048d4 MDL Pengetahuan Umum Irigasi PDF
048d4 MDL Pengetahuan Umum Irigasi PDF
MODUL 03
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pengetahuan Umum Irigasi sebagai wawasan
dalam Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru. Modul ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Pengetahuan Umum Irigasi disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
Pengetahuan Umum Irigasi dalam operasi dan pemeliharaan irigasi. Penekanan
orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para
peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Alat-alat Ukur ............................................................................................ 35
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Pengetahuan Umum Irigasi ini terdiri dari empat kegiatan belajar. Kegiatan
belajar pertama membahas ruang lingkup dan sejarah irigasi. Kegiatan belajar
kedua membahas macam irigasi. Kegiatan belajar ketiga membahas pengertian
peta petak, lokasi bangunan dan dimensi saluran. Kegiatan belajar keempat
membahas pengetahuan kebutuhan untuk tanaman.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
BAB I
PENDAHULUAN
9) Rangkuman
10) Evaluasi
BAB II
RUANG LINGKUP DAN SEJARAH IRIGASI
2.1 Irigasi
Air beserta sumber-sumbernya merupakan kekayaan alam yang mutlak
dibutuhkan oleh hajat hidup manusia, oleh karena itu perlu dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat banyak. Melihat pentingnya, maka
secara konstituonal wewenamg penguasaan air diatur oleh Negara yang
dinyatakan dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3. Sebagai
penjabaran dalam penguasaan terhadap air tersebut, telah dijabarkan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Warisan kebudayaan irigasi yang sudah cukup tua adalah irigasi Subak di Bali
dan irigasi-irigasi kecil di Jawa. Secara fisik irigasi-irigasi kecil tersebut tidak
dapat bertahan lama karena mengalami proses inundasi dan longsor oleh
banjir.
Teknologi penanaman padi pada umumnya diperoleh melalui proses uji coba
selama berabad-abad. Arti penting dari teknologi tersebut adalah kemampuan
lahan sawah menyerap tenaga kerja yang semakin lama semakin besar tanpa
kehilangan kemampuan berproduksi. Menurut laporan, sistem irigasi lokal pada
zaman pra kolonial terbatas pada daerah tertentu saja. Pada 1888 ditaksir luas
irigasi hanya sekitar 1,27 juta ha.
Sistem irigasi modern diperkirakan dimulai pada pertengahan abad XIX sebagai
upaya mengatasi kelaparan yang terjadi di Jawa Tengah. Perkembangan irigasi
secara pesat terjadi pada permulaan abad XX setelah dikumandangankannya
politik etik oleh pemerintah jajahan dan ditemukannya tekonologi irigasi di
dataran rendah.
Pada tahun 1890 dibuat suatu rencana besar pembangunan irigasi (workplan
1890) untuk mengairi areal irigasi seluas 577.000 bau (409.670 ha) di Jawa
dengan perkiraan biaya sebesar 35.525.000 gulden. Pada tahun 1905 dibentuk
komisi untuk memajukan kegunaan dan rehabilitasi dari pekerjaan irigasi yang
Pada tahun 1936 mulai diberlakukan peraturan umum tata air (Het algemen
water reglement). Salah satu unsur penting AWR adalah tata tanam (cultuur
plan) pada daerah irigasi terutama pada daerah irigasi yang airnya tidak cukup
di musim kemarau. AWR juga membedakan gadu menurut prioritas berdasarkan
kriteria tertentu, dan membedakan antara gadu teratur dan tidak teratur. Praktek
membedakan tanaman gadu tersebut tetap dilaksanakan sampai sekarang oleh
seksi irigasi dalam versi lain – yaitu gadu izin dan tanpa izin.
Pada waktu pecah perang Pasifik (PD II) yang kemudian berlanjut dengan masa
pendudukan jepang dan perang kemerdekaan, maka pembangunan dan
pengelolaan atau operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi praktis terhenti
sama sekali. Karena tidak ada pembangunan jaringan baru, maka jumlah luas
lahan pertanian beririgasi dengan sendirinya tidak bertambah. Tetapi yang lebih
parah lagi adalah akibat dari ketiadaan operasi dan pemeliharaan. Akibat dari
ketiadaan usaha ini, maka secara berangsur kondisi jaringan irigasi mengalami
kemerosotan yang berkelanjutan.
Melalui pembangunan secara bertahap dan berkelanjutan, pada akhir Pelita III
(1984/1985) pembangunan pengairan berhasil mengupayakan total luas panen
padi 9,6 juta ha dari total sawah beririgasi 4,6 juta ha. Di dalamnya tercakup
pencapaian program rehabilitasi guna peningkatan keandalan fungsi terhadap
sebagian dari 3,4 juta ha jaringan irigasi peninggalan Orde Lama, serta
pembangunan jaringan irigasi – termasuk di daerah rawa.
Dengan laju peningkatan konsumsi beras dengan laju 1,7 sampai 2,0% setahun,
maka mempertahankan swasembada beras bukanlah berarti mempertahankan
tingkat produksi yang sama dengan tahun 1984, melainkan peningkatan
produksi beras yang mengantisipasi atau menutup peningkatan kebutuhan
seluruh penduduk.
Keseluruhan sawah beririgasi pada akhir PJP – I mencapai 5,7 juta ha,
termasuk didalamnya pengembangan daerah rawa seluas 1,3 juta ha, dan
rehabilitasi terhadap 2,9 juta ha sawah berfungsi optimal. Namun, dengan
asumsi selama PJP-Il telah terjadi alih fungsi lahan atas sawah beririgasi
diperhitungkan mencapai 5,2 juta ha.
2.3 Latihan
1. Sebutkan hal yang perlu dicatat dalam kerangka persiapan pembentukan
organisasi pengairan pada permulaan abad ke XX!
2. Sebutkan empat kategori pengairan yang dipertimbangkan dalam
menangani pembangunan irigasi!
3. Jelaskan dengan singkat dua model pengelolaan irigasi!
2.4 Rangkuman
Air beserta sumber-sumbernya merupakan kekayaan alam yang mutlak
dibutuhkan oleh hajat hidup manusia, oleh karena itu perlu dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat banyak. Secara konstituonal
wewenamg penguasaan air diatur oleh Negara yang dinyatakan dalam Undang
Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3.
2.5 Evaluasi
1. Sistem irigasi modern diperkirakan dimulai pada pertengahan abad XIX
di.....
a. Jawa Barat
b. Jawa Tengah
c. Bali
d. Jawa Timur
2. Sebuah komisi yang dibentuk untuk mempersiapkan pembangunan irigasi
secara besar-besaran, yaitu pada tahun....
a. 1871
b. 1817
c. 1906
d. 1920
3. Berikut ini yang merupakan empat kategori pengairan yang
dipertimbangkan dalam menangani pembangunan irigasi.....
a. Sistem irigasi yang secara menyeluruh dikerjakan pemerintah–termasuk
keperluan untuk membagi air secara teratur.
b. Sistem irigasi yang dianggap penting yang pembangunannya dirintis oleh
masyarakat setempat dengan bangunan-bangunan irigasi yang sifatnya
permanen.
c. Sistem irigasi yang dibangun oleh masyarakat setempat dengan ciri-ciri
setempat dengan bangunan-bangunan yang kurang permanen.
d. Semua jawaban benar
BAB III
MACAM IRIGASI
b) Irigasi Air Tanah: Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang berada
di bawah permukaan tanah. Untuk dapat memanfaatkannya, air dipompa
sampai permukaan tanah kemudian dialirkan ke lahan. Pengembangan
irigasi air tanah ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pengambilan
air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kota
Jakarta misalnya, karena kekosongan air di dalam tanah, mengakibatkan
beberapa bangunan besar ambles. Disusul oleh air laut yang menyusup
dan merembes sejauh lebih dari 20 km dari pantai. Pengisian kembali
(recharge) dari air hujan memerlukan waktu sangat panjang sedangkan
pemompaan dari dalam tanah jauh lebih cepat. Pemompaan air tanah di
daerah bukan perkotaan, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hal
yang sama. Dimusim kemarau, sumur-sumur dan aliran air di sungai akan
kekurangan air. Karena itu irigasi air tanah hanya sebagai pendukung
terhadap irigasi air permukaan dan hanya dibangun jika lokasi itu air
permukaan tidak ada sementara air tanah berlebihan.
Pengembangan irigasi air tanah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1970
sebagian besar ada di Jawa Timur. Dalam 20 tahun pertama, Proyek
Pengembangan Air Tanah (PAT) lebih difokuskan pada nilai sosial
ekonominya dibandingkan terhadap aspek teknis dan efektifitas
ekonominya. Tahun 1987 - 1991 PAT mulai menerapkan the least cost and
most appropriate technologies for developing geroundwater resources
dengan adanya bantuan dana Bank Dunia melalui Irrigaion Sub Sector
Project (ISSP).
Salah satu segi positif pemanfaatan air tanah segi positif pemanfaatan air
tanah ialah sebagai proyek yang dapat segera dimanfaatkan (quick
yielding) karena pembuatan sumur bor (tube well) dan pemasangan pompa
dapat segera dilakasakan bagi daerah tertentu yang baik potemsi air
tanahnya.
Air tanah dapat merupakan sumber air utama, atau secara terpadu
bersama-sama dengan air permukaan memenuhi air irigasi (conjunctive
use). Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air permukaan dan air tanah
diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah sebagai pengganti air
permukaan pada musim kemarau dan/atau sebagai tambahan (suplesi)
bagi irigasi permukaan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 17
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
Dengan mesin bor atau alat lain, pada tanah dibuat lubang dengan diameter
25 – 55 cm dengan kedalaman 30 – 120 m, tergantung kualitas air yang
dibutuhkan dan tebal serta mutu akuifer yang dijumpai. Dengan data akuifer
direncanakan susunan pipa-pipa berlubang (screen) pada daerah akuifer.
Pipa dimasukkan, lalu ruang antara pipa dan lubang bor diisi kerikil (gravel
pack). Sumur selesai setelah dicuci dengan menekan angin sehingga air
keluar sumur sampai bersih. Setelah itu baru dipasang pompa. Air mengalir
dari akuifer melalui screen masuk ke sumur dan diisap oleh pompa.
Sampai sekarang, pemanfaatan sumber daya air yang paling banyak dan
terus dilakukan adalah penyadapan atau pengambilan (diversion) air sungai
terutama dengan bending (weir) untuk meninggikan muka air untuk
kemudian dialirkan dengan saluran pembawa dan pembagi air
(convenyance and distributor) ke hilir ke daerah yang memerlukan – yaitu
petak atau persil tanah/bawah yang dapat ditanami tanaman beririgasi yang
bernilai ekonomis dilihat dari segi usaha tani dan investasi sarana irigasi
yang bersangkutan.
2) Dilakukan dengan Springkler: Cara ini di mana air yang bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam pipa yang ujungnya dipasangi nozzle (lihat Gambar
3.7).
a) Irigasi Persawahan: Adalah irigasi untuk memberi air ke sawah atau lahan
tanaman lainnya.
b) Irigasi Tambak: Adalah jaringan irigasi untuk mengalirkan air bagi
pertambakan. Sebagaimana kita tahu bahwa perikanan tambak memerlukan
air payau yakni campuran antara air tawar umumnya sisa air persawahan.
Namun demikian makin intensifnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida
yang berlabihan, maka mutu air tawarnya sangat rendah dan justru menjadi
racun bagi ikan di tambak. Karena itu dibangunlah irigasi khusus untuk
pertambakan.
Hasil ubinan rata-rata cabai mencapai 4,4 t/ha. Hasil ini lebih rendah
disbanding potensi hasilnya yaitu 6,21 t/ha. Potensi hasil tersebut dapat
dicapai dengan menerapkan jarak tanam yang tepat, pH tanah 6, serta
memberikan air tepat waktu dan sesuai kebutuhan tanaman.
Hasil ubinan jagung dengan irigasi tetes mencapai 6,6 t/ha atau mendekati
potensi hasil varietas Semar yaitu 6-8 t/ha. Perbedaan hasil diduga kerna
jumlah air yang diberikan dalam satu periode tanam untuk irigasi tetes lebih
rendah, yaitu 366 mm, padahal untuk mencapai potensi hasilnya tanaman
jagung memerlukan air minimal 420 mm/musim selain syarat agronomis
terpenuhi. Hasil jagung masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki
keseragaman curahan sprinkler.
Hasil ubinan tanaman kacang tanah berkisar antara 1,68-3,13 t/ha atau rata-
rata 2,46 t/ha. Variasi hasil tersebut disebabkan oleh tingkat curahan yang
belum seragam. Tingkat keseragaman distribusi curahan pada irigasi curah
lebih baik disbanding irigasi tetes.
Gambar 3.10. Penetes Pada Irigasi Tetes (Kiri), Microspray (Tengah), Dan
Sprinkler Irigasi Mikro (Kanan)
3.8 Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan irigasi pemerintah dan irigasi swasta!
2. Jelaskan macam irigasi berdasarkan aplikasi air!
3. Jelaskan dasar pemilihan kriteria daerah pengembangan irigasi air tanah!
3.9 Rangkuman
Irigasi memiliki macam-macam jenisnya, ada yang dibedakan berdasarkan
status jaringan, berdasarkan tingkat teknis, berdasarkan aplikasi air,
berdasarkan sumber air, berdasarkan teknis pemberian air dan berdasarkan
tujuan penggunaan air.
Berdasarkan aplikasi air, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) Irigasi
Genangan, merupakan cara pemberian air dengan cara menggenangi lahan
tempat tanaman tumbuh; 2) Irigasi Springkler, merupakan cara pemberian air
dengan cara menyiram tanaman; 3) Irigasi Tetes (drip), merupakan cara
pemberian air dengan cara meneteskan.
Berdasarkan sumber air, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) Irigasi Air
Permukaan, merupakan irigasi yang sumber airnya dari air yang mengalir
diatas permukaan tanah seperti sungai, danau atau waduk. Irigasi air
permukaan terbagi menjadi lima golongan yaitu, irigasi alur, irigasi gelombang,
irigasi penggenangan petak jalur, irigasi genangan, dan sistem irigasi di bawah
permukaan tanah; 2) Irigasi Air Tanah, merupakan irigasi yang sumber airnya
dari air yang berada di bawah permukaan tanah; 3) Sawah Tadah Hujan,
merupakan irigasi yang sumber airnya dari air hujan yang sengaja ditampung
dalam waktu yang lama pada pemantang-pemantang sawah untuk memberikan
air ke lahan yang memerlukan air sebagai pelengkap pemberian air oleh hujan.
Berdasarkan teknis pemberian air, irigasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1)
Gravitasi Air Permukaan, merupakan sistem irigasi yang pengaliran air dan
sumbernya ke lapangan menggunakan metode gravitasi, dan sumber airnya
berasal dari air permukaan yang pengambilan airnya menggunakan bending,
waduk, bangunan penangkap, pengambilan bebas atau pompa air; dan 2)
Bertekanan, merupakan sistem irigasi yang pengaliran airnya dilakukan dengan
cara disiram atau ditetes. Sistem irigasi bertekanan dilakukan dengan tiga cara
yaitu, dilakukan dengan gembor, dilakukan dengan springkel, dan dilakukan
dengan tetesan air.
Berdasarkan tujuan penggunaan air, irigasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1) Irigasi Persawahan, merupakan irigasi untuk memberi air ke sawah atau
3.10 Evaluasi
1. Jaringan irigasi yang airnya dapat diatur tetapi tidak dapat diukur.
Jaringan ini dilengkapi dengan pintu tetapi tidak dengan bangunan/alat
ukur, berikut adalah pengertian dari.....
a. Irigasi teknis
b. Irigasi setengah teknis
c. Irigasi sederhana
d. Irigasi desa
2. Berikut ini merupakan gambar dari skema.....
a. Irigasi alur
b. Irigasi gelombang
c. Irigasi genangan
d. Irigasi bawah tanah
BAB IV
PENGERTIAN PETA PETAK, LOKASI BANGUNAN DAN
DIMENSI SALURAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan secara sederhana pengertian
peta petak, penentuan lokasi bangunan, dan dimensi saluran.
Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta topografi dengan
skala 1:5.000.Peta dengan skala ini cukup untuk memperlihatkan keadaan
keadaan medanagar dapat ditarik interpretasi yang tepat mengenai sifat sifat
utama medan tersebut. Garis garis kontur harus ditunjukkan dalam peta ini
dengan interval 0,50 m untuk daerah datar dan 1.00 m untuk daerah daerah
dengan kemiringan medan lebih dari 2 persen. Peta topografi merupakan dasar
untuk memeriksa menambah dan memperbesar detail topografi yang relevan
seperti:
a) Sungai sungai dan jaringan pembuang alamiah dengan identifikasi batas-
batas daerah aliran sungai, aspek ini tidak hanya terbatas sampai pada
daerah irigasi saja, tetapi sampai pada daerah aliran sungai seluruhnya
(akan digunakan peta dengan skala yang lebih kecil).
b) Identifikasi punggung medan (berikutnya dengan hal diatas) dan kemiringan
medan di daerah irigasi.
dan kebutuhan air ( luas daerah irigasi yang dapat diairi dan kebutuhan
air maksimum dalam l / det / ha )
b) Masalah yang harus diperhatikan
1) Jaringan irigasi harus berada ditempat tertentu sehingga sawah yang
tertinggi dan terjauh dapat diairi
2) Jaringan irigasi harus berada pada batas kepemilikan tanah sehingga
kepemilikan tanah tidak terpecah-pecah
3) Bila saluran memotong bukit harus diperhitungkan untung ruginya bila
dibandingkan dengan melalui garis tinggi
c) Batas - batas petak tersier
1) Tergantung dari kondisi topografi
2) Batas petak dapat berupa saluran drainase, sungai, jalan dan batas desa.
3) Diusahakan terletak pada batas administrasi desa (jadi dihindari satu
petak tersier berada dalam dua desa)
4) Diusahakan batas petak tersier adalah sama dengan batas hak milik
d) Luas dan bentuk petak tersier
1) Menurut pengalaman, ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara
50 ha - 100 ha (maksimum 150 ha jika keadaan memaksa).
2) Luas petak kuarter antara 8 ha - 15 ha.
3) Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar
4) Luas Petak Tersier diukur dengan planimeter dan hasilnya dikurangi 10%
e) Panjang saluran tersier
1) Maksimum panjang saluran tersier < 1500 m (sawah terjauh dari pintu
sadap, 1500 m)
2) Maksimum panjang saluran kuarter < 500 m
f) Debit Rencana
Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus berikut:
(𝑐 × 𝑎 × 𝐴)
𝑄=
𝑒
dimana:
Q = debit rencana (l/dt )
c = koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan
a = NFR = Irr = kebutuhan bersih (netto) air sawah (l/dt/ha)
A = luas daerah yang diairi (ha)
e = efisiensi irigasi secara keseluruhan (akibat bocoran)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 29
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
Jika air yang dialirkan oleh saluran juga untuk keperluan selain irigasi maka
debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk
keperluan itu dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran.
g) Kebutuhan air di sawah
Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh faktor-faktor
berikut :
1) Cara penyiapan lahan
2) Kebutuhan air untuk tanaman
3) Perkolasi dan rembesan
4) Pergantian lapisan air, dan
5) Curah hujan efektif
h) Efisiensi
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai
sepertiga dari jumlah air yang diambil, akan hilang sebelum air sampai di
sawah. Kehilangan ini disebabkan olehkegiatan eksploitasi, evaporasi dan
perembesan.Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil
saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat eksploitasi
Perhitungan rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup
tinggi.
Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi dan
efisiensi yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40%, kadang-
kadang lebih realitis, apalagi pada waktu-waktu kebutuhan air rendah.
Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran
dengan efisiensi yang rendah. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi
akan dapat dicapai.Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan di atas,
dapat dipakai pada proyek-proyek irigasi yang sumber airnya terbatas
dengan luas daerah yang diairi sampai 10.000 ha. Harga-harga efisiensi
yang lebih tinggi (sampai maksimum 75 %) dapat diambil untuk proyek-
proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi yang airnya diambil dari
waduk yang dikelola dengan baik di daerah yang baru dikembangkan, yang
sebelumnya tidak ditanami padi, dalam tempo 3 - 4 tahun pertama
kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi dari pada kebutuhan air di masa-
masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa menjadi 3 sampai 4 kali lebih
tinggi dari pada yang direncana, ini untuk menstabilkan keadaan tanah itu.
Dalam hal-hal seperti ini kapasitas rencana saluran harus didasar kan pada
kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara
bertahap. Oleh karena itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada
kapasitas jaringan saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air disawah
berkurang. Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat
perembesan dan evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan
kehilangan-kehilangan lain harus diperkirakan.
Bangunan Utama adalah bangunan pada sungai atau sumber air dapat
didefinisikan sebagai komplek bangunan yang direncanakan di sepanjang
sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan saluran agar
dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Fungsi bangunan utama bisa mengurangi
kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang
masuk. Bangunan utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan
peredam energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan
(jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir, pekerjaan sungai lainnya dan
bangunan-bangunan pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 31
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
d) Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada
mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil tetapi biaya
eksploitasinya mahal.
4.4 Saluran
4.4.3 Bangunan
Bangunan Bagi dan Sadap
a) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
ke saluran tersie
b) Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan (disamping membagi air ke sekunder lain juga mengalirkan air
kesaluran tersier.
c) Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier, sub tersier dan atau kuarter)
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dapat
menjadi alat ukur aliran atas bebas (free over flow) dan alat ukur aliran bawah
(underflow).
Beberapa dari alat-alat pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran Alat
alat ukur yang dapat dipakai ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Catatan:
Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan peralatan ukur yang
dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya dibatasi sampai dua atau
maksimum tiga tipe saja. Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya:
a) Di Hulu Saluran Primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk mengatur.
b) Di bangunan bagi/ bangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan Crump de Gruyter dipakai untuk mengukur dan
mengatur aliran. Bila debit terlalu besar maka alat ukur ambang lebar
dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran
primer.
c) Di Bangunan Sadap Tersier
Untuk mengukur dan mengatur aliran dipakai alat ukur Romijn atau
Crump de Gruyter. Di petak petak tersier kecil di sepanjang saluran
primer dengan tinggi permukaan air yang bervariasi, dapat
dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana.
Bangunan pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa super kritis atau sub kritis.
Bangunan pembawa dengan aliran super kritis diperlukan di tempat-tempat
dimana lereng medannya lebih curam dari kemiringan maksimum saluran.
a) Bangunan Terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)
dipusatkan disatu tempat. Bangunan terjun bisa terjun tegak atau terjun
miring Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter maka
konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.
b) Got Miring
Got miring di buat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan
(lining) dengan aliran super kritis danumumnya mengikuti kemiringan
medan alamiah.
c) Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat
dibawah bangunan (jalan raya, kereta api) atau apabila pembuang lewat
diatas saluran. Aliran di dalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.
d) Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya,
saluran alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran didalam
talang adalah aliran bebas.
e) Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan
gravitasi dibawah saluran pembuang, cekungan, sungai atau anak
sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan, jalan
kereta api atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan
saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh
dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
f) Jembatan Sipon
Jembatan Sipon adalah saluran tertutup yang bekerja ats dasar tinggi
tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung /
pilar di atas lembah yang dalam.
g) Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
melalui situasi-situasi medan tertentu misalnya:
1) Flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air disepanjang
lereng bukit yang curam
2) Flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi
lewat diatas saluran pembuang atau jalan air lain
3) Flum dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)
terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapesium biasa. Flum mempunyai
potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah lingkaran.
Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
h) Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu
daerah dimana potongan melintang harus dibuat pada galian yang
dalam dengan lereng lereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup
juga dibangun di daerah daerah permukiman dan di daerah-daerah
pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk potongan
melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi
empat atau bulat. Biasanya aliran didalam saluran tertutup adalah aliran
bebas.
i) Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi / anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati
bukit bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran didalam terowongan
adalah aliran bebas.
Bangunan Lindung
Bangunan lindung diperlukan untuk melindungi saluran baik dari
dalammaupun dari luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan
terhadaplimpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap
aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan operasi atau akibat
masuknya air dariluar saluran.
a) Bangunan Pembuang silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum
digunakan sebagai lindungan luar. Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil
melintas saluran pembuang yang besar. Dalam hal ini biasanya lebih
aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon lewat
dibawah saluran pembuang tersebut. Overchute akan direncanakan jika
elevasi dasar saluran pembuang disebelah hulu saluran irigasi lebih
tinggi dari pada permukaan air normal di saluran.
b) Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungan dalam yang umum dipakai yaitu saluran
pelimpah, sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur
pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir saluran
primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain yang dianggap perlu
demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah bekerja otomatis dengan
naiknya muka air.
c) Bangunan Penguras (Wasteway)
Bangunan penguras biasanya dilengkapi dengan pintu yang
dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas
saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini
dapat digabung dengan bangunan pelimpah.
Q=FxV
R=F/O
V = k x R2/3 x I1/2
𝑉
𝐼=( )2
𝑘 × 𝑅2/3
Urutan Perhitungan
Q = diketahui
V; k; n = b/h; m; didapat dari tabel karakteristik
F = Q / V = ( m + n ) h2
h = didapat
b = n.h didapat dan dibulatkan
h = b / n dihitung kembali
F = ( b + m.h ).h ; dihitung kembali
V = Q / F; dihitung kembali
O = b + 2 ( h V 1 + m2 )
R =F/O
R2/3 = di hitung
𝑉
𝐼=( )2
𝑘 × 𝑅2/3
Tabel saluran terdiri dari
- No.
- Nama saluran
- Luas yang diairi ( A )
- Debit ( Q )
- n perbandingan b dan h
- m lereng saluran
- k kekasaran
40 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
- b lebar saluran
- h tinggi air disaluran
- I kemiringan dasar saluran
Qd = (C.A .NFR)/(et)
A = Luas petak Tersier (ha)
NFR = Kebutuhan air disawah netto (l/dt/ha)
et = Koefisien akibat bocoran
C = Koefisien akibat rotasi
Dari Tabel Tentukan :
k, m, n
k = 35 ; m = 1 ; n = 1 ( V > 0.20 ; b > 0,30 )
Hitung h dan b ( tinggi air dan lebar saluran )
F = Q / V = Q / 0,20 = F = 1/2 . (b+b+2h) .h = (b+h) . h = 2 h2 h = (
F/2 )1/2 b = h
Hitung kembali b , h , F , R , I
RB 1 RL 1 BL 1
Q = 0.772 m3/dt
L 1 Ka
RL 2
22 Ha 31 lt/dt
A = 495 Ha
SALURAN SEKUNDER MAKAWA
BM 2 BL 2
BM 3 BM 1 RM 1 BB 1 B 1 Ki 1 L 2 Ka L 2 Ki
A = 3184 Ha 19 Ha 27 lt/dt 54 Ha 76 lt/dt 17 Ha 24 lt/dt
Q = 0.967 m3/dt
Q = 0.661 m3/dt
162 lt/dt 106 lt/dt 95 lt/dt
RK 1
RL 3
KALI DOLOK
RS 1
A = 865 Ha
A = 620 Ha
A = 424 Ha
M 1 Ki 2 K 1 Ki 2
96 Ha 134 lt/dt 70 Ha 98 lt/dt
148 Ha 207 lt/dt 57 Ha 80 lt/dt 110 Ha 154 lt/dt A = 500 Ha 50 Ha 70 lt/dt 107 Ha 150 lt/dt
Q = 0.780 m3/dt BK 1
Q = 1.030 m3/dt
Q = 0.608 m3/dt
Q = 0.495 m3/dt
RL 4
RK 3
RS 2
A = 660 Ha
A = 390 Ha
A = 317 Ha
S 2 Ka BS 2 S 2 Ki BK 3 K 3 Ki L 4 Ka L 4 Ki
183 Ha 256 lt/dt 97 Ha 136 lt/dt 125 Ha 175 lt/dt 150 Ha 210 lt/dt 167 Ha 234 lt/dt
BL 4
Q = 0.413 m3/dt
Q = 0.593 m3/dt
RK 4
A = 265 Ha
RS 3
A = 380 Ha
Keterangan
Sal. Induk Barang : 87 Ha
S 3 Ka BS 3 S 3 Ki K 4 Ka BK 4 K 4 Ki Sal. Sekunder Makawa : 2.319 Ha
140 Ha 196 lt/dt 130 Ha 182 lt/dt 50 Ha 70 lt/dt 70 Ha 98 lt/dt Sal. Sekunder Sambak : 865 Ha
Q = 0.172 m3/dt
Q = 0.226 m3/dt
A = 145 Ha
---------------------------------------------------------
BK 5
TOTAL : 4.408 Ha
BS 4 K 5 Ki
S 4 Ka S 4 Ki K 5 Ka
60 Ha 84 lt/dt 50 Ha 70 lt/dt 75 Ha 105 lt/dt 70 Ha 98 lt/dt
4.6 Rangkuman
Perencanaan peta petak adalah kegiatan awal perencanaan irigasi yang
menunjukkan tata letak pendahuluan meliputi: lokasi bangunan utama; trase
jaringan irigasi dan jaringan pembuang; batas-batas dan perkiraan luas petak
jaringan irigasi; bangunan-bangunan pada jaringan irigasi dan pembuangan;
konstruksi lindung terhadap banjir dan tanggul; serta jaringan jalan dengan
bangunan-bangunannya.
Dalam membuat perencanaan peta petak ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan diantaranya: 1) data yang dibutuhkan meliputi peta lokasi, peta
topografi dan hasil perhitungan keseimbangan air; 2) masalah yang harus
diperhatikan meliputi letak jaringan irigasi, batas kepemilikan tanah pada
jaringan irigasi, dan perhitungan untung rugi letak jaringan irigasi; 3) batas-
batas petak tersier; 4) luas dan bentuk petak tersier; 5) panjang saluran
tersier; 6) debit rencana; dan 7) kebutuhan air di sawah.
Saluran pada umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu saluran irigasi dan
saluran pembuang. Saluran irigasi terdiri dari tujuh macam diantaranya
saluran primer, saluran sekunder, saluran pembawa, jaringan primer, saluran
tersier, saluran kuarter, dan jaringan tersier. Sedangkan saluran pembuang
terdiri dari saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran
pembuang sekunder, dan saluran pembuang primer.
4.7 Evaluasi
3. Saluran yang membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber
yang memberi air pada bangunan utama) ke jaringan irigasi primer,
adalah.....
a. Saluran primer
b. Saluran sekunder
c. Saluran pembawa
d. Saluran kuarter
BAB V
PENGETAHUAN KEBUTUHAN UNTUK TANAMAN
Indikator Hasil Belajar :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan secara sederhana pengetahuan
kebutuhan untuk tanaman.
Is + Re + Ig = S + ET + P + O.S.
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah ini dapat berasal dari air hujan atau
air irigasi. Biasanya kebutuhan air pengolahan tanah untuk tanaman musim
penghujan lebih besar dari pada untuk tanaman musim gadu.
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah hasil penelitian di beberapa tempat
sebagai berikut:
a) Di Malaysia diperlukan 200 mm selama 45 hari pengolahan tanah
b) Di Filipina diperlukan (300 – 675) mm untuk tanah ringan sampai tanah
berat selama periode 45-55 hari.
c) Di Jepang diperlukan 300 mm selama periode pengolahan tanah 10 hari
(Wicknam 1974).
d) Di daerah Pemali Comal Indonesia diperlukan sekitar 10 mm tiap hari
atau ± 1,12 l/dt/ha selama jangka waktu 26 hari (Darjadi – Partowijoto
1974)
e) Di daerah Pekalen Sumpean diperlukan sekitar (8,67 – 9,66) mm/hari
atau 1,01 l/dt/ha dalam jangka waktu 29 hari (Sardjono dan Jumhana
1976).
Kebutuhan air untuk tanaman dihitung dalam l/dt/ha atau m3/hari/ha atau
mm/hari. Untuk menghitung kebutuhan air di lapangan dan debit yang
diperlukan pintu pemasukan dapat digunakan rumus sebagai berkut:
𝐻 ×𝐴
𝑄1 = ( ) 𝑥 10.000 … … … … … … … … … … . 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑇
𝐻 ×𝐴 1
𝑄2 = ( )𝑥 … … … … … … … … … … . 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
86.400 (𝐼 − 𝐿)
Dimana:
Q1 = kebutuhan harian air di lapanagn dalam m 3 /hari
Q2 = kebutuhan air pada pintu pemasukan m 3/hari
H = tinggi kebutuhan air dalam meter
A = luas areal sawah dalam ha
T = Interval pemberian air dalam hari
L = kehilangan air di lapangan dan saluran
T = 5 hari l = 20%
H = 5 x 10 mm = 50 mm = 0,05 m
A = 100 ha
0,05 × 100
𝑄1 = ( ) × 10.000 … … … … … … … … … … . 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
5
T = 5 hari l = 20%
H = 5 x 12 mm = 60 mm = 0,06 m
A = 100 ha
0,06 × 100
𝑄1 = ( ) × 10.000 … … … … … … … … … … . 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
5
= 12.000 m3/hari
= 139 l/det
= 1,41 l/det/ha (dibulatkan)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 53
MODUL 3 PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
12.000 1
𝑄2 = ( )× … … … … … … … … … … . 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
86.400 (1 − 0,2)
= 0,174 m3/hari
= 174 l/det
= 1,75 l/det/ha (dibulatkan)
Kebutuhan air palawija sampai saat ini belum ada penelitian atau ketentuan
untuk pengaturan pemberian airnya. Di beberapa tempat di Indonesia telah
diusahakan pemberian air untuk palawija dilakukan dengan jalan
membandingkan kebutuhan airnya dengan tanaman padi. Perbandingan
pemberian air untuk masing-masing tanaman tersebut sebagai dasar
perhitungan untuk menentukan pola tanaman dan luas areal untuk masing-
masing jenis tanaman tersebut terutama pada musim kemarau. Atau adanya
giliran tanaman tebu untuk daerah-daerah yang sering ditanami tebu.
Perbandingan pemberian air tersebut di dasarkan tiga jenis tanaman padi
sawah, tebu dan palawija. Di daerah Medium Perbandingan Pemberian Air
untuk tanaman padi, tebu, palawija ditentukan 3 : 1 ½ : 1. Di daerah Besuki 2 :
1: 1; di daerah Banyuwangi 3: 1 : 1 sedangkan di daerah Pekalongan dengan
perbandingan 4 : 1 ½ :1.
5.4 Latihan
1. Jelaskan dengan singkat 3 tingkatan kebutuhan air!
2. Jelaskan faktor yang berpengaruh terhadap besarnya kebutuhan air untuk
pengolahan tanah!
3. Jelaskan kebutuhan air untuk pertumbuhan padi sawah!
5.5 Rangkuman
Kebutuhan air irigasi pada dasarnya diperuntukkan bagi suatu areal tanaman.
Kebutuhan air memiliki tiga tingkatan yaitu: kebutuhan air tanaman yang
meliputi kebutuhan konsumtif atau evapotranspirasi; kebutuhan air untuk suatu
areal pertanaman; dan kebutuhan air untuk suatu daerah irigasi yang meliputi
evapotranspirasi ait untuk penjenuhan tanah.
5.7 Evaluasi
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Kebutuhan air irigasi pada dasarnya diperuntukkan bagi suatu areal tanaman.
Kebutuhan air memiliki tiga tingkatan yaitu: kebutuhan air tanaman yang
meliputi kebutuhan konsumtif atau evapotranspirasi; kebutuhan air untuk
suatu areal pertanaman; dan kebutuhan air untuk suatu daerah irigasi yang
meliputi evapotranspirasi ait untuk penjenuhan tanah.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti materi
selanjutnya untuk dapat memahami detail tentang proses kegiatan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Jaringan irigasi primer : Bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran
pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
Jaringan irigasi sekunder : Bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi- sadap, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya.
Operasi jaringan irigasi : Upaya pengaturan air irigasi pada jaringan irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan
membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem
golongan, menyusun rencana pembagian air,
melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau dan
mengevaluasi.
Penyediaan air irigasi : Penentuan volume air per satuan waktu, yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu
daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan
mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang
pertanian dan keperluan lainnya.
KUNCI JAWABAN
A. Latihan Materi Pokok 1: Ruang Lingkup dan Sejarah Irigasi
1. Sebutkan hal yang perlu dicatat dalam kerangka persiapan pembentukan
organisasi pengairan pada permulaan abad ke XX!
Jawaban:
a. Wilayah kerja organisasi pengairan tidak disesuaikan dengan wilayah
administrasi pemerintahan, tetapi adalah suatu wilayah yang didasarkan
pada kesatuan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
b. Dipisahkannya unit organisasi yang menangani pekerjaan konstruksi
dengan unityang menangani eksploitasi dan pemeliharaan irigasi.
c. Dibedakannya sistem irigasi menurut berbagai kategori untuk dapat
memahami proses pembangunan yang terjadi.
Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadinya banjir besar dan ditutup
apabila aliran kecil