengalami masalah dan pada orang lain dalam situasi yang sama
atau mirip.
Contoh Data fokus : Pasien dengan riwayat mulai kemarin tidak makan atau tidak
ada nafsu makan, kondisi sekarang lemah, mual, porsi makan yang disediakan
habis ¼ porsi, Hb 11 gr%,
Diagnosa Keperawatannya adalah Resiko Kebutuhan Nutrisi kurang
Catatan : Mengapa disebut Resiko? Karena dari data yang ada belum mendukung
terjadinya gangguan nutrisi, namun bila dibiarkan maka dapat berlanjut gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
c. Diagnosa Wellness
Diagnose keperawatan “wellness” adalah pernyataan klinis tentang individu atau
masyarakat yang berada pada transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ketingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi
5. Implementasi
Pada tahap ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Selama tahap ini
perawat melanjutkan mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan, dan memvalidasi rencana keperawatan.
Sebelum melakukan tindakan, perawat penting melakukan persiapan sebagai berikut
Mengkaji ulang pasien
Mengikhtisar dan merevisi rencana keperawatan
Mengorganisasi ralat dan tenaga
Menyiapkan lingkungan, pasien dan keluarga
Mengantisipasi dan mencegah komplikasi
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan
langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan
yang dibuat. Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan
sistem klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini
dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada
pelayanan pelanggan. Dengan sistem ini dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan
keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan
asuhan keperawatan. Di ruang perawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kebutuhannya terhadap tindakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari: perawatan
total, parsial, dan mandiri. Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan
perawatan sehari selama empat jam dengan rincian sebagai berikut:
Self care: kurang dari 2 jam
Minimal care: 2 jam
Moderate care: 3,5 jam
Extensive care: 5-6 jam
Intensive care: 7 jam
14
Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan
perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:
Keperawatan total: 6 jam
Keperawatan parsial: 4 jam
Keperawatan mandiri: 2 jam
Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk tindakan bagi
individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan keperawatan dalam bentuk
kelompok dan ADL pasien. Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas
dibuatkan pedoman tindakan dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem
klasifikasi pasien. Diharapkan untuk selanjutnya perawat di ruang perawatan
memiliki panduan yang jelas dalam pemberian tindakan keperawatan untuk setiap
pasien sesuai masalah keperawatan dan tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya.
Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan kepada pasien baik secara
individual, kelompok, maupun yang terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
(ADL). Dengan adanya rincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki
jadwal kegiatan harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat
menjadi lebih efektif dan efisien.
6. Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi keperarwatan dan
kemudian membandingkan respon tersebut dengan standar. Standar ini sering disebut
sebagai “outcome criteria” perawat menilai sejauh mana tujuan atau hasil
keperawatan telah tercapai. Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective, analyses, planning).
Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP setiap kali selesai berinteraksi
dengan pasien, perawat memberikan penugasan atau kegiatan yang terkait dengan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut. Penugasan atau
kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal aktivitas pasien dan diklasifikasikan apakah
tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau
dengan bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini
dievaluasi.
15
D. Model asuhan keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim
dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan
primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995).
1. Metode kasus
Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling
awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab umtuk memberikan
perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak
dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan
merekrut tenaga perawat yang baru.
2. Metode fungsional
Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis
yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan
kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan
perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job
description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini
cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.
Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana
pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.
Kepala ruangan
Pasien
16
3. Metode tim
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan
memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul
karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari
perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta
pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih
menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk
belajar.
Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim,
rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode
keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien.
Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua
personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim
untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Kepala ruangan
4. Keperawatan Primer
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam
sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara
17
komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan
perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan
pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
Sarana
Dokter
Kepala ruangan
Perawaat
Putih empat
PP PP
pilar
18
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan
seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master
untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
Kepala ruangan
Pasien Pasien
Kepala ruangan Pasien
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses penyelesaian pekerjaan melalui orang lain (Gillies,
1994). Manajemen juga merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Oleh karena itu, manajemen itu
dapat dikatakan memiliki tujuan (tujuan organisasi) dan melibatkan sekelompok
orang, yang menjalankan upaya dan strategi agar mencapai tujuan. Orang yang
mengelola proses kerja untuk mencapai tujuan organisasi disebut manager.
Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen
sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian
pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam
metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini mahasiswa mampu memahami dan mempelajari
lebih dalam tentang konsep manajemen asuhan keperawatan dan para mahasiswa
dapat memahami serta membuat suatu manajemen asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mugianti, Sri. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen dan
Kepemimpinan dalam Praktik Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
20