Anda di halaman 1dari 4

1

Laporan Kasus

Mixed Connective Tissue Disease


Alpino M, Raveinal2, Najirman3

Abstrak
Mixed Connective Tissue Disease (MCTD) adalah penyakit yang gejala klinisnya tumpang tindih antara Lupus
Eritematosus Sistemik (LES), Skleroderma, dan Polimiositis. Rasio perempuan : laki-laki adalah 16:1. Tidak ada obat
khusus untuk MCTD. Rekomendasi untuk pengelolaan didasarkan pada perawatan konvensional untuk LES,
polimyositis, RA dan skleroderma. Angka harapan hidup 5 tahun penderita adalah sekitar 68%. Harapan hidup akan
semakin pendek dengan luasnya kelainan kulit dan banyaknya keterlibatan organ viseral. Kematian biasanya terjadi
karena kelainan paru, jantung atau ginjal. Telah dilaporkan pasien wanita berusia 33 tahun, dirawat di Penyakit Dalam
RSUP dr. M.Djamil Padang dengan keluhan utama tangan dan kaki semakin kaku sejak 1 bulan yang lalu. Rambut
rontok dan pada kulit terdapat Indurasi, skuama coklat kehitaman, hiperpigmentasi kedua tungkai dan wajah serta
teleangiektasis. Laboratorium didapatkan albumin 1,8 mg/dl, ureum 60 mg/dl, kreatinin 1,3 mg/dl. Urinalisa : protein ++
+. Analisa cairan asites kesan transudat, rontgen thoraks dengan kesan fibrosis paru dan rontgen manus tampak
kontraktur dari phalang media dan proximal. USG Ginjal kesan sesuai dengan gambaran akut di kedua ginjal.
Pemeriksaan ANA Profil (RNP/Sm +, Sm +, Ro-52 Recombinant ++, Scl-70 +++, dsDNA +, Nucleosomes +,
Ribosomal-P-Protein +++ ), ANA IF Positif Titer 1>1000. Biopsi kulit kesan skleroderma. Pasien didiagnosis dengan
MCTD & Nefritis Lupus. Pasien diterapi methotrexate (MTX), kortikosteroid, dihydropyridine-type calcium antagonist
dan dorner, teknik rehabilitasi seperti stretching dan peningkatan gerak yang berpengaruh terhadap kesembuhan dari
sklerosis sistemik.

Kata kunci: Mixed Connective Tissue Disease, nefritis lupus, methotrexate.

Abstract
Mixed Connective Tissue Disease (MCTD) is a disease whose clinical symptoms overlap between Systemic Lupus
Erythematosus (LES), Scleroderma, and Polymyositis. Female: male ratio is 16: 1. There is no specific medication for
MCTD. Recommendations for management are based on conventional treatments for LES, polymyositis, RA and
scleroderma. The 5-year life expectancy of patients is around 68%. Life expectancy will be shorter with the extent of
skin abnormalities and the amount of visceral organ involvement. Death usually occurs due to lung, heart or kidney
abnormalities. 33-year-old female patient has been reported to be treated at the Internal Medicine Hospital Dr. M.
Djamil Padang with the main complaints of hands and feet getting stiffer since 1 month ago. Hair loss and on the skin
are induration, blackish brown color, hyperpigmentation of both legs and face and teleangiectasis. Laboratory found
albumin 1.8 mg / dl, urea 60 mg / dl, creatinine 1.3 mg / dl. Urinalisa: protein +++. Analysis of ascitic fluid suggests
transudate, chest X-ray with the impression that pulmonary fibrosis and manuscript X-ray appear contractures from
phalanges and proximal media. Kidney impression ultrasound corresponds to the acute picture in both kidneys.
Examination of ANA Profile (RNP / Sm +, Sm +, Ro-52 Recombinant ++, Scl-70 +++, dsDNA +, Nucleosomes +,
Ribosomal-P-Protein +++), ANA IF Positive Titer 1> 1000. Skin biopsy of scleroderma. Patients were diagnosed with
MCTD & Lupus Nephritis. Patients were treated with methotrexate (MTX), corticosteroids, dihydropyridine-type calcium
antagonist and dorner, rehabilitation techniques such as stretching and increased motion that affected recovery from
systemic sclerosis.

Keywords: Mixed Connective Tissue Disease, nephritis lupus methotrexate.

Affiliasi penulis : 1. Program Studi Pendidikan Profesi Dokter menemukan prevalensi MCTD sangat jarang yaitu
Spesialis-1 Ilmu Penyakit Dalam FK Unand/RSUP M Djamil Padang 2.
2,7% dibandingkan dengan 20,9% untuk LES, 5,7%
Subbagian Alergi Imunologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
Unand/RSUP M Djamil Padang 3. Subbagian Rheumatologi Bagian untuk skleroderma dan 4,9% untuk polimiositis.1,2
Ilmu Penyakit Dalam FK Unand/RSUP M Djamil Padang. Wanita lebih sering terkena dibandingkan laki-
Korespondensi : pibipd@yahoo.com Telp: 0751-37771 laki dengan rasio 16:1 dan dapat terjadi pada semua
usia. Kejadian global yang tepat dari MCTD tidak
Pendahuluan diketahui, karena dalam beberapa kasus dapat
Mixed Connective Tissue Disease (MCTD) didiagnosis sebagai gangguan jaringan ikat lain atau
pertama kali digambarkan oleh Sharp pada tahun tumpang tindih. Sebuah studi di Norwegia melaporkan
1972, dimana Sharp melaporkan sebuah penyakit rasio perempuan laki-laki 3,3:1 dan usia rata-rata
yang gejala klinisnya tumpang tindih antara Lupus kondisi onset dewasa di diagnosis 37,9 / tahun.Insiden
Eritematosus Sistemik (LES), skleroderma dan penyakit onset dewasa di Norwegia selama periode
polimiositis. Penelitian epidemiologi di Jepang 1996-2005 adalah 2,1 per juta per tahun.2,3
2

Onset untuk MCTD mirip dengan penyakit skrining yang paling berguna, dengan diagnosis pasti
jaringan ikat lainnya. Sebagian besar kasus berawal memerlukan kateterisasi jantung yang menunjukkan
pada dekade kedua atau ketiga. MCTD biasanya tekanan arteri pulmonalis lebih besar dari 25 mmHg
terjadi sebagai penemuan tunggal. Tidak seperti LES, saat istirahat. Pengobatan Hipertensi pulmonal dapat
pengaruh paparan sinar matahari belum bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas.7,8
dijelaskan pada pasien dengan MCTD. Demikian juga
paparan obat belum dapat dikaitkan dengan kejadian Laporan Kasus
awal MCTD, meskipun penemuan sementara antibodi Seorang pasien wanita berusia 33 tahun,
anti-RNP telah dilaporkan diinisiasi pada pemberian dirawat di Bagian Penyakit Dalam RSUP dr.M.Djamil
terapi procainamide. Vinyl chloride dan silika adalah Padang dengan keluhan utama tangan dan kaki
satu-satunya agen kimia yang selama ini telah semakin kaku sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak
dikaitkan dengan MCTD.4 dapat meluruskan jari tangan dan kaki karena kaku
Tahap awal dari MCTD tidak dapat dibedakan dan nyeri sejak 15 tahun yang lalu. Pasien juga
dengan penyakit jaringan ikat klasik lainnya. Pada mengeluhkan rambut rontok dan perut membuncit.
awal perjalanan penyakit sebagian besar pasien Pasien kemudian dirawat di bangsal bagian penyakit
mengeluh mudah capek, mialgia, arthralgia dan dalam RSUP dr M. Djamil Padang. Pada kulit terdapat
fenomena raynaud. Jika seorang pasien ditemukan indurasi, skuama coklat kehitaman, hiperpigmentasi
memiliki tangan bengkak, jari bengkak, atau keduanya pada kedua tungkai dan wajah dan teleangiektasis.
dan berkaitan dengan tingginya titer ANA, harus Hasil dari pemeriksaan laboratorium
dicurigai adanya evolusi gambaran klinis yang didapatkan hemoglobin 11,2 gr/dl, hematokrit 34%,
tumpang tindih. Titer tinggi antibodi anti-RNP pada leukosit 5.500/mm3, trombosit 192.000/mm3, albumin
pasien dengan penyakit jaringan ikat difus merupakan 1,8 mg/dl, ureum 60 mg/dl dan kreatinin 1,3 mg/dl,
prediktor kuat untuk evolusi menjadi MCTD, sehingga Pemeriksaan urinalisa : protein +++. Analisa cairan
pentingnya antibodi anti-RNP sebagai penanda asites dengan kesan transudate. Rontgen thoraks
serologis untuk MCTD.5 kesan kardiomegali dan fibrosis paru, rontgen manus
Tatalaksana MCTD ditekankan pada dua titik, tanpak kontraktur dari phalang media dan proximal.
yaitu prognosis yang relatif baik dan respon yang USG Ginjal dengan kesan sesuai dengan gambaran
sangat baik untuk kortikosteroid. Saat ini terdapat bukti akut di kedua ginjal.
tegas bahwa pasien dengan titer tinggi antibodi U1 Pemeriksaan ANA Profil (RNP/Sm +, Sm +,
RNP memiliki prevalensi rendah terjadinya penyakit Ro-52 Recombinant ++, Scl-70 +++, dsDNA +,
ginjal yang serius dan masalah-masalah neurologis Nucleosomes +, Ribosomal-P-Protein +++ ), ANA IF
yang mengancam nyawa. Dalam pengertian ini, MCTD Positif Titer 1>1000. Biopsi kulit kesan scleroderma.
mempunyai prognosa yang lebih baik dibandingkan Pada ekokardiografi didapatkan kesan cardiomyopaty.
dengan LES. Namun, tidak semua pasien dengan Pasien didiagnosis dengan MCTD & Nefritis Lupus.
MCTD memiliki prognosis menguntungkan dan Pasien ini diterapi dengan methotrexate
kematian dapat terjadi karena hipertensi pulmonal.6 (MTX), kortikosteroid, dihydropyridine-type calcium
Penyebab kematian pada MCTD adalah antagonist dan dorner sebagai farmakoterapi serta
miokarditis, hipertensi renovaskular dan pendarahan teknik rehabilitasi seperti stretching dan peningkatan
otak. Berbeda dengan LES, dimana penyebab utama gerak yang berpengaruh terhadap kesembuhan dari
kematian sering berhubungan dengan infeksi sklerosis sistemik.
sekunder, infeksi nosokomial jarang terjadi pada
pasien dengan MCTD. Dalam sebuah penelitian di
Pembahasan
Jepang, 45 pasien MCTD memiliki tingkat
Telah dirawat pasien perempuan usia 33
kelangsungan hidup 5 tahun adalah 90,5 persen dan
tahun dengan diagnosis akhir Mixed Connective
82,1 persen pada 10 tahun. Pasien dengan gejala
Tissue Disease (MCTD) yang ditegakkan dari
dominan skleroderma memiliki prognosis buruk
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dengan 33 persen kelangsungan hidup 10 tahun. Hal
penunjang. Gejala klinis tahap awal penyakit ini yaitu
tersebut menunjukkan perjalanan penyakit dari MCTD
adanya edema tangan, artritis, fenomena Raynaud,
tidak dapat diprediksi, tetapi keterlibatan organ akan
penyakit otot inflamasi, dan sclerodactily. Ada empat
menentukan kesakitan dan kematian.7
kriteria diagnostik yang telah digunakan untuk
Tidak ada obat khusus untuk MCTD.
menentukan pasien MCTD. Sebuah penelitian
Pengobatan yang rasional untuk MCTD masih
menunjukkan bahwa dua kriteria, kriteria Alarcon-
kontroversial dengan tidak adanya uji klinis yang
Segovia dan Kriteria Kahn, memiliki sensitivitas dan
jelas. Rekomendasi untuk pengelolaan didasarkan
spesifisitas terbaik (62,5% dan 86,2%).5
pada perawatan konvensional untuk LES,polimyositis,
Dari anamnesis didapatkan keluhan bengkak
RA dan skleroderma. Hipertensi pulmonal merupakan
pada tangan dan kaki yang diikuti dengan penebalan
penyebab kematian utama dari MCTD dan pasien
kulit di kedua tungkai, lalu kekakuan dan kadang
harus dievaluasi secara berkala untuk pengembangan
disertai nyeri. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
komplikasi penyakit tersebut. Diagnosa harus dicurigai
adanya sclerodaktili, indurasi, arthalgia, nail fold dan
pada pasien dengan peningkatan dyspnea exertional.
“salt and pepper”apperance. MCTD merupakan suatu
Ekokardiografi dua dimensi dengan dopler adalah tes
3

penyakit yang tergabung didalamnya seperti jam. Hasil USG ginjal dengan kesan adanya tanda
scleroderma dan LES. Hal tersebut didukung oleh akut di kedua ginjal dengan kesan ginjal membesar.6
hasil pemeriksaan penunjang yaitu hasil biopsi kulit Untuk penatalaksanaan nefritis diberikan
yang sesuai dengan gambaran scleroderma dan ACE inhibitor untuk mencegah krisis renal.
adanya antibodi anti nuclear spesifik,terutama anti Keterlibatan ginjal dijumpai 40-75% yang terjadi
sklero-70 (anti SCL-70).5 setelah 5 tahun menderita SLE. Rasio wanita : pria
Berdasarkan American Rheumatism dengan kelainan ini adalah 10:1 dengan puncak
Association (ARA), diagnosis sklerosis sistemik insiden 20-30 tahun. Gejala atau tanda keterlibatan
ditegakkan bila didapatkan 1 kriteria mayor atau 2 atau renal tidak tampak sebelum terjadi kegagalan ginjal.
lebih kriteria minor. Pada pasien ini didapatkan kriteria Pemeriksaan proteinurin >500 mg/24 jam atau
mayor yaitu skleroderma proksimal. Pemeriksaan proteinurin positif 3 semi kuantitatif, adanya granuler,
dsDNA dengan hasil positif, Ribosom-P.Protein (RIB) hemoglobin, tubuler, eritrosit atau gabungan dengan
juga mendukung suatu LES. Pemeriksaan ANA IF piuria tanpa adanya bukti infeksi serta peningkatan
dengan hasil positif, didapatkan kesan MCTD dan serum kreatinin menunjukkan keterlibatan ginjal.6
LES.5 Angka harapan hidup 5 tahun penderita
Pada kasus ini jika dilihat dari jenis kelamin MCTD adalah sekitar 68%. Harapan hidup akan
dan usia pasien termasuk pada kelompok yang semakin pendek dengan luasnya kelainan kulit dan
beresiko menderita sklerosis sistemik karena penyakit banyaknya keterlibatan organ viseral. Pada kasus ini
ini lebih sering menyerang usia 30-50 tahun dan harapan hidup lebih buruk karena telah melibatkan
dengan prevalensi terbanyak perempuan 16 kali lebih organ ginjal. Pada MCTD kematian biasanya terjadi
beresiko daripada laki-laki. Gejala klasik dari MCTD karena kelainan paru, jantung atau ginjal.
adalah fenomena raynauld, sclerodactyly, atralgia, Rekomendasi untuk pengelolaan didasarkan pada
mialgia dan hipertensi pulmonal.5 perawatan konvensional untuk LES, polimyositis, RA,
Penatalaksanaan pasien MCTD telah dan skleroderma. Hipertensi pulmonal merupakan
direkomendasikan seperti halnya penalatalaksanaan penyebab utama kematian MCTD dan pasien harus
pasien sklerosis sistemik dan LES dimana dilakukan dievaluasi secara berkala untuk pengembangan
secara non farmakologik dan farmakologik. komplikasi ini.7,8
Dibutuhkan edukasi tentang penyakit pada pasien dan
keluarga, tentang pentingnya perlindungan kulit untuk Kesimpulan
mengurangi gejala dari fenomena raynaud, Dilaporkan suatu kasus pasien perempuan
pengaturan pola makan, menghindari makan makanan 33 tahun, dengan diagnosis Mixed Connective Tissue
yang merangsang lambung, alkohol dan rokok serta Disease. Terapi berupa methotrexate (MTX),
mengurangi stres. Selain edukasi, teknik rehabilitasi kortikosteroid, dihydropyridine-type calcium antagonist
seperti stretching dan peningkatan gerak yang dan dorner, teknik rehabilitasi seperti stretching dan
berpengaruh terhadap kesembuhan dari sklerosis peningkatan gerak. Prognosis pada pasien ini buruk
sistemik.4 karena telah melibatkan organ ginjal.
Terapi farmakologi yang diberikan pada
kasus ini yaitu methotrexate (MTX) 1x10 mg Daftar Pustaka
perminggu, kortikosteroid 16 mg –16 mg – 8 mg, 1. Harris et all, Kelley's Textbook of Rheumatology,
dihydropyridine-type calcium antagonist 1x500 mg dan 7th ed. Philadelphia, Pennsylvania. 2005.1579-96
dorner 2x20 mg. Pemberian MTX pada MCTD masih 2. Gaubitz M. Epidemiology of connective tissue
menjadi perdebatan namun beberapa penelitian disorders. Rheumatology. Oxford. 2006.45:iii3-iii4
menunjukkan perbaikan sklerosis sistemik dan tidak 3. Gunnarsson R, Molberg O, Gilboe IM. The
terdapat peningkatan resiko terjadinya efek samping. prevalence and incidence of mixed connective
Sedangkan pemberian kortikosteroid pada MCTD tissue disease: a national Ann Rheum Dis.
merupakan pilihan yang sering digunakan. Pemberian 2011;70(6): 1047-51.
steroid dosis rendah juga berguna untuk arthritis dan 4. Imboden et all, Current Diagnosis and Treatment :
miositis. Didukung oleh penelitian lain yang Rheumatology, Mc Graw Hill. 2008. 34:199
menunjukkan perbaikan histopatologi. 5. Alarcon-Segovia D, Villareal M: Classification and
Dihydropyridine-type calcium antagonist terbukti diagnostic criteria for mixed connective tissue
mengurangi dan mencegah terjadinya iskemik pada disease. In : Kasukawa R, Sharp G, ed. Mixed
jaringan.4 Connective Tissue Disease and Antinuclear
Nefritis Lupus merupakan perjalanan Antibodies, Amsterdam: Elsevier; 1987. 65:378
penyakit LES. Pada kasus ini didapatkan dengan 6. Hoffman. Mixed Connective Tissue Disease,
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang. download from www.arupconsult.com Updated
Anamnesa didapatkan keluhan perut semakin 2010; 40(1): 53-72.
membuncit sejak 1 bulan disertai sembab di 7. Zhang L, Visscher D, Rihal C. Pulmonary veno-
ekstremitas. Adanya peningkatan tekanan darah occlusive diseases as a prymary couse of
hingga 150/90 mmHg. Pada pemeriksaan fisik pulmonary hypertension in a patient with mixed
ditemukan asites dan edema. Laboratorium dengan connective tissue disease. Rheumatol Int. 2007;
hipoalbuminemia, proteinuria dan Esbach 8,25 g/24 (12):1163-5.
4

8. Klippel et all, Primer on The Rheumatic Disease,


13th ed. Springer. 2008. P;108-113

Anda mungkin juga menyukai