Pneumonia
Pneumonia
PNEUMONIA
dari bagian alveoli sampai bronkus atau bronkiolus, yang dapat menular dan
terisi dengan campuran inflamatori eksudat, bakteri dan sel-sel darah putih. Saat
disinari dengan x-ray akan muncul bayangan putih yang biasanya nampak jelas
chlamydia dan jamur. Pneumonia oleh karena virus banyak dijumpai pada pasien
penatalaksanaannya.
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo.
Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya
2. Nosokomial Pneumonia
Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap
antibiotika yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan
gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang
dijumpai bakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp.,
3. Pneumonia Aspirasi
cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status
mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen
kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi
bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S. aureus +
anaerob
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
kematian balita baik di Indonesia maupun di dunia, namun tidak banyak perhatian
terhadap penyakit ini. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut sebagai
anak, terutama bayi berusia kurang dari 2 bulan. Insidens pneumonia di negara
berkembang adalah 2-10 kali lebih banyak dari pada negara maju. Perbedaan
12 kasus setiap 1000 orang. Mortalitas pada penderita pneumonia komuniti yang
di Intensive Care Unit (ICU). Angka mortalitas juga lebih tinggi ditemukan pada
negara berkembang, pada usia muda, dan pada usia lanjut, bervariasi dari 10 – 40
sama lain. Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari
empiris serta prognosis dari pasien. Patogenesis dari pneumonia akibat dari
umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian
bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai
alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masih dalam ruang
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
1. Gejala Umum :
2. Gejala Respiratorik
seperti batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi
peningkatan frekuensi napas yang membuat anak tampak sesak, selain itu pada
daerah dada tampak retraksi atau tarikan dinding dada bagian bawah setiap kali
anak menarik napas. Napas cepat disebut takipneu merupakan tanda pneumonia
pada anak yang penting, batasan frekuensi napas cepat pada bayi kurang dari 2
bulan adalah lebih/sama dengan 60 kali/menit, pada bayi 2-12 bulan adalah 50
infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara
empiris dengan antibiotik spektrum luas menunggu hasil kultur. Setelah bakteri
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang
berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral. Pilihan
antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau
berusia antara 17-40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup
harus diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan
hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi
pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14
hari.
Levofloksasin 0,5-0,75g
Klinda+azitro
**) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat,
gagal ginjal.
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan
pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang lebih
pneumoniae yang tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa pneumonia masih
terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empyema ataupun abses paru yang
b. Pneumonia Nosokomial
karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo
di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila
berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum
• Nutrisi
1. Pneumonia Ringan
3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
c) Tindak lanjut Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk
membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan
anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusui. Ketika anak kembali:
2. Pneumonia Berat
b) Terapi Antibiotik
jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila
amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya.
3) Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen
c) Terapi Oksigen
oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila
oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas
diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3 jam dan oleh dokter
minimal 1 kali per hari. Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari
tarikan dinding dada, bebas demam dan anak dapat makan dan
minum).
fungsional. Dalam memilih antibiotika bagi pasien usia lanjut dengan pneumonia,
frailty pasien usia lanjut. Pilihan antibiotika awal yang diberikan tergantung jenis
dan berat pneumonia, status frailty, dan faktor risiko yang mendasari penderita
mengalami infeksi organisme tertentu. Dosis antibiotika yang diberikan
sakit atau fasilitas kesehatan. Untuk menentukan kriteria pasien yang dirawat atau
dapat menjalani rawat jalan dapat digunakan sistem skor CURB-65. Pada
pernapasan yang meningkat (≥30 kali/menit), tekanan darah sistolik <90 mmHg
atau diastolik ≤60 mmHg, dan usia (usia ≥65 tahun). Masing-masing mempunyai
nilai satu. Apabila didapatkan nilai 0 atau 1 pasiennya dapat berobat jalan, apabila
didapatkan skor 2 dianjurkan untuk dirawat. Jika skor 3 harus dirawat, sedangkan
bila skor 4 atau 5 disarankan untuk dirawat di ruangan intensif (Castillo JG et al,
2017)
empiris pada usia lanjut dipengaruhi oleh derajat kerentaan (frailty), sumber
Pasien tanpa atau dengan frailty memiliki pilihan antibiotika awal yang
berbeda. Untuk menilai status frailty dapat digunakan instrumen clinical frailty
scale (CFS). Instrumen ini dapat dipakai untuk mendeteksi usia lanjut yang
al,2016).
Pilihan antibiotika berbeda bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. Dosis
pemberian disesuaikan dengan berat badan dan fungsi ginjal. Potensi interaksi
Tanpa frailty
Amoksisilin/Klavulanat atau Sefalosporin generasi kedua
Rawat jalan +
Azitromisin atau Fluorokuinolon
Amoksisilin/Klavulanat atau Seftriakson atau Sefotaksim atau
Rawat inap Seftarolin
+
Azitromisin atau Fluorokuinolon
Pneumonia Seftriakson atau Sefotaksim atau Seftarolin atau Ertapenem
berat +
Azitromisin atau Fluorokuinolon
± Linezolid atau Vankomisin
± ß Laktam Antipseudomonas
± Oseltamivir
Frailty
Amoksisilin/Klavulanat atau Seftriakson atau Sefotaksim
Prefrailty atau Seftarolin
+
Azitromisin atau Fluorokuinolon
Ertapenem atau
Frail Amoksisilin/Klavulanat atau
Seftriakson + Klindamisin
pneumonia yang timbul setelah dua hari rawatan di rumah sakit atau selama 10-14
hari setelah pasien pulang rawat.10 Pilihan antibiotika untuk pneumonia yang
nosokomial. Pasien dengan pneumonia yang timbul sebelum 5 hari dan tanpa
faktor risiko dapat diberikan Seftriakson atau Sefotaksim atau Seftarolin atau
Antibiotika Dosis Dosis pada gangguan fungsi ginjal (laju filtrasi glomerulus
dalam ml/menit)
Amikasin 15-20 mg/kg/24 60-80: 9-12 mg/kg/24 jam 40-60: 6-9 mg/kg/24 jam
jam 30-40: 4,5-6 mg/kg/24 jam 20-30: 3-4,5 mg/kg/24
10-20: 1,5-3 mg/kg/24 jam jam
<10: 1-1,5 mg/kg/24 jam
Amoksisilin- 2 g/6-8 jam 30-50: 1 g/8 jam 10-30: 500 mg/12 jam
Klavulanat IV <10: 500 mg/24 jam
Amoksisilin- 2/0,125g/12 jam 30-50: 500 mg/8 jam 10-30: 500 mg/12 jam
Klavulanat PO <10: 500 mg/24 jam
Azitromisin 500 mg/24 jam Tidak diperlukan penyesuaian
IV/PO
Sefditoren PO 400 mg/12 jam 30-50: 200 mg/12 jam <30: 200 mg/24 jam
Sefepim IV 2 g/8 jam 30-50: 2 g/12 jam 10-30: 2 g/24 jam
<10: 1 g/24 jam
Seftriakson IV 1-2 g/12-24 jam >10: tidak diperlukan <10: max 2 g/24 jam
Siprofloksasin 400 mg/12 jam 30-50: tidak diperlukan <30: 200 mg/12 jam
IV
Siprofloksasin 500 mg/12 jam 30-50: tidak diperlukan <30: 250 mg/12 jam
PO
DAFTAR PUSTAKA