Anda di halaman 1dari 10

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG

INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU

Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo

ABSTRACT

Faculty Of Technique, University Pancasakti Non irigated dry field. This Research aim to
to know air cooler burden variation influence to prstasi work cooler machine ( AC) 1PK. This
research its nucleus;core do with its it lamp burden test installation space will have an effect on
to achievement coefficient This research use installation space test and appliance test that is
column cooler machine ( AC) 1 PK which consist of compresor, ekspansi kondensor,katup, and
evaporator by using R 22. To make burden variation , in test space attached lamp which its
burden variation of 100 watt, 200 watt, 600 watt. From done/conducted by research is
menunjukan that is ever greater of given burden, hence done/conducted by job/activity is ever
greater kompresor. With the level of done/conducted by job/activity is kompresor , yielded
achievement coefficient progressively mount. burden 100 watt, 400 watt, 600 watt alternately
yielded COP 16,51438, 17,83301, and 21, 2554, while required time in course of refrigeration
column until temperature 18 progressively increase.

Keyword: Machine Cooler, Burden Lamp, R-22, Kompresor, COP

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang meningkatkan efisiensi dan efektifitas
Indonesia sebagai negara yang para dosen dan karyawan.
beriklim tropis, mempunyai kondisi Dalam pemasangan sistem tata
udara dengan temperatur dan udara memerlukan biaya yang tidak
kelembaban yang cukup tinggi. sedikit. Pemakaian tata udara yang
Keadaan kondisi udara ini dirasakan tidak tepat dengan kebutuhannya akan
kurang nyaman, sehingga diperlukan mengakibatkan pemborosan, terutama
suatu alat yang dapat mengubah dalam hal pemakaian energi listrik.
kondisi udara dari temparatur dan Setiap bangunan atau ruangan selain
kelembaban yang tinggi menjadi mempunyai kondisi beban
kondisi udara yang bertemperatur dan pendinginan puncak juga mempunyai
kelembaban yang rendah, yaitu beban total pendinginan ruangan,
dengan peralatan pengkondisian udara yang biasanya berubah- ubah setiap
(Air Conditioning ). jamnya. Berdasarkan hal tersebut,
AC (Air Conditioning) sudah suatu gedung atau ruangan yang akan
banyak dimanfaatkan untuk keperluan dikondisikan dengan memasang
sehari–hari dan sudah menjadi sistem tata udara maka perlu
kebutuhan yang harus dipenuhi, salah diketahui terlebih dahulu beban
satunya adalah pada ruang dosen maksimum dan beban parsial yang
Fakultas Teknik Universitas ada dan harus ditanggulangi dengan
Pancasakti Tegal, karena selain tepat agar dapat dipakai peralatan
untuk mendapatkan kondisi udara yang tepat untuk dipasang, sehingga
yang nyaman, juga dapat tidak terjadi pemborosan energi dan
biaya, serta kemungkinan kurangnya expansion valve dan evaporator. (Dwi
kapasitas mesin yang menyebabkan Basuki Wibowo, Muhammad Subri
tidak tercapainya kondisi yang 2006).
diinginkan. Dengan dasar tersebut penulis
Teknik refrigerasi saat ini mencoba melakukan uji
berkembang semakin maju dan eksperimental terhadap beban lampu
digunakan dalam berbagai bidang pada ruang instalasi uji. Lampu di
kehidupan manusia, yaitu digunakan gunakan karena menghasilkan panas
untuk kenyamanan manusia maupun yang memproyeksikan beban yang
sebagai proses di industri, misalnya kemungkinan ada pada ruangan yang
untuk mengawetkan makanan dan di pasang mesin pendingin, seperti
pemprosesan makanan. manusia, komputer, tv dan sebagainya
Untuk kenyamanan manusia, Oleh karena itu kami melakukan
pengkondisian udara digunakan pada penelitian dengan judul ” ANALISA
kendaraan, rumah, toko, kantor dan VARIASI BEBAN PENDINGIN
sebagainya. Pengkondisian udara UDARA KAPASITAS 1PK PADA
untuk kenyamanan merupakan proses RUANG INSTALASI UJI DENGAN
terhadap udara dan mengatur PEMBEBANAN LAMPU ” dengan
temperatur, kelembaban, kebersihan mengambil datanya secara langsung
sekaligus distribusinya secara pada alat dan ruang uji di
serentak untuk mendapatkan kondisi Laboratorium FT Universitas
nyaman yang dibutuhkan oleh Pancasakti Tegal.
penghuni di dalamnya.
Pada suatu bangunan atau 2. Perumusan Masalah
ruangan, mesin pengkondisian udara Berdasarkan latar belakang dan
diperlukan untuk menyerap panas batasan masalah tersebut di atas, kami
yang berasal dari sumber-sumber merumuskan masalah sebagai berikut
panas baik dari dalam ruangan :
maupun dari luar ruangan. Dengan Adakah pengaruh yang ditimbulkan
adanya mesin pengkondisian udara, dari energi panas lampu dengan
keadaan temperatur di ruangan akan daya 100 Watt, 400 Watt, dan 600
menjadi sejuk sehingga tubuh Watt terhadap prestasi kerja mesin
manusia dalam lingkungan kerja akan pendingin (COP)
terasa lebih nyaman.
Perkembangan dan penerapan 3. Batasan Masalah
sistem refrigerasi pada ruangan Dalam penelitian ini penulis
mengalami peningkatan yang sangat membatasi pembebanan menggunakan
pesat. Banyaknya kantor, rumah lampu dengan daya 100 Watt, 400
bahkan pasar sualayan dengan AC Watt, 600 Watt, sedangkan untuk
(air conditioner) bertujuan untuk putaran kompresornya tetap.
menyegarkan udara ruangan.
Sistem pengkondisian udara 4. Tujuan Penelitian
merupakan suatu proses yang Tujuan yang ingin dicapai adalah
berlangsung secara kontinyu antar untuk mengetahui pengaruh variasi
berbagai komponen seperti : beban daya lampu terhadap prestasi
konpresor, kondensor, receiver tank, kerja mesin pendingin (COP)
B. LANDASAN TEORI
1. Mesin Pendingin
Mesin pendingin modern
digunakan diantaranya sebagai
pengawet makanan, pengkondisi udara
ruangan dan pembuat es. Sebelum
ditemukan mesin pendingin moderen,
orang telah menggunakan
mesinpendingin sederhana, untuk
menghasilkan temperatur rendah 3. Persamaan Matematika Siklus Uap
(dingin), dengan menggunakan es
alami yang didapat dari danau, kolam  V2   v2  dE
m h1  1  gz1   q  m h2  2  gz 2   W 
sungai pada musim dingin atau awal  2   2  d
musim semi. Dengan berkembangnya
informasi dan teknologi sekarang ini, h = Entalpi [J/kg]
manusia telah merasakan dampak v = Kecepatan [m/s]
positif dari teknologi sistem pendingin. z = Ketinggian [m]
Sehingga diciptakanlah mesin g = Percepatan gravitasi = [9,81m/s2]
pendingin modern, diantaranya sebagai Q = Laju aliran energi dalam bentuk
penyejuk udara ruangan. kalor[W]
2. Prinsip Kerja Mesin Pendingin W = Laju aliran energi dalam bentuk
Prinsip kerja mesin pendingin kerja [W]
adalah refrigeran keluar dari katup E = Energi dalam sistem [J]
ekspansi, masuk ke dalam pipa-pipa
evaporator. Di dalam evaporator a. Proses kompresi
refrigeran mulai menguap, hal ini Proses kompresi dianggap
disebabkan karena terjadi penurunan berlangsung secara adiabatik artinya
tekanan yang mengakibatkan titik tidak ada panas yang dipindahkan
didih refrigeran menjadi lebih rendah baik masuk ataupun keluar sistem.
sehingga refrigeran menguap. Dalam Wc = mref (h2 – h1)
evaporator terjadi perubahan fase Wc
refrigeran dari cair menjadi gas. mref =
Kemudian refrigeran dalam bentuk gas (h2  h1 )
tersebut di alirkan kedalam kompresor. Dimana :
Didalam kompresor refrigeran Wc :Daya kompresor (KW)
dikompesikan kemudian di alirkan ke h1 : Entalpi refrigeran pada titik
dalam kondensor. Refrigeran yang 1 (kJ/kg)
mengalir ke kondensor mempunyai h2 : Entalpi refrigeran pada titik
tekanan dan temperatur tinggi. Di 2 (kJ/kg)
kondensor refrigeran didinginkan oleh mref : Laju aliran massa
udara luar yang mengelilingi refrigeran (kg/s)
kondensor sehingga refrigeren menjadi b. Proses Evaporasi dan Kondensasi
cair kembali. Siklus ini berlangsung Pada proses evaporasi dan
terus menerus sehingga di dapat kondensasi perubahan energi kinetik
temperatur yang diinginkan. dan energi potensial diabaikan
sehingga harga v2/2 dan g.z pada (efek refrigerasi) dengan besarnya
titik 1 dan titik 2 dianggap 0. kerja yang dilakukan kompresor.
h  h4
Qe = mref COP = 1
h2  h1
Dimana :
Dimana :
h1 : Entalpi keluar evaporator
Qe : Laju perpindahan kalor
h2 : Entalpi keluar kompresor
evaporasi (kapasitas
h4 : Entalpi masuk evaporator
pendinginan) [kW]
h1 : Entalpi refrigeran pada titik 1
(kJ/kg) C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
h4 : Entalpi
Penelitian ini menggunakan
refrigeran pada titik 4 (kJ/kg)
metode eksperimen, yaitu suatu
mref : Laju aliran massa refrigeran
metode untuk mencari hubungan sebab
(kg/s)
akibat antara dua factor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti, dengan
Qk = mref
mengurangi atau menyisihkan faktor-
Dimana :
faktor lain yang mengganggu.
Qk : Laju perpindahan kalor
2. Obyek Penelitian
kondensasi (kapasitas
Dalam penelitian ini subyek
pengembunan) [kW]
penelitian adalah mesin pendingin
h1 : Entalpi refrigeran pada titik 1
ruangan (AC) dengan kapasitas 1PK.
(kJ/kg)
Sedangkan obyek penelitiannya adalah
h3 : Entalpi refrigeran pada titik 3
lampu bohlam dengan daya maksimal
(kJ/kg)
600 watt.
mref : Laju aliran massa refrigeran
3. Variabel Penelitian
(kg/s)
a. Variabel Bebas
c. Efek Refrigenerasi
Variabel bebes adalah kondisi
Efek refrigerasi adalah besarnya
yang mempengaruhi munculnya
kalor yang diserap oleh refrigeran
suatu gejala. Dalam penelitian ini
dalam evaporator pad aproses
yang merupakan variabel bebas
evaporasi menurut (Wibowo, Subri
adalah pemvariasian beban daya
2006:4)
lampu.
RE = h1-h4
b. Variabel Terikat
Dimana :
Adalah segala peristiwa atau
RE : Efek refrigerasi (kJ/kg)
gejala yang muncul pada saat
h1 : Entalpi refrigeran pada titik 1
pelaksanaan. Variabel terikat dalam
(kJ/kg)
penelitian ini adalah perbedaan efek
h4 : Entalpi refrigeran pada titik 4
refrigerasi dan COP pada masing-
(kJ/kg)
masing beban yang diberikan pada
ruang uji dengan mesin pendingin
ruangan (AC) kapasitas 1PK.
d. Koefisien Prestasi (COP)
Koefisien prestasi dari sistem
D. HASIL PENELITIAN DAN
refrigerasi adalah perbandingan
PEMBAHASAN
besarnya panas dari ruang pendingin
Data dari tabel diambil pada saat masing-masing titik (P1,P2,P3,P4)
suhu dalam ruang kabin 18 C, Karena didapat dari tabel karakteristik refrigeran.
keterbatasan alat maka preasure pada

1. Hasil Penelitian

Daya T1 T2 T3 T4 P1 P2 P3 P4
0 0 0 0
Watt C C C C Kpa Kpa Kpa Kpa
100 3 64 33 5 548.06 2643.5 1287.8 583.78
400 5 68 35 7 583.78 2874.7 1354.8 621.22
600 6 70 36 8 602.28 2995.9 1389.2 640.59

Pengambilan Data R 22

80
y = 0,0121x + 62,895
Temperatur (C)

60 R² = 0,9944
T1
40 y = 0,0061x + 32,447
R² = 0,9944 T2
20 y = 0,0061x + 2,4474 T3
y = 0,0061x + 4,4474
R² = 0,9944
R² = 0,9944 T4
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Daya Beban (Watt)

Grafik 4.1. Hubungan daya beban (watt) terhadap temperatur.

4000
y = 0,71x + 2577,7
Presure Kpa

3000
R² = 0,996 P1
2000
y = 0,2044x + 1269 P2
1000 y = 0,1145x + 573,21 R² = 0,9953
y = 0,1093x + 537,97
P3
R² = 0,9956 R² = 0,9956
0 P4
0 100 200 300 400 500 600 700
Daya Beban (Watt)

Grafik 4.2. Hubungan daya lampu (watt) terhadap tekanan


Untuk mencari nilai entalpi pada berpatokan pada suhu, preasure dan
masing-masing titik menggunakan bentuk refrigeran yang terdapat pada
tabel karakteristik refrigeran dengan sistem. Harga enthalpi yang
didapatkan kemudian digunakan dalam
Daya h1 h2 h3 h4 perhitungan untuk mencari kapasitas
(watt) (KJ/kg) (KJ/kg) (KJ/kg) (KJ/kg) evaporator, kerja kompresor koefisien
100 406.440 417.802 240.520 205.897 prestasi mesin (COP
400 407.143 417.226 243.114 208.281
600 407.493 416.809 244.418 209.477 y =500
-0,002x + 418,01
R² = 0,9995
400 y = 0,0021x + 406,25

Entalpi (Kj/kg)
R² = 0,9942
300 h1
y = 0,0079x + 239,8
200 R² = 0,9946 h2
y = 0,0072x + 205,24
100 R² = 0,9945 h3

0 h4
0 200 400 600 800
Daya Beban (Watt)

2. Pembahasan
Dari Hasil Penelitian dengan menggunakan perhitungan Laju Aliran Masa Refrigeneran,
Kapasitas Evaporator, Kapasitas Kondensor, Efek Refrigensi, Prestasi Kerja Mesin, maka
didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3. data hasil perhitungan R-22
Daya Wc mref Qe Qk RE COP
Watt KW kg/s kW kW KJ/kg COP
100 0.792 0.06972 13.9712 12.3512 200.453 17.6503
400 0.824 0.06395 15.1922 13.3012 198.862 19.7225
600 0.838 0.08952 17.7639 15.4323 198.016 21.2251

a. Perbandingan beban (watt) terhadap Daya Kompresor


0,86
y = 9E-05x + 0,7838
Daya (kw)

0,84
0,82 R² = 0,9885

0,8 R22
0,78
0 200 400 600 800
Beban (watt)

Grafik 4.4. Hubungan Beban (watt) terhadap daya kompresor


b. Perbandingan Beban (watt) terhadap Laju Aliran Massa Refrigeran

0,1

Laju Aliran Massa Refrigeran


y = 3E-05x + 0,0616
0,08 R² = 0,4303

(Kg/s) 0,06

0,04
R22
0,02

0
0 200 400 600 800
Beban (watt)

Grafik 4.5.Hubungan beban (watt) terhadap laju aliran massa refrigeran

Pada grafik diatas menunjukan pada beban 100 watt laju aliran massa refrigeran
yang terjadi dalam sistem adalah 0,06972 Kg/s, pada beban 400 watt laju aliran massa
refrigeran yang terjadi dalam sistem melonjak menjadi 0,06395 Kg/s dan pada beban 600
watt meski naik tidak terlalu besar tetapi tetap mengalami kenaikan yaitu 0,08952 Kg/s.

c. Perbandingan Beban (watt) terhadap Kapasitas Evaporator


20
y = 0,0073x + 12,963
15
Daya (kw)

R² = 0,9024
10

5 R22

0
0 200 400 600 800
Beban (watt)

Grafik 4.6. Hubungan Beban (watt) terhadap kapasitas evaporator

Dari grafik hubungan beban (watt) terhadap kapasitas eveporator diatas


menunjukan bahwa semakin besar beban yang diberikan maka nilai kapasitas eveporator
akan semakin besar.

d. Perbandingan Beban (watt) terhadap Kapasitas Kondensor


20

Kapasitas Kondensor
y = 0,0059x + 11,522
15
R² = 0,8933

(kw)
10

5 R22

0
0 200 400 600 800

Beban (watt)
Grafik 4.7. Hubungan beban (watt) terhadap kapasitas kondensor

Dari grafik di atas menunjukan bahwa semakin besar beban yang diberikan maka
nilai kapasitas kondensornya akan semakin besar. Hal ini berpengaruh kepada kerja
kondensor yang semakin ringan sehingga kapasitas kondensornya semakin tinggi.

e. Perbandingan Beban (watt) terhadap Efek Refrigensi

201
Efek refrigensi (Kj/kg)

200,5
200
199,5
199
R22
198,5
198 y = -0,0049x + 200,91
R² = 0,9964
197,5
0 200 400 600 800
Beban (watt)

Grafik 4.8.Hubungan beban (watt) terhadap efek refrigensi

Dari grafik di atas menunjukan beban yang rendahefek refrigensi cenderung tinggi
karena kabin pada instalasi yang kecil memungkinkan proses penyerapan panas pada
ruangan optimal itu di sebabkan karena refrigeran pada sistem dapat menguap sempurna.
Sedangkan pada beban 600 watt efek refrigensi semaki turun, ini disebabkan dalam
ruang uji suhunya semakin panas .
f. Perbandingan beban (watt) terhadap COP
25
y = 0,0071x + 16,918
20 R² = 0,9995
15
COP

10
R22
5

0
0 200 400 600 800
Beban (watt)

Grafik 4.9. Hubungan beban (watt) terhadap COP

Dari grafik di atas menunjukan bahwa pada beban 100 watt memiliki COP yang
terendah yaitu sebesar 17,6503 hal ini di sebabkan oleh efek refrigerasi yang rendah dan
kapasitas evaporator yang cenderung kecil. COP terbesar didapat pada beban 600 watt
yaitu sebesar 21,2251.
Dari grafik hubungan beban lampu terhadap COP di atas menunjukan bahwa nilai
COP besar dikarenakan dalam ruang instalasi uji terdapat suhu yang panas karena diberi
beban 600 watt.

E. PENUTUP
1. Kesimpulan 2. Saran
Berdasarkan hasil dan a. Penelitian selanjutnya dapat
pembahasan tersebut diatas penulis dicoba dengan memvariasikan
menyimpulkan bahwa dari grafik udara luar yang masuk ke dalam
hubungan daya beban (watt) terhadap ruang uji.
prestasi kerja mesin pendingin (COP) b. Dengan mesin pendingin yang
menunjukan bahwa semakin besar sama dapat dicoba mengganti
beban diberikan pada ruang instalasi eveporator yang lebih besar dan
uji, maka kerja yang dilakukan oleh mengganti kabin dengan kedap
kompresor semakin berat. udara seperti pada freezer.
Hal ini dapat dilihat dari beban Diharapkan dengan penelitian
100 watt, 400 watt, dan 600 watt selanjutnya dapat memberikan
secara berurutan COP yang gambaran. Penggunaan mesin
dihasilkan sebesar 16.5138, 17.8331, refrigensi untuk keperluan lain
dan 21.2554. Sedangkan waktu yang selain pengkondisian udara
dibutuhkan dalam proses pendinginan ruangan.
ruangan sampai temperatur 18 derajat c. Dengan mesin pendingin yang
semakin bertambah. sama dapat divariasikan dengan
massa refrigeran jenis lain.
d. Alat ukur harus benar-benar dicek
secara teliti dan terkalibrasi
dengan benar agar tidak terjadi Sulistyo Nugrofao. Penerbit Erlangga.
kesalahan pada saat pengambilan Jakarta.
data.

e. Pada saat pengisian refrigeran,


Reynolds, Wilbert F. dan W. Jones, Jerold.
pastikan instalasi alat pengisian
1991. Thermodinamika Teknik. Edisi
refrigerant terpasang dengan
kedua. Terjemahan Filipno Harahap.
kencang untuk menghindari
Penerbit Erlangga. Jakarta.
kebocoran yang berakibat tidak
tepatnya massa refrigerant yang Stoecker, W.F. dan Jerold, W. J., 1996,
diisikan. Refrigerasi dan Penyegaran Udara.
f. Tes kebocoran pada sistem setiap Terjemahan Supratman Hara. Penerbit
kali akan melakukan pengambilan Erlangga. Jakarta.
data.
Wood D., Bernard. 1987. Penerapan
Termodinamika Jilid 1. Edisi kedua.
Terjemahan Zulkifli Harahap. Penerbit
DAFTAR PUSTAKA Erlangga. Jakarta

Dwi Basuki Wibowo dan Mohammad Subri,


2006, Pengaruh Variasi Massa
Refrigeran R-22 dan Putaran Blower
Evaporator terhadap COP Pada
Sistem Pengkondisian Udara Mobil.
Http://mesinimimus.files.wordperss.co
m
Dossan J., roy. 1990. Principles Of
Refrigeration S1 Version. Edisi
pertama. Penerbit Universitas Of
Houston. Texas.
Efendy, Marwan 2005, Pengaruh Kecepatan
Putar Poros Komnresor Terhadap
Prestasi Kerja Mesin Pendingin.
Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta
Michael J., Maron dan Howard N., Shapiro.
2004. Thermodinamika Teknik Jilid I.
Edisi keempat. Terjemahan Yulianto

Anda mungkin juga menyukai