Anda di halaman 1dari 10

PENYELESAIAN SENGKETA PERBATASAN ANTARA

THAILAND DAN KAMBOJA MELALUI MEKANISME ASEAN*)


Elfia Farida
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang
elfiaundip@gmail.com

Abstract

A dispute between Thailand and Cambodia border fighting over an area of ??4.6 square kilometers
around the Preah Vihear temple resolved through ASEAN mechanism. This study aims to describe,
explain and analyze the ways and the efforts made ??by ASEAN. The research method used is juridical-
normative. Data were analyzed qualitatively. The ways of dispute settlement that can be done is by
peaceful means through dialogue, consultation, negotiation, good offices, conciliation and mediation by
agreement of the parties to the dispute in accordance with the TAC. ASEAN is the effort made diplomatic
efforts to avoid violence. A "shuttle diplomacy", which proved to be effective in stabilizing area of
??conflict. It also has held an informal meeting of ASEAN Foreign Ministers. Thailand and Cambodia had
agreed in the three corridors, namely peace dialogue mechanism through TAC, a permanent ceasefire
and ASEAN involvement in mediating the conflict.

Keywords : Dispute Settlement, ASEAN

Abstrak

Sengketa antara Thailand dan Kamboja yang memperebutkan perbatasan wilayah seluas 4,6 Km² di
sekitar Candi Preah Vihear diselesaikan melalui mekanisme ASEAN. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalisis cara maupun upaya yang dilakukan oleh ASEAN.
Metode penelitiannya yuridis normatif. Data dianalisis secara kualitatif. Cara yang dilakukan adalah
cara damai melalui dialog, konsultasi, negosiasi, jasa-jasa baik, konsiliasi dan mediasi berdasarkan
kesepakatan para pihak yang bersengketa sesuai dengan TAC. ASEAN melakukan upaya “shuttle
diplomacy” yang terbukti efektif dengan stabilnya wilayah konflik. Pertemuan informal para MENLU
ASEAN dilakukan. Hasilnya, kedua Negara yang bertikai sepakat dalam tiga koridor yaitu dialog
perdamaian melalui mekanisme TAC, gencatan senjata permanen dan pelibatan ASEAN dalam
menengahi konflik.

Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa, ASEAN

A. Pendahuluan menjadi satu entitas dan organisasi antar


1. Latar Belakang pemerintah yang memiliki personalitas hukum (legal
Association of Southeast Asian Nations personality) tersendiri.
(ASEAN) merupakan organisasi internasional di Tujuan ASEAN dijabarkan dalam Pasal 1
kawasan Asia Tenggara. ASEAN didirikan di Piagam ASEAN bahwa maksud pembentukan
Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan ASEAN adalah untuk memelihara dan
Deklarasi Bangkok. Namun sejak tanggal 15 meningkatkan perdamaian, keamanan dan
Desember 2008 telah diberlakukan (entry into force) stabilitas serta memperkuat nilai-nilai yang
Piagam ASEAN (ASEAN Charter). Dengan berorientasi pada kedamaian di dalam regional
berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN telah ASEAN (angka 1), menjamin bahwa rakyat dan

* Hasil Penelitian, DIPA Fakultas Hukum UNDIP, 2012

57
MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014

Negara-negara anggota ASEAN hidup damai (International Court of Justice/ICJ) telah


secara keseluruhan di lingkungan yang adil, menetapkan bahwa Candi Preah Vihear adalah milik
demokratis dan harmonis (angka 4), serta untuk Kamboja tetapi wilayah di sekitar Candi Preah
memperkuat demokrasi, meningkatkan Vihear yang seluas 4,6 kilometer persegi tersebut
pemerintahan yang baik dan supremasi hukum, tidak ditetapkan kepemilikannya (dibiarkan tidak
serta untuk memajukan dan melindungi hak asasi selesai). Oleh karena itu Thailand dan Kamboja
manusia (HAM) dan kebebasan-kebebasan tetap mengklaim wilayah di sekitar Candi Preah
dasar/fundamental freedoms (angka 7). Vihear ke dalam wilayah kedaulatannya masing-
Negara-negara anggota ASEAN berpegang masing. Akibatnya ketika Candi Preah Vihear
teguh pada prinsip-prinsip dasar yang tertuang ditetapkan UNESCO sebagai situs Warisan Dunia,
dalam instrumen-instrumen ASEAN yang sudah ada muncullah protes keras dari kelompok nasionalis di
untuk mencapai tujuan ASEAN tersebut. Prinsip- Thailand.1)
prinsipnya antara lain menghormati kemerdekaan, Pada awalnya Thailand ingin menyelesaikan
kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah dan sengketa perbatasan ini secara bilateral tanpa
identitas nasional seluruh Negara-Negara anggota campur tangan dari pihak lain. Sedangkan Kamboja
ASEAN, komitmen bersama dan tanggung jawab meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-
kolektif dalam meningkatkan perdamaian, Bangsa (PBB) untuk membantu menyelesaikan
keamanan dan kemakmuran di kawasan, menolak sengketa tersebut. PBB mendesak agar kedua
agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan Negara menyelesaikan sengketanya melalui
atau tindakan lainnya dalam bentuk apapun yang ASEAN. Dewan Keamanan PBB (DK-PBB)
bertentangan dengan hukum internasional serta memberikan amanah kepada ASEAN untuk
mengedepankan penyelesaian sengketa secara menyelesaikan konflik tersebut secara damai.
damai (Pasal 2 Piagam ASEAN). Oleh karena itu Akhirnya Thailand sepakat untuk menyelesaikan
apabila ada sengketa atau konflik diantara negara- sengketa perbatasannya melalui ASEAN dan
negara anggota ASEAN maka harus diselesaikan Kamboja pun juga sepakat. Situasi semakin
dengan mengedepankan penyelesaian secara membaik menyusul kemenangan kubu Yingluck
damai. Shinawatra dalam pemilu Thailand karena lebih
Permasalahan perbatasan wilayah diantara bersahabat dengan Pemerintah Kamboja. 2)
Negara-negara anggota ASEAN masih sering Berdasarkan latar belakang tersebut maka
menimbulkan konflik, misalnya antara Indonesia dilakukan penelitian dengan fokus permasalahan
dengan Malaysia, Malaysia dengan Singapura, bagaimana cara penyelesaian sengketa perbatasan
antara Thailand dengan Kamboja dan sebagainya. antara Thailand dan Komboja melalui mekanisme
Sengketa yang terjadi antara Thailand dan Kamboja ASEAN dan upaya-upaya yang dilakukan oleh
disebabkan karena perebutan wilayah di sekitar ASEAN untuk menyelesaikan sengketa perbatasan
Candi Preah Vihear yang terletak diantara Propinsi antara Thailand dan Kamboja.
Preah Vihear Kamboja dan dekat distrik Kantharalak
Thailand. Sengketa ini terjadi setelah United Nations 2. Metode Penelitian
Educational, Scientific and Cultural Organization Metode pendekatan yang digunakan dalam
(UNESCO) menjadikan Candi Preah Vihear sebagai penelitian ini adalah yuridis-normatif dengan
warisan sejarah dunia yang dimiliki oleh Kamboja menggunakan data sekunder. Data yang telah
pada tanggal 7 Juli 2008. Sejak saat itu terjadi konflik diperoleh, lalu dikumpulkan dan disusun secara
antara Thailand dengan Kamboja. Sengketa sistematis untuk dianalisis. Analisis data dilakukan
perbatasan ini mempermasalahkan daerah seluas secara kualitatif untuk mengungkapkan kebenaran
4,6 kilometer persegi di sekitar lokasi Candi Preah bagaimana penyelesaian sengketa perbatasan
V i h e a r. K a m b o j a d a n T h a i l a n d t e l a h antara Thailand dan Kamboja melalui mekanisme
memperebutkan Candi Preah Vihear sejak lama. ASEAN.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional

1 “Kompas”, 27 Juli 2008, Konflik Kamboja – Thailand, Kematangan ASEAN Kembali Diuji
2 “Kompas”, 25 Januari 2012, Konflik Batas, Pengiriman Pemantau Indonesia Belum Jelas

58
Elfia Farida, Penyelesaian Sengketa Perbatasan

3. Kerangka Teori ASEAN Way telah mempertahankan perdamaian


a. Tinjauan Umum Tentang ASEAN antar Negara anggota, membentuk stabilitas
ASEAN didirikan dengan tujuan untuk regional di Asia Tenggara dan berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan membangun hubungan internasional, mengatur dan
sosial dan pengembangan kebudayaan negara- menyelesaikan sengketa melalui jalur hukum
negara anggotanya serta memajukan perdamaian di maupun diplomatik tanpa menggunakan kekerasan.
tingkat regional yang masih pada tahap kooperatif Kadar keefektifan suatu kerjasama keamanan dapat
dan belum bersifat integratif. Pada saat itu interaksi meningkat apabila para anggota komunitas
negara-negara Asia Tenggara didasarkan pada keamanan bersedia mengurangi kepekaan
Deklarasi atau ASEAN Declaration. ASEAN (sensitivitas) kedaulatan dalam negerinya demi
Declaration pada hakekatnya merupakan suatu suatu keuntungan yang lebih besar bagi masing-
pernyataan politik (political statement) yang tidak masing. Negara-negara anggota ASEAN ditantang
mengikat hak dan kewajiban negara anggota untuk bersikap kearah “sovereignty reducing” dan
maupun organisasi atas dasar hukum/konstitusi. tidak bersikukuh pada posisi “sovereignty
Akibatnya, ASEAN mengalami kesulitan dalam enhancing”.5) The ASEAN Way masih menjadi
melakukan tindakan-tindakan hukum baik ke dalam pedoman kerja ASEAN setelah dibentuknya ASEAN
maupun ke luar, baik dengan negara-negara Chater.
anggota maupun dengan sesama organisasi
internasional lainnya. b. Penyelesaian Sengketa Internasional
Upaya untuk menghadapi permasalahan Keharusan untuk menyelesaikan sengketa
tersebut, kesepuluh negara anggota ASEAN secara damai, pada mulanya dicantumkan dalam
melakukan penguatan ASEAN dengan menyusun Pasal 1 Konvensi mengenai Penyelesaian
ASEAN Charter.3) ASEAN Charter mulai berlaku sengketa-sengketa secara damai y a n g
pada tanggal 15 Desember 2008 setelah melalui ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18
proses internal (proses ratifikasi) di masing-masing Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan dalam
negara anggota. Setelah ASEAN Charter berlaku, Pasal 2 ayat (3) Piagam PBB (semua Negara
maka ASEAN menjadi organisasi yang mempunyai anggota PBB harus menyelesaikan persengketaan
status hukum (legal status) sebagai subyek hukum intenasional dengan jalan damai) dan selanjutnya
internasional (international legal personality) oleh Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional
sebagaimana disebutkan dalam Bab II Pasal 3 mengenai Hubungan Bersahabat dan Kerjasama
Piagam ASEAN.4) International Legal Personality antar Negara yang diterima oleh Majelis Umum PBB
merupakan salah satu unsur penting bagi organisasi pada tanggal 24 Oktober 1970 (A/RES/2625/XXV).
internasional supaya dapat berkapasitas hukum Deklarasi tersebut meminta agar semua Negara
dalam menjalankan segala tugas dan kewenangan menyelesaikan sengketa mereka dengan cara
untuk mencapai tujuannya sebagaimana diatur damai agar perdamaian, keamanan internasional
dalam Pasal 1 Piagam ASEAN. Negara-negara dan keadilan tidak terganggu. Penyelesaian secara
anggota ASEAN memegang teguh prinsip-prinsip damai ini merupakan konsekuensi dari ketentuan
dasar yang ditentukan dalam Pasal 2 Piagam Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB bahwa Negara
ASEAN untuk mencapai tujuannya. anggota PBB dilarang menggunakan kekerasan
ASEAN sebagai organisasi regional dalam melakukan hubungan antara satu sama lain.
mempunyai suatu cara kerja yang telah menjadi Kewajiban menyelesaikan sengketa secara
pedoman sejak dibentuknya organisasi tersebut. damai ini dijelaskan dalam Pasal 33 Piagam PBB6)
Cara ini disebut sebagai The ASEAN Way. The bahwa para pihak dalam suatu persengketaan yang

3 Eddy Pratomo, 16 Januari 2009, Prospek Dan Tantangan Hukum Internasional Di ASEAN Dan Indonesia Pasca Piagam ASEAN Dari Sisi Perjanjian
Internasional, “Jurnal Hukum Ius Quia Iustium”, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, No.1, Vol.16, hlm. 61
4 Chapter II article 3 : “ASEAN, as an inter-governmental organization, is hereby conferred legal personality”
5 Yuli Fuziatni, Ichlasul Amal dan Dafri Agus Salim, April 2004, ASEAN Security Community (Latar Belakang Dan Prospek), “Jurnal” Sosiosains, 18 (2), hlm. 384
6 Article 33 Charter of the United Nations :
The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall, first to all, seek a solution by
negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement, resort to regional agencies or arrangement, or other peaceful means of their own
choice

59
MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014

akan membahayakan perdamaian dan keamanan c. Pengertian Perbatasan10)


internasional, maka harus mencari penyelesaian Pengertian perbatasan secara umum adalah
dengan cara negosiasi (perundingan), penyelidikan, sebuah garis demarkasi antara dua Negara yang
mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan, berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah
menyerahkannya kepada organisasi atau badan Negara atau States border dibentuk dengan lahirnya
regional, atau cara-cara penyelesaian damai lainnya Negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di
yang mereka pilih. Beberapa organisasi regional wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu,
memiliki mekanisme penyelesaian sengketanya, bahkan tidak jarang mereka berasal dari etnis yang
misalnya ASEAN melalui Treaty of Amity and sama. Namun, dengan munculnya Negara, mereka
Cooperation (TAC), Bali, 21 Februari 1976.7) terpisahkan dan dengan adanya tuntutan Negara itu
Prinsip-prinsip umum mengenai penyelesaian mereka mempunyai kewarganegaraan yang
sengketa internasional secara damai adalah Prinsip berbeda.
iktikad baik (good faith) (prinsip iktikad baik Menurut pendapat ahli geografi politik,
disyaratkan untuk mencegah timbulnya sengketa pengertian perbatasan dapat dibedakan menjadi 2
yang dapat mempengaruhi hubungan antarnegara (dua) yaitu boundaries dan frontier. Kedua definisi ini
dan prinsip ini harus ada ketika para pihak mempunyai arti dan makna yang berbeda meskipun
menyelesaikan sengketanya melalui cara-cara keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai
penyelesaian sengketa yang dikenal dalam hukum yang strategis bagi kedaulatan wilayah Negara.
internasional yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, Perbatasan disebut frontier karena posisinya yang
arbitrase, pengadilan atau cara-cara lain yang dipilih terletak di depan (front) atau di belakang (hinterland)
oleh para pihak); Prinsip larangan penggunaan dari suatu Negara. Oleh karena itu, frontier dapat
kekerasan (senjata) dalam penyelesaian sengketa; juga disebut dengan istilah foreland, borderland,
Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian ataupun march. Sedangkan istilah boundary
sengketa; Prinsip kebebasan memilih hukum yang digunakan karena fungsinya yang mengikat atau
akan diterapkan terhadap pokok sengketa; Prinsip membatasi (bound or limit) suatu unit politik, dalam
kesepakatan para pihak yang bersengketa hal ini adalah Negara. Semua yang terdapat di
(konsensus); Prinsip Exhaustion of Local Remedies dalamnya terikat menjadi satu kesatuan yang bulat
(sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke dan utuh serta saling terintegrasi satu dengan yang
pengadilan internasional maka langkah-langkah lain. Boundary paling tepat dipakai apabila suatu
penyelesaian yang tersedia atau diberikan oleh Negara dipandang sebagai unit spasial yang
hukum nasional Negara harus terlebih dahulu berdaulat.
ditempuh) dan Prinsip-prinsip hukum internasional Dalam kaitannya dengan konsep ruang, batas
tentang kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah kedaulatan Negara (boundary) sangat
wilayah Negara-Negara.8) penting dalam dinamika hubungan antara
Secara garis besar, penyelesaian sengketa Negara/bangsa. Hal ini karena batas antar Negara
dalam hukum internasional dapat dilakukan secara atau delimitasi sering menjadi penyebab konflik
damai dan kekerasan. Secara damai dapat melalui terbuka. Kasus konflik teritorial di antara Negara-
jalur politik (negosiasi, mediasi, jasa baik/good negara berkembang adalah contoh yang sangat
offices, inquiry dan konsiliasi) dan melalui jalur nyata karena boundary yang ditetapkan oleh
hukum (arbitrase dan pengadilan internasional). penguasa kolonial tidaklah sejalan dengan sejarah
Sedangkan penyelesaian dengan cara kekerasan bangsa maupun aspirasi politik dari bangsa yang
dengan melalui perang dan non perang (pemutusan telah menjadi merdeka.
hubungan diplomatik, retorsi, blokade, embargo dan Berkaitan dengan perbatasan antar Negara,
reprisal).9) hukum internasional memberikan kontribusi yang
cukup penting, terutama dalam pelaksanaan
perundingan dan penandatanganan persetujuan

7 Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung, Sinar Grafika, hlm. 15
8 Ibid., hlm. 15-18
9 Sefriani, 2010, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 325
10 Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 63-68

60
Elfia Farida, Penyelesaian Sengketa Perbatasan

atau perjanjian perbatasan antar Negara. Hukum ASEAN untuk selalu mengambil keputusan melalui
internasional secara jelas dan tegas memberikan konsensus, persetujuan bersama dan konsultasi.
batasan tentang pemanfaatan sementara wilayah Prinsip ini juga disebutkan dalam TAC; Negara-
perbatasan antar Negara tanpa harus negara ASEAN lebih mengutamakan konsensus
mempengaruhi klaim oleh para pihak. Hal ini dapat dan rencana-rencana yang tidak mengikat (non-
terjadi, terlepas dari fakta bahwa para pihak masih legally plan) dibandingkan traktat atau peraturan
belum menyepakati garis batas tersebut. hukum dan penyelesaian masalah dilakukan tanpa
Persetujuan atau perjanjian perbatasan di wilayah mengutamakan formalitas sebagaimana ditegaskan
darat maupun di wilayah laut (batas maritim) yang dalam Pasal 20 Piagam ASEAN. ASEAN
telah disepakati dengan Negara tetangga secara menekankan kepercayaan sosial dibandingkan
tidak langsung merupakan bukti pengakuan supremasi hukum sebagai dasar dalam
kedaulatan Negara atas wilayahnya, akan tetapi bernegosiasi dan konsultasi, dan persetujuan
kesepakatan tersebut seyogyanya perlu dituangkan bersama juga lebih diutamakan dibandingkan
dalam bentuk perjanjian. Perjanjian yang sudah konfrontasi secara langsung untuk
disepakati hendaknya diratifikasi dalam bentuk mempertahankan ketertiban; Prinsip yang keempat
undang-undang. Hal ini untuk mempermudah bagi adalah penyelesaian sengketa secara damai
para pihak apabila terjadi perbedaan penafsiran (peaceful settlement of disputes) dalam hubungan
terhadap pelaksanaan persetujuan atau perjanjian internasional, sekaligus mendukung penghormatan
tersebut. terhadap keadilan internasional dan kewajiban
internasional serta menarik diri dari tindakan
B. Hasil dan Pembahasan menekan Negara lain (Pasal 2 ayat (2) huruf (d) dan
1. Penyelesaian Sengketa Perbatasan Antara Pasal 22 Piagam ASEAN). Negara-negara ASEAN
Thailand dan Kamboja Melalui Mekanisme sangat mendukung stabilitas dan perdamaian sosial
ASEAN di wilayahnya guna meningkatkan keamanan dalam
ASEAN telah memiliki instrumen konstitusi negeri dan mengurangi perselisihan (Pasal 1 ayat
(constituent instrument) yang ditandai dengan (1) dan Pasal 2 ayat (2) huruf (b) Piagam ASEAN).
berlakunya ASEAN Charter. ASEAN Charter Ketegasan ASEAN menjadi penengah atau
mengharuskan para anggotanya untuk mematuhi mediator dan fasilitator sebagaimana diamanatkan
apa yang diputuskan bersama oleh ASEAN. Namun dalam Bab VIII Piagam ASEAN akan menjadi
ASEAN Charter ini telah didesain sedemikian rupa langkah awal dalam mengatasi berbagai sengketa di
sehingga tidak terlalu keras terhadap anggotanya ASEAN. Di dalam Pasal 22 Piagam ASEAN
yang belum mentaati kesepakatan-kesepakatan disebutkan bahwa Negara-negara anggota ASEAN
yang telah dibuat. wajib berupaya menyelesaikan secara damai
ASEAN Charter masih banyak semua sengketa dengan cara yang tepat waktu
mengakomodasi prinsip-prinsip dalam ASEAN Way, melalui dialog, konsultasi dan negosiasi.11) Dengan
misalnya : Prinsip netralitas yang menunjukkan demikian ASEAN harus mengambil cara-cara damai
sikap ASEAN untuk selalu menghindari ketegangan apabila terjadi persengketaan di antara Negara-
atau konflik antara negara-negara yang berkuasa di negara anggota ASEAN. Negara-negara anggota
dunia (Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 2 ayat (2) huruf (k) yang merupakan para pihak dalam sengketa dapat
Piagam ASEAN); Prinsip menghormati sewaktu-waktu sepakat untuk menggunakan jasa
kedaulatan Negara anggota ASEAN dan baik, konsiliasi atau mediasi dalam rangka
persamaan kedaulatan tetap merupakan “doktrin menyelesaikan sengketa dengan batas waktu yang
konstitusional dasar” dari hukum internasional yang disepakati. Para pihak tersebut juga bisa meminta
diatur dalam Pasal 2 ayat (2) huruf (a) Piagam Ketua ASEAN atau Sekretaris Jenderal (Sekjen)
ASEAN. Hal tersebut menunjukkan adanya prinsip ASEAN untuk bertindak dalam kapasitas ex-officio
non-interference. Prinsip ini menjadi pedoman bagi menyediakan jasa-jasa baik, konsiliasi atau
11 Article 22 ASEAN Charter
1. Member States shall endeavour to resolve peacefully all disputes in a timely manner through dialogue, consultation and negotiation.
12 Article 23 ASEAN Charter :
1. Member States which are parties to a dispute may at any time agree to resort to good offices, conciliation or mediation in order to resolve the dispute within an
agreed time limit.

61
MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014

mediasi.12) Apabila negosiasi secara langsung oleh para


Sengketa yang berkaitan dengan instrumen- pihak gagal maka akan dibentuk The High Council
instrumen ASEAN tertentu wajib diselesaikan yang terdiri dari wakil setiap Negara anggota ASEAN
melalui mekanisme dan prosedur seperti diatur setingkat menteri untuk memperhatikan adanya
dalam instrumen dimaksud. Sedangkan sengketa situasi yang mengganggu perdamaian regional.16)
yang tidak berkenaan dengan penafsiran atau The High Council akan memberi rekomendasi
penerapan setiap instrumen ASEAN wajib mengenai cara-cara penyelesaian sengketanya.
diselesaikan secara damai sesuai dengan TAC dan The High Council juga diberi wewenang untuk
aturan-aturan pelaksanaannya sebagaimana diatur memberikan jasa-jasa baik (good offices), mediasi,
dalam Pasal 24 Piagam ASEAN.13 TAC merupakan penyelidikan dan konsiliasi. The High Council dapat
code of conduct yang memasukkan 5 (lima) prinsip menawarkan jasa-jasa baiknya atau dengan
untuk hidup berdampingan secara damai, yaitu persetujuan para pihak yang bersengketa maka
saling menghormati (mutual respect), tidak dapat membentuk Komite Mediator, Komite Inquiry
mencampuri (non-interference), penyelesaian dan Komite Konsiliasi. Apabila dianggap perlu maka
sengketa secara damai (peacefull settlement of The High Council dapat menawarkan langkah yang
disputes,), tidak menggunakan ancaman dan dapat mencegah memburuknya sengketa antara
kekerasan (renunciation of the threat or use of para pihak.17) Ketentuan-ketentuan ini hanya akan
force), dan bekerja sama untuk pembangunan sosial dapat diterapkan apabila para pihak yang
ekonomi (cooperation for socio-economic bersengketa menyetujui penyelesaian sengketa
development).14) yang ditawarkan. Namun demikian The High Council
Dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita tidak akan melarang Negara yang bukan pihak
tersebut, pengaturan tentang penyelesaian dalam sengketa untuk menawarkan upaya
sengketa terdapat dalam Bab IV TAC dari Pasal 13 penyelesaian secara damai.18)
hingga Pasal 17. Pasal 13 TAC mengatur bahwa bila TAC tidak menghalangi para pihak yang
terjadi persengketaan antara Negara-negara bersengketa untuk menempuh cara penyelesaian
anggota ASEAN yang akan mengganggu sengketa lainnya yang disepakati para pihak
perdamaian dan keamanan regional, maka pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (1) Piagam
yang bersengketa akan menghindari tindakan yang PBB. Namun dalam prakteknya para pihak yang
mengancam dan tidak menggunakan kekerasan. bersengketa lebih cenderung untuk
Sengketanya akan diselesaikan melalui menyelesaikannya secara hukum yaitu dengan
perundingan secara baik-baik (friendly negotiation) mengajukan sengketanya ke Mahkamah
dan langsung diantara pihak yang bersengketa.15) Internasional (International Court of Justice /ICJ).19)
2. Partiesto the dispute may request the Chairman of ASEAN or the Secretary-General of ASEAN, acting in an ex-officio capacity, to provide good offices,
conciliaton or mediation
13 Article 24 ASEAN Charter :
1. Disputes relating to specific ASEAN instruments shall be settled through the mechanisms and procedures provided for in such instruments
2. Disputes which do not concern the interpretation or application of any ASEAN instrument shall be resolved peacefully in accordance with the Treaty of Amity and
Cooperation in Southeast Asia and its rules of procedure
14 Hassan Wirajuda, 2009, The Law of The Sea and Ethical Maritime Order in South East Asia, Statement by The H. E. Dr. N. Hassan Wirajuda at The University of
Virginia School of Law Charlotsville, 30 September 2009, “Opinio Juris”, Volume 1, Oktober, hlm. 4
15 Article 13 TAC :
The High Contracting Parties shall have the determination and good faith to prevent disputes from arising. In case disputes on matters directly affecting them
should arise, especially disputes likely to disturb regional peace and harm ony, they shall refrain from the threat or use of force and shall at times settle such
disputes among themselves through friendly negotiations.
16 Article 14 TAC :
To settle disputes through regional process, the High Contracting Parties shall constitute, as a continuing body, a High Council comprising a Representative at
ministerial level from each of the High Contracting Parties to take cognizance of the existence of disputes or situations likely to disturb regional peace and
harmony.
17 Article 15 TAC :
In the event no solution is reached through direct negotiations, the High Council shall take cognizance of the dispute or the situatioan and shall recommend to the
parties in dispute appropriate means of settlement such as good offices, mediation, inquiry or conciliation. The High Council may however offer its good offices, or
upon agreement of the parties in dispute, constitute itself into a committee of mediation, inquiry or conciliation. When deemend necessary, the High Council shall
recommend appropriate measures for the prevention of a deterioration of the dispute or the situation.
18 Article 16 TAC :
The foregoing provision of this Chapter shall not apply to a dispute unless all the parties to the dispute agree to their application to that dispute. However, this
shall not preclude the other High Contracting Parties not party to the dispute from offering al possible assistanceto settle the said dispute. Parties to the dispute
should be well disposed of towards such offers of assistance.
19 Article 17 TAC :

62
Elfia Farida, Penyelesaian Sengketa Perbatasan

Berkaitan dengan sengketa yang tidak eksternal di luar ASEAN. Kalau sampai DK-PBB
terselesaikan, maka sengketa itu wajib dirujuk ke mengabulkan permintaan Kamboja agar PBB
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN (ASEAN membantu penyelesaian konflik perbatasannya
Summit) untuk memutuskannya.20) Sekjen ASEAN dengan Thailand, maka keberadaan ASEAN
dibantu oleh Sekretariat ASEAN atau setiap badan kembali dipertanyakan. Bagaimana mungkin
ASEAN lainnya yang ditunjuk wajib memantau ASEAN bisa berperan di forum global seperti yang
kepatuhan terhadap temuan, rekomendasi atau tercermin dalam tema ASEAN 2011 “ASEAN
keputusan yang dihasilkan dari suatu mekanisme Community in a Global Community of Nations”, jika
penyelesaian sengketa ASEAN dan menyampaikan mengelola konflik internal saja tidak berhasil.22)
laporan ke KTT ASEAN. Setiap Negara anggota
ASEAN yang terkena akibat dari ketidakpatuhan 2. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh ASEAN
terhadap temuan, rekomendasi atau keputusan- Untuk Menyelesaikan Sengketa Perbatasan
keputusan yang dihasilkan dari suatu mekanisme Antara Thailand Dan Kamboja
penyelesaian sengketa ASEAN, dapat Sengketa atas Candi Preah Vihear yang
menyampaikan hal dimaksud ke KTT ASEAN untuk berusia 900 tahun menjadi ilustrasi yang tepat.
diputuskan.21) Intinya ketidakcocokan hasil survey tentang lokasi
ASEAN Charter dan TAC belum pernah kuil dengan narasi konvensi yang menggunakan
sekalipun digunakan untuk menyelesaikan konflik batas alamiah atau bukti/watershed. Hasil survey
antar negara-negara ASEAN. Hal ini bukan karena Perancis di dalam Mixed Commission yang dibentuk
tidak ada konflik di negara-negara ASEAN, pada tahun 1904 menggambarkan Candi Preah
melainkan karena masih rendahnya rasa saling Vihear sebagai bagian dari Kamboja. Sedangkan,
percaya di antara negara anggota. Negara-negara Thailand berpegang pada hasil pemetaan ahli
ASEAN yang berkonflik lebih memilih penyelesaian Amerika yang memasukkannya sebagai bagian dari
secara bilateral atau menyerahkan penyelesaian wilayahnya. Akses termudah mencapai Candi
persoalan kepada lembaga internasional seperti ICJ memang berada di Thailand. Namun, pada tahun
yang berkedudukan di Den Haag seperti Sengketa 1959 ICJ menetapkan bahwa pihak Siam telah
Sipadan dan Ligitan. Sementara itu Filipina yang di memberikan persetujuannya secara diam-diam
tahun 1990-an tengah berupaya menyelesaikan (aquiesence) terhadap peta hasil survey pihak
konflik di Mindanao Selatan, pihak yang diundang Perancis karena tidak pernah mengajukan protes.23)
untuk menyelesaikan adalah Organisasi Konperensi Kasus konflik Thailand dan Kamboja adalah
Islam. Langkah Indonesia, Malaysia dan Filipina salah satu contoh tantangan bagi Indonesia yang
yang melibatkan lembaga internasional dalam pada saat itu (tahun 2011) sebagai ketua ASEAN
penyelesaian konflik pada akhirnya diikuti pula oleh untuk berperan aktif menyelesaikan konflik di
Kamboja. Bahkan Kamboja tidak perlu waktu lama kawasan. Indonesia telah berupaya mendorong
untuk segera meminta bantuan DK-PBB. Langkah kedua negara agar penyelesaian konflik dilakukan
cepat Kamboja melaporkan permasalahannya ke melalui jalan damai dan tidak perlu dibawa ke tingkat
DK-PBB tentu saja memunculkan kekhawatiran internasional seperti DK-PBB. Indonesia pun telah
bahwa penyelesaian konflik perbatasan Thailand mendapatkan kepercayaan dari DK-PBB untuk
dan Kamboja akan diselesaikan atas bantuan pihak menyelesaikan konflik tersebut. Peran Indonesia

Nothing in this treaty shall preclude recourse to the modes to peaceful settlement contained in Article 33 (1) of the Charter of the United Nations. The High
Contracting Parties which are parties to a dispute should be encouraged to take initiatives to solve it by friendly negotiations before resorting to the other
procedures provided for in the Charter of the United Nations.
20 Article 26 ASEAN Charter :
When a dispute remains unresolved, after the application of the preceding provisions of this Charter, this dispute shall be referred to the ASEAN Summit, for it
decision
21 Article 27 ASEAN Charter :
1. The Secretary-General of ASEAN, assisted by the ASEAN Secretariat or any other designated ASEAN body, shall monitor the compliance with the findings,
recommendation or decisions resulting from an ASEAN dispute settlement mechanism, and submit a report to the ASEAN Summit
2. Any member State affected by non-compliance with the findings, recommendations or decisions resulting from an ASEAN dispute settlement mechanism, may
refer the matter to the ASEAN Summit for a decision
22 ASEAN dan Penyelesaian Konflik Thailand-Kamboja, 22 Februari 2011, “Menteri Luar Negeri RI, R.M. Marty M Natalegawa, melakukan pembicaraan dengan
Menteri LuarNegeri Thailand Kasit Piromya di Jakarta, (Kemlu.go.id)
23 Arif Havas Oegroseno, 2009, Sengketa Perbatasan Antar ASEAN,“Opinio Juris”, Volume 01, Oktober, hlm. 7-8

63
MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014

untuk mendorong penyelesaian konflik diantara dengan agenda tunggal pembahasan penyelesaian
kedua negara tidak saja mendapatkan sorotan dari konflik Thailand dan Kamboja. Kedua Negara yang
sesama negara-negara ASEAN saja, tetapi juga bertikai telah sepakat dalam tiga koridor yaitu dialog
mendapatkan sorotan dari PBB. perdamaian melalui mekanisme TAC, gencatan
Berbeda dengan sikap ASEAN yang selama ini senjata permanen dan pelibatan ASEAN dalam
terkesan senyap atau sebatas mengeluarkan menengahi konflik. Pertemuan informal para Menlu
pernyataan setiap kali terjadi konflik perbatasan ASEAN yang diprakarsai Indonesia selaku Ketua
antar negara anggotanya, ASEAN dibawah ASEAN merupakan tindak lanjut dari hasil sidang
k e p e m i m p i n a n I n d o n e s i a ( t a h u n 2 0 11 ) DK-PBB yang meminta Thailand dan Kamboja
memperlihatkan sikap proaktif dalam menyikapi bekerja sama dengan ASEAN sebagai mediator
perkembangan situasi keamanan yang menyangkut untuk menuntaskan persoalan perbatasan melalui
anggotanya. Berselang satu hari setelah terjadinya jalan damai.25)
baku tembak, Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Pertemuan informal Menlu ASEAN di Jakarta
Indonesia Marty Natalegawa melakukan “shuttle tersebut, bisa digunakan untuk menentukan
diplomacy” menemui Menlu Kamboja Hor Nam modalitas perundingan dan menentukan apakah
Hong di Phnom Penh dan Menlu Thailand Kasit pembahasan perlu dibawa ke pertemuan High
Piromya di Bangkok untuk mendapatkan informasi Council seperti yang disebutkan dalam ASEAN
dari pihak pertama. Bersama-sama dengan Menlu Charter. Jika selama ini ASEAN belum pernah
Thailand dan Kamboja, Menlu Marty pun ke New mengimplementasikan pertemuan High Council,
York untuk memberikan pertimbangan dan masukan sekaranglah saat yang tepat. Jika dipandang perlu,
mengenai peran ASEAN dalam menyelesaikan ASEAN dapat membuat “Peace Keeping Operation”
konflik internal di kawasan. Langkah ini terbukti yang berasal dari pasukan militer maupun sipil
efektif dengan stabilnya kembali wilayah konflik di negara-negara ASEAN sendiri dan menerjunkannya
perbatasan Thailand dan Kamboja. Meski kawasan di daerah konflik. Kini bukan lagi saatnya bagi
konflik seluas 4,6 km2 yang diperebutkan masih ASEAN untuk meletakkan setiap konflik yang terjadi
tegang, namun para tentara yang bertugas masih dibawah karpet dan setiap negara anggota ASEAN
bisa menahan diri untuk tidak kembali angkat dibiarkan mencari jalannya sendiri dalam
senjata. Hal ini dilakukan Marty untuk menghindari menyelesaikan konflik perbatasan. Sekarang
adanya kevakuman pada tingkat kawasan yang saatnya ASEAN bersikap proaktif dan menunjukkan
memerlukan intervensi secara langsung oleh DK- kredibilitasnya sebagai organisasi kerja sama
PBB.24) regional yang memang dibutuhkan negara-negara
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja anggotanya menuju terbentuknya Komunitas
meningkat setelah pada tanggal 7 Juli 2008, ASEAN 2015.26)
UNESCO mengakui bahwa kawasan Candi Preah Pada pertemuan antar Menlu ASEAN pada
Vihear sebagai warisan peradaban dunia yang bulan Februari 2011 disepakati Indonesia menjadi
dimiliki oleh Kamboja. Itulah yang mengundang fasilitator pertemuan perundingan sengketa
amarah publik Thailand. Konflik di sekitar candi perbatasan kedua Negara, sekaligus mengirim
peninggalan abad ke-11 kembali memanas setelah pasukan pemantau yang akan ditempatkan di kedua
mencapai kulminasi ketegangan domestik dan pihak di wilayah perbatasan. Kelangsungan
bilateral kedua Negara. Kemudian, kedua Negara perundingan dengan Indonesia sebagai pihak yang
setuju untuk melakukan gencatan senjata pada memfasilitasi sangat tergantung pada komitmen
Agustus 2010, tetapi pada tanggal 4 hingga 6 kedua Negara yang bersengketa tersebut.
Februari 2011 terjadi baku tembak lagi antara kedua Indonesia hanya menawarkan jasa baiknya,
Negara. Pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta sedangkan penggunaannya tergantung pada kedua
digelar pertemuan informal para Menlu ASEAN belah pihak.27)
(Informal ASEAN Foreign Minister's Meeting) Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia yaitu

24 ASEAN dan Penyelesaian Konflik Thailand-Kamboja, 22 Februari 2011, Op.Cit.


25 Loc.Cit
26 Loc.Cit.
27 Kompas, 25 Maret 2011, “Sengketa Wilayah, Indonesia Belum Dapat Kabar Pembatalan Perundingan”

64
Elfia Farida, Penyelesaian Sengketa Perbatasan

upaya diplomasi seperti perundingan-perundingan terukur.29)


antara pihak Thailand dan Kamboja. Upaya Pada tanggal 18 Juli 2012, militer Kamboja dan
diplomasi sangat diutamakan untuk menghindari Thailand sama-sama menarik pasukan mereka dari
cara kekerasan dan militer. Indonesia telah wilayah perbatasan darat di dekat situs Warisan
mencoba mencari terobosan dengan Budaya Dunia Candi Preah Vihear yang selama ini
menyelenggarakan pertemuan tiga Negara yaitu disengketakan. Setelah penarikan pasukan, kedua
Thailand, Kamboja dan Indonesia di Bogor pada Negara diharapkan menempatkan personel
bulan Mei 2011 sebagai kelanjutan pendekatan KTT kepolisian dan penjaga keamanan sebagai
ASEAN. Namun, pada kenyataannya hanya pengganti tentara. Pemerintah Kamboja dilaporkan
delegasi Kamboja yang bersedia hadir, sedangkan menarik 500 personel militernya dari kawasan Candi
Thailand tidak mengirimkan delegasinya. Preah Vihear, yang kemudian digantikan oleh 250
Tampaknya golongan garis keras dari Partai polisi dan 100 petugas keamanan. Thailand juga
Demokrat di Thailand didukung kelompok militer memastikan akan melakukan langkah yang sama
tetap bersikeras agar masalah diselesaikan dengan yaitu menarik dan mengganti personel militernya.
secara bilateral. Sikap ini memacetkan Thailand dan Kamboja telah mengatur sebuah tim
perundingan. Sedangkan Kamboja melihat bersama, yang akan membahas dan sekaligus
penyelesaian sengketa secara bilateral yang menyusun kerangka acuan (term of reference) untuk
bersifat asimetris tidak akan menampung dijadikan patokan oleh tim pemantau asal Indonesia.
kepentingannya.28) Penugasan tim pemantau asal Indonesia dihasilkan
Pemerintah Indonesia mempersilahkan jika melalui mekanisme perundingan di ASEAN
Thailand dan Kamboja batal menggelar sebelumnya atas gagasan Indonesia. Tim ini akan
perundingan sengketa wilayah perbatasan mereka melakukan pemantauan di lokasi perbatasan yang
di Indonesia sebagaimana yang telah disepakati disengketakan seluas 4,6 kilometer persegi.
pada pertemuan antar menteri luar negeri se- Penarikan pasukan memang dilakukan terutama
ASEAN di Jakarta pada bulan Februari 2011. Sejak untuk memberi jalan dan kesempatan bagi tim
awal, kehadiran dan keterlibatan Indonesia dalam pemantau asal Indonesia.30)
upaya penuntasan sengketa itu justru atas
undangan kedua Negara, begitu pula yang berkaitan C. Simpulan dan Saran
dengan permintaan agar Indonesia mengirim Berdasarkan pembahasan dan analisis dapat
militernya sebagai pemantau di lokasi sengketa. disimpulkan bahwa :
Setelah Indonesia masuk atas undangan kedua 1. Penyelesaian sengketa dengan melalui
Negara tadi, situasi berangsur-angsur kondusif. mekanisme ASEAN adalah dengan cara damai
Kedua Negara secara tidak langsung telah sama- yaitu melalui dialog, konsultasi dan negosiasi,
sama menjalankan kebijakan gencatan senjata menggunakan jasa baik, konsiliasi dan mediasi
walau tim pemantau Tentara Negara Indonesia (TNI) berdasarkan kesepakatan para pihak yang
masih belum diterjunkan karena masih menunggu bersengketa sesuai dengan TAC (Bab VIII Pasal
pembahasan term of references gelar pasukan yang 22 hingga Pasal 28 Piagam ASEAN dan Bab IV
belum selesai. Apabila proses perundingan benar Pasal 13 hingga Pasal 17 TAC). Sengketa
digelar, berarti misi ASEAN untuk meredakan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja
terbuka yaitu dengan membawa ke meja diselesaikan dengan menggunakan jasa-jasa
perundingan tercapai. Langkah ASEAN dalam baik dari Indonesaia
menangani sengketa perbatasan antar Negara 2. Upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk
anggotanya akan menjadi preseden bagi setiap menyelesaikan sengketa perbatasan antara
masalah serupa untuk yang akan datang. Dengan Thailand dan Kamboja adalah upaya diplomasi.
demikian kepedulian ASEAN untuk turun tangan Upaya diplomasi sangat diutamakan untuk
dalam setiap persoalan yang dialami anggota- menghindari cara kekerasan dan militer.
anggotanya akan menjadi sesuatu yang lazim dan Indonesia selaku pemegang mandat telah
28 Makarim Wibisono, 3 Oktober 2011, Dinamika Baru Sengketa Kamboja-Thailand, “Kompas”
29 Kompas, 26 Maret 2011, “Sengketa Perbatasan, Menlu RI : Kami tidak Tersinggung, Silakan Berunding di Tempat Lain”
30 Kompas, 19 Juli 2012, “Sengketa Wilayah, Thailand dan Kamboja Menarik Pasukan “.

65
MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014

melakukan “shuttle diplomacy”. Selain itu juga Ethical Maritime Order in South East Asia,
telah digelar Informal ASEAN Foreign Minister's Statement by The H. E. Dr. N. Hassan
Meeting dengan agenda tunggal pembahasan Wirajuda at The University of Virginia
penyelesaian konflik Thailand dan Kamboja. School of Law Charlotsville, 30 September
Kedua negara yang bertikai telah sepakat dalam 2009, “Opinio Juris”, Volume 1, Oktober
tiga koridor yaitu dialog perdamaian melalui Yuli Fuziatni, Ichlasul Amal dan Dafri Agus Salim,
mekanisme TAC, gencatan senjata permanen April 2004, ASEAN Security Community
dan pelibatan ASEAN dalam menengahi konflik. (Latar Belakang Dan Prospek), “Jurnal”
Berdasarkan kesimpulan tersebut, Sosiosains, 18 (2)
disampaikan saran bahwa seharusnya ASEAN lebih
bersikap proaktif untuk menunjukkan kredibilitasnya Instrumen-Instrumen :
sebagai organisasi kerja sama regional yang ASEAN Charter
mempunyai mekanisme penyelesaian sengketa Bangkok Declaration 1967
sendiri. Oleh karena itu harus berani menggunakan Charter of the United Nations and Statute of the
mekanisme tersebut untuk penyelesaian konflik International Court of Justice
antar Negara anggotanya. Dengan demikian Treaty of Amity and Cooperation (TAC)
ASEAN dapat menunjukkan perannya di forum
global untuk mewujudkan ASEAN Community in a Media Massa :
Global Community of Nations. Kompas, 27 Juli 2008, Konflik Kamboja –
Thailand, Kematangan ASEAN Kembali
DAFTAR PUSTAKA Diuji
Kompas, 25 Maret 2011, Sengketa Wilayah,
Adolf, Huala, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Indonesia Belum Dapat Kabar Pembatalan
Internasional, Bandung, Sinar Grafika Perundingan
ASEAN dan Penyelesaian Konflik Thailand- Kompas, 26 Maret 2011, Sengketa Perbatasan,
Kamboja, 22 Februari 2011, “Menteri Luar Menlu RI : Kami tidak Tersinggung, Silakan
Negeri RI, Dr. RR.M. Marty M Natalegawa, Berunding di Tempat Lain
melakukan pembicaraan dengan Menteri Kompas, 25 Januari 2012, Konflik Batas,
Luar Negeri Thailand Kasit Piromya di Pengiriman Pemantau Indonesia Belum
Jakarta, (Kemlu.go.id) Jelas
Oegroseno, Arif Havas, 2009, Sengketa Kompas, 19 Juli 2012, Sengketa Wilayah, Thailand
Perbatasan Antar ASEAN,“Opinio Juris”, dan Kamboja Menarik Pasukan
Volume 01, Oktober
Pratomo, Eddy, 16 Januari 2009, Prospek Dan
Tantangan Hukum Internasional Di ASEAN
Dan Indonesia Pasca Piagam ASEAN Dari
Sisi Perjanjian Internasional, “Jurnal Hukum
Ius Quia Iustium”, Yogyakarta, Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia
Sefriani, 2010, Hukum Internasional Suatu
Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara
Dalam Dimensi Hukum Internasional,
Yogyakarta, Graha Ilmu
Wibisono, Makarim, 3 Oktober 2011, Dinamika Baru
sengketa Kamboja-Thailand, “Kompas”
Wirajuda, Hassan, 2009, The Law of The Sea and

66

Anda mungkin juga menyukai