Anda di halaman 1dari 9

DEIKSIS Vol. 11 No.

02, Mei-Agustus 2019


p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hlm. 157-165
DOI: 10.30998/deiksis.v11i02.3648

GAYA BAHASA SINDIRAN NAJWA SHIHAB DALAM BUKU


CATATAN NAJWA

Siti Nurul Halimah1, Hilda Hilaliyah2

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
1
s.nurulh5@gmail.com, 2hilda.unindra@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gaya bahasa sindiran yang digunakan Najwa Shihab
dalam buku Catatan Najwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Sumber data dalam penelitian berupa keseluruhan kalimat dalam buku Catatan Najwa yang mengandung
gaya bahasa sindiran. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis isi. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa dalam buku Catatan Najwa, Najwa Shihab menggunakan jenis gaya bahasa
sindiran: (1) Ironi sebanyak 20%; (2) Sinisme sebanyak 40%; (3) Innuendo sebanyak 10%; (4) Sarkasme
sebanyak 16%; dan (5) Satire sebanyak 10%. Najwa Shihab tidak menggunakan gaya bahasa sindiran yang
berjenis melosis dan antifrasis dalam buku Catatan Najwa. Maka, dapat disimpulkan bahwa Najwa shihab
lebih dominan menggunakan gaya bahasa sindiran yang berjenis sinisme dalam buku Catatan Najwa.

Kata Kunci: Gaya Bahasa, Sindiran, Buku Catatan Najwa.

Abstract

This research aims to determine the types of language style insinuation used by Najwa Shihab in Catatan
Najwa book. This research uses the qualitative approach with descriptive method. Sources of data in this
research of the whole sentence in the Catatan Najwa book containing insinuation language style. The
technique used in this research is content analysis. The results of this research indicate that in Catatan
Najwa book, Najwa Shihab uses a kind of insinuation language style: (1) Irony as much as 20%; (2)
Cynicism as much as 40%; (3) Innuendo as much as 10%; (4) Sarcasm as much as 16%; and (5) Satire as
much as 10%. Najwa Shihab does not use the insinuation language style of melodic and antiphrasis in book
Note Najwa. Thus, it can be concluded that Najwa Shihab is more dominant using the insinuation language
style of cynicism in the Catatan Najwa book.

Keywords: Language Style, Insinuation, Catatan Najwa Book.

PENDAHULUAN Stilistika menurut Ratna (2009:


Bahasa merupakan salah satu sarana 167) adalah ilmu yang berkaitan
untuk menyampaikan suatu informasi. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa
Penggunaan bahasa menjadi faktor merupakan salah satu unsur yang
penting dalam mencapai tujuan menarik dalam sebuah bacaan.
dibuatnya buku bacaan. Penggunaan Kehadiran gaya bahasa telah menjadi
bahasa dalam buku bacaan secara tepat suatu kebutuhan, sebagai alat untuk
akan memengaruhi besar kecilnya minat memengaruhi para pembaca buku. Buku
pembaca terhadap buku bacaan, bacaan yang berhasil disukai oleh para
disamping kualitas buku itu sendiri. pembaca tidak terlepas dari usaha

157
DEIKSIS | Vol. 11 No.02 | Mei-Agustus 2019: 157-165

pengarang dalam menggunakan gaya merupakan bentuk retorik, yaitu


bahasa pada bukunya. Salah satu penggunaan kata-kata dalam berbicara
pengarang yang sukses dengan bukunya dan menulis untuk menyakinkan atau
dan kini menjadi Duta Baca Indonesia memengaruhi penyimak atau pembaca.
periode 2016-2020, yaitu Najwa Shihab. Banyak pengarang yang memanfaatkan
Dengan gaya bahasanya yang khas, gaya bahasa sebagai alat untuk
Najwa Shihab kerap memberi memengaruhi orang lain. Dalam hal
pandangan dalam buku-bukunya tentang menulis, yang dipengaruhi adalah
isu permasalahan negeri ini, terutama pembaca dan dalam berbicara yang
dalam bidang politik. dipengaruhi adalah pendengar atau
Bukunya yang berjudul Catatan penyimak.
Najwa berisi refleksi Najwa Shihab atas Selanjutnya Aminudin (2009:
isu yang dibahas di program Mata Najwa 54) mengungkapkan bahwa gaya bahasa
(Metro TV). Dengan gaya bahasa yang memiliki sejumlah mitra hubungan yang
khas, buku Catatan Najwa mampu saling berkaitan dengan dunia proses
menggelitik para pembaca dengan kreatif pengarang, dunia luar yang
sindiran, menohok tajam, kadang seperti dijadikan objek dan bahan ciptaan, fakta
ajakan merenung. Hal ini membuktikan yang terkait dengan aspek internal
gaya bahasa sindiran yang digunakan kebahasaan itu sendiri dan dunia
Najwa Shihab dalam bukunya yang penafsiran penanggapanya. Terdapat
berjudul Catatan Najwa dapat dikatakan pakar lain yang sejalan dengan pendapat
berhasil dan sukses menarik pembaca Aminudin yaitu Scharbach, maka dari itu
untuk setuju dengan tulisannya. Scharbach dalam Aminudin (2009: 72)
Gaya bahasa sindiran merupakan menyebutkan bahwa gaya sebagai
salah satu jenis gaya bahasa yang biasa hiasan, sebagai sesuatu yang suci,
digunakan sebagian orang untuk sebagai sesuatu yang indah dan lemah
mengutarakan sesuatu dengan maksud gemulai serta sebagai perwujudan
menyindir, mencela, atau mengejek manusia itu sendiri. Walaupun demikian,
secara tidak langsung. Tujuan gaya bahasa akan menunjukan adanya
menggunakan bahasa sindiran tidaklah perbedaan sudut pandang meskipun dua
mutlak, yaitu bergantung seseorang pengarang itu berangkat dari satu ide
menggunakannya dalam konteks seperti yang sama.
apa. Nurdin, dkk. (2002: 21-30)
Berdasarkan uraian di atas, maka berpendapat gaya bahasa dibagi menjadi
peneliti berminat untuk menganalisis lima golongan, yaitu: (1) gaya bahasa
buku Catatan Najwa karya Najwa penegasan, yang meliputi repetisi,
Shihab. Analisis terhadap buku Catatan paralelisme; (2) gaya bahasa
Najwa, peneliti membatasi pada segi perbandingan, yang meliputi hiperbola,
gaya bahasa sindiran yang digunakan metonomia, personifikasi,
Najwa Shihab. Hal ini dikarenakan perumpamaan, metafora, sinekdoke,
setelah membaca buku Catatan Najwa, alusio, simile, asosiasi, eufemisme, pars
peneliti menemukan terdapat banyak pro toto, epitet, eponym, dan hipalase;
bahasa sindiran yang digunakan Najwa (3) gaya bahasa pertentangan mencakup
Shihab dalam menyampaikan paradoks, antithesis, litotes, oksimoron,
pandangannya mengenai tokoh dan isu hysteron, prosteron, dan okupasi; (4)
permasalahan di negeri ini. gaya bahasa sindiran meliputi ironi,
Tarigan (2009: 4) sinisme, innuendo, melosis, sarkasme,
mengemukakan bahwa gaya bahasa satire, dan antifarsis; (5) gaya bahasa

158
Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab dalam Buku Catatan Najwa
(Siti Nurul Halimah, Hilda Hilaliyah)

perulangan meliputi aliterasi, dia sudah lelah di atas, sehingga harus


antanaklasis, anaphora, anadiplosis, lengser.”
asonansi, simploke, nisodiplosis, Mengenai sarkasme, Keraf
epanalipsis, dan epuzeukis. (2004: 143) berpendapat bahwa
Keraf (2004: 143) berpendapat sarkasme adalah suatu acuan yang lebih
bahwa gaya bahasa sindiran atau ironi kasar dari ironi yang mengandung
adalah suatu acuan yang ingin kepahitan dan celaan yang getir.
mengatakan sesuatu dengan makna atau Sementara itu. Waluyo (1995: 86)
maksud berlainan dari apa yang berpendapat bahwa sarkasme adalah
terkandung dalam rangkaian kata- penggunaan kata-kata yang keras dan
katanya. Jadi yang dimaksud dengan kasar untuk menyindir atau mengeritik.
gaya bahasa sindiran adalah bentuk gaya Misalnya, “Mulutmu berbisa bagai ular
bahasa yang rangkaian kata-katanya kobra.”
berlainan dari apa yang dimaksudkan. Menurut Keraf (2004: 144) satire
Dengan kata lain, ada maksud lain yang adalah gaya bahasa yang berbentuk
ingin diutarakan oleh seseorang yang ungkapan dengan maksud
menyampaikan. Misalnya, “Pagi benar menertawakan atau menolak sesuatu.
engkau datang, Hen! Sekarang, baru Sejalan dengan Keraf, yakni Nurdin,
pukul 11.00.” dkk. (2002: 28) berpendapat bahwa
Selanjutnya Keraf (2004: 143) satire adalah gaya bahasa yang
berpendapat bahwa sinisme adalah gaya berbentuk penolakan dan mengandung
bahasa sebagai suatu sindiran yang kritikan dengan maksud agar sesuatu
berbentuk kesangsian yang mengandung yang salah itu dicari kebenarannya.
ejekan terhadap keikhlasan dan Contohnya, “Sekilas tampangnya seperti
ketulusan hati. Sementara itu menurut anak berandal, tapi kita jangan langsung
Nurdin, dkk. (2002: 27) sinisme adalah menuduhnya, jangan melihat dari
gaya bahasa sindiran yang penampilan luarnya saja.”
pengungkapannya lebih kasar. Berikutnya Keraf (2004: 132)
Contohnya, “Tak usah kuperdengarkan menjelaskan bahwa antifrasis adalah
suaramu yang merdu dan memecahkan semacam ironi yang berwujud
telinga itu.” penggunaan sebuah kata dengan makna
Pendapat Nurdin, dkk. (2002: kebalikannya, yang bisa saja dianggap
27) mengenai innuendo adalah gaya ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai
bahasa sindiran yang mengecilkan untuk menangkal kejahatan, roh jahat,
maksud yang sebenarnya. Kemudian dan sebagainya. Misalnya, “Lihatlah si
menurut Keraf (2004: 144) berpendapat raksasa telah tiba (si cebol).”.
bahwa innuendo adalah semacam
sindiran dengan mengecilkan kenyataan METODE PENELITIAN
yang sebenarnya. Misalnya, “Dia Pendekatan yang digunakan
berhasil naik pangkat dengan sedikit dalam penelitian ini adalah pendekatan
menyuap.” kualitatif dengan metode deskriptif.
Nurdin, dkk. (2002: 27) Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
berpendapat bahwa melosis adalah gaya 2002: 3) menyatakan bahwa metode
bahasa yang mengandung pernyataan penelitian kualitatif mempunyai
yang merendah dengan tujuan prosedur penelitian yang menghasilkan
menekankan atau mementingkan hal data deskriptif berupa kata-kata lisan,
yang dimaksud agar lebih berkesan dan tulisan serta gambar dan bukan angka-
bersifat ironis. Contohnya, “Tampaknya angka dari orang-orang dan perilaku

159
DEIKSIS | Vol. 11 No.02 | Mei-Agustus 2019: 157-165

yang dapat diamati, pendekatan ini untuk mempermudah proses klasifikasi,


diarahkan pada latar dan individu sebagaimana disampaikan Arikunto
tersebut secara utuh. (2006: 149) bahwa instrumen adalah alat
Penelitian dilakukan untuk pada waktu penelitian menggunakan
menggali makna dari suatu objek, seperti suatu metode..
yang dikatakan oleh Beni (2008: 39),
bahwa penelitian merupakan suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan yang ditujukan untuk Catatan Najwa merupakan buku
mengetahui seluk beluk sesuatu. Dalam yang berisi refleksi atau catatan yang
penelitian ini yang ingin digali seluk ditulis Najwa Shihab atas isu yang
beluknya adalah gaya bahasa sindrian dibahas di program Mata Najwa (Metro
Najwa Shihab dalam buku Catatan TV). Dengan gaya bahasa yang khas,
Najwa dengan menggunakan data dari buku Catatan Najwa mampu menggelitik
kata, kalimat atau kutipan dalam buku para pembaca dengan sindiran, menohok
Catatan Najwa yang mengandung gaya tajam, kadang seperti ajakan merenung.
bahasa sindiran. Dalam buku ini terdapat 50 judul catatan
Teknik yang digunakan dalam yang ditulis Najwa Shihab dengan tema
penelitian ini adalah teknis analisis isi yang berbeda-beda dengan jumlah 208
(content analysis). Analisis isi adalah halaman. Namun, dikarenakan batas
teknik analisis data kualitatif yang paling waktu menganalisis yang dimiliki
umum dan abstrak. Teknik ini mencakup peneliti tidaklah banyak, maka peneliti
upaya-upaya klasifikasi lambang- hanya mengambil 10 judul catatan saja
lambang yang dipakai untuk secara acak. Data temuan akan
berkomunikasi menggunakan kriteria dipaparkan dalam tabel instrumen data
dalam klasifikasi, dan menggunakan temuan gaya bahasa sindiran najwa
teknik analisis tertentu dalam membuat shihab dalam buku Catatan Najwa
prediksi. Maka dari itu, dibutuhkan berikut:
instrumen penelitian dalam bentuk tabel

Gaya Bahasa Sindiran

No. Judul Catatan Penggalan Kalimat Hal.


Antifrasis
Sarkasme
Innuendo
Sinisme

Melosis

Satire
Ironi

Banyak orang lupa daratan, karena


1. kuasa memang kerap 015 
meninabobokan.
Bukan rahasia jika elit penguasa di
2. Indonesia, sejahterakan juga 015 
seluruh sanak keluarga.
Jangankan presiden dan
Cerita Anak
3. keluarganya, keluarga bupati 015 
Jokowi
walikota pun lazim berfoya-foya.
Bagaimana Gibran-Kaesang
4. merintis usaha, apakah 015 
memanfaatkan jabatan bapaknya?
Benarkah mereka memang
5. berbeda, atau hanya soal 015 
menunggu waktu untuk tergoda?

160
Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab dalam Buku Catatan Najwa
(Siti Nurul Halimah, Hilda Hilaliyah)

Karena Indonesia bukan kerajaan,


6. anak presiden bukan putri atau 019 
pangeran.
Tidak ada putera mahkota, semua
7. 019 
warga punya hak setara.
Bukan zamannya anak presiden
mengatur harga, kuasai jalan raya
8. 019 
hingga monopoli cengkeh dan
pala.
Berkompetisi dengan fair dan
9. terbuka, tak merengek bawa-bawa 019 
nama orang tua.
Sebab Indonesia milik semua anak
10. bangsa, tanah air bukan kapling 019 
warisan keluarga.
Indonesia di alam penguasa,
11. seolah normal tanpa masalah apa- 035 
apa.
Indonesia di dunia nyata, terjebak
12. 035 
oleh tidak hadirnya negara.
Pemimpin sejati terdepan dalam
13. pengabdian, bukan gemar 035 
melahirkan korban.
Sebuah tanda republik celaka,
14. 036 
tercermin pada laku penguasa.
Senang memilih jalan mudah yang
15. Pemimpin biasa, gentar mengubah kebiasaan 036 
Bernyali yang lama.
Pemimpin yang berubah menjadi
16. pejabat, seketika malas untuk 036 
berbuat.
Nyaman dalam aturan baku, meski
17. 036 
sebenarnya membelenggu.
Padahal kekuasaan bukan untuk
18. digenggam, melainkan dipakai 036 
demi kemaslahatan.
Kekuasaan yang tak sudi
19. dipertaruhkan, tanda tidak adanya 036 
tujuan.
Pemimpin harus mendobrak
Pemimpin
20. keadaan, bukan mengokohkan 036 
Bernyali
kemapanan.
Penguasa dan paranormal,
21. berkarib mesra dengan dengan 054 
kental.
Dunia santet pun ikut dilibatkan,
22. demi sejengkal tahta di puncak 055 
jabatan.
Jabatan akhirnya menjadi berhala,
Klenik Politik
23. saat penguasa lebih sayang dukun 055 
daripada warga.
Obsesi pada jabatan yang kekal,
24. mendekatkan penguasa ke 055 
paranormal.
Nasib rakyat sering terlupa, sebab
25. 055 
kepada dukun mereka percaya.

161
DEIKSIS | Vol. 11 No.02 | Mei-Agustus 2019: 157-165

Semenjak suara menjadi sekadar


26. angka, kita sadar politik penuh 071 
dengan para pelupa.
Rakyat mempertaruhkan masa
27. depan, tapi partai melulu melihat 073 
soal kalah dan menang.
Bermacam rezim sudah kita alami,
28. Memilih Wakil memilih partai dan sosok yang 073 
Rakyat masih kurang berarti.
Elit malah langsung sibuk
29. berkoalisi, entah di mana 073 
kehendak rakyat dan ideologi.
Jelas bukan prestasi partai dan elit
penguasa, namun akal sehat warga
30. 073 
yang masih terjaga.

Kemenangan politik cuma alat


Menuju
31. saja, kepentingan bangsa yang 089 
Ketujuh
menjadi tujuannya.
Negara bagi mereka hanya
32. tunggangan, kekuasaan dan 104 
kekayaan menjadi tujuan.
Di manakah martabat diri dan
33. negara, begitu bangkrutkah moral 104 
pejabat kita?
Para pemburu rente merajalela,
34. menggadaikan negara seperti 105 
Pejabat sudah biasa.
Pemburu Rente Kekuasaan yang bersekutu dengan
35. korporasi, tak malu menjual murah 105 
negeri sendiri.
Jangan salahkan watak korporassi,
36. melobi pejabat mana pun yang 105 
mudah dibeli.
Selama pejabat menghamba harta
37. benda, negara akan terus jadi sapi 105 
perah bangsa.
Ini kisah korban rekayasa kasus,
38. dihukum penegak hukum yang tak 115 
becus.
Rekayasa kasus & salah tangkap,
39. menjelaskan penegak hukum tak 117 
bertanggung jawab.
Hukum yang terbiasa menghamba
40. penguasa, tak sudi membela si 117 
Hukuman lemah yang papa.
Salah Alamat Bagaimana rakyat percaya hukum,
41. jika penegak justru melanggar 117 
hukum?
Aparat hukum tentu bisa alpa, tapi
42. bukan merekayasa kasus dengan 117 
sengaja.
Karena kita tak membayar hukum
43. mereka, hanya untuk menegakkan 117 
hukum rimba.
Kekuasaan datang membebaskan,
44. Bredel 124 
lantas menjelma alat penindasan.

162
Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab dalam Buku Catatan Najwa
(Siti Nurul Halimah, Hilda Hilaliyah)

Ini semacam lingkaran setan yang


45. 124 
menuntut koreksi kebenaran.
Pers diberangus, buku dibakar
46. hangus, pembangkang dipenjara 124 
tanpa kejelasan status.
penguasa ketakutan, untuk itu
47. 125 
kekerasan digunakan.
Penulis bisa diseret ke kamp
48. konsentrasi, jurnalis dibui dan 125 
penerbitan dibikin mati.
Bagaimana bisa anak muda
49. berdiam, ketika aparat jadi tukang 141 
Penyeru pukul kekuasaan.
Perlawanan Alam berubah menjadi bencana,
50. atas nama investasi dikeruk & 141 
diperkosa.
Jumlah Temuan 10 22 5 0 8 5 0

Total Temuan 50

Hasil analisis yang diperoleh dapat gaya bahasa sindiran berupa sinisme
menjadi fakta akan adanya kandungan yakni, “Banyak orang lupa daratan,
gaya bahasa sindiran dalam buku karena kuasa memang kerap
Catatan Najwa tersebut. Dengan meninabobokan.” (Shihab, 2016: 015).
demikian uraian penelitian adalah Penggalan tersebut menunjukkan bahwa
sebagai berikut: Najwa Shihab menggunakan istilah
Jenis gaya bahasa sindiran “lupa daratan” sebagai suatu sindiran
berupa ironi sebesar 20% dari yang ditujukan kepada orang yang teah
keseluruhan 50 penggalan catatan dalam mendapatkan kekuasaan tetapi lupa
buku tersebut. Salah satu penggalan dengan janjinya ketika belum berkuasa.
catatan yang menggambarkan gaya Jenis gaya bahasa sindirian
bahasa sindiran berupa ironi dalam buku ketiga yaitu innuendo, ditemukan lima
Catatan Najwa karya Najwa Shihab penggalan catatan atau sebesar 10% dari
yakni, “Obsesi pada jabatan yang kekal, keseluruhan 50 penggalan catatan dalam
mendekatkan penguasa ke paranormal.” buku tersebut. Salah satu penggalan
(Shihab, 2016: 055). Penggalan tersebut catatan yang menggambarkan gaya
mengandung sindiran kepada pihak- bahasa sindiran berupa innuendo dalam
pihak yang terobsesi untuk mendapatkan buku Catatan Najwa karya Najwa
jabatan tetapi menggunakan cara yang Shihab, yakni “Karena Indonesia bukan
tidak wajar, yakni dengan meminta kerajaan, anak presiden bukan putri
bantuan paranormal. Padahal seharusnya atau pangeran.” (Shihab, 2016: 019).
jabatan bisa diraih dengan cara yang Penggalan tersebut mengecilkan
wajar, misalnya dengan kinerja dan kerja sindiran untuk tidak memperlakukan
keras yang baik. anak presiden seperti seorang pangeran
Jenis gaya bahasa sindirian dengan lebih dahulu menyatakan alasan
berupa sinisme terdapat 22 penggalan bahwa Indonesia bukan suatu kerjaan,
catatan atau sebesar 44% dari padahal poin utamanya terdapat di
keseluruhan 50 penggalan catatan dalam kalimat “anak presiden bukan putri atau
buku tersebut. Salah satu contoh pangeran”.
penggalan catatan yang menggambarkan

163
DEIKSIS | Vol. 11 No.02 | Mei-Agustus 2019: 157-165

Jenis gaya bahasa sindirian keseluruhan 50 penggalan catatan dalam


berupa sarkasme terdapat delapan buku tersebut. Salah satu penggalan
penggalan catatan atau sebesar 16% dari catatan yang menggambarkan gaya
keseluruhan 50 penggalan catatan dalam bahasa sindiran berupa satire dalam buku
buku tersebut. Salah satu penggalan Catatan Najwa karya Najwa Shihab,
catatan yang menggambarkan gaya yakni “Jelas bukan prestasi partai dan
bahasa sindiran berupa sarkasme dalam elit penguasa, namun akal sehat warga
buku Catatan Najwa karya Najwa yang masih terjaga.” (Shihab, 2016:
Shihab, yakni “Selama pejabat 073). Penggalan tersebut merupakan
menghamba harta benda, negara akan penolakan bahwa bukan sesuatu yang
terus jadi sapi perah bangsa.” (Shihab, menjadi prestasi bagi para partai dan
2016: 105). Penggalan tersebut penguasa, melainkan warga yang masih
menunjukkan sindiran untuk pejabat memiliki akal sehat. Kebenaran tersebut
yang hanya ingin memperkaya diri menjadi suatu sindiran bagi para partai
dengan menguras kas negara dan Najwa dan elit penguasa. Jenis gaya bahasa
Shihab menggunkan istilah “sapi perah sindirian keenam dan ketujuh yaitu
bangsa” sehingga sindirannya menjadi melosis dan antifrasis. Namun, dalam
kasar dalam penggalan catatan di atas. buku Catatan Najwa karya Najwa
Jenis gaya bahasa sindirian Shihab tidak ditemukan penggalan
kelima yaitu satire, ditemukan lima catatan yang menggunakan melosis dan
penggalan catatan atau sebesar 10% dari antifrasis.

Satire
10% Ironi
20%
Sarkasme
16%

Innuendo
10%
Sinisme
44%

Rekapitulasi Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab dalam


Buku Catatan Najwa

SIMPULAN ditemukan 5 penggalan atau 10%,


Berdasarkan paparan di atas, dapat sarkasme ditemukan 8 penggalan atau
disimpulkan jenis-jenis gaya bahasa 16%, satire ditemukan 5 penggalan atau
sindiran Najwa Shihab dalam buku 10%, melosis dan antifrasis tidak
Catatan Najwa ditemukan 50 penggalan ditemukan dalam buku ini. Maka, dapat
catatan yang menjadi subfokus diambil simpulan bahwa jenis-jenis gaya
penelitian. Ironi ditemukan 10 bahasa sindiran dalam buku Catatan
penggalan atau 20%, sinisme ditemukan Najwa karya Najwa Shihab ada lima,
22 penggalan atau 40%, innuendo yaitu ironi, sinisme, innuendo, sarkasme,

164
Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab dalam Buku Catatan Najwa
(Siti Nurul Halimah, Hilda Hilaliyah)

dan satire. Sinisme lebih dominan, Keraf, G. (2004). Diksi dan gaya
sedangkan gaya bahasa sindiran yang bahasa. Jakarta: Gramedia
paling sedikit digunakan oleh Najwa Pustaka Utama.
Shihab dalam buku ini adalah innuendo
dan satire yang masing-masing hanya Moleong, L. (2002). Metodologi
10% . penelitian kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. (2009). Pengantar apresiasi Nurdin, A. dkk. (2004). Intisari Bahasa
karya sastra. Bandung: Sinar dan Sastra Indonesia untuk
Baru. SMU. Bandung: CV Pustaka
Setia
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Ratna, N. K. (2009). Stilistika: Kajian
Jakarta: Rineka Cipta. Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Beni, A.S. (2008). Metode penelitian. Pelajar.
Bandung: Pustaka Media.
Shihab, N. (2016). Catata Najwa.
Iskandar. (2009). Metodologi penelitian Jakarta: Literati Books Lentera
pendidikan dan sosial Hati.
(Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press. Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran
Semantik. Bandung: Angkasa.

165

Anda mungkin juga menyukai